SKENARIO 1 BLOK 8
Dosen Pembimbing:
drg. Gusti Muhammad Perdana Putera
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami selaku kelompok 7 dapat menyelesaikan makalah
hasil dari tutorial pertama dan pertamapada scenario kedua di blok 8 Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Lambung Mangkurat dengan judul “Kenapa Gigi
Anakku Tidak Rapi”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan
dapat digunakan untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami selaku kelompok 7 mengucapkan terima kasih banyak kepada
drg.Gusti Muhammad Perdana Putera, selaku pembimbing tutorial kelompok 7.
Kami telah menyusun makalah ini dengan semaksimal mungkin, namun terlepas
dari itu semua kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini, dan semakin baik ke depanya. Akhir kata, kami dari kelompok 7
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca sekalian dan dapat berguna bagi ilmu pengetahuan kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Pengertian
Tahap
Perawatan Klasifikasi
Jenis MALOKLUSI
Perawtan Crossbite
Etiologi Tahap
Pengertian Klasifikasi
Perawatan
PEMBAHASAN
5
6
B. Tahapan perawatan
• Kunjungan 1, pembuatan model studi dan dilakukan foto rontgen
panoramik
• Kunjungan II, dilakukan pembuatan model kerja, desain piranti,
piranti yang dipilih adalah inclined bite planed.
Pembuatan model kerja :
a) Tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan lengkung gigi
yang baik pada rahang atas dan bawah, koreksi crowding
anterior dan posterior, cross bite anterior dan posterior, serta
edge to edge bite pada gigi anterior. Perawatan dimulai dengan
menggunakan kawat Australia plain wire 0,014” yang
dilengkapi dengan circle hook 1 mm di mesial braket gigi
kaninus rahang bawah dan rahang atas, anchorage bend 30°,
dan elastik intermaksiler klas II 5/16” 2 oz. Koreksi cross bite
posterior dilakukan dengan melebarkan kawat busur pada sisi
kanan rahang atas serta dengan menggunakan cross elastik 1⁄4”
15
4 oz yang dikaitkan dari button pada sisi palatal gigi 17, 15,
dan 16 ke hook molar tube gigi 46 dan bracket gigi 45. Setelah
tercapai general alignment, dilanjutkan dengan bite opening
dan retraksi gigi anterior rahang bawah menggunakan plain
wire 0,016”, anchorage bend 30° dan elastic intermaksilar klas
II. Koreksi cross bite posterior masih dilanjutkan.
b) Tujuan tahap kedua adalah mempertahankan hasil perawatan
tahap pertama dan penutupan ruang pencabutan (space closing)
dan dilakukan koreksi posisi rahang bawah yang bergeser ke
kiri. Space closing dilakukan pada rahang atas dan bawah. Pada
tahap ini digunakan plain wire 0,018”, dilengkapi dengan circle
hook di mesial braket gigi kaninus rahang bawah dan rahang
atas, anchorage bend 15° serta pemakaian elastik intramaksiler
1/4” 3 oz.
c) Perawatan tahap ketiga yaitu mengoreksi relasi aksial seluruh
gigi anterior dan posterior. Tahap ketiga menggunakan plain
wire 0,020” dengan anchorage bend 15°, circle hook di mesial
braket gigi kaninus rahang bawah dan rahang atas, uprighting
spring untuk koreksi mesial dan distal tilting.
• Kunjungan III, Piranti inclined bite plane diinserikan. Tahap pertama
perawatan adalah koreksi crossbite anterior dengan inclined bite plane
lepasan yaitu berupa akrilik pada sisi lingual gigi-gigi anterior rahang
bawah yang ditebalkan hingga membentuk sudut 45° dengan sudut
kemiringan pada permukaan incisal gigi-gigi anterior rahang bawah.
Pasien diinstruksikan untuk memakai alat sepanjang hari dan control
satu minggu sekali.
• Kunjungan IV, 1 minggu setelah insersi dilakukan control untuk
melihat adaptasi rongga mulut terhadap bahan akrilic. Dilakukan
control ke 2, tampak gigi sudah terkoreksi dengan baik. Untuk
memastikan gigi tidak relaps, dilakukan pengurangan bite plane
dengan tetap menggunakan piranti lepasan. Kerjasama yang baik
16
antara dokter gigi dan pasien merupakan salah satu kondisi yang
paling penting bagi keberhasilan perawatan menggunakan alat lepasan
(Christiono et al, 2018; Utari et al, 2012; Gungga et al, 2015).
disemenkan. Teknik ini memungkinkan pembukaan gigitan jika dipakai lebih dari
3 minggu.
• Hawley retainer dengan auxiliary spring. Alat ini digunakan pada kasus dengan
pergerakan gigi yang ringan pada pediatric dentistry. Pada prosedur ini prognosis
tegantung pada kooperatif pasien dan pengawasan orang tua.
Removable lower incline plane merupakan alat fungsional lepasan
sederhana yang bekerja seperti incline plane. Salah satu keuntungan alat ini adalah
sekaligus bias digunakan untuk retensi setelah perawatan aktif dan memungkinkan
untuk ditambahkan gigi akrilik jika diperlukan, sehingga bias digunakan gigi
tiruan lepasan pada rahang bawah pada kasus dimana terjadi premature loss pada
gigi desidui (Christiono et al, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Maloklusi didefinisikan sebagai suatu kondisi yang menyimpang dari
oklusi normal atau suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal suatu
gigi terhadap gigi yang lainnya. Etiologi maloklusi dapat digolongkan dalam
faktor umum dan faktor lokal. Faktor umum adalah faktor yang tidak
berpengaruh langsung pada gigi. Faktor lokal adalah faktor yang berpengaruh
langsung pada gigi. Klasifikasi Maloklusi berdasarkan maloklusi lengkung
rahang, yaitu deepbite, openbite, crowding, dan crossbite. Klasifikasi Angle
terdiri dari tiga Klas, yaitu maloklusi Klas I, maloklusi Klas II, dan maloklusi
Klas III. Crossbite adalah suatu kondisi dimana satu atau lebih gigi berada
pada posisi abnormal, yaitu lebih ke bukal atau palatal maupun labial dari gigi
antogonisnya. Perawatan crossbite anterior, yaitu terapi tongue blade, lower
incine plane, mahkota komposit atau stainless steel, Hawley retainer dengan
auxiliary spring, dan labial dan lingual arch wires. Perawatan crossbite
posterior coffin spring dan quad/tri/bi helix.
18
DAFTAR PUSTAKA