Anda di halaman 1dari 35

BLOK STOMATOGNATIC SYSTEM

LAPORAN KELOMPOK
PROBLEM BASED LEARNING 1
REVIEW OKLUSI

Tutor:
drg. Fadli Ashar

Disusun Oleh:
Ikrima Maulida (G1B015002)
Dewi Sartieka Putri (G1B015004)
Adellia Pramaissela H. (G1B015005)
Ayonda Ashera Masitha (G1B015008)
Imma Habibatur Rizqi (G1B015015)
Muthiary Nitzschia .N. (G1B015023)
Aruna Tri Pamungkas (G1B015029)
Emha Istima Sekaringdyah (G1B015030)
Agatha Tunggadewi P. (G1B015034)
Ghina Nurul Adilah (G1B015040)
Pratitis Widi Seno (G1B015043)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2017
BLOK STOMATOGNATIC SYSTEM

LAPORAN KELOMPOK
PROBLEM BASED LEARNING 1
REVIEW OKLUSI
HALAMAN JUDUL

Tutor:
drg. Fadli Ashar

Disusun Oleh:
Ikrima Maulida (G1B015002)
Dewi Sartieka Putri (G1B015004)
Adellia Pramaissela H. (G1B015005)
Ayonda Ashera Masitha (G1B015008)
Imma Habibatur Rizqi (G1B015015)
Muthiary Nitzschia .N. (G1B015023)
Aruna Tri Pamungkas (G1B015029)
Emha Istima Sekaringdyah (G1B015030)
Agatha Tunggadewi P. (G1B015034)
Ghina Nurul Adilah (G1B015040)
Pratitis Widi Seno (G1B015043)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

D. Manfaat ..................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

A. SKENARIO .............................................................................................. 3

B. TAHAPAN SEVEN JUMPS ..................................................................... 3

1. STEP 1: Clarifying Unfamiliar Term / Klarifikasi Istilah ........................ 3

2. STEP 2: Problem Definition / Menguraikan Masalah .............................. 4

3. STEP 3: Brainstrom / Curah Pendapat ..................................................... 6

4. STEP 4: Analyzing the Problem / Menganalisis Permasalahan Detail..... 9

5. STEP 5:Formulating Learning Issues / Merumuskan Tujuan Belajar ... 10

6. STEP 6: Self Study / Belajar Mandiri ...................................................... 11

7. STEP 7: Reporting / Diskusi Hasil Belajar ............................................. 11

BAB III ................................................................................................................. 29

Kesimpulan .................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ iv

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat serta karunia-Nya, kami berhasil menyelesaikan Laporan Kelompok
Problem Base Learning (PBL) 1 yang berjudul “Review Oklusi” dalam blok
Stomatognatic System. Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak,
khususnya kepada drg. Fadli Ashar selaku sie akademik yang terus memberikan
dukungan dan bimbingan kepada kami serta selaku tutor PBL 1 yang turut
membantu dan mendampingi kami dalam jalannya PBL 1 dari step pertama
hingga step akhir.
Penyusunan Laporan Kelompok ini masih jauh dari sempurna. Kami
menyadari bahwa banyak kekurangan yang didapat dari segi tata bahasa, tata
penulisan maupun segi yang lainnya. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca agar kami bisa lebih baik kedepannya. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat serta memberikan pengetahuan mengenai
kesehatan, sehingga derajat kesehatan pada lingkungan masyarakat dapat
meningkat.

Purwokerto, 30 Mei 2017

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi manusia mengalami dua kali


erupsi, yaitu erupsi gigi susu (gigi sulung) dan gigi permanen. Gigi sulung
memiliki beberapa fungsi diantaranya sebagai pengunyahan, bicara, dan estetik.
Selain itu, fungsi gigi sulung adalah sebagai penuntun gigi permanen agar erupsi
pada tempatnya sehingga dapat menjaga pertumbuhan lengkung rahang. Idealnya
gigi permanen akan menggantikan tempat atau posisi gigi sulung yang tanggal.
Kehilangan gigi sulung yang terjadi secara fisiologis biasanya tidak menyebabkan
gangguan pada susunan gigi geligi karena tempatnya akan diisi oleh gigi
permanen penggantinya. Masalah akan muncul ketika gigi sulung tanggal sebelum
waktunya atau tanggal sebelum usia erupsi gigi permanen penggantinya.
Kehilangan dini dari gigi desidui dapat mengakibatkan pergeseran midline, gigi
berjejal, perubahan pada lengkung gigi, dan kehilangan ruang untuk gigi tetap
penggantinya akibat adanya gaya ke mesial (mesial drifting tendency) dari gigi
posterior yang telah erupsi pada anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini disebabkan terjadinya penyempitan pada ruangan kosong
akibat pergeseran dari gigi tetangga yang masih tertinggal, sehingga gigi
permanen yang ada di bawahnya kesulitan untuk menempati ruangan tersebut dan
posisi tumbuhnya menjadi tidak teratur. Tanggalnya gigi sulung dapat berakibat
buruk pada terhadap perkembangan oklusal (Mamonto dkk., 2014).
Penanganan pada waktu yang tepat akan mempertahankan ruang untuk
pertumbuhan gigi permanen, maka diperlukan suatu perawatan space maintainer.
Space maintainer adalah perawatan yang tepat karena erupsi gigi permanen
penggantinya masih lama. Sedangkan bila ruangan telah menyempit pada
lengkung gigi maka diperlukan perawatan space regainer. space regainer adalah
suatu perawatan yang dilakukan untuk memperoleh ruagan kembali yang telah
menyempit. Bila sudah terjadi space loss, diperlukan evaluasi untuk menentukan
apakah diperlukan perawatan dengan space maintainer, space regainer atau tidak
dilakukan perawatan (space control) (Nasir, et al., 2010; Nonong, 2011).

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum oklusi normal serta perkembangan oklusi?


2. Bagaimana pola erupsi gigi desidui dan permanen?
3. Apakah penyebab terjadinya premature loss dan persistensi serta akibat
dari mesial drifting, crowding, dan crossbite anterior/posterior?
4. Bagaimana indikasi dan contoh dari preventif dan intersentif ortodonti?
5. Bagaimana indikasi, kontraindikasi, perbedaan, dan cara kerja space
maintainer dan space regainer?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum oklusi normal serta perkembangan oklusi.
2. Mengetahui pola erupsi gigi desidui dan permanen.
3. Mengetahui penyebab terjadinya premature loss dan persistensi serta
akibat dari mesial drifting, crowding dan crossbite anterior/posterior.
4. Mengetahui indikasi, contoh dan jenis alat dari preventif dan interseptif
ortodonti.
5. Mengetahui indikasi, kontraindikasi, perbedaan dan cara kerja dari space
maintainer dan space regainer.

D. Manfaat

Mendalami materi tentang oklusi dan mengetahui pengaruh dari premature


loss dan persistensi terhadap oklusi gigi serta mengetahui tindakan preventif
dan interseptif ortodontik dalam mempertahankan dan mengembalikan dalam
oklusi normal.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO
Periode erupsi gigi manusia terjadi dua kali, pergantian gigi dari gigi
susu ke gigi permanen akan menentukan oklusi pada gigi permanen. Adanya
tanggal premature dan persistensi pada gigi decidui akan menentukan pola
erupsi gigi permanen. Pada periode ini dapat dijumpai kondisi mesial
drifting, crowded, dan crossbite anterior/posterior. Preventive dan interseptif
ortodontik diperlukan untuk mencegah dan menghentikan maloklusi agar
tidak berkembang. Hal tersebut dapat dibantu menggunakan alat space
maintainer dan space regainer.

B. TAHAPAN SEVEN JUMPS

1. STEP 1: Clarifying Unfamiliar Term / Klarifikasi Istilah


Step 1 Clarifying Unfamiliar Term / Klarifikasi Istilah adalah langkah
awal yang dilakukan pada saat Problem Based Learning (PBL). Step 1
bertujuan untuk mengklarifikasi kata atau istilah yang masih asing dan
tidak dimengerti oleh peserta PBL.
Istilah –istilah yang tidak dimengerti dalam PBL pertemuan pertama
adalah:
a. Intersentif Ortodontik
Ilmu orthodonti yang digunakan untuk menghentikan maloklusi.
b. Space regainer
Piranti orthodonti yang digunakan untuk menambah ruang.
c. Space maintainer
Piranti orthodonti yang dibunakan untuk mempertahankan ruang agar
tidak ditempati oleh gigi lain.
d. Persistensi
Gigi desidui yang seharusnya telah tanggal namun tidak tanggal.
e. Mesial drifting
4

Posisi gigi yang bergerak kearah mesial biasanya pada gigi M1


ditandai dengan gigi C yang laboiversi.
f. Preventive ortodonti
Ilmu untuk mencegah maloklusi ortodonti.

2. STEP 2: Problem Definition / Menguraikan Masalah


Step 2 Problem definition/ Menguraikan masalah adalah langkah
selanjutnya yang dilakukan pada saat PBL untuk menentukan pokok-
pokok masalah melalui pertanyaan yang diajukan oleh peserta diskusi.
a. Kapan waktu terjadinya pergantian gigi desidui dan gigi permanen?
b. Apakah penyebab terjadinya premature loss dan persistensi?
c. Bagaimana pola erupsi gigi desidui dan gigi permanen?
d. Bagaimana cara kerja alat piranti ortodonti yaitu space maintainer dan
space regainer?
e. Bagaimana indikasi dilakukannya preventif ortodonti dan intersentif
ortodonti?
f. Apa saja perbedaan alat space maintainer dan space regainer?
g. Kenapa pada periode erupsi gigi dapat terjadi mesial drifing, crowding,
dan crossbite anterior/posterior?
h. Apa saja jenis perawatan lain pada preventif dan intersentif ortodonti?
i. Bagaimana gambaran umum oklusi normal dan perkembangan oklusi?
j. Bagaimana pengaruh premature loss dan persistensi gigi terhadap pola
erupsi gigi permanen?
k. Apa indikasi dan kontraindikasi penggunaan space maintainer dan
space regainer?
Pertanyaan-pertanyaan diatas dikelompokan kembali menjadi 5
pertanyaan yaitu:
a. Bagaimana gambaran umum oklusi normal serta perkembangan
oklusi?
b. Bagaimana pola erupsi gigi desidui dan permanen?
c. Apakah penyebab terjadinya premature loss dan persistensi serta
akibat dari mesial drifting, crowding, dan crossbite anterio/posterior?
5

d. Bagaimana indikasi dan contoh dari preventif dan intersentif


ortodonti?
e. Bagaimana indikasi, kontraindikasi, perbedaan, dan cara kerja space
maintainer dan space regainer?

Mind Map

Gambaran Umum
Oklusi
mempengaruhi
Pola
Erupsi Oklusi Perkembangan
Oklusi

Sesuai Tidak
Sesuai
Penyebab Akibat
Persiste
Premature Mesial Crowding Crossbite
n drifting
loss

Preventif dan
Intersentif
Ortodonti

Indikasi Contoh
Perawatan Alat

Space maintainer Space Regainer

Jenis Jenis
Indikasi dan Indikasi dan
kontraindikasi kontraindikasi
6

3. STEP 3: Brainstrom / Curah Pendapat


Step 3 Brainstrom / Curah Pendapat adalah salah satu langkah yang
mana membahas tentang berbagai permasalahan yang ada di step 2. Pada
langkah ketiga semua peserta dapat mengeluarkan pendapatnya
berdasarkan pengetahuan dasar yang dimiliki setiap peserta tanpa ada
sanggahan dan pertanyaan dari peserta lain. Jawaban-jawaban yang ada di
step 3 ini ditampung sementara untuk dibuktikan kesetujuan, kejelasan dan
kebenaran dari peserta lain pada step 4. Pertanyaan-pertanyaan yang
didapat dari step 2 dan dijawab pada step 3 adalah sebagai berikut:
a. Gambaran umum oklusi normal dan perkembangan oklusi
Oklusi normal merupakan kontaknya permukaan oklusal geligi
rahang atas dengan permukaan oklusal gigi rahang bawah sesuai
dengan lengkung gigi pada saat rahang menutup.
Oklusi terdiri dari oklusi morfologis, oklusi dinamis dan oklusi
sentrik. Oklusi morfologis adalah oklusi yang sesuai dengan morfologi
gigi geligi yang ada. Oklusi dinamis adalah oklusi berdasarkan
keserasian antar gigi geligi dan jaringan sekitarnya. Oklusi sentrik
adalah hubungan kontak maksimal dari gigi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan relasi sentris yaitu hubungan maksila dan
mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling
posterior dalam fossa glenoid.
Syarat oklusi adalah sebagai berikut:
1) Tiap gigi rahang atas dan rahang bawah mempunyai kontak dengan
dua gigi antagonisnya
2) Gigi dalam keadaan lengkap
3) Titik kontak baik, dengan gigi sebelahnya maupun antagonisnya
4) Ukuran lengkug rahang atas dan rahang bawah sesuai
5) Lengkung harus merupakan suatu kurva parabola
6) Fungsi otot kunyah normal
7) Hubungan maksila dan mandibula normal
8) Keadaan TMJ yang normal
7

Kunci menentukan suatu oklusi normal dapat pula dilihat


menggunakan metode Six keys Andrew, yaitu sebagai berikut:
1) Hubungan molar
2) Angulasi mahkota
3) Inklinasi mahkota
4) Rotasi
5) Kontak Gigi
6) Free way space
Faktor yang mendukung oklusi normal, yaitu:
1) Hubungan gigi yang normal
2) Fungsi otot-otot yang normal dan seimbang
3) Sendi Temporomandibular joint berdasarkan bentuk, gerakan dan
fungsinya.
Primate space adalah spasi yang berada di insisivus 2 dengan
caninus rahang atas. Kurva spee adalah garis yang dilihat dari M3-M1,
rahang atas berbentuk cembung dan rahang bawah berbentuk cekung.
Komponen oklusi terdiri dari:
1) Skeletal, yaitu maksila serta mandibula dengan temporomandibular
joint.
2) Dental, yaitu lengkung gigi dan gigi geligi.
Garis oklusi dapat dilihat dari:
1) Rahang atas, yaitu melalui fossa gigi molar dan premolar dan
region palatal insisivus atas.
2) Rahang bawah, yaitu melalui buccal crest dari tonjolan molar dan
premolar dan cutting edge gigi insisivus bawah.
Pola erupsi gigi permanen dapat dilihat dari molar 1. Pola erupsi
dan oklusi gigi desidui dilihat dari molar 2 yang memiliki hubungan
flush terminal plane, distal space, dan mesial step.
Oklusi memiliki jenis gigitan yaitu:
1) Overbite, yaitu jarak vertikal antara puncak insisal gigi rahang atas
dan rahang bawah.
8

2) Overjet, yaitu jarak horizontal antara puncak insisal gigi rahang


atas dan rahang bawah.
b. Pola erupsi gigi desidui dan gigi permanen
1) Pola erupsi gigi desidui yaitu :
Insisiv 1 – Insisiv 2 – molar 1 – caninus – molar 2

L-U - L-U - U-L - U-L - L-U


(Ket: Lower-Upper)
2) Pola erupsi gigi permanen yaitu:
a) Rahang atas
Gigi: M1 - I1 - I2 - P1 - P2 - C -
M2 - M3
Usia(th): (5-6) - (6-7) - (7-8) - (9-10)- (10-11) - (11-12) -
(12-13) - (19)
b) Rahang bawah
Gigi: M1 - I1 - I2 - C - P1 - P2 -
M2 - M3
Usia(th): (5-6) - (6-7) - (7-8) - (10-12)- (11-12) (11-13)-
(13-14) - (19)

Tahap perkembangan erupsi gigi permanen terdiri dari:


a) Periode gigi susu
b) Transisi 1, yaitu tumbuhnya gigi insisivus 1 dan insisivus 2
permanen)
c) Intertransisi, yaitu tumbuhnya gigi caninus, premolar 1,
premolar 2, molar 1 dan molar 2 permanen)
d) Transisi 2 (semua gigi permanen telah tumbuh)
c. Penyebab premature loss dan mesial drifting serta akibatnya yaitu
mesial drifting, crowding, dan crossbite anterior/posterior.
Pola erupsi yang tidak sesuai dapat disebabkan oleh premature
loss, yaitu gigi tersebut tanggal terlalu dini. Misalnya jika molar 2 gigi
desidui mengalami premature loss, maka molar 1 permanen akan
mengalami mesial drifting.
9

Penyebab lainnya adalah gigi yang persisten, yaitu gigi desidui


yang terlambat tanggal sehingga dapat menunda gigi permanen yang
akan tumbuh atau menjadi tumbuh ditempat yang berbeda.
4. STEP 4: Analyzing the Problem / Menganalisis Permasalahan Detail
Step 4 Analyzing the Problem / Menganalisis Permasalahan Detail
adalah step yang bertujuan untuk menyanggah, dan memperjelas
pernyataan yang telah diberikan pada step sebelumnya. Peserta diskusi
dibebaskan untuk mempertanyakan pernyataan yang diajukan peserta lain
yang dirasa meragukan atau kurang jelas.
a. Enam kunci oklusi menurut Andrew (Andrew six keys to normal
occlusion)
1) Relasi Molar (Molar Relationship)
2) Angulasi Mahkota (Crown Angulation)
3) Inklinasi Mahkota (Crown Inclination)
4) Rotasi
5) Kontak gigi
6) Kurva Spee (curve spee)
b. Pola erupsi gigi desidui
RA RB
Gigi Desidui
(bulan) (bulan)
Insisivus sentral 6–7 6–7
Insisivus lateral 7–8 7–8
Caninus 18 – 20 18 – 20
Molar pertama 12 – 15 12 – 15
Molar kedua 24 – 36 24 – 36

c. Pola erupsi gigi permanen


10

RA RB
Gigi Permanen
(tahun) (tahun)
Insisivus sentral 7–8 6–7
Insisivus lateral 8–9 7–8
Caninus 11 – 12 9 – 11
Premolar pertama 10 – 11 10 – 12
Premolar kedua 10 – 12 11 – 12
Molar pertama 6–7 5–6
Molar kedua 12 - 13 11 – 13

d. Perubahan relasi molar permanen

5. STEP 5:Formulating Learning Issues / Merumuskan Tujuan Belajar


Step 5 bertujuan untuk merumuskan permasalahan yang belum dapat
diselesaikan dalam diskusi Problem Based Learning pertemuan pertama
menjadi learning objectives yang akan dipelajari melalui pencarian
sumber-sumber data yang valid.
11

1. Mengetahui penyebab premature loss dan persistensi


2. Mengetahui tentang preventive dan interseptive ortodontik
a. Indikasi
b. Contoh
c. Jenis alat
3. Mengetahui tentang space maintaner dan space regainer
a. Indikasi dan kotraindikasi
b. Perbedaan
c. Cara kerja

6. STEP 6: Self Study / Belajar Mandiri


-
7. STEP 7: Reporting / Diskusi Hasil Belajar

d. Faktor penyebab premature loss dan persistensi

Menurut Mcdonald dkk. (2004) penyebab premature loss:


1. Karies
2. Trauma
3. Resorpsi akar yang terlalu cepat
4. Dampak dari penyakit tertentu, contohnya talasemia

Menurut Koch dan Poulsen (2001) penyebab persistensi gigi:


1. Resorpsi akar gigi susu yang lambat karena adanya gangguan
nutrisi dan hormonal
2. Abnormal posisi brnih gigi tetap
3. Gigi susu berlubang atau radang pada akar, sehingga benih gigi
tetap menghindar dan mencari tempat erupsi lain
4. Rahang kurang berkembang
5. Ankylosis
6. Gigiva mengalami penebalan karena suatu hal, sehingga benih gigi
sulit untuk erupsi
12

e. Preventive dan interseptive ortodonti

Graber membagi perawatan ortodonti menjadi tiga kategori, yaitu


perawatan preventif, perawatan interseptif, dan perawatan kuratif.
Perawatan preventif adalah segala tindakan untuk mempertahankan dan
melindungi oklusi pada posisi normal. Perawatan interseptif adalah segala
tindakan yang diambil untuk menghentikan potensi maloklusi atau
maloklusi yang telah ada pada saat mixed dentition. Perawatan kuratif
adalah segala tindakan perawatan maloklusi pada masa gigi permanen
yang tidak dapat dirawat dengan perawatan interseptif sederhana (Ricket,
2003)

1) Ortodonti Preventif
Ortodonti preventif adalah segala tindakan yang dilakukan untuk
menghindarkan dari segala pengaruh buruk yang dapat merubah pola
perkembangan normal gigi dan rahang agar tidak terjadi malposisi,
malrelasi, dan maloklusi (Mokhtar, 1974). Tindakan yang dilakukan pada
perawatan ini memerlukan waktu perawatan yang lama, terus menerus,
dan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan dentofasial (Foster, 1997).
Tindakan pada perawatan preventif ini diantaranya adalah :
a) Konsultasi prenatal
Suplai gizi yang dibutuhkan oleh janin pada saat intrauterine
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dentofasial janin. Gizi
esensial untuk perkembangan dentofasial janin diantaranya adalah
kalsium, fluor, fosfor, vitamin A, C, dan D. Selain itu, konsultasi
megenai oral hygiene ibu hamil, edukasi penyakit mulut selama
kehamilan (gingivitis), dan efek obat-obatan pada janin juga perlu
dilakukan pada tahap ini.
b) Kontrol karies
Karies yang terjadi pada gigi desidui terutama pada karies
proksimal yang dapat berkembang menjadi karies rampan merupakan
penyebab utama maloklusi. Gigi tetangga dari gigi dengan karies
proksimal akan cenderung miring kearah karies, sehingga
menyebabkan pergeseran gigi, penyempitan ruang, dan penyempitan
13

lengkung gigi. Pada karies awal dapat dicegah dengan aplikasi


fluorida topical, water fluoride, kontrol plak, atau fissure sealant,
sedangkan pada karies yang berpotensi besar menyebabkan maloklusi
dibutuhkan restorasi atau stainless steel crown.
c) Konsultasi sesuai umur anak
a. 0,5-1 tahun
Dibutuhkan pengetahuan orang tua mengenai pentingnya
mengurangi asupan glukosa pada susu agar terhindar dari rampan
karies. Selain itu, pembersihan gigi anak menggunakan kassa basah
juga diperlukan.
b. 3 tahun
Anak umur ini pada umumnya masih melakukan kebiasaan
parafungsional yang seharusnya sudah tidak mereka lakukan. Untuk
mencegah adanya maloklusi akibat dari kebiasaan parafungsional ini
dapat digunakan berbagai piranti, seperti oral screen, finger guard,
dan thumb cribs.
c. 5-6 tahun
Pada umur ini dimungkinkan adanya ekstraksi gigi desidui
dengan karies sehingga dibutuhkan suatu alat untuk melindungi ruang
yang ditinggalkan oleh gigi desidui akibat premature loss. Alat ini
dinamakan space maintainer.
d) Occlusal adjustment
Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki adanya oklusi yang
tidak normal untuk menghindarkan terjadinya maloklusi. Occlusal
adjustment dilakukan dengan cara mengasah permukaan gigi untuk
mendapatkan oklusi yang baik. Pada kasus crossbite anterior, pada
umumnya gigi insisiv rahang atas akan diasah pada bagian singulum,
sedangkan pada gigi insisiv rahang bawah akan diasah pada bagian
insisalnya.
e) Ortodonti Interseptif
Perawatan ortodonti interseptif merupakan prosedur ortodonti
yang dilakukan pada maloklus yang baru atau sedang dalam proses
14

terjadi dengan tujuan memperbaiki kearah oklusi normal (Bishara,


2001). Perawatan ini merupakan segala tindakan yang harus segera
dilakukan karena adanya gejala atau proses malokluso walaupun
dalam tingkatan ringan sehingga maloklusi tidak berkembang
(Raharjo, 2012). Beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada
perawatan ini diantaranya adalah :
1. Serial extraction
Tindakan ini merupakan pencabutan secara berkala sesuai dengan
urutan erupsi gigi permane agar erupsi gigi permanen sesuai dengan
urutan yang baik sehingga ruang yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan ruang untuk gigi permanen.
2. Rapid Maxillary Expansion
RME digunakan pada kondisi rahang anak yang menyempit,
seperti karena adanya kebiasaan buruk yang menyebabkan maksilla
anak menjadi sempit.
3. Occlusal adjustment
Langkah ini dilakukan untuk memperbaiki adanya oklusi yang
tidak normal untuk menghindarkan terjadinya maloklusi. Occlusal
adjustment dilakukan dengan cara mengasah permukaan gigi untuk
mendapatkan oklusi yang baik. Pada kasus crossbite anterior, pada
umumnya gigi insisiv rahang atas akan diasah pada bagian singulum,
sedangkan pada gigi insisiv rahang bawah akan diasah pada bagian
insisalnya.
4. Tongue Blade
TB digunakan saat terjadi crossbite anterior pada anak. Alat ini
menyerupai stick es krim yang diletakkan dibelakang gigi anterior
rahang atas sehingga akan mendorong gigi tersebut ke anterior dan
mengembalikan ke posisi normal.
5. Perawatan diastema anterior
Perawatan pada kasus diastema anterior dilakukan sesuai dengan
etiologi terjadinya penyakit tersebut. Diastema anterior pada
15

umumnya disebabkan oleh adanya frenulum labilais yang terlalu tebal.


Oleh sebab itu perawatan yang dilakukan adalah dengan frenectomy.
6. Space regainer
Space regainer digunakan pada saat adanya indikasi penyempitan
ruang karena adanya premature loss yang tidak segera ditangani. Alat
ini akan bekerja untuk mengembalikan ruang yang hilang tersebut.
7. Head gear
Alat ini merupakan perawatan extraoral pada masa mixed dentition
untuk mengkoreksi maloklusi skeletal.

f. Space maintainer dan Space Regainer


1) Space maintainer

Gigi crowding dan kurangnya ruangan untuk gigi permanen


merupakan permasalahan yang paling sering dihadapi oleh dokter gigi
maupun ahli ortodonsi. Etiologi yang paling sering adalah premature
loss satu atau 2 gigi desidui yang nantinya menyebabkan hilangnya
space / ruang untuk benih gigi permanen. Space maintainers
merupakan piranti yang digunakan untuk menjaga atau
mempertahankan dan mengurangi penyempitan ruang / space
sehingga benih gigi yang belum erupsi dapat erupsi pada tempatnya
tanpa mengalami gangguan. Space maintainer akan dapat
memudahkan gigi yang belum erupsi untuk tumbuh pada posisi yang
benar dan dapat mempertahankan oklusi yang benar(Khanna et al.,
2015). Pemasangan space maintaner bertujuan untuk mencegah
terjadinya penyempitan ruang akibat bergesernya gigi tetangga dan
juga ekstrusi/ elongasi dari gigi antagonisnya (Nasir, et al., 2010).
a. Jenis-jenis Space maintainer
Berdasarkan Khanna et al. (2015), penggolongan Space
maintainer dapat dibedakan menjadi Removable, Fixed, or Semi-
Fixed, Fungsional dan Non-fungsional, Aktif dan Pasif, Unilateral
dan Bilateral, dan Kombinasi. Secara umum space maintainer
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu cekat dan lepasan.
16

1. Fixed Space maintainer


a. Band and Loop
Band and loop merupakan space maintainer yang dirancang untuk
mempertahankan ruang dari tanggalnya satu gigi dalam satu
kuadran. Alat ini digunakan pada kasus tanggalnya gigi molar satu
desidui dan molar dua desidui secara dini untuk mencegah migrasi
ke mesial yang berhubungan dengan erupsi gigi molar satu
permanen, selain itu alat ini juga digunakan pada kasus tanggalnya
gigi kaninus desidui secara dini untuk mencegah pergerakan gigi
insisivus lateral permanen (Horax, 2009).

b. Distal Shoe

Distal shoe merupakan salah satu jenis fixed space maintainer yang
digunakan apabila molar dua desidui hilang sebelum erupsi molar
satu permanen. Fungsi dari distal shoe adalah menuntun erupsi dari
molar satu permanen ke posisinya yang normal dalam lengkung
rahang. Distal shoe bersifat sementara dan harus diganti dengan
space maintainer tipe lepasan mengikuti erupsi gigi molar
permanen. Alat ini dibuat dengan metode indirek pada sebagian
besar kasus. Komponen alat distal shoe adalah guide plane metal,
yaitu sejenis plat yang berfungsi menuntun molar permanen agar
erupsi pada posisinya. Agar efektif guide plane harus meluas ke
dalam processus alveolar sehingga berkontak dengan molar satu
permanen kurang lebih 1 mm di bawah marginal ridge mesial
(McDonald, 2009).
17

c. Lingual arch

Lingual arch merupakan space maintainer pilihan setelah


kehilangan gigi multipel pada lengkung rahang bawah terutama
jika insisivus permanen rahang bawah terlihat crowded. Alat ini
digunakan sebagai space maintainer bilateral cekat pada rahang
bawah dan bersifat pasif karena tidak dapat diatur begitu perangkat
ini disemen pada gigi molar (McDonald, 2009).

d. Palatal arch atau Nance appliance

Alat ini digunakan ketika satu atau lebih molar tanggal secara dini
pada rahang atas. Alat ini didesain seperti pada lingual arch kecuali
pada beberapa desain di bagian anteriornya tidak menyentuh
permukaan lingual pada gigi anterior atas melainkan menyebrang
pada bagian palatal dan kawat tersebut langsung menghubungkan
molar band di kedua regio, tipe ini biasa dinamakan transpalatal
arch. Pada beberapa desain, kawat lingual dapat mengikuti bentuk
palatum dengan diameter kawat berukuran 0,025 inchi. Kawat ini
pada bagian anterior dibatasi oleh akrilik sedangkan pada bagian
posterior terhubung pada masing- masing band. Alat menggunakan
plat akrilik ini disebut nance appliance (Uddanwadinker dan Patil,
2013).
18

2. Removable Spave Maintaner


a. Gigi tiruan sebagian akrilik
Alat Gigi tiruan sebagian akrilik dapat digunakan pada rahang atas
maupun rahang bawah dimana telah kehilangan gigi bilateral lebih
dari satu. Space maintainer jenis gigitiruan sebagian akrilik sering
digunakan karena desainnya tidak rumit serta lebih ekonomis.
Pembersihan gigitiruan sebagian akrilik dengan tepat sangat
penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya
lesi karies yang baru serta akumulasi plak yang bisa menyebabkan
gingivitis.
b. Gigi tiruan penuh
Alat ini sering digunakan pada anak yang mengalami infeksi
rongga mulut yang hebat sehingga harus mencabut semua giginya.
Konstruksi gigitiruan penuh akan menyebabkan penampilan yang
bertambah baik dan efektif serta dapat menuntun molar satu
permanen ke posisi erupsi yang tepat.

b. Indikasi dan Kontra Indikasi Space maintainer


Khanna et al. (2015) menyebutkan bahwa terdapat beberapa
indikasi untuk pemberian Space maintainer, yaitu untuk mencegah
adanya drifting, tipping dan untuk menjaga ruang erupsi,
mencegah berkurangnya panjang lengkung gigi, mencegah
pergeseran midline yang disebabkan karena tanggalnya gigi desidui
yang unilateral, mengembalikan fungsi kerja rongga mulut, estetik,
19

dan mencegah erupsi ektopik. Singh (2007) menyatakan bahwa


indikasi dari space maintainer adalah
1. Gigi posterior atau anterior yang tanggal dini
2. Apabila saat dilakukan pengukuran dimensi ruang ditemukan
tanda- tanda penyempitan ruang dan ruang tersebut harus
dipertahankan.
3. Kebersihan mulut atau oral hygiene baik.
4. Panjang lengkung rahang tidak mengalami pemendekan.
5. Hubungan antara rahang atas dan rahang bawah tidak
dipengaruhi oleh hilangnya gigi.
6. Jika ada kebiasaan buruk dari anak seperti menempelkan lidah
di area gigi yang hilang atau sering menghisap bibir maka
dengan pemasangan space maintainer sambil mempertahankan
ruang yang ada juga dapat menghilangkan kebiasaan buruk
tersebut.
Khanna et al. (2015) juga menjelaskan bahwa kontraindikasi
dilakukannya pemberian space maintainer adalah ketika lebar
mesiodistal dari benih gigi permanen kurang dari ruang erupsi yang
ada, ketika gigi permanen yang akan menggantikan gigi desidui
missing, dan ketika gigi molar memang diharapkan untuk bergeser
ke mesial / depan untuk menutup ruangan yang ada.

Singh (2007) meyebutkan terdapat beberapa kontra indikasi dari


penggunaan space maintainer, yaitu
1. Kekurangan ruang untuk erupsi gigi permanen.
2. Terdapat ruang yang berlebihan untuk erupsi gigi permanen.
3. Gigi permanen penggantinya tidak ada (agenesis).
4. Kekurangan ruang yang banyak sehingga memerlukan tindakan
pencabutan dan perawatan ortodontik.
5. Pada anak yang usianya masih sangat muda sehingga sulit untuk
bekerjasama dalam melakukan perawatan dengan dokter gigi.
20

Beberapa persyaratan space maintainer yang baik menurut


Khanna et al. (2015) yaitu :
a. Harus dapat mempertahankan lebar ruangan dengan lebar mesio
distal gigi unerupted.
b. Sederhana, mudah dibuat, dan biaya produksi rendah
c. Dapat mengembalikan fungsi kerja rongga mulut menjadi normal
kembali dan mencegah over-eruption / ekstrusi dari gigi antagoni
gigi yang tanggal
d. Tidak menyulitkan penggunanya dalam menjaga oral hygiene.
e. Tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan pada saat
masa transisi dari gigi desidui menuju gigi permanen.
Pada tahap perencanaan pembuatan Space Maintaner , terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya dapat menghasilkan
Space Maintaner yang baik dan sesuai dengan kebutuhan diagnosis.
Menurut Khanna et al. (2015), hal-hal yang diperhatikan dalam
pembuatan Space Maintaner sebagai berikut :
a. Jangka waktu setelah hilangnya gigi. Biasanya terjadi penyempitan
ruang selama 6 bulan pertama sejak hilangnya gigi baik karena
pencabutan atau tanggal dengan sendirinya. Ketika dilakukan
pencabutan pada gigi desidui dengan mempertimbangan beberapa
faktor dan ternyata dibutuhkan space maintaner, maka piranti space
maintaner harus dilakukan insersi sesegera mungkin setelah
prosedur pencabutan. Jika memungkinkan, lebih baik membuat
piranti terlebih dahulu sebelum melakukan pencabutan sehingga
dapat dilakukan insersi sesegera mungkin pasca pencabutan.
b. Dental age dari pasien. Usia pertumbuhan pasien tidak begitu
penting jika dibandingkan Usia perkembangan dari pasien sendiri,
terutama perkembangan benih gigi. Penelitian telah membuktikan
berdasarkan perkembangan akar akan mempengaruhi waktu erupsi
sebuah benih gigi. Hasil penelitian tersebut menyatakan gigi akan
mulai erupsi jika ¾ akarnya telah berkembang tanpa melihat usia
pertumbuhan dari pasien.
21

c. Tulang yang menutupi gigi yang belum erupsi. Jika terdapat tulang
yang menghalangi di atas mahkota, maka dapat dipastikan bahwa
erupsi gigi tersebut akan membutuhkan waktu berbulan-bulan
untuk tumbuh lebih lama dari gigi normal. Maka dari itu piranti
space maintaner dibutuhkan.
d. Urutan erupsi gigi. Dokter gigi harus mengamati hubungan antara
perkembangan benih gigi dan urutan erupsi gigi dengan ruangan
yang terbentuk karena tanggalnya gigi (premature lost).
e. Erupsi gigi yang tertunda. Pada kasus impaksi gigi permanen,
dibutuhkan ekstraksi gigi desidui dan pemasangan piranti space
maintaner yang akan menjaga ruang tempat erupsi gigi permanen
yang impaksi. Jika gigi antagonis dari gigi yang impaksi telah
erupsi lebih dulu maka harus membuat pelindung oklusal / penahan
untuk mencegah gigi antagonis yang telah erupsi tidak mengalami
ekstrusi / erupsi berlebih.
f. Edukasi orang tua. Mayoritas pasien yang membutuhkan piranti
space maintaner berada pada usia anak-anak dimana peran orang
tua masih sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi anak.
Dokter gigi harus dapat menjelaskan kondisi rongga mulut anak
kepada orang tuanya dan memberikan gambaran kemungkinan
yang akan terjadi ke depannya mengenai perubahan oklusi, struktur
wajah dan lain-lain. Dokter gigi juga menjelaskan tentang piranti
space maintaner bukan untuk membenarkan maloklusi yang telah
terjadi melainkan untuk mencegah kondisi-kondisi maloklusi yang
tidak diharapkan menjadi semakin parah.
c. Keuntungan dan Kerugian penggunana space maintainer
Keuntungan Removable Space Maintaner menurut Khanna et al.
(2015) :
a. Membutuhkan tanggung jawab pasien dalam menjaga piranti agar
tidak hilang atau rusak
b. Dapat mengganggu pertumbuhan lateral dari rahang
c. Dapat mengiritasi jaringan lunak di sekitarnya
22

Kerugian Removable Space Maintaner menurut Khanna et al.


(2015)
a. Secara fungsional, terdapat jenis yang dapat menggantikan gigi
yang mengalami missing
b. Memudahkan pasien untuk menjaga oral hygiene karena dapat
dilepas
c. Meningkatkan nilai estetis
d. Mepermudah pengunyahan dan berbicara
e. Membantu menjaga lidah tetap pada tempatnya
f. Merangsang pertumbuhan gigi permanen
g. Mudah untuk dibuat serta lebih murah
h. Waktu kerja / pembuatannya lebih pendek atau sebentar
Keuntungan Fixed Space maintainer menurut Singh (2007)
adalah
a. Tidak mudah hilang dan alat dapat dipastikan dipakai oleh pasien
b. Hasil perawatan lebih baik karena pemakaian alat secara kontinyu

Kerugian Fixed Space maintainer menurut Singh (2007) adalah

adalah
1. Kadang mengakibatkan tipping atau rotasi pada gigi penyangga
2. Menyebabkan retensi plak sehingga terjadi daerah demineralisasi,
karies, dan kelainan jaringan periodonsium pada area gigi
penyangga
3. Pada beberapa jenis space maintainer harus dilakukan preparasi
pada gigi penyangga sehingga mengakibatkan bentuk anatomis
normal gigi berubah
4. Beberapa jenis space maintainer terutama yang tipe cekat
membutuhkan waktu kontrol yang lebih lama
5. Beberapa komponen alat space maintainer bisa bersifat sitotoksik
karena terbuat dari logam yang disolder
2) Space Regainer
23

Space regainer adalah alat aktif yang digunakan untuk memperoleh


kembali ruangan yang telah menyempit pada lengkung gigi. Fungsi
space regainer tidak menciptakan ruangan yang baru tapi untuk
mendapatkan kembali ruangan yang pernah ada akibat shifting/drifting
gigi yang telah mengalami penyempitan oleh beberapa sebab, seperti
premature loss, menegakkan kembali gigi permanen yang miringdan
maloklusi kelas I tipe 5 (neutroklusi dengan mesial drifting) (Nonong,
2011).
a. Indikasi

Menurut Moyers (1991), indikasi space regainer yaitu:

1. Prematur loss pada gigi sulung molar pertama dan kedua pada
maxilla atau mandibula
2. Erupsi ektopik dari molar pertama permanen
3. Adanya satu atau lebih gigi sulung yang hilang sebelum waktunya
4. Maloklusi kelas I tipe 5
b. Kontraindikasi
Menurut Moyers (1991), kontraindikasi space regainer yaitu:
1. Gigi tetap yang hampir erupsi
2. gigi permanen penggantinya tidak ada (anodontia)
3. Jarak untuk erupsi gigi permanen sudah cukup
4. Tidak ada tanda-tanda penyempitan tempat gigi permanen
5. Panjang lengkung gigi tidak memadai
6. Jika pemasangan space regainer akan memperparah maloklusi
yang sudah ada
7. Kasus over bite
8. Kelas I tipe 3
9. kelas III Angle
c. Kegunaan
Menurut Suryo (1980), kegunaan space regainer yaitu:
1. Mencari ruang untuk persiapan pertumbuhan gigi permanen
2. Memperbaiki fungsi mastikasi
3. Memperbaiki fungsi estetik
24

4. Memperbaiki fungsi fonetik


5. Mencegah mesial drifting gigi M1 permanen
6. Mencegah pergeseran gigi tetangga ke runag kosong akibat
pencabutan gigi desidui terlalu dini
7. Mencegah ekstrusi gigi antagonisnya

d. Syarat
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
pembuatan space regainer adalah cukupnya jarak yang dibutuhkan
untuk erupsi gigi permanen secara normal, pergerakkan gigi yang
dibutuhkan (rotasi, miring, tipping, bodyli) kemudian apabila ada
gangguan oklusi dari gigi-gigi yang berlawanan, bentuk gigi dan akar
gigi yang akan digeser dan juga ekonomi pasien (Nonong, 2011).
e. Jenis
Space regainer terdiri dari :
1. Labial bows : sering suatu labial bows yang sederhana hanya
menekuk suatu kawat. Ini membantu mempertahankan alat
dalam mulut, dan mencegah gigi di rahang atas untuk bergerak
ke depan. Labial bow harus diletakkan jauh dari gingival karena
hanya digunakan untuk retensi, tetapi jangan sampai menekan
pada papilla interdental. Biasanya, ini didesain dalam oklusal
embrasure antara insisiv lateral dan kaninus, atau distal dari gigi
kaninus (Nonong, 2011).
2. Acrylic : secara sederhana, dasar dari removable space regainer
dibuat dari akrilik. Biasanya akrilik yang lembut digunakan
supaya tidak menghalangi gigi permanen yang sedang erupsi
(Nonong, 2011).
3. Clasps (cangkolan) : clasps sederhana sebagai clasps
interproximal atau wrap around clasps dapat digunakan. Selain
itu, adam’s clasps, ball clasps atau C-clasps dapat juga
digunakan sebagai retensi (Nonong, 2011).
25

4. Komponen aktif : komponen-komponen aktif seperti per : coil


springs, helical coil springs, knee springs. Skrup digunakan
dalam removable space regainer, yang paling sering digunakan
adalah tipe yang mempunyai dua bagian atau dengan benang di
tengah silinder yang diputar dengan kunci yang memisahkan
kedua bagian dengan jarak yang sudah dihitung sebelumnya
biasanya ± 2 mm untuk masing-masing seperempat putaran
(Nonong, 2011).
Macam2 Jenis Space Regainer :
- Band and coil
- Sliding loop
- Jackscrew
- Distal jet
- Skyhook appliance
- Halterman appliance
- Lip bumper

Space Regainer dibagi menjadi dua, yakni fixed (cekat) dan lepasan
(removable) Space Regainer. Penggunaan Space Regainer berdasarkan
kemiringan posisi sumbu panjang gigi terhadap sumbu vertikal. Apabila
<200 maka menggunakan Space Rrgainer lepasan, dan apabila >600
maka menggunakan Space Regainer cekat.
Diantara Fixed Space Regainer adalah (Logamarta, 2017) :
a. Cantilever Type Space Regainer
b. Jack screw Space Regainer
c. Multi Banned Type Space Regainer
d. Headgear Space Regainer
Sedangkan removable Space Regainer adalah :
a. Recurved helical coil finger spring Space Regainer
- Gaya yang dihasilkan menggeser gigi 3-4mm
- Bisa untuk memutar gigi
26

b. Split saddle acrilyc


- Retensi : dari oklusal rest gigi molar seberangnya atau busur labial
- Menggeser 2-3 mm
- Terutama untuk gigi-gigi yang baru saja menyimpang

c. Split/ sling short regainer

Sistem seperti ketepel terdiri atas 2 hook. Dipergunakan elastik


lateks yang ringan dengan ketebalan 6,25 yang dipasang pada kedua
kaitan kemudian ditarik melalui permukaan mesial dari gigi yang akan
ditegakkan. Daya dorong berasal dari elastik. Retainer berasal dari
adam dan busur labial

d. Expansion screww
- Ruangan yang didapat 3mm
- Daya yang dihasilkan intermiten dan bentuknya bermacam-
macam
27

e. Sliding joke Space Regainer


f. Knee spring regainer
- Satu ujung bebas untuk mendorong
- Satu terpendam dalam akrilik

f. Keuntungan dan Kerugian


Tabel Keuntungan dan Kerugian Removable dan Fixed Space Regainer
Menurut Moyers (1991)
Removable Space Regainer Fixed Space Regainer

1. Chair side time lebih 1. Hanya membutuhkan


Keuntungan
cepat kerjsama pasien yang
2. Mudah dibersihkan dan sedikit
pemeliharaan oral 2. Tidak mudah rusak atau
hygine yang baik mudah diganti pada
3. Harus kontrol karies bentuk yang stabil dan
agar kemungkinan karies mudah dimanipulasi
lebih sedikit 3. Tekanan yang
4. Dapat digunakan digunakan dapat diatur
bersamaan dengan 4. Tidak mudah hilang dan
prosedur preventif yang diperbaiki
lain 5. Progress dari terapi
5. Tidak memerlukan lebih cepat
persiapan dari gigi yang 6. Dapat menimbulkan
berdekatan gerakkan drifting
(bergeser)
7. Dianjurkan untuk terapi
rotasi gigi
28

1. Kemungkinan pasien 1. Mahal


Kerugian
tidak memakai alatnya 2. Sulit dibersihkan dan
2. Lebih mudah rusak resiko karies lebih tinggi
3. Hambatan pada 3. Sulit diperbaiki bila
pertumbuhan lateral dari rusak
rahang karena adanya 4. Memerlukan skill yang
claps tingga untuk
4. Terjadi iritasi dan membuatnya
ulserasi dari jaringan 5. Memerlukan waktu dan
lunak sulit dibuat
5. Alat dapat hilang 6. Dapat lepas karena
6. Memerlukan kerjasama makanan yang lengket
yang baik dari pasien
7. Hanya menimbulkan
gerakkan tipping
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Space maintainer berfungsi untuk menjaga agar tidak ada perubahan


dalam ukuran ruang antar gigi yang disebabkan karena gigi tersebut premature
loss. Indikasi dalam perawatan space maintainer jika masih cukup ruang
untuk gigi permanen erupsi.. Space regainer merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mendapatkan kembali ruangan yang telah menyempit atau
hilang. Indikasi dalam perawatan space regainer jika dirasa tidak cukup ruang
untuk gigi permanen erupsi. Dalam memilih perawatan space maintainer atau
Space regainer diperlukan evaluasi untuk menentukan apakah diperlukan
perawatan dengan space maintainer, space regainer atau tidak dilakukan
perawatan..

29
DAFTAR PUSTAKA

Bishara, 2001, Textbook of Orthodontics, W.B. Saunders Company : Philadhelpia.


Foster, T.D., 1997, Buku Ajar Ortodonsi, Jakarta:EGC.

Horax,S., Management of premature loss of primary first molar case with simple
fixed space maintainer, Journal dentofacial, 8(1): 22-26.
Khanna, P., Sunda, S., Mittal, S., 2015, Keep My Space - A Review Article,
International Journal of Oral Health Dentistry, vol.1(1):11-15.
Koch, G., Poulsen, S., 2001, Pediatric Dentistry: A Clinical Approach second
edition, Willey Blackwell.
Logamarta, S. L., 2017, Space Regainer, Komunikasi Pribadi, Jurusan Kedokteran
Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Mamonto, E. D. I., Wowor, V. N. S., Gunawan, P., 2014, Gambaran Kehilangan
Gigi Sulung Pada Siswa Madrasah Ibtidaiyah Daruk Istiqamah Bailang,
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, Vol. 2 (2): 90-94.
Mcdonald, Avery, Dean, 2004, Dentistry for the Child and Adolescent ninth
edition,Evolve.
McDonald, R. E., Avery, D. R, Dean, J.A., 2004, Dentistry for the child and
adolescent 8 ed, UK, Mosby.

Mokhtar, M., 1974.Orthodonti, FKG USU, Medan.

Moyers, R.E., 1991, Handbook of Orthodontic, Year Book Medical Publisher,


Chicago.

Nasir, N., Christou, P., Topouzelis, N., 2010, The orthodontic periodontic
interrelationship in integrated treatment challenges a systematic review,
Journal of oral rehabilitation, 37(113).
Nonong. Y. H., 2011, Removable Space Regainer, Laporan Kasus, Bagian Ilmu
Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran,
Bandung.

iv
v

Raharjo, P., 2012, Ortodonti Dasar, ed. 2, Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
: Surabaya.
Ricket, 2003, Early Orthodonti, Makalah ilmiah, Jakarta.

Singh, G., 2007, Texbook of orthodontics 2 ed, New Delhi: Jaypee Brothers
Suryo, S., 1980, Pedodontic Handbook, FKG UGM, Yogyakarta.

Uddanwadiker, R., Patil, P.G., 2013, Evaluation of the deformation on the jaw
bone due to a band and loop, nance appliance and transpalatal arch space
maintainers: a three dimentional finite element analysis, Dentistry journal;
2013, 3(3): 1-4.

Anda mungkin juga menyukai