PENDAHULUAN
Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan
dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, oleh karena itu kesehatan yang perlu diperhatikan
selain kesehatan tubuh secara umum adalah juga kesehatan gigi dan mulut (Silvia,2015).
Terutama sakit gigi juga dapat mengganggu fungsi dari bagian atau organ tubuh lain. Hal
tersebut dikarenakan gigi dipersatukan oleh saraf Trigeminal yang berhubungan ke bagian mata,
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut
lebih dari itu namun sayangnya tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi
kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Jordan, 2014). Berdasarkan penelitian Susi dkk tahun
2014 sebagian besar masyarakat sebatas memiliki keinginan untuk memeriksakan kesehatan
Umumnya anak usia 6 – 12 tahun lebih rentan terkena penyakit gigi karena merupakan
kelompok usia krisis, pada usia tersebut terjadi transisi pertumbuhan gigi dari gigi susu ke gigi
permanen. (Rahmayani, 2016). Ketidakpedulian orang tua terhadap kebersihan gigi anaknya
menjadi salah satu faktor penyebab. Orang tua cenderung lebih menuruti apa yang diinginkan
anak dengan memberikan makanan yang diinginkan anak terutama makanan manis (Suciari,
2015). Keadaan tersebut dikarenakan banyaknya orang tua yang beranggapan bahwa gigi susu
hanya sementara dan akan diganti oleh gigi tetap sehingga mereka tidak terlalu memperhatikan
Organization, tahun 2004 usia 12 tahun dapat digunakan sebagai usia yang dibandingkan secara
internasional untuk memantau kejadian karies, dan sebagai indikator utama karena seluruh gigi
Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007, berdasarkan karakteristik di Indonesia
indeks karies (DMF-T) pada usia 12 tahun berada di angka 0,91 dan meningkat pada tahun 2013
di angka 1,4. Rentang angka 1,2 – 2,6 berdasarkan WHO merupakan katagori rendah karies.
WHO mengharapkan Global Goals for Oral Health 2020, target Decay, Missing, Filled-Teeth
(DMF-T) pada anak usia 12 tahun < 1. Pada tahun 2018, menurut Riset Kesehatan Dasar di
Indonesia, indeks karies untuk anak usia 12 tahun bertambah menjadi 1,9. Dari data-data yang
Faktor yang menyebabkan terjadinya karies gigi adalah substrat (makanan), host (gigi
dan saliva), mikroorganisme (Streptococcus Mutans dan Lactobacillus), dan waktu. Empat
faktor tersebut harus saling berkaitan dan terjadi secara terus-menerus untuk dapat membentuk
lesi karies yang kemudian digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berkaitan, apabila
salah satu dari faktor tersebut tidak ada, maka karies gigi tidak akan terjadi (Tarigan, 2015).
Gigi sebagai faktor host berperan sebagai tempat perlekatan plak. Permukaan oklusal gigi
yang memiliki lekuk dan fisur yang dalam, menyebabkan sisa makan yang melekat sulit
dibersihkan sehingga plak akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies
Saliva sebagai faktor host lainnya berperan dalam mekanisme proteksi yang menjaga
flora normal rongga mulut dan permukaan gigi yaitu pembersihan bakteri, aktivitas antibakteri,
buffers, dan remineralisasi. Komposisi kimia saliva menentukan pH dan kapasitas buffer saliva.
pH saliva tergantung pada perbandingan asam dan basanya (Sulendra dkk, 2013). Makanan yang
menyebabkan karies disebut dengan makanan kariogenik. Umumnya makanan kariogenik adalah
makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat yang dapat menyebabkan penurunan pH plak
menjadi ≤ 5,5 dan semakin menstimulasi terjadinya proses karies (Ramayanti, 2013).
dengan kejadian karies gigi. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan
menyebabkan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah
pembentukan karies gigi (Kartikasari dan Nuryanto, 2014). Faktor makanan yang dihubungkan
dengan terjadinya karies adalah jumlah fermentasi, konsentrasi dan bentuk fisik ( bentuk cair,
padat, tepung) dari karbohidrat yang dikonsumsi, retensi di dalam mulut, frekuensi makan dan
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang berfungsi
untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat secara garis besar dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks (Nurhamida, 2014).
mengandung sukrosa. Kedua makanan tersebut merupakan makanan favorit anak-anak karena
rasa manisnya, es krim dengan suhunya yang dingin dan Marshmallow dengan konsistensi yang
Selain faktor penyebab yang disebut di atas, ada beberapa faktor resiko yang
snack, lokasi gigi, status sosial ekonomi, gaya hidup serta frekuensi menyikat gigi dan waktu
menyikat gigi (Yadav dan Prakash, 2016). Berdasarkan uraian yang disampaikan di atas, penulis
tertarik meneliti mengenai perbedaan pH saliva setelah mengkonsumsi Es krim dan
Marshmallow.
1. Sebagai sarana informasi dan sumbangan keilmuan dalam bidang kedokteran gigi