SGD 8 LBM 1
MODUL 5.1
“Change in Elderly”
LAPORAN
TUTORIAL SGD 8
LBM 1
JUDUL
“ Changes in Elderly ”
Tutor Tanggal
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks peningkatan proporsi populasi lansia, masalah kesehatan mulut dan gigi
di antara kelompok usia ini menjadi semakin signifikan. Proses penuaan alami menyebabkan
sejumlah perubahan fisik dan fisiologis pada mulut dan gigi, seperti hilangnya gigi, perubahan
struktur jaringan periodontal, dan penurunan sekresi saliva. Kesehatan mulut yang baik adalah
faktor penting untuk menjaga kualitas hidup dan kesejahteraan umum lansia. Oleh karena itu,
laporan ini bertujuan untuk membahas pendekatan Assessment dan Dental Management
Geriatrik sebagai landasan integral dalam mengatasi masalah ini.
Penuaan membawa perubahan yang kompleks pada sistem gigi dan mulut. Resorpsi
tulang alveolar, gigi yang longgar, dan perubahan dalam pertahanan imun mulut menjadi
masalah umum yang dihadapi oleh lansia. Konsekuensi dari perubahan ini termasuk gigi yang
sensitif, risiko tinggi terhadap infeksi, dan kesulitan dalam fungsi mengunyah. Semua ini
berkontribusi pada risiko penurunan status gizi dan masalah kesehatan umum yang berhubungan
dengan kesehatan mulut. Oleh karena itu, Assessment dan Dental Management Geriatrik menjadi
kunci dalam mengidentifikasi dan mengatasi masalah ini.
Selain tantangan fisik, lansia juga menghadapi implikasi psikososial dalam perawatan
gigi mereka. Kehilangan gigi atau masalah lain dalam mulut dapat mempengaruhi aspek-aspek
psikologis, seperti harga diri dan interaksi sosial. Oleh karena itu, pendekatan Assessment dan
Dental Management Geriatrik harus mencakup evaluasi yang menyeluruh, perawatan gigi yang
berfokus pada lansia, serta dukungan psikososial yang tepat. Dengan demikian, Laporan ini akan
menggali berbagai aspek pendekatan Assessment dan Dental Management Geriatrik, termasuk
evaluasi kesehatan mulut, manajemen masalah gigi dan periodontal, serta pendekatan psikososial
yang holistik untuk memberikan perawatan yang optimal bagi populasi lansia.
4
B. Skenario
C. Identifikasi Masalah
1. Sebutkan dan Jelaskan Perubahan Fisiologis Rongga Mulut pada Pasien Geriatri !
2. Sebutkan dan Jelaskan Faktor faktor yang mempengaruhi Perubahan Perilaku pada Pasien
Geriatri !
3. Sebutkan Klasifikasi Sikap Mental pada Pasien Geriatri !
4. Apa saja Hambatan yang sering ditemukan pada Pasien Geriatri ?
5. Sebutkan Assesment Dental pada Pasien Geriatri !
6. Sebutkan Dental Management pada Pasien Geriatri !
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Perubahan Fisiologis Rongga Mulut pada Pasien Geriatri
Perubahan Perubahan Fisiologis yang terjadi pada Rongga Mulut Lansia , antara lain :
1) Perubahan kelenjar ludah dan sekresi ludah
Dengan bertambahnya usia terjadi atrofi, proliferasi elemen duktus dan perubahan
degenerasi pada kelenjar mayor. Kelenjar minor mengalami perubahan degeneratif seiring
bertambahnya usia. Mengakibatkan mulut menjadi kering atau xerostomia dan karies gigi.
2) Mukosa mulut
Fungsi mukosa yaitu sebagai pelindung yang berpengaruh pada kesehatan. Dengan
bertambahnya usia mengakibatkan mukosa mulut menjadi tipis, halus, edematous dengan
hilangnya elastisitas dan kehilangan stippling. Lidah menjadi lebih halus dengan
hilangnya papila filiformis. Sehingga patogen dengan mudah masuk dan menginfeksi.
3) Perubahan pada gigi
Keausan dan atrisi mempengaruhi bentuk gigi. Perikymata dan garis imbrikasi hilang,
menyebabkan permukaan email tampak datar. Struktur permukaan yang berubah
menyebabkan perubahan warna. Perubahan pada pulpa memiliki banyak serat, lebih
sedikit sel sehingga volumenya berkurang. Hilangnya degenerasi saraf bermielin dan tak
bermielin dapat mempengaruhi kapasitas penyembuhan pulpa. Kalsifikasi difus dan
penyempitan saluran akar. Sementum , laju pembentukan sementum berkurang semakin
bertambahnya usia.(Razak dkk, 2014)
4) Perubahan pada intermaxillary space
Perubahan bentuk dentofasial adalah hal biasa pada lansia. Dagu menjadi maju ke depan,
keriput meluas dari sudut bibir dan sudut mandibula. Hal ini dapat dicegah dengan
restorasi gigi yang baik, penggantian gigi yang hilang dan kontrol gigi tiruan secara
periodik. Hilangnya intermaxillary space yang disebabkan karena penggunaan gigi geligi
yang berlebihan, dan kegagalan didalam melakukan restorasi jaringan gigi yang hilang
dapat menyebabkan sindroma rasa sakit pada TMJ, neuralgia pada lidah dan kepala.
5) Perubahan efisiensi alat kunyah
Dengan hilangnya gigi geligi akan mengganggu hubungan oklusi gigi atas dan gigi bawah
dan akan mengakibatkan daya kunyah menurun yang semula maksimal dapat mencapai
300 pounds per square inch menjadi 50 pounds per square inch. Pada lansia saluran
pencemaan tidak dapat mengimbangi ketidak mampuan fungsi kunyah sehingga akan
mempengarui kesehatan umum.
6) Perubahan lengkung rahang
proses penuaan disertai dengan perubahan perubahan osteoporosis ada tulangnya.
Umumnya gigi gigi rahang atas arahnya kebawah dan keluar, maka pengurangan
tulangnya pada umumnya juga terjadi kearah atas dan dalam. Karena itu lempeng
6
kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar
lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian,
lengkung maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga
permukaan landasan gigi menjadi berkurang. Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior
umumnya ke atas dan ke depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi gigi posterior lebih
vertikal atau sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang
lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah mandibula
merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah tanggul gigitan pada
mandibula terlihat lebih ke lingual dan kebawah pada daeah anterior dan ke bukal pada
daerah posterior. Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan 2
belakang, Kemudian ke depan.
7) Resorbsi liggir alveolar
Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan. Resorbsi yang
berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen mental mendekati
puncak linggir laveolar. Puncak tulang alveolar yang mengalami resorbsi berbentuk
konkaf/ datar dengan akhir seperti ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang
alveolar mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis
tulang. (Senjaya, 2016)
7
Fungsi Kognitif
Penurunan kognitif, termasuk kondisi seperti demensia, dapat mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk memahami dan mengingat rekomendasi perubahan
perilaku. Pengasuh dan penyedia layanan kesehatan mungkin perlu menyesuaikan
komunikasi dan strategi mereka.
Dukungan Sosial
Kehadiran sistem dukungan yang kuat, termasuk keluarga, teman, dan pengasuh, dapat
mempengaruhi perubahan perilaku secara signifikan. Dukungan sosial dapat memberikan
motivasi, dorongan, dan bantuan dalam aktivitas sehari-hari yang mungkin memerlukan
modifikasi perilaku.
Factor Psikologis
Kondisi kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, dapat mempengaruhi motivasi
dan kemampuan seseorang dalam melakukan perubahan perilaku. Mengatasi kondisi ini
mungkin diperlukan sebelum perubahan perilaku berhasil terjadi.
Pengobatan
Beberapa pengobatan dapat mempengaruhi perilaku dan mungkin memiliki efek samping
yang mempengaruhi motivasi, tingkat energi, atau fungsi kognitif seseorang. Penting
untuk mempertimbangkan bagaimana pengobatan dapat berinteraksi dengan upaya
perubahan perilaku.
Budaya dan Sosial Ekonomi
Keyakinan budaya dan status sosial ekonomi dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan
individu tentang kesehatan dan perubahan perilaku. Sensitivitas budaya dan intervensi
yang disesuaikan mungkin diperlukan.
Motivasi dan Tujuan
Motivasi intrinsik dan tujuan pribadi seseorang merupakan faktor penting. Memahami
apa yang paling penting bagi lansia dan menyelaraskan rekomendasi perubahan perilaku
dengan nilai-nilai dan prioritas mereka dapat meningkatkan keberhasilan.
8
akan dijalani. Pasien ini mengacuhkan instruksi yang diberikan, tidak
mau bekerja sama, dan cenderung menyalahkan dokter gigi terhadap kesehatan
dental yang buruk. DHE sangat dibutuhkan untuk merawat pasien dengan tipe ini.
4) Hysterical patient : Pasien ini memiliki emosi yang tidak stabil, kekhawatiran
tinggi, serta temperamental. Prognosis pada pasien ini buruk dan dibutuhkan ahli
psikiatrik dalam menghadapi pasien ini.
Menurut Heartwell, membagi lansia menjadi 3 tipe yaitu realist, resenters dan
resigned.
1) Realist
Tipe lansia ini adalah tipe philosophical dan tipe exacting.
Lansia jenis ini memiliki kesadaran terhadap perubahan dan realita untuk menikm
ati masa tua mereka. Mereka mengikuti instruksi, memiliki pride, memiliki
kesehatan mulut yang baik, mencari perawatan dental dan menjalankan diet sehat.
2) Resenters
Tipe ini adalah tipe indifferent dan tipe histerikal. Mereka
menolak penuaan dan kadang melibatkan psikologis mereka. Mereka tidak
mendengarkan nasihat, menolak perawatan gigi, dan jarang ke dokter gigi.
Psikologis yang terjadi dijelaskan sebagai ‘second childhood’. Keluarga yang
peduli kepada mereka biasanya mengantar mereka untuk perawatan.
3) Resigned
Tipe lansia ini memiliki status emosi dan sistemik yang bervariasi. Submisi
passive pada tipe tidak selalu menghasilkan kesuksesan perwatan dan
menyababkan frustasi, bukan hanya pada keluarga yang bertanggung jawab tetapi
juga pada dokter gigi yang menanganinya. (Holm dkk., 2015)
Menurut Sharry, membagi Lansia menjadi 3 Tipe yaitu Tolbuds, Tolads, dan Toln.
1) tolbuds
Pasien-pasien ini dapat mentoleransi sebagian besar gigi palsu mereka. Kelompok
ini mirip dengan kelompok class 1 house. 60% pasien menurut sharry memiliki
sikap ini.
2) tolads
Pasien-pasien ini mentoleransi prostesis dengan beberapa tingkat penyesuaian.
Mereka terdiri dari 35% pasien. Kelompok ini mirip dengan pikiran acuh tak
acuh/ histeris milik house
3) toln
Pasien-pasien ini tidak dapat mentoleransi apa pun. Mereka terdiri dari 5% pasien
gigi tiruan. Kelompok ini mirip dengan Pikiran yang menuntut.
9
4. Hambatan yang sering ditemukan pada Pasien Geriatri
Hambatan yang biasanya terjadi pada pasien geriatric adalah komunikasi, psikologis,
serta penyakit sistemik pada pasien. Hambatan komunikasi biasanya dikarenakan penglihatan,
pendengaran serta ingatan yang menurun di Usia Lanjut Usia. Oleh karena itu, pasien kurang
kooperatif dalam pelaksanaan perawatan. Penglihatan pasien geriatric akan menurun seiring
dengan bertambahnya usia sehingga diperlukan komunikasi tambahan seperti dengan
mengeraskan suara supaya dapat mencerna instruksi yang diberikan. Ingatan yang menurun
atau demensia pada pasien geriatric sehingga membutuhkan bantuan orang lain/ Kerabat
terdekat dalam melaksanakan aktivitasnya. Penyakit sistemik pasien geriatric juga menjadi
salah satu hambatan yang mana obat obatan tersbut dapat memengaruhi dalam rencana
perawatan. (Pederseon dkk, 2015)
10
a. Oral : mengevaluasi keadaan gigi, protesa/ gigi tiruan, periodontium, status
pulpa apakah masih vital atau tidak, oral mukosa, oklusinya seperti apa, dan saliva.
b. Sistemik : mengevaluasi perubahan sesuai umur, diagnosis medis, komunikasi
interdisiplin
c. Capability : evaluasi kemampuan fungsional seperti perawatan diri, oral hygene, dan
kemampuan dalam mobilitas
d. Autonomy : evaluasi kemampuan untuk diberi informed concent atau harus
bergantung pada orang lain
e. Reality : mengevaluasi prioritas dari perawatan oral, batas kemampuan finansial,
mengantisipasi rentang hidup. (Ettinger, 2015)
Komponen yang ada dalam Assessment dental pasien geriatric, antara lain :
a) Communivation Status
evaluasi kemampuan komunikasi pasien getiatri dengan teknik tertentu sesuai
kebutuhan pasien. menggunakan suara jelas, menjaga kontak mata, menghindari adanya
musik atau tayangan video yang dapat mengganggu konsentrasi saat dilakukan
komunikasi. juga melakukan komunikasi pada pendamping atau keluarga agar dapat
membantu kelancaran proses perawatan.
b) Physical Status
evaluasi kemampuan pasien secara independen dalam melakukan aktivitas di
rumah seperti memakai baju, makan, ke kamar mandi, berpindah dari kasur ke kursi, dan
mandi.
c) Mobility Status
evaluasi yang berhubungan dengan hasil physical status, apakah pasien
membutuhkan bantuan dalam mobilitas atau perpindahan mengandalkan orang lain.
d) Mental Status
evaluasi status kesehatan mental pasien, apakah membutuhkan pendampingan ahli
psikiatri dalam proses perawatan
e) Nutritional Status
evaluasi status nutrisi pasien, apakah terdapat malnutrisi atau dehidrasi yang dapat
mempengaruhi pemilihan dan proses perawatan
f) Social Support
evaluasi orang terdekat atau keberadaan keluarga yang dapat mempengaruhi
motivasi pasien dalam melakukan perawatan
g) Medical Status And Consultation
evaluasi riwayat penyakit yang pernah diderita, kondisi sistemik yang dimiliki,
dan obat-obatan yang dikonsumsi. hal tersebut akan berpengaruh terhadap pertimbangan
pemilihan perawatan. (Holm dkk, 2015)
11
b. Delapan puluh enam persen dari populasi ini memiliki setidaknya satu kelainan kronis
utama, yang paling umum adalah radang sendi, osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
kanker, kelainan saraf, diabetes, penyakit mental, dan penyakit pernapasan.
c. Polifarmasi
d. Dua puluh persen dari populasi ini menderita disfungsi kognitif atau depresi.
e. Populasi geriatri seringkali menderita kecacatan fisik yang dapat berdampak pada
kemampuan mereka untuk mematuhi instruksi
f. Efek gabungan dari gangguan fisik, psikologis dan mental mengacaukan kemampuan
dokter gigi dalam merencanakan dan melaksanakan perawatan gigi.
Pasien yang paling mudah untuk merencanakan perawatan adalah pasien yang memiliki
IQ kedokteran gigi yang baik, memahami pilihannya, patuh, mengikuti instruksi, menepati
janji, dan merupakan partisipan yang aktif dan efektif dalam perawatannya sendiri. Pasien-
pasien ini adalah pasien yang paling mudah dalam praktik kedokteran gigi dan, secara umum,
menerima perawatan terbaik. Rencana perawatan pasien ini bisa ideal dan seseorang dapat
fokus pada pemberian perawatan gigi yang optimal sesuai kebutuhan.
Perencanaan pengobatan dimulai dengan pengumpulan data yang obyektif dan akurat :
anamnesa pasien secara menyeluruh dengan perhatian khusus pada status kesehatan pasien,
tingkat kecemasan dan perlunya pertimbangan khusus. (Jubhari, 2020)
Lima prinsip untuk memberikan perawatan yang etis dan bermoral kepada pasien
geriatri, yaitu otonomi, non maleficence, beneficence, justice, dan veracity. Otonomi
mengharuskan pasien diajak berkonsultasi sebelum melakukan pengobatan apa pun,
diberitahu tentang risiko yang melekat dalam prosedur, konsekuensi jika tidak diobati,
dan alternatif pengobatan. Pasien kemudian diberi kesempatan untuk menerima atau
menolak proposal kami. Jika pasien tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan
keputusan karena gangguan mental atau perilaku, kami dipandu oleh prinsip kedua yaitu
‘non-malificence’. Prinsip 'tidak melakukan tindakan yang merugikan' ini berlaku pada
kewaspadaan mental, namun prinsip ini terutama harus memandu proses pengambilan
keputusan kita ketika tidak ada orang lain yang bisa berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Penilaian substitusi juga menjadi pertimbangan di sini: 'Apa
yang diinginkan pasien jika dia bisa mengambil keputusan.' (Holm dkk, 2015)
12
Biasanya pasien geriatri memiliki kesulitan utntuk menerima dan holding
informasi makanya kita perlu untuk recall kembali tentang prosedur yang akan
maupun yang sudah dilakukan
Menjaga eye contact dengan pasien serta berdiri lebih dekat dengan pasien
geriatri
Melakukan perawatan mulut di lingkungan bebas gangguan yang tenang
Penggunaan kalimat dan petunjuk yang pendek dan sederhana
Penggunaan isyarat non-verbal mis. ekspresi wajah, gerakan tangan, bahasa tubuh
(menenangkan pasien)
Sentuhan lembut untuk meningkatkan kepercayaan dan membuat pasien merasa
terlindungi
Menggunakan pengingat dan petunjuk untuk perawatan kebersihan mulut
Penggunaan teknik komunikasi demensia seperti chaining, bridging, dan rescue
yang diterapkan pada praktik kebersihan mulut.
13
14
B. MIND MAPPING
15
BAB III
KESIMPULAN
Geriatri merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Geriatri adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis.Pada kondisi ini tubuh lansia mulai mengalami beberapa
perubahan baik secara fisiologis maupun tingkah laku sehingga dalam upaya perawatan
kesehatan memerlukan beberapa orientasi dalam setiap perubahan yang dialami lansia
mulai dari fungsi organ sampai dengan perubahan emosi dan psikis.
16
DAFTAR PUSTAKA
Bhochhibhoya, A. (2019). Mental attitudes of geriatric edentulous patients: a review. Journal of
Nepalese Prosthodontic Society,2(2),86-91.
Ettinger, R. 2015. Treatment Planning Concepts for the Ageing Patient. Australian Dental
Journal. 60(1) : 71-85
Giddon, D.B., & Hittelman, E.(1980). Psychologic aspect of prosthodontic treatment for geriatric
patient. The Journal Of Prosthetic Dentistry, 43(4)
Glick, M., et al. 2021. Burket’s Oral Medicine, 13th Ed. USA : John Wiley & Sons Inc
Holm-Pedersen, P., Walls A., Ship J..2015.Textbook of Geriatric Dentistry, 3rd Ed. John Wiley
& Sons, Ltd
Pederseon, P.H, dkk. 2015. Textbook of Geriatric Dentistry. 3rd edition. WILEY BLACKWELL.
UK
Razak PA, Richard KM, Thankachan RP, Hafiz KA, Kumar KN, Sameer KM. 2014. Geriatric
oral health: a review article. J Int Oral Health.Nov-Dec;6(6):110-6. PMID:
25628498; PMCID: PMC4295446.
Senjaya, Asep Arifin. 2016. Gigi Lansia. Jurnal Skala Husada. 13(1) : 72-80
17