Anda di halaman 1dari 6

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI di SD Negeri V Ubung, bertujuan

untuk mengetahui perbedaan pH saliva antara setelah mengkonsumsi Marshmallow dan

Es krim. Penelitian ini memakai variabel Marshmallow dan Es krim karena sama-sama

memiliki kandungan sukrosa. Seperti yang diketahui sukrosa adalah karbohidrat

fermentasi yang sangat efektif menyebabkan karies karena akan menyebabkan turunnya

pH saliva secara drastis dan akan memudahkan terjadinya demineralisasi. Sedangkan

perbedaan antara Marshmallow dan Es krim adalah bentuk dan konsistensi. Bentuk dan

konsistensi makanan merupakan faktor potensial perubahan pH. Bentuk yang cair

menyebabkan perlekatan makanan lebih sebentar sebab lebih mudah dibersihkan oleh

mekanisme self cleansing dari saliva. Konsistensi juga mempengaruhi lamanya

perlekatan makanan dalarn mulut. Makanan yang dikunyah seperti Marshmallow ataupun

permen karet memiliki konsistensi yang kenyal sehingga menstimulasi saliva lebih

banyak akibat gerakan mastikasi, namun juga menyebabkan gigi terpapar gula lebih lama

(Ramayanti dan Punakarya, 2013).

Aktivitas mengunyah dapat merangsang sekresi saliva. Sekresi saliva yang

terstimulasi menyebabkan aliran saliva makin cepat yang mengakibatkan volume saliva

juga meningkat. Meningkatnya volume saliva dapat menyebabkan buffer saliva

meningkat yang akan menetralkan pH saliva. Hal ini terjadi karena komponen-komponen

yang ada pada saliva berubah, yaitu komponen organik dan anorganik. Salah satu

komponen yang mengalami perubahan atau peningkatan adalah bikarbonat. Bikarbonat


merupakan komponen yang penting bagi sistem buffer dan melindungi dengan cara

menekan naik turunnya derajat keasaman pH saliva (Haresauka, 2007 cit. Savita, 2017).

Menurut Apriyono dan Fatimatuzzahro pada tahun 2011, pada keadaan normal nilai

pH saliva berkisar antara 6,8 – 7,2 sehingga nilai rerata pH saliva sebelum diberi

perlakuan pada kedua kelompok dapat dikategorikan bahwa saliva dalam kondisi normal.

Sedangkan nilai rerata pH saliva setelah diberi perlakuan pada kedua kelompok terjadi

penurunan sehingga dikatagorikan saliva dalam kondisi asam. Derajat keasaman (pH)

saliva dikatakan rendah apabila berkisar 5,2 – 5,5 kondisi pH saliva rendah tersebut akan

memudahkan pertumbuhan bakteri asidogenik (Soesilo, 2005). pH asam adalah pH

dibawah nilai 7 sedangkan ph kritis menurut Collin pada tahun 2008 adalah nilai pH ≤

5,5.

Penurunan pH saliva dibawah 5 dapat terjadi dalam waktu 1-3 menit, sedangkan

untuk mengembalikan ke pH saliva normal sekitar 7 membutuhkan waktu sekitar 30 - 60

menit. Penurunan pH saliva yang terjadi secara berulang kali dalam waktu tertentu dapat

memicu proses demineralisasi gigi (Kidd dan Bechal,2012). Salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi pH saliva adalah irama cyrcadian yakni pH saliva meningkat pada saat

keadaan istirahat atau segera setelah bangun dan pH saliva meningkat pada 15 menit

setelah makan kemudian turun kembali dalam waktu 30 – 60 menit. pH saliva agak

meningkat sampai malam dan setelah itu turun kembali (Amerongen, 1991). Maka dari

itu peneliti melakukan penelitian pada pagi hari pukul 09.00 WITA serta

mengintruksikan subjek untuk tidak mengkonsumsi makanan ataupun minuman kecuali

air putih 1 jam sebelum penelitian dimulai. Pengumpulan saliva dilakukan sebanyak 5

kali setiap semenit, sehingga pengumpulan saliva membutuhkan waktu 5 menit setiap
perlakuan. Yang didukung oleh penelitian dari Charles Limena pada tahun 2012 dengan

judul “Waktu yang Dibutuhkan untuk Turunnya pH Saliva Anak Menjadi Terendah

setelah Makan Biskuit atau Coklat”, yang menunjukkan hasil jika mengkonsumsi 5 gram

biskuit akan menyebabkan penurunan nilai pH saliva yang sangat rendah pada 5 menit

dan 15 menit setelah mengkonsumsi biskuit dan mulai kembali normal ketika 20 menit

setelah mengkonsumsi biskuit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil uji Homogenitas

menunjukkan bahwa data yang digunakan merupakan data yang homogen. Hasil

pengujian dengan independent t test menunjukkan perbedaan yang signifikan pH saliva

yang mengkonsumsi Marshmallow dengan mengkonsumsi Es krim. Rerata perhitungan

nilai pH saliva sebelum mengunyah Marshmallow adalah sebesar 6.98 sedangkan nilai

pH saliva setelah mengkonsumsi Marshmallow adalah 4.37. Nilai rerata pH saliva

sebelum mengkonsumsi Es krim sebesar 7,01 dan terjadi penurunan nilai setelah

mengkonsumsi Es krim yakni 4,93. Dapat disimpulkan bahwa penurunan pH saliva yang

paling banyak adalah pada kelompok yang mengkonsumsi Marshmallow dimana rata-rata

pH awal 6,98 menjadi 4,37.

Penurunan pH saliva yang terjadi pada penelitian ini disebabkan oleh beberapa faktor

seperti : kandungan pada makanan, bentuk serta konsistensi makanan yang mencapai

penurunan pH sampai nilai pH menjadi rendah. Marshmallow mengandung lebih banyak

gula sukrosa yang merupakan gula kariogenik yang menyediakan cadangan energi bagi

metabolisme bakteri kariogenik. Sukrosa difermentasi oleh Streptococcus mutans

menjadi asam melalui proses glikolisis sehingga menyebabkan pH saliva menurun, selain

itu konsistensi Marshmallow yang kenyal menyebabkan gigi terpapar gula sukrosa lebih
lama dibandingkan kelompok yang mengkonsumsi Es krim. Es krim yang memiliki

bentuk cair lebih mudah untuk dibersihkan oleh saliva melalui self cleansing.

Penurunan pH saliva pada pengunyahan Marshmallow yang mengandung gula

disebabkan karena sintesa ekstra sel gula lebih cepat sehingga cepat diubah oleh

mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi asam dan menurunkan kapasitas buffer

saliva lebih cepat (Edgard dkk, 2004). Kandungan gula pada Marshmallow disintesis

lebih cepat oleh bakteri rongga mulut untuk diubah menjadi glukan dan fruktan. Glukan

diperoleh dari hasil glikolisis oleh bakteri. Asam laktat adalah asam yang dihasilkan,

yang akan menyebabkan pH turun dalam waktu 1 – 3 menit menjadi pH kritis yakni pH ≤

5,5, kemudian pH kembali normal pada pH sekitar 7 dalam waktu 30 – 60 menit.

(Muhammad dkk, 2011).

Penelitian ini masih dalam ruang lingkup yang sama dari penelitian Ainna Savita dkk

pada tahun 2017, pada 17 anak dimana usia 10 – 12 tahun di Banda Aceh. Penelitian

tersebut bertujuan untuk membandingkan laju alir saliva antara sebelum dan setelah

mengkonsumsi permen karet dengan pemanis gula nonxylitol dan gula xylitol. Hasil

pembahasan dari penelitian tersebut menyebutkan terdapat perbedaan bermakna antara

laju aliran saliva sebelum dan sesudah mengunyah pemen karet nonxylitol dan xylitol,

dimana mengkonsumsi permen karet non xylitol merangsang laju alir saliva lebih rendah

dibandingkan dengan permen karet xylitol. Hasil pembahasan menyebutkan bahwa

Xylitol merupakan gula yang tidak dapat difermentasi oleh bakteri dan tidak diubah

menjadi asam sehingga dapat mendorong keseimbangan asam basa di dalam mulut, juga

mempunyai efek merangsang sekresi saliva. Xylitol juga dapat menstabilkan kadar
kalsium fosfat dalam saliva yang penting untuk menciptakan kondisi ideal untuk

remineralisasi.

Penelitian lain yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Lisna Kurnia Rezky dan Juni Handajani pada tahun 2011, yang memiliki tujuan untuk

mengetahui efek pengunyahan permen karet gula dengan permen karet xylitol terhadap

status saliva yang terdiri dari volume, pH dan viskositas saliva. Penelitian tersebut

dilakukan pada 30 subjek penelitian dan menunjukkan hasil penelitian bahwa adanya

peningkatan bermakna volume dan viskositas saliva pada pemen karet xylitol dan gula.

Derajat keasaman (pH) saliva menurun setelah mengunyah permen karet gula. pH saliva

cenderung tetap pada kelompok yang mengunyah permen karet xylitol. Di dalam mulut,

xylitol berfungsi untuk menstabilkan mineral-mineral yang ada pada saliva. Xylitol akan

berkaitan dengan kalsium sehingga kestabilan kalsium fosfat di dalam saliva juga terjaga.

Xylitol secara aktif dan pasif juga hampir tidak dapat difermentasikan oleh

mikororganisme rongga mulut sehingga mampu mencegah timbulnya asam dan proses

penetralan pH berjalan dengan sangat baik (Makinen, 2010).

Penelitian ini juga masih dalam lingkup yang sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Zahra Maulidia di tahun 2016 terhadap 18 anak di SD Negeri II Ngijon yang

dibedakan menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 konsumsi Es krim dan kelompok 2

konsumsi Biskuit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH saliva pada kelompok makan

Biskuit mengalami penurunan lebih tajam dari pada kelompok makan Es krim. Pada

kelompok makan Es krim terjadi peningkatan volume saliva yang lebih tajam daripada

kelompok makan Biskuit. Disimpulkan bahwa mengkonsumsi es krim berpengaruh


meningkatkan sekresi saliva lebih besar serta berpengaruhi menurunkan derajat keasaman

(pH) saliva lebih kecil dibandingkan mengkonsumsi biskuit.

Anda mungkin juga menyukai