Anda di halaman 1dari 17

BLOK CLINICAL DENTAL SCIENCE

SELF LEARNING REPORT


SMALL GROUP DISCUSSION 2
“ALAT RONTGEN, BAGIAN FILM DAN PEMROSESAN FILM”

TUTOR :
__________________________

DISUSUN OLEH :
DEWI SARTIEKA PUTRI
G1B015004

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO

2017
“ALAT RONTGEN, BAGIAN FILM DAN PEMROSESAN FILM”

A. ALAT-ALAT X-RAY
Pesawat sinar–X biasanya terdiri dari komponen-komponen yaitu generator,
tegangan tinggi, panel control, tabung sinar-X, alat pembatas berkas, dan peralatan
penunjang/pendukung (missal cassette holder, meja, dll). Pesawat sinar-x adalah pesawat
yang menghasilkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi (sinar-x) untuk digunakan
dalam diagnostik atau terapi. (Boel, 2009). Blok diagram pesawat sinar-x adalah sebagai
berikut:

Bagian–bagian tabung sinar-X menurut Rasad (2005) terdiri dari :

1. Anoda, yaitu mengubah energi electron menjadi sinar-X; menghantarkan panas


yang terjadi dan biasanya terbuat dari tungsten (Z = 74) atau alloy tungsten &
rhenium.
2. Fokal spot yaitu area tempat terjadinya sinar-X; berdimensi antara 0,2mm s/d
2,0mm.
3. Katoda yaitu sebagai sumber electron; berupa kawat pijar atau filamen yang
terbuat dari tungsten (wolfram).
4. Tabung gelas yaitu untuk menjaga kehampaan; sebagai isolator antara Anoda
dan Katoda; dan mempunyai umur tertentu.
5. Rumah/wadah Tabung: sebagai penahan radiasi; biasanya terbuat dari Pb atau
Uranium susut kadar; dan terdapat pendingin.
Klasifikasi Pesawat Sinar-X berdasarkan kegunaan dibagi menjadi:
1. Pesawat sinar-x diagnostik
Pesawat sinar-x diagnostik digunakan untuk melihat organ bagian dalam tubuh
seperti tulang, paru-paru, jantung dan sebagainya. Pesawat jenis ini dapat
mendeteksi adanya keretakan tulang maupun tumor pada jaringan tubuh.
Tegangan tabung sinar-x yang digunakan dalam pesawat jenis diagnostik tidak
lebih dari 150 kV.
2. Pesawat sinar-x terapi
Pesawat sinar-x terapi digunakan untuk merusak jaringan kanker atau tumor.
Pesawat sinar-x jenis ini menggunakan tegangan tabung lebih besar dari pesawat
jenis diagnostik yaitu berkisar dari 400 kV hingga belasan MV (Wiryosimin, 1995 ).

Pesawat sinar-X berdasarkan cara penempatannya dikelompokan menjadi 3 (tiga)


tipe yaitu (White dan Pharoah, 2009):
1. Pesawat sinar-X mobile
Pesawat Sinar-X mobile adalah salah satu jenis pesawat sinar-x yang dapat
dipindah-pindahkan dari ruang pemeriksaan ke ruang lain jika dibutuhkan.
Bagian-bagian Pesawat Sinar-X Mobile, diantaranya yaitu:
a. Bagian Utama
1) Tabung Sinar X
Pada tabung sinar-x mobile terdapat komponen-komponen yang sama
dengan jenis pesawat sinar-x lain, yaitu dua kutub (anoda dan katoda)
dan focussing cup. Tabung dalam disebut insert tube. Insert tube
diselimuti tsbung luar (tube housing). Pada tube housing terdapat
window sebagai tempat keluarnya radiasi
2) Kolimator
Terpasang pada jendela tabung yang berfungsi untuk membatasi
lapangan penyinaran agar bisa disesuaikan dengan luas objek dan juga
sebagai titik sentrasi lapangan penyinaran. Kolimator dilengkapi dua
knop untuk membuka dan menutup pembatas dan lampu untuk
membantu menentukan lapangan penyinaran.
3) Lengan penopang
Lengan penopang adalah bagian yang dapat diputar sehingga dapat
disesuikan dengan posisi dan jarak objek yang akan dirontgen.
4) Panel Kontrol
Komponen untuk mengatur faktor eksposi. Pada panel kontrol biasanya
terdapat kV selector untuk mengatur tegangan tabung, mA selector
untuk mengatur arus tabung, timer selector untuk mengatur lamanya
waktu penyinaran. Indikasi kV, mA, dan focus selector untuk
menentukan besar kecilnya fokus.
5) Handswitch
Tombol yng digunakan untuk me-ready dan mengekspose.
6) Generator
Catu daya yang menghasilkan tenaga listrik untuk pembangkitan sinar-x.
b. Bagian tambahan
1) Lengan penopang untuk memudahkan memposisikan tabung
2) Pegangan pengemudi dan roda untuk memudahkan radiografer saat
memindahkan pesawat dari ruang satu ke ruang lain.
3) Bok kaset untuk meletakkan kaset.
2. Pesawat sinar-X portable
Pesawat Sinar-X portable adalah salah satu jenis pesawat sinar-x yang
sederhana dapat dijinjing atau dibawa.

3. Pesawat sinar-X stationery.


Pesawat Sinar-X stationery adalah salah satu jenis pesawat sinar-x yang
terpasang pada suatu tempat tertentu.
Pesawat X-Ray yang lainnya yaitu:
1. Pesawat Sinar X Mamografi

2. Pesawat Sinar X Fluroskopi

3. Pesawat Sinar X Gigi (Dental Radiographic Equipment)

4. Pesawat Sinar X CT-Scan (Computed Tomographic Equipment)


Spesifikasi alat X-Ray terdiri dari:
1. Wadah Tabung
Setiap wadah tabung pesawat sinar-X diagnostik harus dibuat sedemikian rupa
sehingga kebocoran radiasi yang keluar dari berbagai arah tabung, dengan luas
tidak lebih besar 100 cm, paparan di udara 1 mGy dalam 1 jam pada jarak 1 m dari
sumber radiasi sinar-X pada saat dioperasikan tiap tingkat yang dispesifikasi oleh
pabrik.
2. Diafragma
Wadah tabung pesawat sinar-X stationery harus dilengkapi dengan kolimator
yang ada lampunya. Sedangkan untuk pesawat sinar-X mobile, lampu kolimatornya
lebih baik yang berbentuk konus jika mungkin. Diafragma yang membatasi luas
lapangan atau konus harus dilengkapi dengan persyaratan tingkat kebocoran
radiasi yang menjelaskan wadah tabung. Setiap diafragma harus diberi tanda yang
tidak mudah hapus dengan luas lapangan yang menunjukkan jarak fokus ke film.
3. Filter
Tabung pesawat sinar-X dengan kemampuan rata-rata di atas 100 kV harus
mengggunakan total filter setara 2,5 mm Al dengan 1,5 mm Al filter permanen atau
bawaan.Wadah tabung harus mempunyai total filter yang ekivalen dengan 2, 0
mm Al (dengan 1,5 mm filter permanen) untuk pesawat sinar-X yang
pengoperasiannya di atas 100 kV kecuali untuk pesawat mammografi atau dental.
Mammografi harus mempunyai filter permanen ekivalen 0,5 mm Al atau 0,03
molybdenum (Mo) dalam berkas guna. Total filter permanen dalam radiografi
Dental konvensional dengan tegangan tabung sekitar 70 kV harus ekivalen 1,5
mm Al. Sedangkan untuk pesawat gigi extra-oral (Panoramic dan Chepalometri)
tegangan tabung lebih besar 70 kV (sekitar 90 kV), total filter harus ekivalen 2,5
mm Al. Filter bawaan harus diberi tanda di tabungnya. Filter tambahan juga harus
diberi tanda yang jelas, misalnya pada diafragma.

B. FILM UNTUK FOTO RONTGEN


Film rontgen (film X-Ray) atau film radiografi merupakan lembar radiograf yang
digunakan sebagai media pencatat hasil gambar setelah ditembus oleh sinar–X.
Film radiologi adalah bahan pencatat bayangan radiografi yang sangat peka
terhadap sinar-x dan cahaya. Ada dua kelompok besar pada jenis film yaitu:
1. Film radiografi adalah film yang diekspose oleh sinar-x saja atau kombinasi
antara sinar-x dengan cahaya (screen film).
2. Film yang diekspose oleh cahaya,misalnya film Polaroid.
Berdasarkan macamnya terbagi menjadi dua yaitu :
1. Non screen film
Penggunaannya tanpa menggunakan lembaran penguat (IS). Lapisan
emulsi pada film ini lebih tebal dibandingkan dengan lapisan emulsi pada
screen film.Mempunyai kontras yang rendah tetapi detail yang tinggi.
2. Screen film
Film jenis ditempatkan pada kaset yang menggunakan lembaran
penguat (IS). Mempunyai kontras yang tinggi dan detail yang agak kurang
bila dibandingkan dengan non screen film.
Menurut strukturnya ada dua macam yaitu double emulsi (emulsi terdapat pada
kedua sisi film) yang digunakan untuk semua jenis alat sinar X konvensional dan single
emulsi ( emulsi hanya terdapat pada satu sisi film saja) yang hanya digunakan pada alat
mammografi.
1. UKURAN FILM
Ukuran film memiliki banyak variasi ukuran, tetapi hanya tiga yang biasa
digunakan.
a. Periapikal, yaitu menunjukkan gambaran gigi yang utuh (mencakup beberapa
gigi dari mahkota hingga ujung akar) hingga ke tulang rahang disekitarnya.
1) Untuk usia anak-anak yaitu 22 x 35 mm
2) Untuk hanya memperlihatkan bagian anterior gigi yaitu 24 x 40 mm
3) Untuk dewasa yaitu 31 x 41 mm
b. Bitewings, untuk bitewings, menunjukkan gigi belakang atas dan bawah,
menggunakan ukutan yaitu 22 x 35 mm
c. Occlusal, menunjukkan atap atau dasar mulut, menggunakan ukuran 57 x 76
mm.
Ukuran film panoramik 5 x 12 inchi (12.5 x 30 cm) atau 6 x 12 inchi (15 x 30
cm).
2. BAGIAN-BAGIAN FILM RONTGEN INTRAORAL DAN EKSTRAORAL
Konstruksi film radiografi intraoral dan ekstraoral terdiri dari:
a. Base (lapisan dasar)
Terbuat dari bahan yang kuat, tipis dan transparan. Bahan yang
digunakan yaitu sellulose asetat yang mempunyai sifat tidak mudah
terbakar. Tebalnya 0,175-0,2 mm.Terbuat dari bahan tipis dan lemas yaitu
polyester. Base film mempunyai beberapa fungsi yaitu :
1. Sebagai tempat melekatnya lapisan emulsi.
2. Untuk meneruskan cahaya sehingga gambar dapat ditampilkan.
b. Adhesive (lapisan perekat)
Lapisan ini berfungsi sebagai alat perekat antara dua bahan yang
mempunyai sifat berbeda, yaitu lapisan dasar film (film base) yang tidak
meresap air sehingga dalam prosesing tidak mengalami perubahan dan
lapisan emulsi film, yang menyerap air dan membengkak bila basah.
Bahannya terbuat dari bahan campuran antara sellulose, gelatin dan
aceton. Tebalnya 0,01 mm.
c. Emulsi
Merupakan lapisan yang sangat penting dari semua lapisan karena
pada lapisan ini akan terbentuk radiograf yang diinginkan. Lapisan ini
sangat peka terhadap cahaya dan sinar-x dan terbuat dari bahan kristal
perak bromida. Tebalnya 0,01-0,02 mm.
d. Supercoat (lapisan pelindung)
Merupakan lapisan paling luar dari film rontgen yang terbuat dari
lapisan gelatin yang bersifat menyerap air. Berfungsi melindungi emulsi
dari rangsangan misalnya tekanan dan gesekan.

d. CARA PENYIMPANAN FILM


Mutu film tergantung dari ukuran butiran emulsi. Film yang dilapisi pada
kedua sisi membutuhkan separuh ekspose yang dibutuhkan oleh film emulsi
tunggal untuk menghasilkan kerapatan film yang sama. Secara umum terlihat
bahwa semakin tebal emulsi semakin kecil waktu ekspose yang dibutuhkan.
Penyimpanan film juga penting. Film yang disimpan ketika kontak dengan
kelembaban, suhu eksesif dan radiasi menghasilkan fogging. Ini dapat disimpan
ditempat yang dingin terutama dalam ruang gelap yang ditutupi dengan kotak
timah atau alat lain yang dapat melindungi film radiasi . Kadaluarsa film juga
harus diperhatikan (White dan Praroah, 2009).

C. PROCESSING FILM
1. PROSES HINGGA MENDAPATKAN GAMBARAN RADIOPAK DAN
RADIOLUSEN DAN TAHAP-TAHAP
Pemrosesan adalah suatu cara untuk mendapatkan gambaran yang
permanen dalam pembuatan foto rontgen dengan menggunakan cairan kimia
tertentu. Menurut Margono (2012), yang diperlukan pada pemrosesan yaitu:
a. Kamar gelap
Prosesing dapat dilakukan hanya di dalam kamar yang bebas dari sinar putoh,
sinar lampu, dan sinar alam. Kamar gelap sebaiknya berlokasi di dekat ruang
radiogragfi dan sedapat mungkin ruangan tersebut di proteksi dari sinar
radiasi. Semua pintu dan panel dalam ruangan tersebut harus tertutup rapat.
Ukuran ruangan harus cukup luas sehingga di dalam ruang tersebut mudah
bergerak.
b. Tangki untuk pemrosesan sebaiknya dibuat dari porselen, baja yang tidak
berkarat atau terbuat dari gelas. Di atas tangki tersebut dapat ditempatkan
penggantung film untuk penempatan film yang sudah di proses.
c. Ventilasi dari ruang gelap harus memenuhi syarat terutama gelap yang
ukurannya kecil.
d. Safe light harus ada di dalam kamar gelap tersebut karena tidak mungkin
bekerja didalam ruang yang benar-benar gelap.
e. Kebersihan sangat penting, supaya kamar gelap dijaga dan tetap besih
karena sinar X sangat sensitive terhadap kontaminasi.
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya
adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar
diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan
film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),
penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
1. Developing
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada
tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut
pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang
telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari
bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida
yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan
menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang
terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh
film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari
perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion
bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan
bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan
(sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini
akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya
lalu menetralkan ion perakpositif menjadi perak berwarna hitam atau perak
metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak
tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut: AgBr Ag +
+ Br - Br - + radiasi Br - + e – SS + e - SS - SS - + Ag + Ag
Larutan developer terdiri dari:
a. Developing Agent ( Reducing Agent ), bahan yang digunakan sodium
hidrosulfit, hidrogen peroksida,formal dehid dan vit.C. Berfungsi sebagai
reducing agent,memroduksi perak bromida menjadi perak metalik.
Bersifat basa lemah dan ph 11,5. Zat yang digunakan pada developer
yaitu methol dan hidroquinon.
b. Accelarator, berfungsi untuk mempercepat proses pembangkitan. Cara
kerja mengembangkan emulsi film sehingga mudah ditembus oleh
developing agent.
c. Restreiner Berfungsi untuk menahan reduksi yang berlebihan terutama
pada kristal AgBr pada film yang tidak tereksposi. Presorvatif Untuk
menangkal pengaruh oksigen.
d. Solvent, berfungsi sebagai pelarut.
Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer:
a. Suhu / temperature.
b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses
pembangkitan.
c. Keadaan developer.
2. Rinsing ( pembilasan )
Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7
untuk menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang
bersifat basa dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam.
3. Fixing ( penetapan )
Mempunyai tujuan : Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada
lagi perubahan bayangan pada film Untuk melarutkan perak bromida yang tidak
terkena eksposi sehingga pada bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak
bening Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak Komposisi dari fixer :
Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena
eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat Asam (
acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat / merata
Stabiliser ( presorvatif ) Buffer Hardener
4. Washing (pencucian)
Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan
dengan suhu 25 derajat C. Waktu standar proses washing 10 menit.
5. Drying (pengeringan)
Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah.
Langkah-langkah dalam pemrosesan film metode visual menurut Margono (2012),
yaitu
1. Sebelumnya, semua lampu dipadamkan kecuali safe light.
2. Film yang sudah disinari dibawa ke kamar gelap dan dibuka pembungkusnya.
3. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer
selama 8-10 detik tergantung dari developer yang digunakan. Film diangkat
keluar dari developer dan diamati dibawah safe light, apakah sudah ada
bayangan putih yang kabur atau belum. (developing)
4. Kemudian film tersebut dicuci dibawah air yang mengalir selama 20 detik
(rinsing).
5. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat
gambaran gigi dan jaringan sekitarnya (fixing).
6. Film tersebut di cuci dibawah air mengalir sampai bau asam dari larutan
fiksasi hilang (washing).
7. Proses yang terakhir adalah tahap pengeringan dari film tersebut (drying).
Kemudian dapat dilihat hasil dari jumla radiasi yang diarbsorpsi oleh struktur
yang menentukan radiodensitas bayangan, yaitu:
1. Daerah putih disebut radiopak yang merupakan struktur padat.
2. Daerah hitam atau radiolusen yang merupakan jaringan sekitar, struktur yang
diizinkan berlalunya sinar X untuk menampilkan gambar.
3. Bayangan kelabu yaitu struktur yang bervariasi menyerap sinar X (White an d
Praroah, 2009).

2.KOMPOSISI
Menurut Margono (2012) bahan yang diperlukan untuk pemrosesan
diantaranya yaitu:
a. Hydroquinone, merupakan zat pereduksi (reducing agent) yang menghasillkan
kontras dengan baik.
b. Metol (elon),merupakan zat pereduksi yang menyebabkan timbulnya detail
gambar obyek yang difoto.
c. Natrium karbonat, untuk mempertahankan derajat kebasahan supaya
developer dapat berfungsi. Disebut juga aselerator sebab dapat mempercepat
kerja developer.
d. Kalium bromide, berfungsi mereduksi kristal-kristal yang tidak tertembus sinar
X dan mencegah gambaran kabut pada film.
e. Natrium sulfit, untuk mencegah zat pereduksi teroksidasi oleh oksigen yang
ada di dalam air atau oksigen yang berasal dari udara.
f. Air , sebagai zat pelarut.
Larutan developer yang digunakan pada pemrosesan harus ditutup untuk
mengurangi oksidasi dan zat ini harus ditaruh di dalam ruangan pada temperature
20 derajat atau temperatur yang dianjurkan oleh pabrik. Jadi fungsi laturan
developer ini adalah mengendapkan halida perak yang ada emulsi fil yang
tertembus sinar X sehingga berwarna hitam.
Larutan fiksasi terdiri atas:
a. Natrium tiosulfat, untuk melarutkan perak bromide yang tidak larut dalam
larutan developer.
b. Asam asetat, untuk menetralisir sisa-sisa larutan developer yang masih
melekat pada film.
c. Natrium sulfit, untuk mencegah terurainya zat fiksasi dalam asam asetat.
d. Kalium alum (boraks), untuk mengeraskan gelatin pada emulsi film
e. Air, sebagai zat pelarut.
Larutan fiksasi berfungsi sebagai larutan dimana zat ini dapat melarutkan
kristal yang tidak tembus sinar X sehingga film tersebut bersih dari larutan
emulsida halide perak dan larutan developer yang tertinggal (Margono, 2012).

3. MACAM-MACAM CARA PROCESSING FILM


Menurut Margono (2012), jenis processing di radiologi ada 2 macam yaitu:
1. Manual prosesing.
Manual prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten menjadi
bayangan tampak dengan menggunakan tenaga manusia dengan melalui
proses diantaranya :
a. Pembangkitan bayangan laten (developer)
b. Pembilasan (rinsing)
c. Penetapan bayangan tampak (fixing)
d. Pembersihan dari sisa prosesing (washing)
e. Pengeringan film radiografi (drying)
f. Gambar yang dihasilkan dengan menggunakan prosesing manual
bergantung pada kemampuan sumber daya manusia dalam menentukan
faktor eksposi dan melakukan prosesing film.
2. Automatic prosesing
Automatic prosesing adalah proses pembangkitan bayangan laten
menjadi bayangan tampak dengan menggunakan tenaga mesin. Dalam
automatic prosesing memiliki kesamaan dengan metode manual prosesing
dalam tahapannya, tetapi dalam automatic prosesing tidak melalui tahapan
pembilasan (rinsing).

4. KEUNTUNGAN DAN KEKURANGAN CARA PROCESSING


Keuntungan processing metode manual menurt Margono (2012), yaitu:
a. Film lebih dapat berkembang dalam hal kontras detailnya pada bagian subjek
yang harus terlihat, sehingga gambar pada film yang seharusnya terang akan
terlihat terang dan yang seharusnya gelap akan terlihat gelap.
b. Dengan metode ini apabila jumlah film yang akan diproses cukup banyak dan
waktu penyinaran bervariasi, tidak akan menimbulkan kebingungan pada
pemrosesan film-film tersebut.
c. Apabila film ternyata disinar terlalu berlebihan maka dengan metode ini akan
dimungkinkan mengurangi efek penyinaran sehingga didapat detail gambar
yang lebih bagus.
d. Apabila film sedikit kurang tersinari maka dengan metode ini akan
mempertajam penyinaran sehingga dapat detail gambar yang lebih bagus.
Kelebihan dan kekurangan processing automatic menurut Boel (2009) yaitu :
1) Kelebihan
a) Hemat waktu-film kering diproduksi dalam 5 menit.
b) Ruang gelap sering tidak dibutuhkan.
c) Pengontrolan, proses standarisasi mudah dipertahankan.
d) Zat kimia dapat diisi secara otomatis oleh beberapa mesin.

2) Kekurangan
a) Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller
yang kotor dapat menghasilkan mark (bercak) pada film.
b) Beberapa model harus benar-benar persis.
c) Peralatannya mahal.
d) Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar).
DAFTAR PUSTAKA

Boel, T., 2009, Dental Radiografi Prinsip Dasar dan Teknik, USU Press, Medan.

Margono, G., 2011, Radiografi Intra Oral: Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram, RGC,
Jakarta.

Rasad, S., 2005, Radiologi Ortodontik, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.

White, S.C., Pharoah, M.J., 2009, Oral Radiology: Principles and Interpretation, Mosby
Elsevier, St.Louis, Missouri.

Anda mungkin juga menyukai