Anda di halaman 1dari 6

Orthodonsia – drg.

Norman

Perawatan Pasif
ABSTRACT
Keberhasilan perawatan ortodonti adalah apabila gigi – gigi yang telah digerakkan stabil dalam kedudukan
yang baru. Sesudah dilakukan pergerakan gigi aktif, perubahan jaringan penyangga gigi masih terus berlanjut.
Apabila gigi – gigi tidak ditahan, maka dapat terjadi pergerakan gigi yang tidak diinginkan. Periode retensi
dibutuhkan sesudah perawatan aktif selesai.

Kata Kunci : perawatan pasif, retensi, relaps.

Korespondensi : Drg. Norman Hidajah, Lab. Orthodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi universitas Mahasaraswati
Denpasar. Jln. Kamboja 11 A Depasar, Telp/Fax : (0361) 261278

PENDAHULUAN
Pada akhir perawatan aktif yang berhasil, gigi – gigi harus berada pada posisi keseimbangan otot
dengan tekanan alami yang bekerja pada gigi – gigi tersebut. Biasanya retensi mekanis pasif diperlukan pada
tahap ini.1

Keberhasilan perawatan ortodonti adalah apabila gigi – gigi yang telah digerakkan stabil dalam
kedudukan yang baru. Sesudah dilakukan pergerakan gigi aktif, perubahan jaringan penyangga gigi masih
terus berlanjut. Apabila gigi – gigi tidak ditahan, maka dapat terjadi pergerakan gigi yang tidak diinginkan.
Periode retensi dibutuhkan sesudah perawatan aktif selesai.

Tujuan untuk mempertahankan gigi-gigi tang telah digerakkan di dalam posisinya yang baru, secara
estetika maupun fungsional, sering disebut dengan masa retensi atau fase retensi.

TELAAH PUSTAKA
Pada akhir perawatan aktif gigi – gigi yang telah digerakkan harus berada pada keseimbangan otot –
otot dengan semua tekanan alami dan cenderung untuk menahan gigi pada posisi yang baru. Retensi mekanis
pasif diperlukan pada tahap ini untuk periode beberapa waktu. f

Menurut Houston, peranti retensi harus dipakai sehari penuh dalam 3 bulan, diikuti pemakaian hanya
malam hari saja selama 3 bulan. Jika pada periode 3 bulan yang akhir ini gigi – gigi masih menunjukkan
mobilitas, berarti posisi gigi tersebut belum stabil.

A. Menurut Isaacson dkk. Lamanya periode retensi dapat dibagi dalam 3 katagori :
1. Periode retensi jangka pendek.
 Misalnya pada kasus gigitan sialng anterior peranti terakhir dapat digunakan sebagai peranti
retensi yang ddipakai pada malam hari saja selama 3 – 6 bulan.

2. Periode retensi standar.


 Peranti retensi dibuat sesuai dengan keadaan dan dipakai selama 6 bulan siang malam dan
malam hari saja selama 6 bulan.

3. Periode retensi jangka panjang.


 Periode ini dibutuhkan misalnya pada koreksi gigi yang rotasi, penutupan diastema sentral atau
adanya keraguan tentang stabilitas pengurangan jarak gigit karena letak bibir atas.

1. Perawatan pasif
1. Sementara contoh : Kasus Protrusi BimaksileR
2. Alat dipasifkan dulu ( rahang atas )
3. Setelah rahang bawah dibawa ke lingual (sudah ada overjet) --- rahang atas diaktifkan
(dibawa ke palatal )
4. Masa retensi = setelah perawatan aktif selesai. Oleh karena gigi yang digerakkan punya
tendensi relaps.

2. Sejarah :
1.1. Kingsley : Bila gigi-gigi yang sudah degerakkan sedah berada dalam lengkung dan oklusi yang
baik --- masa retensi tidak perlu.
 Karena oklusi yang baik memberikan retensi dan stabilitas yang baik.

1.2. Mershem : Gigi yang telah mengalami perubahan ---- bila diberi kesempatan untuk sesuaikan
diri dalam posisi yang baru --- masa retensinya tidak lama.

1.3. Lundstrom : Basis apikal merupakan faktor yang penting dalam perbaikan maloklusi --- karena
itu bila gigi-gigi yang diperbaiki tidak terletak dalam basis apikal – bila gigi-gigi terswebut
digerakkan --- akan relaps

1.4. Nance : Bila kita menggerqkan gigi ke transfersal --- pergerakan harus dalm batas-batas tertentu.

1.5. Tweed : Gigi inscsivus bawah terletak tegak lurus dengan garis mandibula dengan variasi 5 o ( 90
+ 5o ) ----- setelah digerakkan.
1.6. Rogers : Gigi dalam posisinya yang baru, harus seimbang dengan otot-otot sekitarnya karena
cenderung relaps.

 Kesimpulan : gigi yang telah digerakkan secara aktif, perlu masa retensi ( = perawatan aktif )

3. Masa retensi tidak selalu menjamin keberha1.silan perawatan, Jika :


- Keseimbangan otot tidak baik
- Ada “Traumatic occlusion”

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi masa retensi :


1. Usia pasien 5. Bentuk anatomin gigi
2. Macam oklusi 6. Hasil yang dicapai setelah perawatan aktif
3. Etiologi kelainan tersebut selesai
4. Kesehatan pasien

1st. Usia pasien


 Pasien muda pembentukan tulang baru lebih cepat , jadi masa retensi lebih cepat.

2nd. Macam oklusi :


- Kasus crossbite anterior ---- masa retensi singkat oleh karena gigi rahang atas sudah ditahan oleh
gigi rahang bawah.
- Kasus gigitan dalam ---- masa ret3ensi lama karena menunggu gigi P1 dan P2 erupsi ( ke
oklusal ).
- Kasus-kasus pencabutan ----- masa retensi lama
- Kasus-kasus gigi rotasi ----- masa retensi lama ---- lebih baik dilakukan “over rotated”
- Kasus serial ekstraksi ----- jika dilakukan dengan baik --- tidak perlu masa retensi

3rd. Etiologi Kelainan : Perawatan menghilangkan faktor etiologi


 Contoh : Kebiasaan jelek ----- tendensi untuk relaps

4th. Kesehatan pasien


 Pasien sakit : - Malas pakai alat sehingga masa retensi semakin lama
- Pembentukan tulang baru terhambat.
5th. Bentuk anatomi gigi :
 Gigi posterior dengan cusp yang baik / jelas --- punya oklusi yang lebih stabil dari pada yang
datar ( aus ) --- masa retensi singkat.
6th. Hasil yang dicapai setelah perawatan aktif selesai
 Contoh : “Traumatik Occlusion”
 Menggerakkan caninus ---- tidak memperhatikan gigi antagonis --- terjadi gigitan tonjol ---
“traumatic Occlusion” ----- masa retensi lama

5. Keadaan yang membantu perawatan masa retensi :



Alam
1) Bentuk dan besar gigi
2) Keseimbangan – besar + relasi ---- lengkung geligi.

Yaitu lengkung geligi yang sesuai dengan dengan ukuran mesiodistal semua gigi-gigi --- merupakan
retensi alam yang baik.
3) Kontak proksimal.

Gigi digerakkan --- kontak baik --- bantu retensi
4) Kualitas prosesus alveolaris

Contoh : pasien berpenyakit rachitis ---- tulang lemah ---- pertumbuhan tulang terganggu ---
posisi gigi sukar diperhatikan
5) Tekanan otot-otot ( otot-otot wajah )

Terutama otot-otot di sekitar gigi anterior.

6. Mekanis dengan memakiai alat retensi


1. Alat lepasan : “ Hawley retainer “ yang terdiri dari
1. Plat akrilik : menutupi seluruh permukaan palatum
2. Klamer retensi : adams clasp, circumferensial clasp , ball clasp
3. Busur Labial : Pada kasus dengan ekstraksi P1 --- di depan P2 agar kontak tetap
baik tanpa ekstraksi P1 --- di belakang caninus.2

2. Alat cekat yang terdiri dari:


i. Cincin
ii. Kawat / taju

Dipakai bila hanya 1 atau 2 gigi rotasi yang sudah dalam keadaan baik

Taju berfungsi untuk menahan gigi agar tidak relaps.2
7. Syarat – syarat alat retensi :
1. Harus dapat menahan gigi tanpa merubah oklusi
2. Mudah dibersihkan
3. Tidak menekan gigi terlalu kuat
4. Konstruksi sederhana / mudah

8. Lama masa retensi :


 Masa retensi selesai --- jika derajat kegoyangan gigi yang telah digerakkan tidak ada atau sedikit.
o Untuk gerak ke distal atau mesial atau bukal atau lingual ----- +- 6 bulan
 I : 3 bulan --------- sehari penuh
 II : 3 bulan ----------malam saja
o Untuk gerakan rotasi ---- kurang lebih 12 bulan

9. Perawatan Pasif Sementara


Contoh : - Pada gigi goyang
- Menunggu gigi permanen erupsi.

10. Kasus Rotasi :


- Biasa : 12 bulan
- Ekstrim : dengan “ overcorrection “ = overrotated
 Pemotongan jaringan atau ligamen periodontal yang melintang yaitu : sabut – sabut supra
gingival oleh karena sukar beradaptasi dengan keadaan baru

11. Percobaan Reitan ( 1967 )


- Merotir gigi setelah beberapa bulan
 Sabut – sabut pokok / di akar ------ mau lurus
 Sabut – sabut supra alveolar ----- tetap tegang ---- cenderung relaps
12. Simpulan.
 Remodelling berlangsung terus setelah gigi digerakka
 Tidak ditahan segera setelah terapi aktif selesai, tegangan ligamen periodontal cukup untuk
membuat relaps.

DAFTAR PUSTAKA
1. Foster, T.D. , Buku Ajar Ortodonsia , alih bahasa Lilian Yuwono, Edisi III, Jakarta, EGC, 1999, 181 .
2. Samir E, Bishara, Text Book of Orthodontics, Iowa, W.B. Sounders Company, 245 ,318 – 319 .
3. Robert E. Moyers, Handbook Of Orthodontics For The Student and General Practitioner, third edition, London,
Year Book Medical Publishers, 1979: 442 – 444
4. Graber, T..M., Orthodontics Principles And Practice, third edition, W.B. Saunders Company, 1972 : 602 - 603

Anda mungkin juga menyukai