Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan

dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, oleh karena itu kesehatan yang perlu diperhatikan

selain kesehatan tubuh secara umum adalah juga kesehatan gigi dan mulut (Silvia,2015).

Terutama sakit gigi juga dapat mengganggu fungsi dari bagian atau organ tubuh lain. Hal

tersebut dikarenakan gigi dipersatukan oleh saraf Trigeminal yang berhubungan ke bagian mata,

rahang atas serta rahang bawah (Imelda, 2017).

Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut

lebih dari itu namun sayangnya tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi

kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Jordan, 2014). Berdasarkan penelitian Susi dkk tahun

2014 sebagian besar masyarakat sebatas memiliki keinginan untuk memeriksakan kesehatan

giginya, namun yang betul-betul datang ternyata sangat rendah.

Umumnya anak usia 6 – 12 tahun lebih rentan terkena penyakit gigi karena merupakan

kelompok usia krisis, pada usia tersebut terjadi transisi pertumbuhan gigi dari gigi susu ke gigi

permanen. (Rahmayani, 2016). Ketidakpedulian orang tua terhadap kebersihan gigi anaknya

menjadi salah satu faktor penyebab. Orang tua cenderung lebih menuruti apa yang diinginkan

anak dengan memberikan makanan yang diinginkan anak terutama makanan manis (Suciari,

2015). Keadaan tersebut dikarenakan banyaknya orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu

hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan

kesehatan gigi susu anak mereka (Chandra dan Wirata, 2017).


Kelainan pada gigi yang sering terjadi pada anak yaitu karies gigi. Menurut World Health

Organization, tahun 2004 usia 12 tahun dapat digunakan sebagai usia yang dibandingkan secara

internasional untuk memantau kejadian karies, dan sebagai indikator utama karena seluruh gigi

permanen telah erupsi (Faranitha dkk, 2016).

Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007, berdasarkan karakteristik di Indonesia

indeks karies (DMF-T) pada usia 12 tahun berada di angka 0,91 dan meningkat pada tahun 2013

di angka 1,4. Rentang angka 1,2 – 2,6 berdasarkan WHO merupakan katagori rendah karies.

WHO mengharapkan Global Goals for Oral Health 2020, target Decay, Missing, Filled-Teeth

(DMF-T) pada anak usia 12 tahun < 1. Pada tahun 2018, menurut Riset Kesehatan Dasar di

Indonesia, indeks karies untuk anak usia 12 tahun bertambah menjadi 1,9. Dari data-data yang

tersebut di atas menunjukkan semakin tingginya masalah karies di Indonesia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah substrat (makanan), host (gigi

dan saliva), mikroorganisme (Streptococcus Mutans dan Lactobacillus), dan waktu. Empat

faktor tersebut harus saling berkaitan dan terjadi secara terus-menerus untuk dapat membentuk

lesi karies yang kemudian digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berkaitan, apabila

salah satu dari faktor tersebut tidak ada, maka karies gigi tidak akan terjadi (Tarigan, 2015).

Gigi sebagai faktor host berperan sebagai tempat perlekatan plak. Permukaan oklusal gigi

yang memiliki lekuk dan fisur yang dalam, menyebabkan sisa makan yang melekat sulit

dibersihkan sehingga plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies

gigi (Ramayanti, 2013).

Saliva sebagai faktor host lainnya berperan dalam mekanisme proteksi yang menjaga

flora normal rongga mulut dan permukaan gigi yaitu pembersihan bakteri, aktivitas antibakteri,

buffers, dan remineralisasi. Komposisi kimia saliva menentukan pH dan kapasitas buffer saliva.
pH saliva tergantung pada perbandingan asam dan basanya (Sulendra dkk, 2013). Makanan yang

menyebabkan karies disebut dengan makanan kariogenik. Umumnya makanan kariogenik adalah

makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat yang dapat menyebabkan penurunan pH plak

menjadi ≤ 5,5 dan semakin menstimulasi terjadinya proses karies (Ramayanti, 2013).

Mengkonsumsi makanan yang mengandung gula tinggi, mempunyai korelasi tinggi

dengan kejadian karies gigi. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan

menyebabkan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah

pembentukan karies gigi (Kartikasari dan Nuryanto, 2014). Faktor makanan yang dihubungkan

dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik ( bentuk cair,

padat, tepung) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di dalam mulut, frekuensi makan dan

snacks serta lamanya waktu interval makan (Ramayanti, 2013).

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi

untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan

menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks (Nurhamida, 2014).

Makanan yang mengandung karbohidrat sederhana adalah Es krim dan Marshmallow. Es

krim memiliki kandungan sukrosa dan laktosa di dalamnya, sedangkan Marshmallow

mengandung sukrosa. Kedua makanan tersebut merupakan makanan favorit anak-anak karena

rasa manisnya, es krim dengan suhunya yang dingin dan Marshmallow dengan konsistensi yang

kenyal membuat anak-anak tertarik memakannya.

Selain faktor penyebab yang disebut di atas, ada beberapa faktor resiko yang

mempengaruhi terjadinya karies seperti : frekuensi mengkonsumsi makanan kariogenik sebagai

snack, lokasi gigi, status sosial ekonomi, gaya hidup serta frekuensi menyikat gigi dan waktu

menyikat gigi (Yadav dan Prakash, 2016). Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, penulis
tertarik meneliti mengenai perbedaan pH saliva setelah mengkonsumsi Es krim dan

Marshmallow.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah : “Apakah terdapat

perbedaan pH saliva antara setelah mengkonsumsi Es krim dan Marshmallow”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum :

Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui pH saliva setelah mengkonsumsi Es

krim dan Marshmallow.

1.3.2. Tujuan khusus :

1. Mengetahui pH Saliva setelah mengkonsumsi Es krim

2. Mengetahui pH Saliva setelah mengkonsumsi Marshmallow

3. Mengetahui makanan yang lebih berpotensi menyebabkan karies antara

Marshmallow dan Es krim dilihat dari penurunan pH Saliva.

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai sarana informasi dan sumbangan keilmuan dalam bidang kedokteran gigi

2. Sebagai sarana informasi dan edukasi bagi pembaca mengenai makanan

3. Sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai