TUTOR :
__________________________
DISUSUN OLEH :
DEWI SARTIEKA PUTRI
G1B015004
2017
“ALAT RONTGEN, BAGIAN FILM DAN PEMROSESAN FILM”
A. ALAT-ALAT X-RAY
Pesawat sinar–X biasanya terdiri dari komponen-komponen yaitu generator,
tegangan tinggi, panel control, tabung sinar-X, alat pembatas berkas, dan peralatan
penunjang/pendukung (missal cassette holder, meja, dll). Pesawat sinar-x adalah pesawat
yang menghasilkan gelombang elektromagnetik frekuensi tinggi (sinar-x) untuk digunakan
dalam diagnostik atau terapi. (Boel, 2009). Blok diagram pesawat sinar-x adalah sebagai
berikut:
C. PROCESSING FILM
1. PROSES HINGGA MENDAPATKAN GAMBARAN RADIOPAK DAN
RADIOLUSEN DAN TAHAP-TAHAP
Pemrosesan adalah suatu cara untuk mendapatkan gambaran yang
permanen dalam pembuatan foto rontgen dengan menggunakan cairan kimia
tertentu. Menurut Margono (2012), yang diperlukan pada pemrosesan yaitu:
a. Kamar gelap
Prosesing dapat dilakukan hanya di dalam kamar yang bebas dari sinar putoh,
sinar lampu, dan sinar alam. Kamar gelap sebaiknya berlokasi di dekat ruang
radiogragfi dan sedapat mungkin ruangan tersebut di proteksi dari sinar
radiasi. Semua pintu dan panel dalam ruangan tersebut harus tertutup rapat.
Ukuran ruangan harus cukup luas sehingga di dalam ruang tersebut mudah
bergerak.
b. Tangki untuk pemrosesan sebaiknya dibuat dari porselen, baja yang tidak
berkarat atau terbuat dari gelas. Di atas tangki tersebut dapat ditempatkan
penggantung film untuk penempatan film yang sudah di proses.
c. Ventilasi dari ruang gelap harus memenuhi syarat terutama gelap yang
ukurannya kecil.
d. Safe light harus ada di dalam kamar gelap tersebut karena tidak mungkin
bekerja didalam ruang yang benar-benar gelap.
e. Kebersihan sangat penting, supaya kamar gelap dijaga dan tetap besih
karena sinar X sangat sensitive terhadap kontaminasi.
Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya
adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar
diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan pengolahan
film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing),
penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying).
1. Developing
a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada
tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut
pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang
telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari
bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida
yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan
menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagian-bagian yang
terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh
film. Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari
perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.
b. Bayangan laten (latent image)
Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative
(AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film
mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion
bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan
bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan
(sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini
akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya
lalu menetralkan ion perakpositif menjadi perak berwarna hitam atau perak
metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak
tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia sebagai berikut: AgBr Ag +
+ Br - Br - + radiasi Br - + e – SS + e - SS - SS - + Ag + Ag
Larutan developer terdiri dari:
a. Developing Agent ( Reducing Agent ), bahan yang digunakan sodium
hidrosulfit, hidrogen peroksida,formal dehid dan vit.C. Berfungsi sebagai
reducing agent,memroduksi perak bromida menjadi perak metalik.
Bersifat basa lemah dan ph 11,5. Zat yang digunakan pada developer
yaitu methol dan hidroquinon.
b. Accelarator, berfungsi untuk mempercepat proses pembangkitan. Cara
kerja mengembangkan emulsi film sehingga mudah ditembus oleh
developing agent.
c. Restreiner Berfungsi untuk menahan reduksi yang berlebihan terutama
pada kristal AgBr pada film yang tidak tereksposi. Presorvatif Untuk
menangkal pengaruh oksigen.
d. Solvent, berfungsi sebagai pelarut.
Faktor-faktor penting dalam penggunaan developer:
a. Suhu / temperature.
b. Agitasi yaitu proses / gerakan menggoyangkan film selam proses
pembangkitan.
c. Keadaan developer.
2. Rinsing ( pembilasan )
Pada tahap rinsing / pembilasan digunakan air dengan ph netral yaitu ph 7
untuk menghilangkan cairan developer yang masih menempel pada film yang
bersifat basa dan masuk pada tahap selanjutnya pada ph asam.
3. Fixing ( penetapan )
Mempunyai tujuan : Menghentikan proses pembamgkitan sehingga tidak ada
lagi perubahan bayangan pada film Untuk melarutkan perak bromida yang tidak
terkena eksposi sehingga pada bagian yang tidak terkena eksposi akan tampak
bening Menyamak emulsi AgBr agar tidak menjadi rusak Komposisi dari fixer :
Fixing agent yaitu untuk melarutkan perak bromida yang tidak terkena
eksposi.Bahan dari fixer sodium theosuphate dan amonium theosulphat Asam (
acid ) Yaitu untuk menghentikan aksi dari developer secara cepat / merata
Stabiliser ( presorvatif ) Buffer Hardener
4. Washing (pencucian)
Bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan yang diperoleh selama penetapan
dengan suhu 25 derajat C. Waktu standar proses washing 10 menit.
5. Drying (pengeringan)
Temperatur yang digunakan 400C - 500C dengan kelembapan yang rendah.
Langkah-langkah dalam pemrosesan film metode visual menurut Margono (2012),
yaitu
1. Sebelumnya, semua lampu dipadamkan kecuali safe light.
2. Film yang sudah disinari dibawa ke kamar gelap dan dibuka pembungkusnya.
3. Masukkan film yang sudah dibuka tersebut ke dalam larutan developer
selama 8-10 detik tergantung dari developer yang digunakan. Film diangkat
keluar dari developer dan diamati dibawah safe light, apakah sudah ada
bayangan putih yang kabur atau belum. (developing)
4. Kemudian film tersebut dicuci dibawah air yang mengalir selama 20 detik
(rinsing).
5. Film selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan fiksasi sampai terlihat
gambaran gigi dan jaringan sekitarnya (fixing).
6. Film tersebut di cuci dibawah air mengalir sampai bau asam dari larutan
fiksasi hilang (washing).
7. Proses yang terakhir adalah tahap pengeringan dari film tersebut (drying).
Kemudian dapat dilihat hasil dari jumla radiasi yang diarbsorpsi oleh struktur
yang menentukan radiodensitas bayangan, yaitu:
1. Daerah putih disebut radiopak yang merupakan struktur padat.
2. Daerah hitam atau radiolusen yang merupakan jaringan sekitar, struktur yang
diizinkan berlalunya sinar X untuk menampilkan gambar.
3. Bayangan kelabu yaitu struktur yang bervariasi menyerap sinar X (White an d
Praroah, 2009).
2.KOMPOSISI
Menurut Margono (2012) bahan yang diperlukan untuk pemrosesan
diantaranya yaitu:
a. Hydroquinone, merupakan zat pereduksi (reducing agent) yang menghasillkan
kontras dengan baik.
b. Metol (elon),merupakan zat pereduksi yang menyebabkan timbulnya detail
gambar obyek yang difoto.
c. Natrium karbonat, untuk mempertahankan derajat kebasahan supaya
developer dapat berfungsi. Disebut juga aselerator sebab dapat mempercepat
kerja developer.
d. Kalium bromide, berfungsi mereduksi kristal-kristal yang tidak tertembus sinar
X dan mencegah gambaran kabut pada film.
e. Natrium sulfit, untuk mencegah zat pereduksi teroksidasi oleh oksigen yang
ada di dalam air atau oksigen yang berasal dari udara.
f. Air , sebagai zat pelarut.
Larutan developer yang digunakan pada pemrosesan harus ditutup untuk
mengurangi oksidasi dan zat ini harus ditaruh di dalam ruangan pada temperature
20 derajat atau temperatur yang dianjurkan oleh pabrik. Jadi fungsi laturan
developer ini adalah mengendapkan halida perak yang ada emulsi fil yang
tertembus sinar X sehingga berwarna hitam.
Larutan fiksasi terdiri atas:
a. Natrium tiosulfat, untuk melarutkan perak bromide yang tidak larut dalam
larutan developer.
b. Asam asetat, untuk menetralisir sisa-sisa larutan developer yang masih
melekat pada film.
c. Natrium sulfit, untuk mencegah terurainya zat fiksasi dalam asam asetat.
d. Kalium alum (boraks), untuk mengeraskan gelatin pada emulsi film
e. Air, sebagai zat pelarut.
Larutan fiksasi berfungsi sebagai larutan dimana zat ini dapat melarutkan
kristal yang tidak tembus sinar X sehingga film tersebut bersih dari larutan
emulsida halide perak dan larutan developer yang tertinggal (Margono, 2012).
2) Kekurangan
a) Sangat diperlukan pengawasan ketat dan pembersihan teratur; roller
yang kotor dapat menghasilkan mark (bercak) pada film.
b) Beberapa model harus benar-benar persis.
c) Peralatannya mahal.
d) Mesin kecil tidak dapat memproses film ekstraoral yang besar (lebar).
DAFTAR PUSTAKA
Boel, T., 2009, Dental Radiografi Prinsip Dasar dan Teknik, USU Press, Medan.
Margono, G., 2011, Radiografi Intra Oral: Teknik, Prosesing, Interpretasi Radiogram, RGC,
Jakarta.
Rasad, S., 2005, Radiologi Ortodontik, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
White, S.C., Pharoah, M.J., 2009, Oral Radiology: Principles and Interpretation, Mosby
Elsevier, St.Louis, Missouri.