PEMBAHASAN
Es krim. Penelitian ini memakai variabel Marshmallow dan Es krim karena sama-sama
fermentasi yang sangat efektif menyebabkan karies karena akan menyebabkan turunnya
perbedaan antara Marshmallow dan Es krim adalah bentuk dan konsistensi. Bentuk dan
konsistensi makanan merupakan faktor potensial perubahan pH. Bentuk yang cair
menyebabkan perlekatan makanan lebih sebentar sebab lebih mudah dibersihkan oleh
perlekatan makanan dalarn mulut. Makanan yang dikunyah seperti Marshmallow ataupun
permen karet memiliki konsistensi yang kenyal sehingga menstimulasi saliva lebih
banyak akibat gerakan mastikasi, namun juga menyebabkan gigi terpapar gula lebih lama
terstimulasi menyebabkan aliran saliva makin cepat yang mengakibatkan volume saliva
meningkat yang akan menetralkan pH saliva. Hal ini terjadi karena komponen-komponen
yang ada pada saliva berubah, yaitu komponen organik dan anorganik. Salah satu
menekan naik turunnya derajat keasaman pH saliva (Haresauka, 2007 cit. Savita, 2017).
Menurut Apriyono dan Fatimatuzzahro pada tahun 2011, pada keadaan normal nilai
pH saliva berkisar antara 6,8 – 7,2 sehingga nilai rerata pH saliva sebelum diberi
perlakuan pada kedua kelompok dapat dikategorikan bahwa saliva dalam kondisi normal.
Sedangkan nilai rerata pH saliva setelah diberi perlakuan pada kedua kelompok terjadi
penurunan sehingga dikatagorikan saliva dalam kondisi asam. Derajat keasaman (pH)
saliva dikatakan rendah apabila berkisar 5,2 – 5,5 kondisi pH saliva rendah tersebut akan
dibawah nilai 7 sedangkan ph kritis menurut Collin pada tahun 2008 adalah nilai pH ≤
5,5.
Penurunan pH saliva dibawah 5 dapat terjadi dalam waktu 1-3 menit, sedangkan
menit. Penurunan pH saliva yang terjadi secara berulang kali dalam waktu tertentu dapat
memicu proses demineralisasi gigi (Kidd dan Bechal,2012). Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pH saliva adalah irama cyrcadian yakni pH saliva meningkat pada saat
keadaan istirahat atau segera setelah bangun dan pH saliva meningkat pada 15 menit
setelah makan kemudian turun kembali dalam waktu 30 – 60 menit. pH saliva agak
meningkat sampai malam dan setelah itu turun kembali (Amerongen, 1991). Maka dari
itu peneliti melakukan penelitian pada pagi hari pukul 09.00 WITA serta
air putih 1 jam sebelum penelitian dimulai. Pengumpulan saliva dilakukan sebanyak 5
kali setiap semenit, sehingga pengumpulan saliva membutuhkan waktu 5 menit setiap
perlakuan. Yang didukung oleh penelitian dari Charles Limena pada tahun 2012 dengan
judul “Waktu yang Dibutuhkan untuk Turunnya pH Saliva Anak Menjadi Terendah
setelah Makan Biskuit atau Coklat”, yang menunjukkan hasil jika mengkonsumsi 5 gram
biskuit akan menyebabkan penurunan nilai pH saliva yang sangat rendah pada 5 menit
dan 15 menit setelah mengkonsumsi biskuit dan mulai kembali normal ketika 20 menit
menunjukkan bahwa data yang digunakan merupakan data yang homogen. Hasil
nilai pH saliva sebelum mengunyah Marshmallow adalah sebesar 6.98 sedangkan nilai
sebelum mengkonsumsi Es krim sebesar 7,01 dan terjadi penurunan nilai setelah
mengkonsumsi Es krim yakni 4,93. Dapat disimpulkan bahwa penurunan pH saliva yang
paling banyak adalah pada kelompok yang mengkonsumsi Marshmallow dimana rata-rata
Penurunan pH saliva yang terjadi pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor
seperti : kandungan pada makanan, bentuk serta konsistensi makanan yang mencapai
gula sukrosa yang merupakan gula kariogenik yang menyediakan cadangan energi bagi
menjadi asam melalui proses glikolisis sehingga menyebabkan pH saliva menurun, selain
itu konsistensi Marshmallow yang kenyal menyebabkan gigi terpapar gula sukrosa lebih
lama dibandingkan kelompok yang mengkonsumsi Es krim. Es krim yang memiliki
bentuk cair lebih mudah untuk dibersihkan oleh saliva melalui self cleansing.
disebabkan karena sintesa ekstra sel gula lebih cepat sehingga cepat diubah oleh
mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi asam dan menurunkan kapasitas buffer
saliva lebih cepat (Edgard dkk, 2004). Kandungan gula pada Marshmallow disintesis
lebih cepat oleh bakteri rongga mulut untuk diubah menjadi glukan dan fruktan. Glukan
diperoleh dari hasil glikolisis oleh bakteri. Asam laktat adalah asam yang dihasilkan,
yang akan menyebabkan pH turun dalam waktu 1 – 3 menit menjadi pH kritis yakni pH ≤
Penelitian ini masih dalam ruang lingkup yang sama dari penelitian Ainna Savita dkk
pada tahun 2017, pada 17 anak dimana usia 10 – 12 tahun di Banda Aceh. Penelitian
tersebut bertujuan untuk membandingkan laju alir saliva antara sebelum dan setelah
mengkonsumsi permen karet dengan pemanis gula nonxylitol dan gula xylitol. Hasil
laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah pemen karet nonxylitol dan xylitol,
dimana mengkonsumsi permen karet non xylitol merangsang laju alir saliva lebih rendah
Xylitol merupakan gula yang tidak dapat difermentasi oleh bakteri dan tidak diubah
menjadi asam sehingga dapat mendorong keseimbangan asam basa di dalam mulut, juga
mempunyai efek merangsang sekresi saliva. Xylitol juga dapat menstabilkan kadar
kalsium fosfat dalam saliva yang penting untuk menciptakan kondisi ideal untuk
remineralisasi.
Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Lisna Kurnia Rezky dan Juni Handajani pada tahun 2011, yang memiliki tujuan untuk
mengetahui efek pengunyahan permen karet gula dengan permen karet xylitol terhadap
status saliva yang terdiri dari volume, pH dan viskositas saliva. Penelitian tersebut
dilakukan pada 30 subjek penelitian dan menunjukkan hasil penelitian bahwa adanya
peningkatan bermakna volume dan viskositas saliva pada pemen karet xylitol dan gula.
Derajat keasaman (pH) saliva menurun setelah mengunyah permen karet gula. pH saliva
cenderung tetap pada kelompok yang mengunyah permen karet xylitol. Di dalam mulut,
xylitol berfungsi untuk menstabilkan mineral-mineral yang ada pada saliva. Xylitol akan
berkaitan dengan kalsium sehingga kestabilan kalsium fosfat di dalam saliva juga terjaga.
Xylitol secara aktif dan pasif juga hampir tidak dapat difermentasikan oleh
mikororganisme rongga mulut sehingga mampu mencegah timbulnya asam dan proses
Penelitian ini juga masih dalam lingkup yang sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Zahra Maulidia di tahun 2016 terhadap 18 anak di SD Negeri II Ngijon yang
konsumsi Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH saliva pada kelompok makan
Biskuit mengalami penurunan lebih tajam dari pada kelompok makan Es krim. Pada
kelompok makan Es krim terjadi peningkatan volume saliva yang lebih tajam daripada