Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Tugas Prosthodonsia Kasus Absen 19

Oleh:

Ni Made Dessey Aryasih

( 2006129010019 )

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2020

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tugas Prosthodonsia Kasus
Absen 19” ini dengan baik.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari pembimbing mengenai
kasus-kasus GTSL sebagai salah satu pemenuhan tugas kepaniteraan ilmu Prosthodonsia
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpsar.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul Depan....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Tujuan......................................................................................................................2

1.3 Manfaat....................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3

2.1 Gigi Tiruan Lepasan.................................................................................................3

2.2 Fungsi Gigi Tiruan Lepasan.....................................................................................4

2.3 Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Gigi Tiruan Lepasan............................5

2.4 Indikasi Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan................................................................6

2.5 Jenis Gigi Tiruan......................................................................................................6

2.6 Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Gigi Tiruan.......................9

2.7 Gigi Penyangga......................................................................................................18

BAB III KESIMPULAN................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehilangan satu atau beberapa gigi mengakibatkan terjadinya gangguan fungsi

bicara, pengunyahan pengunyahan, estetik, serta kesehatan tubuh secara umum.

Kehilangan gigi dapat diatasi dengan pembuatan gigi tiruan cekat atau gigi tiruan lepasan.

Pada beberapa kasus yang tidak memungkinkan untuk dibuatkan gigi tiruan cekat, maka

gigi tiruan lepasan merupakan pilihan terbaik. Terdapat tiga jenis gigi tiruan sebagian

lepasan yang dibedakan menurut bahan basis gigi tiruannya, yaitu gigi tiruan kerangka

logam, gigi tiruan akrilik, dan gigi tiruan dengan bahan nilon termoplastik (Sumartati dkk,

2013).

Kehilangan gigi yang tidak segera diganti dengan gigi tiruan dapat menyebabkan

ekstrusi. Ekstrusi adalah keadaan dimana gigi yang sudah tidak mempunyai antagonis akan

menyebabkan pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti mahkota. Gigi

yang sudah tidak mempunyai antagonis akan menimbulkan erupsi berlebih dan dapat

terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan

mengalami kemunduran, sehingga gigi mulai ekstrusi (Gunadi dkk, 1991). Menurut

Glossary of Prosthodontics Terms, resorbsi tulang alveolar adalah suatu proses

pengurangan (reduksi) volume dan ukuran substansi tulang alveolar pada rahang atas dan

rahang bawah yang terjadi secara fisiologis atau alamiah dan dapat pula secara patologis

yang dipengaruhi oleh faktor secara sistemik (Falatehan, 2018).

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau

beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dibuka pasang

1
oleh pasien. Tujuan utama pemakaian GTSL adalah untuk memulihkan fungsi

pengunyahan, bicara, dan estetika serta mempertahankan kesehatan jaringan mulut yang

masih ada. Gigi tiruan sebagian lepasan dapat dibuat alloy metal, resin akrilik, dan resin

termoplastik (Yunisa dkk, 2015). Sedangkan pada kasus ini dibuatkan dengan bahan resin

termoplastik untuk mendapatkan retensi, estetik, dan stabilisasi yang baik.

Selama ini telah digunakan beberapa metode klasifikasi untuk rahang yang hilang

gigi sebagian. Klasifikasi Kennedy membagi semua keadaan tak bergigi menjadi empat

macam keadaan. (Gunadi dkk, 1991)

Pada kasus ini pasien kehilangan gigi 15, 16, 17, 18, 26, 27, 28. Sehingga dalam

makalah ini penulis akan menjawab soal mengenai klasifikasi Kennedy pada kasus, jenis

dan arah klamer serta gambar desain gigi tiruan pada kasus tersebut.

1.2. Tujuan makalah

1.2.1. Mengetahui kelasifikasi Kennedy pada kasus tersebut

1.2.2. Mengetahui jenis dan arah klamer pada kasus tersebut

1.2.3. Menggambar desain gigi tiruan sebagian lepasan pada kasus tersebut

1.3. Manfaat makalah

Sebagai sarana referensi dalam pendidikan Kedokteran Gigi khususnya di bidang

Prosthodonsia mengenai Gigi Tiruan Sebagian Lepasan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gigi Tiruan Lepasan

Geligi tiruan (protesa, protesis, restorasi, denture) adalah protesa yang

menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya. Menurut Appleate (1959), gigi

tiruan sebagian lepasan adalah salah satu alat yang berfungsi mengembalikan beberapa

gigi asli yang hilang dengan dukungan utama jaringan lunak di bawah plat dasar dan

dukungan tambahan adalah gigi asli yang masih tertinggal dan terpilih sebagai pegangan.

Sedangkan menurut The Glossary of Prosthodontic (2005), gigi tiruan lepasan adalah

semua protesa yang menggantikan sebagian gigi atau pun keseluruhan gigi dalam satu

lengkung gigi. Gigi tiruan lepasan dibuat untuk menggati gigi yang hilang atau ompong

sebagian maupun seluruh gigi dalam mulut.

2.6.1. Macam-macam gigi tiruan lepasan

Gigi tiruan dibagi menjadi 2 macam yaitu gigi tiruan lengkap dan gigi tiruan

sebagian. Gigi tiruan lengkap adalah restorasi yang dibuat untuk suatu perawatan bila

satu atau kedua lengkung rahang suda tidak ada giginya lagi. Gigi tiruan sebagian adalah

suatu perawatan untuk penggantian satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi yang hilang

dari satu atau dua lengkung gigi. Gigi tiruan sebagian lepasan adalah geligi tiruan yang

menggantikan satu atau lebih, tetapi tidak semua gigi serta jaringaan sekitanya dan

didukung oleh gigi asli yang tertinggal dan atau jaringan di bawahnya, serta dapat

dikeluar masukkan ke dalam mulut oleh pemakainya.

3
2.2. Fungsi Gigi Tiruan Lepasan

2.6.1. Pemulihan Fungsi Estetik

Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya

karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan,

warna maupun berjejalnya gigi-geligi. Mereka yang kehilangan gigi depan

biasanya memperlihakan wajah dengan bibir masuk ke dalam, sehingga wajah

menjadi depresi pada dasar hidung dan dagu menjadi tampak lebih ke depan.

Selain itu, timbul garis yang berjalan dari lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan

yang tidak sesuai dengan usia penderita. Akibatnya, sulcus labio-nasalis menjadi

lebih dalam.

2.6.2. Peningkatan Fungsi Bicara

Alat bicara dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat

statis, yaitu gigi, palatum tulang alveolar. Kedua, yang bersifat dinamis, yaitu

lidah, bibir, vulva, tali suara dan mandbula. Prosedur terjadinya suara berawal

dari laring, lidah, palatum, dan dibatu gigi-geligi sehingga akhirnya terbentuk

suara. Rongga mulut dan sinus maksilaris dalam hal ini berfugnsi sebagai ruang

resonansi.

Walapun pemakaian geligi tiruan mampu meningkatkan fungsi bicara, tetapi

pemakaian geligi tiruan ini dapat mengakibatkan kelainan bicara. Kelainan seperti

ini timbul pada penderita pemakai geligi tiruan yang pembuatannya kurang

sempurna, atau karena si pemakai belum terbiasa dengan keadaan baru ini.

2.6.3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan

4
Pola kunyah penderita yang sudah kehilangan sebagian gigi biasanya

mengalami perubahan. Jika kehilangan beberapa gigi terjadi pada kedua rahang,

tetapi pada sisi sama, maka pengunyahan akan dilakukan semaksimal mungkin

oleh geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal seperti ini, tekanan kunyah akan

dipikul satu sisi atau bagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia

merasa perbaikan. Perbaikan ini terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapa

disalurkan secara lebih merata ke seluruh bagian jaringan pendukung.

2.6.4. Pencegahan migrasi gigi

Migrasi gigi akibat gigi hilang dapat menyebabkan renggangnya gigi-gigi

lain. Membiarkan ruang gigi begitu saja dapat menyebabkan overerupsi gigi

antagonis, memudahkan akumulasi plak interdental yang dapat menjurus kepada

perdanagn jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi.

2.6.5. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah

Hilangnya sebagian besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban

oklusal pada gigi yang masih tertinggal. Keadaan ini akan memperburuk kondisi

periodontal, gigi menjadi goyang dan miring terutama ke labial untuk gigi depan

atas, akan terjadi abrasi berlebih pada permukaan oklusal/insisial atau merusak

restorasi yang dipakai apabila beban berlebih pada perlekatan periodontal gigi-

gigi ini kuat, terjadi disfungsi otot-otot kunyah akibat pola kunyah berubah dan

juga overerupsi gigi.

2.3. Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Gigi Tiruan Lepasan

1. Enak dipakai

5
2. Dapat berfungsi dengan baik

3. Estetik baik

4. Tidak menimbulkan gangguan, rasa sakit, kelainan, penyakit atau gangguan

apapun.

5. Harus dapat mempertahankan dan melindungi gigi dan jaringan sekitar.

6. Cukup kuat dan tahan lama.

2.4. Indikasi Pembuatan Gigi Tiruan Lepasan

1. Kehilangan gigi satu atau lebih

2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik, dan memenuhi syarat digunakan sebagai

pegangan

3. Keadaan prosessus alveolaris baik

4. Keadaan pasien baik yang dapat diketahui dengan cara melakukan pemeriksaan

status umum, pemeriksaan extra oral.

5. Oral hygiene baik

2.5. Jenis Gigi Tiruan

2.6.1. Berdasarkan Jaringan Pendukungnya

i. Tooth supported

ii. Mucosa supported

iii. Tooth and Mucosa supported

2.6.2. Berdasarkan waktu pemasangan

6
1. Immidiate Protesa

Immediate protesa adalah gigi tiruan yang diberikan kepada pasien

yang akan mengalami pencabutan, pasien dapat menggunakan gigi tiruan

setelah pencabutan dilakukan dan tidak perlu menunggu proses

penyembuhan terlebih dahulu. Immerdiate protesa sudah dibuat sebelum

dilakukannya pencabutan.

2. Conventional Protesa

Conventional protesa adalah gigi tiruan yang dibuat setelah

pencabutan dengan kondisi gusi yang telah mengalami penyembuhan.

2.6.3. Berdasarkan Bahan yang Digunakan

1. Frame and metal protesa

2. Akrilik protesa

3. Vulcanite protesa (karet yang dikeraskan sebagai basis, serta elemen gigi

tiruan)

2.6.4. Berdasarkan Jumlah Kehilangan Gigi Menurut Kennedy (1925)

1. Kelas I : daerah yang tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang (bilateral)

2. Kelas II : daera yang tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada, tetapui berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral).

3. Kelas III : daerah yang tak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang masih ada di

bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

4. Kelas IV : daerah tak bergigi terletak pada bagian anterior dari gigi-gigi yang

masih ada dan melewati garis tengah rahang.

7
2.6.5. Berdasarkan Letak Sadel Applegate – Kennedy

i. Kelas I

Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy. Keadaan ini

sering dijumpai pada rahang bawah dan biasanya telah beberapa tahun

kehilangan gigi.

ii. Kelas II

Daerah yang tidak bergigi sama dengan klasifikasi Kennedy Kelas II.

Kelas ini sering tidak diperhatikan pasien.

iii. Kelas III

Keadaan tidak bergigi paradentak dengan kedua gigi tetangganya tidak

lagi mampu member dukungan kepada protesa secara keseluruhan

iv. Kelas IV

Daerah tidak bergigi sama dengan Klasifikasi Kennedy Kelas IV.

v. Kelas V

Daerah tidak bergigi paradental dimana gigi asli anterior tidak dapat

dipakai sebagai gigi penahan atau tak amampu menahan daya kunyah.

Kasus seperti ini banyak dijumpai oada rahang atas, karena gigi kaninus

yang dicabut karena malposisi atau terjadinya kecelakaan.

vi. Kelas VI

8
Daerah tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga asli data

dipakai sebagai gigi penahan. Kasus seperti ini sering kali merupakan

daerah tak bergigi yang terjadi untuk pertama kalinya dalam mulut.

Selain keenam kelas tersebut diatas, Klasifikasi Applegate-Kennedy

mengenal juga modifikasi untuk daerah tak bergigi tambahan. Bila tambahan ini

terletak di anterior, maka disebut Kelas…modifikasi A.

Pada penambahan yang terletak di posterior, disebut Kelas…. modifikasi

P. Untuk penambahan ruangan yang lebih dari satu, di muka huruf petunjuk

modifikasi diberi tambahan angka Arab sesuai jumlahnya.

Contoh, Kelas II Modifikasi 2A (atau 1P atau 2A & 3P dan seterusnya).

2.6. Komponen yang Perlu Diperhatikan dalam Pembuatan Gigi Tiruan

2.6.1. Basis / Landasan Gigi Tiruan

Basis geligi tiruan sering disebut juga dengan dasar atau sadel yang

merupakan bagian yang menggantukan tulang alveolar yang sudah hilang dan

berfungsi mendukung gigi tiruan. Adapun fungsi fungsi lainnya, yaitu :

1. Mendukung gugu (elemen) tiruan

2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau

linggir sisa

3. Memenuhi faktor estetik

4. Memberikan stimulasi kepada jaringan yang berada dibawah dasar geligi tiruan

5. Memberkan retensi dan stabilisasi

Basis dapat digolongkan menjadi :

i. Basis dukungan gigi atau basis tertutup (bounded saddle)

9
ii. Basis dukungan jaringan atau kombinasi atau berujung bebas (free end)

Pada basis dukungan gigi, tekanan oklusal secara langsung

disalurkan kepada geligi penyangga melalui kedua sandaran oklusal.

Selain fungsi tadi, basis bersama-sama elemen tiruan berfungsi pula

mencegah migrasi horizontal gigi tetangga serta migrasi vertikal gigi

antagonis.

Pada kasus berujung bebas, bagian basis yang berdekatan dengan

gigi penyangga akan mendapatkan dukungan dari basis tersebut,

sedangkan bagian yang jauh akan didukung dengan jaringan linggir sisa

yang berada dibawah geligi tiruan. Dukungan jaringan ini penting, agar

tekanan kunyah dapat disalurkan ke permukaan yang lebih luas, sehingga

tekanan per satuan luas menjadi lebih kecil.

2.6.2. Retainer / Cengkram / Klamer / Cangkolan

Retainer

Penahan atau retainer adalah bagian dari gigi geligi tiruan sebagian lepasan

yang berfungsi memberikan retensi dan karenanya mampu menahan protesa tetap

pada tempatnya.

Penahan ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu penahan langsung

(direct retainer) yang berkontak langsung dengan permukaan gigi penyangga dapat

berupa cengkram atau kaitan presisi. Kelompok kedua adalah penahan tidak

langsung (indirect retainer) yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang

cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak

langsung ini didapatkan dengan cara memberikan retensi pada sisi berlawanan dari

garis fulkrum.

10
Kemampuan menahan gaya ini diperoleh dengan satu atau berbagai cara,

diantaranya :

1. Cengkram

2. Kaitan presisi

3. Gesekan (friksi), antara tepi geligi tiruan dengan gigi

4. Adhesi berupa ikatan antara basis dengan saliva dan saliva dengan mukosa,

serta Kohesi yang berupa ikatan antara saliva dengan saliva itu sendiri

5. Tekanan atmosfir

6. Bagian basis yang melewati daerah gerong gigi

7. Bagian basis yang melewati daerah gerong jaringan lunak

8. Pembentukan tepi jaringan pada permukaan poles protesa

9. Gaya gravitasi

10. Retensi tak langsung

Cengkram

Cengkram dapat digolongkan menjadi :

1. Menurut Konstruksinya :

1. Cengkram tuang atau cor ( cast clasp )

2. Cengkram kawat ( wrought wirl clasp )

3. Cengkram kombinasi ( combination clasp )

2. Menurut Desain :

1. Cengkram Sirkumferensial

2. Cengkram Batang

11
3. Menurut arah datangnya lengan

1. Cengkram Oklusal

2. Cengkram Gingival

Adapun prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan cengkram,

diantaranya:

1) Pemelukan, dimana cengkram harus memeluk permukaan gigi lebih dari 180ᵒ

tetapi kurang dari 360ᵒ

2) Pengimbangan, dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bagian geligi tiruan

untuk mengimbangi atau melawan gaya yang ditimbulkan oleh bagian-bagian

lain.

3) Retensi, biasanya diberikan dengan lengan retentif, karena ujung lengan ini

ditempatkan pada daerah gerong.

4) Stabilisasi, merupakan gaya untuk melawan pergerakan geligi tiruan dalam

arah horizontal.

5) Dukungan, cengkram harus sanggup melawan gaya oklusal atau vertikal yang

terjadi pada waktu berfungsi atau mastikasi.

6) Pasifitas. Lengan retentif pada daerah gerong harus bersifat pasif, sehingga

tidak menekan gigi.

Bagian-bagian cengkram dan fungsinya:

Cengkram merupakan penahan langsung ekstra koronal dan berfungsi menahan,

mendukung, dan menstabilkan geligi tiruan sebagian lepasan. Secraa struktural,

cengkram terdiri dari bagian-bagian :

12
1) Badan cengkram (body), terletak antara lengan dan sandaran oklusal

2) Lengan cengkram (arm), terdiri dari bahu dan terminal

1. Lengan retentif berfungsi untuk :

a. Melawan pergerakan geligi tiruan ke arah vertikal

b. Menetralisasi gaya yang akan memiringkan gigi penyangga

c. Stabilisasi protesa

2. Bahu cengkram (shoulder), bagian lengan yang berada di atas garis

survei, biasanya tegar

3. Ujung lengan (terminal), bagian ujung lengan cengkram

4. Sandaran (rest) , bagian yang bersandar pada permukaan oklusal/insisal

gigi penahan

5. Konektor minor (minor connector), bagian yang menyatukan cengkram

dengan krangka logam geligi tiruan. Misalnya suatu penahan langsung

atau sandaran oklusal dihubungkan dengan konektor utama melalui suatu

konektor minor.

(Gambar : Konektor Minor)

2.6.3. Sandaran / Rest

13
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada

permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan

vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal

premolar dan molar atau permukaan lingual gigi anterior. Supaya dapat

berfungsi dengan efektif, sandaran harus ditempatkan pada permukaan gigi yang

sengaja di preparasi.

Sandaran untuk gigi posterior dapat berupa sandaran oklusal, sandaran

internal, sandaran onlay dan sandaran kail. Untuk gigi anterior, sandaran dapat

berupa sandaran singulum, sandaran insisal, sandaran restorasi, dan bahu lingual

sirkumferensial.

2.6.4. Konektor

Konektor utama merupakan bagian geligi tiruan sebagian lepasan yang

menghubungkan bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan

yang ada pada sisi lainnya. Supaya dapat berfungsi dengan baik, bagian ini harus

memenuhi beberapa persyaratan berikut ini :

1. Konektor rigid / tetap

Supaya gaya-gaya yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke

seluruh bagian atau daerah gigi pendukung maka konekteor harus bersfifat

rigid. Karena ketegarannya, konektor utama dapat mengimbangi gaya

torsional yang akan disalurkan kepada gigi penyangga sebagai gaya ungkit.

2. Lokasinya diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu pergerakan

jaringan

14
Konektor harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

atau menyebabkan tergesernya mukosa dan gingiva. Pada bagian yang

memiliki torus palatinus, sebaiknya konektor diberi rilif agar tidak

terganggu pada saat dimasukkan dan di keluarkan.

3. Bagian Perifer konektor utama harus terletak cukup jauh dari tepi gingiva

Tepi batang lingual paling sedikit harus terpisah 3 mm dari tepi

gingiva. Pada rahang atas, tepi konektor utama minimal 6 mm dan

sebaiknya dibuat sejajar dengan lengkung gigi.

4. Kontur bagian perifer konektor harus dibentuk membulat dan tidak tajam

Hal ini bertujuan agar lidah atau pipi tidak terganggu.

(Gambar : Jarak Perifer tepi konektor utama rahang bawah)

(Gambar : Jarak Perifer tepi konektor utama rahang atas)

15
5. Konektor Utama Rahang Atas

a. Batang Palatal Tunggal

Diletakkan pada bagian tengah palatum, konektor ini dapat

diadaptasi penderita dengan baik, karena itu jarang ada keluhan.

Karena terletak pada jaringan yang komprensibilitasnya rendah,

jarang terjadi ayunan antero-posterior pada penggunaan batang

palatal tunggal ini.

Kehilangan 1 atau 2 gigi tiap sisi lengkung rahang :

Indikasi pemakaian :

a. Daerah tak bergigi berujung tertutup

b. Kebutuhan dukungan palatum minimal

(Gambar : Konektor Batang Palatal Tunggal)

b. Plat Palatal Bentuk U

Supaya tegar, konektor ini harus dibuat cukup tebal, pada hal ini

akan mengurangi kebebasan gerakan lidah. Sebaliknya bila kurang

tebal, jadi fleksibel dan bila tak ada gigi pendukung posterior maka

akan terjadi trauma pada linggir sisa.

16
Indikasi Pemakaian

a. Kehilangan satu atau lebih gigi anterior/posterior atas

b. Adanya torus palatinus luas

c. Perlunya splin gigi anterior

(Gambar : Konektor Plat Palatal Bentuk U)

c. Batang Palatal Ganda

Merupakan pilihan yang utama untuk maksilla dengan torus

palatinus yang bergerong, banyak lobulinya, dan masif atau

membesar ke posterior sehingga tidak dapat dilakukan penutupan

palatum penuh.

Indikasi :

a. Semua kelas Kennedy, tetapi lebih sering kelas II dan IV

b. Gigi penyangga anterior dan posterior terpisah jauh

17
(Gambar : Konektor Batang Palatal Ganda)

d. Plat Palatal Penuh

Plat ini dapat dibuat tipis dan menyeluruh menutupi palatum

sehingga mirip permukaan aslinya, bentuk yang sesuai anatomi

palatum ini menambah ketegaran, meskipun konektor ini dibuat

sangat tipis.

Indikasi pada kasus Kennedy klas I dan II

(Gambar : Konektor Plat Palatal Penuh)

2.6.5. Elemen Gigi

Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian gigi geligi tiruan sebagian lepasan

yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang.

18
2.7. Gigi Penyangga

Gigi Abutment atau gigi penyangga adalah gigi asli atau akar yang telah di

preparasi untuk penempatan retainer dan komponen yang mendukung gigi tiruan

tersebut. Pada penentuan gigi penyangga, juga dipertimbangkan macam-macam

dukungan yang digunakan oleh gigi tiruan, yaitu :

1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dukungan Gigi

Dukungan diperoleh dari gigi dengan pertimbangan gigi

pendukungnya masih kuat, sehat, dan baik. Sadel tidak panjang dan jumlah

sadel tidak banyak. GTSL dukungan gigi asli masih dianggap merupakan

dukungan paling baik karena terdapat penahan langsung pada kedua ujung

daerah tidak bergigi dan tidak terjadi pergerakan protesa ke arah jaringan

lunak sehingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan dibawahnya.

2. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dukungan Jaringan

Dukungan diperoleh dari jaringan mukosa. Dukungan ini dipilih

dengan pertimbangan penyaluran gaya oklusal ke mukosa atau jaringan

pendukung. Jaringan mukosa dibawah sadel harus sehat dan cukup tebal,

tulang alveolar dibawah sadel harus padat dan sehat, serta tidak ada

penyakit sistemik pasien yang berkaitan dengan resorpsi tulang yang

progresif.

3. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Dukungan Campuran

19
Dukungan diperoleh dari gigi asli dan jaringan mukosa. Cara-cara

yang dapat ditempuh untuk maksud tersebut antara lain pengurangan gaya

oklusal, penyaluran gaya oklusal pada gigi penyangga dan mukosa melalui

cetakan fungsional, serta penempatan sandaran menjauhi basis dan

perluasan basis distal.

Syarat Pemilihan Gigi Penyangga :

1. Gigi harus cukup kuat.

2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.

3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan proc. alveolaris.

4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.

5. Bila membutuhkan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang

letaknya sejajar.

20
BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus yang kehilangan gigi 15, 16, 17, 18, 26, 27, 28

1. Menentukan klasifikasi Kennedy :

 Pada kasus diatas termasuk ke dalam Klasifikasi Kennedy Klas I

2. Menentukan macam klamer dan arah klamer :

 Klamer 2 jari dengan rest pada mesial di gigi 14 dan 25

o Pada kasus ini, yaitu gigi tiruan free-end, terjadi perbedaan

kompresibilitas jaringan antara mukosa yag dekat dengan gigi dan daerah

yang jauh mencapai retromolarpad. Titik fulcrum gigi tiruan jatuh pada

mukosa yang dekat dengan gigi penyangga, istilah nya yaitu ungkitan

kelas I (Class I Leverage)

o Teori ungkitan yaitu effort arm harus lebih jauh atau lebih panjang dari

fulcrum dibandingkan dengan resistance arm. Distal extension (free-end)

jauh dari fulcrum, oleh karena itu rest disimpan dekat fulcrum agar daya

oklusalnya tidak terkonsentrasi di ujung distal. (Carr & Brown, 2015)

21
 Penjelasan gambar : desain yang benar pada kasus free-end (distal extension)

menggunakan Mesial Rest Concept. Rest harus disimpan dekat fulcrum. Yang

benar adalah rest berada di mesial apabila arah cangkolannya distal – mesial dan

tetap menggunakan konsep Kelas I Ungkitan. Gambar A = undercut di distal.

Gambar B = undercut di mesial. Sehingga dengan arah cangkolan yang sama

gambar dan B memiliki bentuk cangkolan yang berbeda.

3. Gambar Desaign :

 Protesa Lepas, bilateral

 Basis menggunakan plat akrilik

 Perluasan outline sadel sampai hanural notch.

 Menggunakan Konektor Plat penuh

 Relief chamber

(Gambar : Desain Kasus)

22
DAFTAR PUSTAKA

Sumartati Y, Saleh S dan Dipoyono HM, “Pengaruh Konsentrasi Alkohol Dan Lama

Penggunaan Obat Kumur Terhadap Modulus Elastisitas Thermoplastic Nylon Sebagai

Bahan Basis Gigi Tiruan”, Ked Gi, Vol. 4, No. 4, Oktober 2013: 304-312

Gunadi, HA, dkk. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepas, Jilid 1, Jakarta,

Hipokrates,1994.

Henderson, D. et al. Removable Partial Prosthodontics, Edisi 4, St Louis, The Mosby,1973.

Milatania dkk, “Kasus Iatrogenik Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Tuan Abdul”, Makalah Program

Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Jatinangor, 2017

23

Anda mungkin juga menyukai