BAGIAN PROSTHODONTIC
Oleh:
Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan CBD “Gigi
Tiruan Lengkap” untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
kepanitraan klinik Modul Prosthodontic.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Widya Puspita Sari,
MDSc selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan
berbagai pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.
Penulis
GIGI TIRUAN LENGKAP
Umur : 57 tahun
HALAMAN PENGESAHAN
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi Tiruan lengkap atau Full denture adalah gigi tiruan yang
menggantikan kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah
(edentelus) serta jaringan pendukung / mukosa serta memperbaiki sistem
stogmatognatik. Mendapat fungsi pengunyahan, estetis dan bicara yang baik,
maka kita di tuntut untuk mengetahui anatomi dari rahang serta bagaimana
caranya atau kemahiran operator untuk mengembalikan pada keadaan sama
sebelum gigi dicabut (Fadriyanti, 2009).
2.1.1 Fungsi Gigi Tiruan Lengkap Lepasan
Fungsi dari gigi tiruan penuh yaitu : (Zarb, 2002)
Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah
dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang
membandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu
dilihat dan diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar
perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik
desain, macam, dan jenisnya. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga
perlu dipertanyakan, kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai
dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.
Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan
elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan
rahang (George, 2002)
(a) (b)
Gambar 2.1Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah.
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper
(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis
interpupil ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan gigit
anterior, sedangkan garis camper ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang
oklusal galengan gigit posterior.
Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan dengan menggunakan kaca mulut
yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk
bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut
terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar. Bila pernafasan tidak
lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan pencetakan karena
pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah (Carr, 2005).
Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek
Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok cetak dan bahan
cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih
diperhatikan.
Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis;
simetris /asimetris
Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi
anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan
garis tertawa.
Warna kulit : kuning langsat/sawomatang
Kelainan/defek pada wajah : ada/tidak ada
Sendi rahang :
Kanan dan kiri :bunyi /tidak; sejak....
Buka mulut :ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi
Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak
Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang
ditarik dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian
pasien diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara
perlahan dan dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan
menutup mulut.
Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah
pasien mengalami kesulitan pada waktu membuka mulutnya (trismus). Pergerakan
mandibula harus diukur secara vertikal dan lateral. Cara pengukuran pergerakan
mandibula, yaitu dengan menggunakan penggaris, Willis bite gauge atau Vernier
bite gauge. Pemeriksaan pergerakan mandibula tidak akan relevan selama teknik
yang digunakan tidak konsisten (Gunadi, 2012).
Bunyi pada Sendi Temporomandibula.
Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah
suara tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat,
maka disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil
yang multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan
diatas permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam
suara sendi (Carr, 2005).
Gambar 2.2Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi didengar dengan
menggunakan stetoskop; b. Stetoskop.
Range Of Motion (ROM)
a. Gerakan membuka mulut
- Pembukaan normal dapat ditentukan dengan jari pasien sendiri
- Normal tiga jari
- Pembukaan mulut dua jari menunjukkan pengurangan pembukaan
atau kurang dari 40 mm
- Jarak pembukaan maksimum antara tepi insisal insisivus atas dan
bawah di ukur menggunakan boyle gauge atau penggaris
- Pembukaan normal 40-55 mm
- Dapat di evaluasi dengan meletakkan jari antara gigi atas dan
bawah pasien dan menerapkan gaya lembut
b. Gerakan lateral
- Normal gerakan lateral adalah >7 mm
- Pengukuran dilakukan dengan gigi yang sedikit terpisah
- Mengukur perpindahan garis tengah bawah dari garis tengah
rahang atas
c. Gerakan Protrusif
- Jarak antara maksila dengan mandibular
- Normalnya 4 mm
Pemeriksaan Palpasi Otot-Otot Pengunyahan.
Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi
menggunakan jari (digital palpation).Palpasi pada otot dapat diperiksa dengan
menggunakan permukaan telapak tangan dari jari tengah. Ketika melakukan
palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak merasa sakit
saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2 (pasien
merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit saat dipalpasi), 3 (pasien
menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau
secara langsung memberitahu untuk tidak mempalpasi daerah tersebut lagi
(Ghofur, 2012).
a. Otot Temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah,
dan daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang
zygomatik dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam
keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja dapat
dilihat pada saat elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi. Sedangkan
otot temporalis bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi
mandibula. Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi temporomandibula
dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah
oblik melewati bagian lateral dari tengkorak.
Otot temporalis bagian tengah dapat dilihat saat bekerja yakni pada
pergerakan protrusif. Daerah posterior dipalpasi pada daerah diatas dan belakang
telinga. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah horizontal. Otot temporalis
bagian posterior digunakan dalam keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis
bagian posterior yang bekerja dapat dilihat pada retraksi mandibular. Sedangkan
otot temporalis bagian posterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi
dan protrusi mandibula (Carr, 2005).
b. Otot Masseter
Masseter dipalpasi secara bilateral pada bagian perlekatan superior dan
inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya
bagian anterior dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut
ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus (Ghofur, 2016).
Gambar 2.4Palpasi Otot Masseter. A. Pada perlekatan superior di lengkung zygomatik;
B. Pada otot masseter superfisial didekat batas bawah mandibular.
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
0. Labialis superior
1. Labialis inferior
2. Bukalis rahang atas kanan
3. Bukalis rahang atas kiri
4. Bukalis rahang bawah kanan
5. Bukalis rahang bawah kiri
6. Lingualis
Palatum (Abu, 2012).
1. Bentuk palatum : persegi/oval/segitiga
Bentuk dan kedalaman palatum berkaitand engan retensi dan stabilisasi gigi tiruan
lepas
2. Kedalaman palatum
3. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang
besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis
4. Palatum mole
Merupakan jaringan lunak yang terletak di bagian posterior palatum durum.
Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis, sebagai
tempat posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole menjadi
3:
Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk
kupu-kupu
Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat, postdam
dibuat bentuk kupu-kupu dengan ukuran yang lebih kecil
Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam
dibentuk dengan cekungan berbentuk V atau U (berbentuk parit).
o. Lain-lain
Eksostosis
Torus mandibularis
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau
tidaknya kelainan pada tulang yang mengganggu penempatan protesa yang
berhubungan dengan kenyamanan pasien. Model studi juga harus
dievaluasi(Nallaswamy, 2003).
2.3 Mencetak pada gigi tiruan lengkap lepasan
Mencetak adalah suatu tindakan membuat suatu bentuk negatife dari gigi
atau jaringan lain dari rongga mulut menggunakan bahan plastis yang relative
menjadi keras atau mengeras pada saat berkontak dengan jaringan tersebut, yang
berfungsi sebagai pendukung gigi tiruan yang akan dibuat. (Itjingningsih, 2015)
ZOE adalah bahan cetak yang stabil, cetakan dapat dicek kembali
ke dalam mulut, bila ada kekurangan, baik di perbaiki dengan
menambahkan bahan baru dan cetakan kembali.
Gambar 2.13Bite rim rahang atas dan rahang bawah yang diletakkan diatas
linggir alveolar(Johnson & Duncan, 2017)
Gambar 2.14Pembuatan bite trim dengan wax (Johnson & Duncan, 2017)
1. Dimensi awal bite rim rahang atas dan rahang bawah gambar 76 dan
77
Tinggi bite rim anterior 10 - 12 mm
Tinggi bite rim posterior 8 - 10 mm
Lebar bite rim anterior 3 - 4 mm
Lebar bite rim posterior 5 - 6 mm
Gambar 2.15 Ukuran malam pada pembuatan bite rim rahang atas dan rahang bawah
(Itjiningsih, 2016)
Bite rim diletakkan di ridge alveolar dengan menarik garis khayal dengan
menarik tepat dipuncak linggir pada rahang bawah sampai retromolar pad dan
rahang atas sampai hamular nocth dengan perbandingan 2 : 1 (2 untuk bukal
(4mm) dan 1 lingual (2mm).
Gambar 2.16 Pembuatan garis champer dari alanasi ke tragus(Johnson & Duncan, 2017)
2.5.2 Dimensi Vertikal/Panjang Muka
Adalah ukuran vertikal wajah/muka antara dua titik diatas dan dibawah
mulut, biasanya pada garis tengah wajah muka/wajah.Panjang muka/wajah yang
ditentukan oleh pembukaan rahang. Penentuan dimensi vertikal dilakukan dengan
posisi kepala lurus supaya tidak mempengaruhi otot wajah tertarik
kebelakang.vertikal dimensi dipertahankan oleh oklusi gigi geligi atau
keseimbangan otot-otot penutup pergerakan mandibula. (Fadriyanti, 2009).
a. Cara Menentukan Dimensi Vertikal
Penderita harus mengambil posisi fisiologis nonaktif waktu wax bite block
/ tanggul gigit malam dimasukkan perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang
bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang biasanya 2-4 mm. Dalam
pengambilan dimensi vertikal biasanya dipakai ancar-ancar X = Y = Z.
(Itjingningsih, 2013).
1. Dengan Willis bite gauge. Pada alat ini ada 3 bagian penting :
a. Fixed arm, yang diletakkan dibawah hidung.
b. Sliding arm, yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan
dibawah dagu.
c. Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm/cm,
ditempatkan sejajar sumbu vertikal dari muka.
2. Two dot technique
Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang
bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu diatas
dan dibawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.
Gambar 2.18 Bentuk dagu mencegah letak positif dan sliding arm Willis gauge
= a, b = sliding arm dimodifikasi agar letaknya lebih akurat. (Itjingningsih,
2016).
b. Metode Rhem
Sama dengan metode gysi.
Ibu jari telunjuk di letakkan di daerah vestibulum menekan
lempeng gigit, jari tengah di bengkokkan ke bawah dagu.
Mandibula dengan perlahan-lahan didorong ke posterior
kemudian pasien disuruh mengigit dan fixir.
c. Metode gravitasi
Pasien duduk di kursi sedmikian rupa sehingga kepala
mengadah ke atas.
Karena gaya gravitas mandibula akan mendorong ke belakang
dan pasien disuruh mengigit.
Condylus akan menempati posisi posterior dalam keadaan tidak
tegang( relaks) pada fossa glenoid.
Kedua gelengan gigit di fixir.
d. Metode Green
Pasien disuruh mengigit kuat.
Jika di palpasi temporalis terasa mengelembung.
Gelengan gigit kemudian di fixir.
2. Metode fungsional = aktif, pada metode ini pasien sendiri yang aktif
mencari relasi sentrik.Relasi rahang di tentukan pada waktu mandibula
melakukan gerak antara gerak menelan dan mengunyah.
a. Cara menelan.
Lakukan gerak buka tutup mulut kemudian menelan lakukan
berulang-ulang.
Tertekan garis median muka pada bite rim rahang atas dan
rahang bawah.
Menelan, garis median rahang atas dan rahang bawah harus
tutup kemudian fixir.
b. Cara nucleus walkhoff
Wax bulat kecil tempelkan di tengah-tengah posterior lempeng
gigit rahang atas.
Ujung lidah di letakkan menyentuh bulatan lilin di rahang atas
sambil menutup mulut dengan posisi rahang bawah ke
belakang, lalu fixir.
c. Metode Chew-in petterson
Bite rim dari wax
Buat parit pada bite rim rahang bawah
Campirkan setengah plaster+ setengah carborundum
Gerakan mandibula.
d. Metode Chew-in Needle House
Bite rim dan compound dengan styling metal empat region
pada premolar dan molar. Gerakan rahang bawah ke anterior-
posterior lateral-kiriposterior, lateral kanan posterior, styling akan
mengoreskn bite rim bite rim rahang bawah terlihat berbentuk
diamond di fixir.
a. Buat garis vertical pada record block rahang atas dan rahang bawah pada
midline, premolar kanan dan kiri untuk mengecek posisi rahang bawah.
b. Jika garis rahang atas dan rahang bawah :
Berhimpit dimana rahang bawah posisi retruded maka relasi
sentries benar.
Tidak berhimpit maka rahang bawah posisi protruded relasi sentrik
salah.
Gambar 2.22 Relasi sentries yang salah dimana garis pada bite rim atasdan bawah tidak
sama. B, relasi sentries yang benar. ( Itjiningsih, 2016)
Kesalahan yang terjadi saat menentukan relasi sentrik yang dapat
disebabkan basis atas dengan bawah berkontak dan rahang atas kontak dengan
basis rahang bawah sehingga kesulitan dalam menentukan posisi paling posterior
dari mandibula. Hubungan bite rim rahang atas dan rahang bawh dengn posisi
mandibula yang benar pada saat menentukan relasi sentrik yang berhubungan
dengan condylar path. (Fadriyanti, 2009)
a. Garis Median
Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir atas
sampai bibir bawah dengan pedoman pada Philtrum , frenulum labialis .
Digoreskan pada biterim rahang atas dan rahang bawah yang berada tepat
pada bagian tengah model .
b. Garis Caninus
Garis caninus menentukan lebar enam gigi anterior atas . Menarik garis
tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut mulut pada biterim
rahang atas pada waktu otot mulut relaks.
c. Garis Tertawa (laugh line)
Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan untuk
menentukan tinggi gigi atau menentukan letak servik gigi . Pembuatan
garis dilakukan waktu tertawa kecil (tersenyum) kemudian ditandai pada
biterim rahang atas batas bibir atas.
Gambar 2.24 Membuat garis caninus yang digoreskan pada biterim atas dan bawah .
(Maxillo Mandibula relationships, OVD presentation)
2.7Fiksasi
Cara memfixir :
d. Tonus Otot
Otot Kanan Kiri
Temporalis - -
Masseter - -
Pterygoideus medial - -
Pterygoideus lateral - -
3. Intraoral
Saliva : kuantitas dan kualitas normal
Lidah : ukuran normal dan mobilitas normal, Posisi wright : kelas I
Refleks muntah : Rendah
Status gigi : RA dan RB edentolus
Vestibulum :
Rahang atas
Post. kanan :dangkal
Post. kiri : dangkal
Anterior : sedang
Rahang bawah
Post. kanan : dangkal
Post. kiri : dangkal
Anterior : dangkal
Frenulum :
- Labialis sup : sedang
- Labialis inf : sedang
- Bukalis RA kanan : sedang
- Bukalis RA kiri : sedang
- Bukalis RB kanan : sedang
- Bukalis RB kiri : sedang
- Lingualis : sedang
Palatum :
Bentuk : oval
Kedalaman : dalam
Torus palatinus: kecil
Palatum molle: house kelas I
Tuber maksila :
Kanan: besar
Kiri: kecil
Exostosis: tidak ada
Ruang retromilohioid :
Kanan: dangkal
Kiri: dangkal
Bentuk lengkung rahang :
Rahang atas: oval
Rahang bawah: oval
Perlekatan dasar mulut:normal
Diagnosis :
Diagnosa : Edentulus RA dan RB
3.3 Rencana perawatan :
Gigi tiruan lepas: sebagian / lengkap
Perawatan pra prostodontik
Perawatan periodontal: ada/tidak ada
Bila ada: jenis perawatan........
Perawatan konservasi gigi: ada/tidak ada
Bila ada, pada gigi-geligi.........
Bila ada:-pembuatan mahkota
Pengasahan gigi miring
Pengasahan gigi extrude
Lain......
Persiapan tempat cengkraman: ada/tidak ada
Bila ada pada geligi.......
Perawatan bedah: ada/ tidak ada
Bila ada : ….
Lain-lain:....
Warna gigi:
Macam cetakan:
RA: mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure
RB: mukostatis / mukokompresi / mukofungsional / selective pressure
Desain Rahang Atas
3.4.1 kunjungan 1
Klinis Laboratorium
3.4.2 kunjungan 2
Klinis Laboratorium
Model fisiologis rahang atas dilakukan desain basis gigi tiruan. Desain basis seluas
mungkin sampai struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Basis dibuat dengan bahan resin
akrilik.
- Rahang atas : perluasan basis pada distal ridge alveolar rahang atas
menutupi tuber maksilaris sampai hamular nocth.
3.4.3 kunjungan 3
Klinis laboratorium
Try in basis
Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien.
Pembuatan oklusal rim dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang
atas yang meliputi garis tengah (mid line), garis bibir terendah (low lip line), garis
senyum, garis bibir tertinggi (high lip line) dan garis kaninus.
Bite Rim / oclusal rim adalah galengan yang diletakkan diatas base plate lebih
kurang diatas processus alveolaris. Di desain pada model kerja.
RAHANG ATAS
Gambar 3.12Desain garis pedoman Bite Trim Rahang Atas pada Model Kerja.
3.4.4 Kunjungan 4
KLINIS LABORATORIUM
a. Persiapan pasien
Kepala harus tegak lurus, tidak boleh bersandar ke dental unit dan
rahang sejajar lantai.
b. Persiapan operator
Dengan memakai masker dan handscoon
- Teori operator
- Skill operator
- Kerja sama dengan pasien
c. Relasi Sentrik
Merupakan tahap RA dan RB dalam arah horizontal. Nantinya tujuannya
adalah untuk mendapatkan oklusi. Metode yang digunakan sesuai dengan kasus
adalah metode statis atau pasif, dimana disini yang aktif adalah operator dan
pasien membantu, karena pasien ada kelainan TMJ.
Relasi rahang ditentukan pada relasi sentrik. Pada posisi ini base plate dan
oklusal rim direkam pada record blok dan kemudian di fiksasi.
a. Metode Gysi
- Pedoman pada ventral otot messetter
- Ibu jari dengan telunjuk operator diletakkan dibagian ventral otot
messeter
- Pasien dalam keadaan relaks, kemudian operator mendorong
mandibula ke posterior dan pasien disuruh menggigit.
b. Metode Rhem
Ibu jari dan telunjuk diletakkan di daerah vestibulum menekan bite trim, jari
tengah di bengkokkan menekan dagu.
c. Metode gravitasi
Pasien duduk dikursi sedemikian rupa sehingga kepala menengadah ke atas
dengan gaya gravitasi mandibula akan terdorong ke belakang dan pasien disuruh
menggigit.
Jika posisi relasisentrik sudah benar, buat garis vertikal pada record block RA dan
RB pada midline, caninus kiri dan kanan, garis ketawa dan juga garis horizontal
dimana RB dalam keadaan retrusif. Kemudian fiksasi dengan membuat double V
groove.
Tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Posisikan pasien duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine),
kepala miring terhadap lantai membentuk sudut 30 derajat dan posisikan
pasien relasi sentrik.
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB lalu posisikan pasien pada
relasi sentrik.
3. Buat tanda yang segaris disisi anterior dan posterior galangan gigit RA dan
RB sebagai garis panduan. Dimana garis pedoman pada bite trim adalah :
Garis Median
Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir
atas sampai bibir bawah dengan pedoman pada Philtrum ,
frenulum labialis . Digoreskan pada biterim rahang atas dan
rahang bawah yang berada tepat pada bagian tengah model .
Gambar 3.17Garis pedoman median. (Zarb, 2013).
Garis kaninus
Garis caninus menentukan lebar enam gigi anterior atas . Menarik
garis tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut mulut pada
biterim rahang atas pada waktu otot mulut relaks.
Garis tertawa
Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan
untuk menentukan tinggi gigi atau menentukan letak servik gigi .
Pembuatan garis dilakukan waktu tertawa kecil (tersenyum) kemudian
ditandai pada biterim rahang atas batas bibir atas.
Fiksasi
Cara memfixir :
a. Staples atau pin
b. Interocclusal record
Cara dengan bahan wax dengan pembuatan double V groove
a. Buat double V groove pada biterim atas di daerah premolar – molar
kemudian olesi dengan Vaseline .
b. Pada biterim rahang bawah region premolar ke posterior dipotong
(dikurangi) , kemudian dilapisi kembali wax di permukaan oklusal .
Lunakkan daerah tersebut dan gigitkan pada pasien . Ketika digigit garis
penghubung rahang atas dan rahang bawah tetap berhimpit.
c. Kemudian dikeluarkan bersamaan rahang atas dan rahang bawah dan
transfer articulator .
Gambar 3.20 Pembuatan double V groove (Itjiningsih W.H.,1991. Geligi Tiruan Lengkap
Lepasan . Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta ).
3.4.6 Kunjungan 6
Insersi gigi tiruan lengkap lepasan
BAB 4
PENUTUP
Kasus ini melaporkan seorang pasien wanita berusia 57 tahun yang datang
ke RSGM dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan.
Sebelumnya pasien mengatakan bahwa dulu pernah dibuatkan gigi palsu, tetapi
saat ini pasien sudah tidak nyaman lagi dengan gigi palsu sebelumnya
dikarenakan adanya luka di rongga mulut pasien. Pemeriksaan ekstraoral tidak
ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan intraoral RA edentolus dan RB tersisa
satu gigi. Pada kasus ini pasien akan dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan untuk
rahang atas baru dan gigi tiruan sebagian lepasan untuk rahang bawah dengan
memperhatikan kondisi jaringan di rongga mulut pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ghofur Abdul, 2012.Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra
Buku .
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.
Sinabutar, Y.R. 2013. Pembuatan dan karakteristik gigi tiruan berbahan dasar
komposit resin akrilik No.3 dengan penambahan serat
kaca.(http://jurnal.usu.ac.id). Diakses pada 12 Maret 2018. Pp.6-8.
Swenson. 1960. Complete Denture. 15th ed. St. Louis: C. V. Mosby Co. Pp. 258-
260
Watt, D.M., Mac.R.,. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap, Ed.2. Alih
Bahasa:Soelistijani P. Jakarta: Hipokrates
Zarb, George A. 2013. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta: EGC.