Anda di halaman 1dari 35

CASE BASED DISCUSSION

MODUL 4

(KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI)

“GIGI TIRUAN LENGKAP (FULL DENTURE)”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi

Kepaniteraan Klinik pada Modul 4

Oleh:

M. TAUFIQ HAMDANI NASUTION


17100707360804047

Dosen Pembimbing

drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PA D A N G
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Case Based Discussion
”Gigi Tiruan Lengkap (Full Denture)’ untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan kepanitraan klinik modul 4 (Kerusakan dan Kehilangan Gigi)
dapat diselesaikan.

Dalam penulisan Laporan Kasus penulis menyadari, bahwa semua proses


yang telahdilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros.
Selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna


sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya


kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang
memerlukan.

Padang, 23 November 2018

M. TAUFIQ HAMDANI NASUTION


MODUL 4

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

HALAMAN PENGESAHAN

Telah didiskusikan Case Based Discussion Gigi Tiruan Lengkap (Full

Denture) guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik pada Modul 4.

Padang, 23 November 2018

Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

(drg. Okmes Fadriyanti, Sp. pros)


CASE BASED DISCUSSION GIGI TIRUAN LENGKAP

(FULL DENTURE)

Nama Pasien : Mirzal Amin

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Sungai Sapih RT 04/02

Tanggal Lahir : 27 Desember1961

Dosen Pembimbing : drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros

Formulasi Gigi & Klasifikasi : RA dan RB Edentulous


PROSEDUR KERJA

Gigi Tiruan Lengkap (full denture)

JENIS PEKERJAAN TGL PARAF KETERANGAN

1. Anamnesa & indikasi

2. Membuat studi model

3. Diskusi

4. Menbuat sendok cetak


fisiologis

5. Try in sendok cetak


fisiologis

6. Muscle trimming

7. Mencetak fisiologis

8. Analisis model kerja

9. Desain dan pembuatan basis


permanen

10. Try in basis permanen

11. Pembuatan bite rim

12. Try in bite rim

13. Penentuan dataran oklusal

14. Penentuan dimensi vertikal

15. Relasi sentrik

16. Pembuatan double v-


groove

17. Transfer artikulator

18. Pemilihan ukuran dan


warna gigi
19. Penyusunan gigi

20. Working side dan


balancing side

21. Try in penyusunan GTL


malam

22. Wax counturing

23. Processing akhir

24. Acc GTL akrilik

25. Try in dan insersi

26. Kontrol

Pembayaran Dosen Pembimbing

( ……………………… ) Drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros


BAB I

PENDAHULUAN

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau proses

penuaan secara alami. Kehilangan gigi dapat berpengaruh pada senyum dan rasa

percaya diri seseorang. Penderita kehilangan gigi memiliki banyak pilihan

sebelum memperoleh perawatan, karena bidang prostetik sudah maju (Carry,

2012).

Gigitiruan adalah suatu alat yang berfungsi untuk menggantikan sebagian

atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang

bawah. Meskipun kemajuan dalam bidang estetika kedokteran gigi sangat pesat,

namun fungsi dari gigitiruan itu sendiri didukung oleh kondisi fisik seseorang.

Tanpa adanya gigi yang mendukung rahang dan gingiva, kulit dapat tampak

kendur, dan dapat mengakibatkan penurunan kemampuan seseorang untuk makan

dan berbicara. Komplikasi-komplikasi tersebut dapat mempengaruhi kualitas

hidup dan kebahagiaan seseorang. Gigi tiruan harus dibuat mirip dengan gigi asli

yang masih ada, sehingga tidak terlihat perubahan yang nyata pada penampilan

wajah dan senyum pasien (Carry, 2012).

Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang

mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental

prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu

(artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan

lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan

sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan
(removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).

Gigitiruan lengkap (GTL) / full denture adalah gigi tiruan yang

menggantikan kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah

(edentulous) serta jaringan pendukung/ mukosa serta memperbaiki sistem

stomatogonatik. Perawatan prostodontik yang benar pada pasien tidak bergigi

memerlukan persiapan pasien, baik persiapan oral, fisik maupun psikologik.

Pembuatan GTL sering dijumpai masalah kontraindikasi fungsional. Untuk itu

dituntut untuk menghasilkan gigitiruan yang sesuai dengan gigi asli agar tidak

terjadi perubahan estetis maupun fungsi bicara serta dapat dipakai untuk

mengunyah makanan. Pembuatan gigi tiruan lengkap dengan memperhatikan

pemeriksaan dan rencana perawatan untuk mendapatkan suatu prognosa yang baik

terhadap gigi tiruan yang akan dibuatkan (Fadriyanti, 2009).

Keberhasilan pembuatan gigi tiruan lengkap dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain, pengetahuan serta kemahiran operator untuk tahap klinis

maupun laboratoriun pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan

laboratorium.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigitiruan Penuh

Gigitiruan penuh (GTP) adalah gigitiruan yang menggantikan seluruh gigi-

geligi yang hilang dan jaringan pendukungnya baik di rahang atas dan rahang

bawah. Tujuan pembuatan GTP adalah untuk memenuhi kebutuhan estetik,

fonetik, dukungan oklusal, pengunyahan, kenyamanan dan kesehatan jaringan

pendukung.

Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah :

a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kesehatan

atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat.

e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Perawatan Prostodontik

Keberhasilan dalam perawatan prostodontik tergantung pada upaya tiga

pihak, yaitu dokter gigi yang membuat diagnosa, persiapan rencana perawatan dan

melaksanakan prosedur klinis, tekniker gigi yang melakukan prosedur

laboratorium dan pasien dalam hal menyesuaikan diri terhadap gigitiruan dan

menerima keterbatasan gigitiruan. Prosedur klinis dan prosedur laboratoris

merupakan faktor yang paling menentukan untuk keberhasilan perawatan


prostodontik, hal ini disebabkan perawatan prostodontik bagi pasien melibatkan

banyak prosedur terpisah yang saling berkaitan antara satu prosedur dengan

prosedur lainnya sehingga harus ada komunikasi, kerjasama yang baik serta saling

menghargai antara dokter gigi dan tekniker gigi selama melakukan pembuatan

gigitiruan.

2.3 Syarat Keberhasilan Perawatan Prostodontik

Suatu perawatan prostodontik dikatakan berhasil apabila memenuhi

beberapa persyaratan, antara lain retensi dan stabilisasi gigitiruan yang baik,

dukungan yang cukup, oklusi harmonis, estetik serta nyaman dan tidak

menimbulkan rasa sakit pada jaringan rongga mulut. Retensi merupakan daya

tahan terhadap gaya yang melepaskan gigitiruan dalam arah yang berlawanan

dengan arah pemasangan. Retensi disebut juga sebagai usaha mempertahankan

posisi gigitiruan didalam rongga mulut yang dipengaruhi oleh beberapa faktor,

antara lain adhesi, kohesi, tegangan permukaan antar fasial, daya tarik-menarik

kapiler, tekanan atmosfer dan otot-otot rongga mulut dan wajah. Stabilitas

merupakan kemampuan gigitiruan untuk dapat bergerak secara horizontal dengan

baik dan konstan posisinya bila tekanan jatuh padanya. Kestabilan gigitiruan

didapat dari kontak rapat antara basis gigitiruan dengan mukosa, besar dan bentuk

daerah pendukung, kualitas cetakan fisiologis, bentuk permukaan yang dipoles

serta lokasi dan susunan anasir gigitiruan. Sedangkan dukungan merupakan daya

tahan gigitiruan terhadap komponen vertikal dari pengunyahan atau tekanan-

tekanan lain yang dijatuhkan ke arah daerah pendukung. Dukungan terhadap

gigitiruan didapat dari tulang rahang atas dan rahang bawah serta jaringan mukosa
yang menutupinya. Dukungan akan bertambah dengan pemberian tekanan selektif

yang serasi dengan kekenyalan jaringan yang tersedia untuk dukungan.

2.4 Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan

tahap laboratoris

Tahap Klinis

Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah

pencetakan (impression), yaitu suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan

dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson, 1964).

Soelarko dan Herman (1980), membagi dua macam cetakan, yaitu:

1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan tidak

menghiraukan tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan

sendok cetak biasa (stock tray), bahan yang dipakai adalah compound, alginat.

2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini

memperhatikan jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan

tertekannya mukosa. Digunakan sendok cetak individual yang dibuat dari bahan

shellac atau self curing acrilic resin. Hasil cetakannya digunakan sebagai model

kerja. Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil cetakan

seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression. Cara membuat sendok

cetak individual menurut Itjiningsih (1993), yaitu shellac dipanaskan pada model

studi sambil ditekan. Lakukan pemotongan sesuai dengan batas jaringan bergerak

dan tidak bergerak. Bila dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi

tempat pada bahan cetak asal jangan mudah lepas dari rahang pasien. Buatlah

pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada

daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan
bahan cetak yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang

berlebih dari geligi tiruan pada jaringan pendukungnya.

Tahap Laboratoris

Pembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan

jaringan disekitarnya, yaitu jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan

yang tidak bergerak dijadikan sebagai landasan gigi tiruan penuh, dengan

membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan mulut tidak bergerak

yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi hasil dan

suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap. Selain itu pembuatan GTL perlu

memperhatikan pendukung utama, yaitu residual ridge karena tidak adanya gigi

asli yang dapat digunakan sebagai pegangan. Agar tercapai hasil yang baik juga

diperlukan artikulator sebagai alat yang berguna untuk mendapatkan bentuk tiruan

rahang manusia yang menirukan gerakan rahang pada saat artikulasi. Pembuatan

base plate diklasifikasikan dalam 2 golongan (Jehl, 1959), yaitu:

1. Temporer base, bila digunakan untuk perlekatan oklusal rim guna merestorasi

facial dari rahang atas dan rahang bawah.

2. Permanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan

menempatkan gigi-gigi.

Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan

digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi dan

untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base plate yang

telah dihaluskan dengan menggunakan modeling wax (Swenson, 1964). Base

plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim atau tanggul

gigitan. Kegunaan bite rim adalah:


1. Untuk melekatan gigi sebelum diganti dengan akrilik.

2. Untuk mencatat maxilo-mandibula relationship pada pasien Bite rim atas harus

sejajar dengan garis pupil dan bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah

garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti general out line processus alveolaris

(Soelarko dan Wachijati, 1980). Artikulator mounting artinya adalah memasang

occlusal bite rim rahang atas dan bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama

modelnya setelah ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko

dan Harman, 1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai

dengan mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung

dengan dagu pasien (PM=HD) dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan

Harman, 1980). Menurut Itjiningsih (1996), pengukuran vertical dimensi terdapat

2 cara:

1. Dengan Willis bite gauge

Pada alat ini ada 3 bagian penting:

a. Fixed arm : diletakkan di bawah hidung

b. Sliding arm : yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan di bawah

dagu

c. Verctical orientation gauge :mempunyai skala dalam mm/cm, ditempatkan

sejajar sumbu vertical dari muka

2. Two dot technique Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada

rahang bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak ergerak yaitu di atas dan

di bawah garis bibir dan kedua titik di ukur dengan jangka sorong Oklusi sentrik

adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah

dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan maksila dan
mandibula dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling posterior dalam

fossa glenoid (Swenson, 1964). Pemasangan gigi geligi yang penting untuk

diperhatikan adalah personality expression, umur, jenis kelamin yang nantinya

akan berpengaruh dalam pemilihan ukuran, bentuk, warna terutama untuk gigi

anterior karena harus mengingat estetis, walaupun tidak kalah pentingnya untuk

pemasangan gigi posterior yang tidak harus sama ukurannya dengan gigi asli,

tetapi lebih kecil, untuk mengurangi permukaan pengunyahan supaya tekanan

pada waktu penguyahan tidak memberatkan jaringan pendukung. Perlu

diperhatikan pula overbite, overjet, curve von spee, curve monson, agar diperoleh

suatu keadaan yang diharapkan pada pembuatan GTL. Menurut Itjiningsih (1996),

setiap perubahan dalam hubungan kontak oklusal dari geligi tiruan setelah selesai

diproses, harus diperbaiki dengan mengembalikan geligi tiruan akrilik beserta

model kerjanya pada articulator sebelum geligi tiruan akrilik dilepaskan dari

model kerjanya. Perubahan oklusi dapat diperbaiki dengan cara:

1. Mengembalikan tinggi vertical sesuai dengan tinggi vertical sebelum geligi

tiruan diproses.

2. Memperbaiki oklusi sentrik (working dan balancing side)

Pada saat pemasangan geligi tiruan dalam articulator di laboratorium, dimensi

vertical oklusal ditetapkan dengan pengasahan selektif (selective grinding).

Pengasahan selektif adalah memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi dengan

mengasahnya pada tempat selektif/terpilih sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang menyimpang kontakkontak

gigi yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal hingga relasi

sentris. Cups palatal gigi-gigi atas dan cups bukal gigi-gigi bawah atau holding
cups yang mempertahankan dimensi vertical. Oleh karena itu tidak boleh

mengashanya terlalu banyak. Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif

sampai incisal guide pin berkontak dengan meja incisal dalam hubungan sentris

(Itjiningsih, 1996).

Langkah-langkah selective grinding pada articulator (Itjiningsih, 1996):

1. Langkah awal dari pengasahan selective adalah selalu untuk memperoleh

kembali dimensi vertical oklusal.

• Elemen kondil dikunci dalam hubungan sentris hingga hanya suatu gerakan

engsel yang mungkin dilakukan. Gigi-gigi dikatupkan di atas kertas karbon

dengan membuka dan menutup articulator. Permukaan gigi yang menyimpang

kontak oklusalnya terlihat berwarna.

• Setelah menandai kontak-kontak yang menyimpang pada oklusi sentrik,

lepaskan elemen kondil dan gerakan gigi-gigi ke oklusi kerja, seimbang, dan

protrusive untuk menandai kontak oklusi yang menyimpang dalam oklusi sentrik.

• Untuk memperoleh kembali dimensi vertical oklusal, satu dari kedua permukaan

gigi yang berlawanan dari setiap kontak yang menyimpang dalam oklusi sentrik

harus dikurangi. Permukaan gigi yang akan dikurangi dipilih sesuai dengan dua

hukum dasar, yaitu:

a. Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris dan eksentris, kurangi

ketinggian cupsnya.

b. Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam oklusi

eksentris, perdalam fossanya.

• Setelah menghilangkan kontak awal yang menyimpang, tandai setiap kontak

menyimpang tambahan dengan kertas artikulasi. Elemen kondil harus selalu


terkunci dalam relasi sentris ketika kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi

sentris ditandai, kemudian kunci dilepaskan untuk menandai kontak-kontak yang

meyimpang dalam oklusi eksentrik. Lanjutkan pengasahan selektif sampai jarum

penunjuk incisal menyentuh meja incisal, menunjukkan dimensi vertical oklusak

telah diperoleh kembali. Pada saat ini warna penunjuk dapat terlihat di semua

permukaan oklusal , menunjukkan bahwa gigi-gigi dalam oklusi sentris.

• Setelah dimansi vertical oklusal diperoleh kembali, terdapat 3 hukum tambahan

yang harus diperhatikan, yaitu:

a. Jangan mengurangi holding cusp/cusp palatal gigi-gigi atas

b. Jangan mengurangi holding cusp/cusp fasial gigi-gigi bawah

c. Jangan memperdalam fossa manapun

2. Pengasahan selektif kontak menyimpang pada oklusi eksentris, sebagai

berikut:

a. Pada sisi kerja:

• Kurangi lereng bagian dalam cusp facial/guiding cusp gigi atas

• Kurangi lereng bagian dalam cusp lingual/guiding cusp gigi bawah

b. Pada sisi bawah yang mengimbangi, kurangi lereng bagian dalam cusp

facial/holding cusp gigi bawah

c. Dalam relasi protrusive, kurangi guiding cusp/cusp facial gigi-gigi atas

dan guiding cusp/cusp lingual gigi-gigi bawah


BAB III

LAPORAN KASUS

Nama Pasien : Mirzal Amin

Umur : 56 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Sungai Sapih RT 04/02

Tanggal Lahir : 27 Desember1961

Tanggal Pemerikasaan : 19 september 2018

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan kehilangan gigi

pada RA dan RB ± 1tahun yang lalu. Pasien sebelumnya sudah pernah memakai

gigi palsu dan sekarang sudah tidak nyaman lagi. Pasien sebelumnya pernah

datang ke dokter gigi untuk mencabut giginya. Pasien datang ingin dibuatkan gigi

palsu yang baru.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

General Jasmani : Normal

Rohani : komunikatif dan kooperatif

Lokal :

EO : Muka : Simetris Hidung : Normal

Mata : Simetris Telinga : Normal

Bibir : Simetris Kelenjar submandibula: Tdk teraba

Sendi : Normal
IO :

a. Keadaan umum : kebersihan mulut : baik. Mukosa mulut normal. Frekuensi

karies -

b. Formula gigi

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

c. Vestibulum

Posterior : Atas Kiri : dalam Anterior : Atas Kiri : dalam


Kanan : sedang Kanan : dalam
Bawah Kiri : dangkal Bawah Kiri : dangkal
Kanan : dangkal Kanan : dangkal
d. Frenulum
Atas Labialis : rendah
Bukalis : kiri rendah, kanan rendah
Bawah Labialis : rendah
Bukalis : kiri rendah, kanan rendah
Lingualis : rendah
e. Bentuk linggir sisa
Anterior RA kiri normal, kanan normal Posterior RA kiri normal, kanan normal
RB kiri tajam, kanan tajam RB kiri tajam, kanan tajam
f. Hubungan linggir sisa: klas III
g. Tahanan jaringan : I linggir sisa atas rendah, bawah rendah
I palatum rendah
h. Lidah makroglosia, aktif
i. Retromylohioid : kiri dangkal, kanan dangkal
j. Tuber maksilaris : kiri rendah, kanan rendah
Rencana Perawatan Awal :

Rencana Perawatan Akhir :

Pada RA dan RB akan dibuatkan gigi tiruan lengkap (full denture) dengan bahan

akrilik

Diagnosis : RA dan RB edentulous

D. DESAIN GIGI TIRUAN LENGKAP

Gambar-gambar batas anatomis

Rahang Atas

1. Frenulum labii superior


2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxillae
5. Hamular notch
6. Vibrating line
7. Processus alveolaris
8. Incisivus papilae
9. Fornix
10. Vovea palatine
Rahang Bawah

1. Frenulum labii inferior


2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line

1. KUNJUNGAN I

a) Anamnesa dan pemeriksaan obyektif

b) Membuat cetakan studi model

• Sendok cetak : perforated stock tray nomor 2

• Bahan cetak : elastic impression (alginat)

• Metode mencetak : mucostatic

c) Membuat sendok cetak individual

Dari study model dibuat sendok cetak individual dari bahan sellac base plate,

dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTL, agar tersedia ruang yang cukup

untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material). Sellac dilunakkan

dengan cara memanaskan di atas lampu spiritus lalu ditekan diatas study model.

Sellac dipotong sesuai batas-batas yang telah digambar pada study model. Sellac

dipotong dengan menggunakan gunting saat masih lunak. Pada daerah molar dan

kaninus kanan dan kiri dibuat stop vertikal dari wax sebagai batas penekanan saat

mencetak sedangkan untuk rahang atas ditambah dengan pembuatan postdam area
yang juga dari wax untuk menahan bahan cetak agar tidak mengalir ke belakang.

Selanjutnya dibuat lubang-lubang pada sendok cetak untuk mengurangi tekanan

pada waktu mencetak. Lubang dibuat dengan mengunakan bur bulat no 8 dengan

jarak masing-masing lebih dari 5 mm.

2. KUNJUNGAN II

a) Mencoba sendok individual

• Stabilisasi : dengan menghindari muscular attachment

• Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah

b) Membuat cetakan model kerja

• Sendok cetak : Sendok cetak individual

• Bahan cetak : Elastomer (Exaflec)

• Metode mencetak : mucodynamic

• Cara mencetak

Rahang Atas

➢ Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas

➢Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping

kanan belakang.

➢ Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line.

➢Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum labialis

superior.

➢ Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting

➢ Cetakan dilepas dan dicuci

Rahang Bawah

➢ Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah


➢ Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping

kanan depan.

➢ Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum lingualis.

➢ Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum

labialis inferior.

➢ Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting

➢ Cetakan dilepas, dicuci

c) Membuat base plate

Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.

Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuat

postdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari wax yang

kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh dihaluskan dan di

atasnya dibuat bite rim dari wax. Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral

seal dibatasi fornik, posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar

dan media/lingua dibatasi oleh linea mylohyoidea. Sedangkan untuk rahang atas

adalah : peripheral seal dibatasi fornik dan posterior seal dibatasi vibrating line

dan hamular notch.

3. KUNJUNGAN III

Tahap Klinis

1. Insersi base plate, retensi dan stabilisasi diperhatikan. Retensi adalah daya

tahan gigi tiruan terhadap upaya pelepasan, sedangkan stabilisasi adalah daya

tahan gigi tiruan untuk tetap di tempat ketika fungsi pengunyahan berlangsung.

Retensi dapat di amati dengan memberikan tekanan pada salah satu sisi gigi tiruan

(jika gigi tiruan terungkit, maka gigi tiruan tersebut tidak retentif) atau dengan
memberikan usaha pelepasan (gigi tiruan yang retentif adalah gigi tiruan yang

sulit dilepas). Stabilisasi dapat diamati dengan menggerakkan otot-otot pipi, lidah

dan mengucapkan ‘ah’.

Gigi tiruan yang stabil merupakan gigi tiruan yang tidak berubah tempat

ketika difungsikan. Retensi gigi tiruan ditentukan oleh letak seal dan adhesi /

kohesi saliva. Kesesuaian letak seal dilakukan dengan menggerakkan otot pipi.

Jika alat terjatuh ketika otot digerakkan, berarti terdapat over extension plat.

Solusi keadaan ini adalah dengan mengurangi plat. Sebaliknya, jika seal pada

under extension plat, maka kohesi dan adhesi saliva berkurang, dan alat menjadi

tidak retentif. Solusi keadaan ini adalah dengan membuat plat yang baru.

2. Penentuan profil pasien. Profil pasien disesuaikan dengan ras pasien tersebut.

Dalam kasus ini, pasien termasuk ras mongoloid yang memiliki ciri khas profil

cembung. Kecembungan profil dibuat dengan tonus otot labial sebagai

parameternya. Profil yang ideal, terbentuk jika otot bibir dalam keadaan isotonus.

Apabila bibir tampak hipertonus, maka bagian anterior bite rim terlalu cembung

sehingga harus dikurangi. Sebaliknya, jika bibir tampak hipotonus, maka bite rim

kurang cembung sehingga perlu ditambah dengan malam merah.

3. Pencatatan Maxillo-mandibular relationship (MMR), caranya: Mula-mula

pasien dipersilakan duduk pada dental chair, dataran oklusal diusahakan sejajar

dengan lantai. Tentukan garis chamfer dari titik di bawah ini :

 4 mm dari meatus acusticus externus

 telinga kanan dan kiri

 spina nasalis anterior


Kemudian ketiga titik tersebut ditandai dengan benang dan diisolasi. Selanjutnya

record blok dipasang dengan posisi bite rim RA dan RB harus tertutup secara

sempurna (tidak boleh ada celah dan merupakan suatu garis lurus). Kemudian

dicari dimensi vertical (inter occlusal distance), didapatkan dengan cara

mengukur jarak pupil dengan sudut mulut sama dengan jarak hidung sampai dagu

(PM = HD). Pada keadaan rest posisi PM = HD. Pengecekkan dimensi vertikal

dapat dilakukan dengan mengucapkan huruf M. Huruf M terdengar jelas jika

dimensi vertikal cukup. Free way space dicek dengan pengucapan huruf S (huruf

S terdengar mendesis). Jika free way space kurang, maka huruf S sulit terucap,

demikian halnya jika free way space berlebihan (terasa semburan saliva ketika

pengucapan huruf S). Bite rim rahang atas dibuat sejajar dengan garis chamfer

(garis yang berjalan dari ala nasi sampai titik tertinggi dari porus acusticus

externus) untuk bagian posterior dan sejajar garis pupil untuk bagian anterior.

Tinggi bite rim rahang atas 1,5-2 mm dibawah garis bibir atas / lower lip line

(pada waktu posisi istirahat). Alat yang digunakan adalah occlusal guide plane.

4. Centric relation record Yaitu suatu relasi mandibula terhadap maksila pada

suatu relasi vertikal yang ditetapkan pada posisi mandibula paling posterior. HD =

PM – 2 mm. Pengurangan 2 mm diperoleh dengan cara mengurangi bite rim

rahang bawah dengan maksud sebagai free way space. Cara menentukan relasi

sentrik yaitu dengan mengintruksikan pasien untuk menengadahkan kepala pasien

sedemikian rupa sehingga prosessus Condyloideus akan tertarik pada fossa bagian

belakang karena tarikan dari otot dan mengintruksikan untuk menelan berulang-

ulang. Untuk mendapatkan sentrik relasi pasien disuruh melakukan gerakan

mandibula berulang-ulang sampai pasien biasa dengan oklusi tersebut. Setelah


mendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan garis

ketawa. Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan kemudian

dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan menutup mulut

kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan tetap kedudukannya dalam

keadaan oklusi sentrik. Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-

groove shape, caranya: dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;

pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim rahang

bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawah V-groove RA.

V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah dikatupkan, mulut

dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat, kemudian lakukan membuka

dan menutup berulang-ulang.

5. Pemasangan pada artikulator Jenis artikulator yang digunakan adalah

anatomical type yang disebut free plane articulator.

Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member, incisal guide

pin dan mounting table.

Cara kerja :

a) Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior pertama.

b) Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan

pedoman : garis tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah

mounting table, tepi luar anterior bite rim RA menyinggung garis incisal edge

mounting table, jarum horizontal incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar

anterior dari bite rim model RA dan tepat pada garis tengah bite rim.

c) Fiksasi dengan wax pada mounting table.

d) Buat adonan gips.


e) Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada

bagian atas model kerja RA lalu upper member digerakkan ke bawah sampai

menekan gips yang ada pada model kerja RA.

f) Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang

memfiksir upper member dengan model RA kemudian tunggu sampai keras.

g) Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.

h) Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.

i) Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada

model kerja RB kemudian lower member digerakkan ke bawah sampai menekan

adonan gips, setelah itu artikulator dibalik dan gips dirapikan.

4. KUNJUNGAN IV

Dalam kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi anterior.

Urutan pemasangan gigi adalah gigi anterior rahang atas, gigi anterior rahang

bawah.

Penyusunan gigi anterior

Penyusunan gigi anterior atas I-1

• axisnya bersudut 85°

• incisalnya menyentuh bite rim RB

• inklinasi labiopalatal = incisal dan serviks membentuk garis lurus/incisal sedikit

ke palatal

Penyusunan gigi anterior atas I-2

• axisnya bersudut 80º terhadap mid line

• incisalnya berjarak 1-2 mm dari bite rim RB

• permukaan labial agak ke palatal dan mengikuti lengkung bite Rim


Penyusunan gigi anterior atas C

• axisnya tegak lurus/ hampir sejajar dengan garis median

• incisalnya menyentuh bite RB

Penyusunan gigi anterior bawah I-1

• axisnya tegak lurus dengan bidang insisal, sedikit ke labial

• perhatikan overjet dan overbite

Penyusunan gigi anterior bawah I-2

• axisnya sedikit miring ke mesial dengan permukaan labial tegak lurus bidang

insisal

Penyusunan gigi anterior bawah C

• axisnya sedikit ke mesial

• bagian servikal permukaan labial lebih prominen

• letak tonjolnya di antara

Setelah pemasangan gigi anterior dilakukan try in untuk memeriksa:

1. Overbite dan overjet

2. Garis caninus (pada saat rest posisi terletak pada sudut mulut)

3. Garis ketawa (batas servikal gigi atas, gusi tidak terlihat saat ketawa)

4. Fungsi fonetik (pasien disuruh mengucapkan hurus s, f, t, r dan m). Selanjutnya

dilakukan sliding ke kanan dan ke kiri.

5. KUNJUNGAN V

Pada kunjungan ini sudah dilakukan pemasangan gigi-gigi posterior.

Urutan pemasangan adalah gigi posterior RA kemudian RB, setelah itu try in pada

pasien.
Penyusunan gigi posterior atas P1

• axis tegak lurus bite rim RB dan bidang oklusal

• tonjol bukal dan lingual menyentuh bite rim RB, tonjol palatinal menggantung 1

mm

Penyusunan gigi posterior atas P2

• axis tegak lurus bite rim RB

• kedua tonjol menyentuh bite rim RB

• sumbu gigi condong ke distal

• tonjol mesiopalatinal menyentuh bite rim, tonjol lainnya

menggantung

• axis lebih miring daripada

• semua tonjol menggantung

Untuk pemasangan gigi-gigi posterior rahang atas ini harus diperhatikan:

1. dataran orientasi jika dilihat dari sagital harus membentuk kurva Manson

2. dataran orientasi jika dilihat dari arah lateral harus membentuk kurva Von Spee

Gigi posterior RB yang harus dipasang pertama adalah gigi M1

• tonjol mesiopalatinal M1 tepat pada fossa sentral M1

• relasi M1 terhadap M1 neutrooklusi (Klas I Angle)

Penyusunan gigi posterior bawah P1

• axisnya tegak lurus bite rim

• letaknya di antara 3 4 dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara P1 dan

Caninus RA

Penyusunan gigi posterior bawah P2

• axisnya tegak lurus bite rim


• letaknya di antara 4 5 dengan tonjol bukal terletak di fossa sentral antara P1 dan

P2 RA

Penyusunan gigi posterior bawah M2

• axisnya tegak lurus bite rim

• tonjol mesiobukal M2 berada di antara tonjol mesiodistal M1 dan tonjol mesio-

bukal M2

Setelah pemasangan gigi posterior dilakukan try in. Perhatikan inklinasi dan

kontur gusi tiruannya. Perlu juga dilakukan pengamatan tehadap:

1. Oklusi.

2. Stabilisasi gaya working dan balancing side.

3. Estetis dengan melihat garis kaninus.

4. Fonetik dengan cara menyuruh pasien mengucapkan huruf S, D, O, M, R, A

dan T dan lainnya sebagainya dengan jelas dan tidak ada gangguan. Dilakukan try

in untuk mengevaluasi GTL sebelum diproses dengan cara melatih pasien untuk

memakai, merasakan dan beradaptasi dengan gigi tiruan tersebut :

1. Dilatih berfungsi : bicara, menelan, mengunyah

2. Bila ada kesulitan dalam berfungsi dicoba dengan latihan berkali-kali

3. Dicek estetis, retensi, stabilisasi, fonetik, dan oklusi sentrik

6. KUNJUNGAN VI

Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu

dilakukan pengamatan pada :

a) Oklusinya

b) Stabilisasinya dengan working side dan balancing side

c) Estetis dengan melihat garis caninus dan garis ketawa


d) Pasien disuruh menyebut huruf-huruf p, b, t, th, d, f, v dan lain-lain sampai

tidak ada gangguan

7. KUNJUNGAN VII

Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dan

diperhatikan :

1. Retensi

Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.

2. Oklusi

Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu, dilakukan

grinding. Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada

oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.

Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL (pengurangan pada

permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan pengurangan permukaan

lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan diketahui dengan kertas

artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan

gigi seperti mengunyah.

3. Stabilisasi

Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,

bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan, maka

protesa dapat dipolis. Instruksi untuk pemeliharaan protesa :

a. Protesa direndam dalam air sewaktu dilepas

b. Protesa dijaga kebersihannya

c. Protesa dijaga agar tidak mudah lepas


Diberikan instruksi kepada pasien untuk: beradaptasi dengan protesa tersebut

sampai biasa; Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan otot-otot

dibawahnya dapat beristirahat; Pasien membersihkan protesanya setiap kali

sehabis makan; Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil,

pasien dianjurkan untuk segera kembali ke klinik; dan Kontrol sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak

ada gangguan, pasien bisa terus memakainya.

8. KUNJUNGAN VIII

Setelah pemasangan GTL selama 1 minggu, pasien datang untuk kontrol.

Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :

a. Pemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak, ditanyakan

apakah ada gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada rasa sakit.

b. Pemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau

perlukaan dan diperiksa retensi dan stabilisasi


BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien merupakan laki-laki berusia 56 tahun dan datang ke RSGM Baiturrahmah

untuk membuatkan gigi tiruan karena hilangnya seluruh gigi pada kedua

rahangnya. Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga

memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Keadaan

residual ridge RA dan RB baik, sehingga dalam pembuatan GTL dapat diperoleh

retensi dan stabilisasi yang baik. Pasien sebelumnya belum pernah memakai GTL.

Retensi adalah kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan, sedangkan

stabilisasi adalah kemampuan bertahan terhadap perpindahan tempat dan

goncangan. Besar kecilnya retensi dipengaruhi oleh :

1. Pheripheral seal

2. Posterior seal

3. Luasnya permukaan protesa yang menempel mukosa

4. Adaptasi yang baik antara basis protesa dengan mukosa mulut

5. Penentuan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak.

Untuk retensi yang baik maka harus memperhatikan faktor – faktor sebagai

berikut:

1. Fitting surface

• Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di dalam

mulut.

• Jaringan keras harus dihindari untuk memberikan kesempatan bergerak

• Tepi GTL harus mengikuti batas fornik.


2. Ketebalan GTL

Ketebalan GTL RA dan RB tidak sama, yaitu protesa RB lebih tebal dibanding

protesa RA. Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan:

a. polishing surface

b. occlusal surface

c. penyesuaian gigi-gigi tiruan

d. artikulasi

e. dimensi vertikal, apabila dimensi vertikal kurang maka gigi geligi tidak

tampak dan bila terlalu tinggi maka gigi geligi terlihat panjang dan tidak

baik. Tujuan utama ketika melakukan penyesuaian oklusi ketika insersi adalah

agar tercapai oklusi yang seimbang (balance).

Prognosa:

Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik, dengan

mempertimbangkan :

1) Oral hygine pasien baik

2) Jaringan pendukung sehat

3) Kesehatan umum pasien baik

4) Pasien kooperatif dan komunikatif


BAB V

KESIMPULAN

Pada dasarnya pembuatan GTL harus dibuat melalui beberapa tahapan-

tahapan pekerjaan seperti yang telah ditentukan sehingga hasil akhir GTL dapat

mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal mungkin. Dari hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat dibuatkan GTL yang baru

karena GTL yang lama sudah tidak nyaman dan prognosa baik karena processus

alveolaris RA dan RB masih baik, kesehatan dan kebersihan mulut baik, pasien

kooperatif dan komunikatif, serta keinginan yang kuat dari pasien untuk memiliki

gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Basker., R. M., Davenport, J.C. and Tomlin, H. R., 1996, Perawatan


Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III, EGC, Jakarta.
2. Cary NC. Affordable custom dentures partials, complete dentures. [internet].
North Carolina: Academy of General Dentistry; 2012 [cited 2011 Nov 13].
Available from http://www.drashleymann.com/dentures.html.
3. Fadriyanti, O. 2009. Gigi Tiruan Lengkap. Penerbit Universitas Baiturrahmah:
Padang.
4. Itjingningsih , W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC,
Jakarta.
5. Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture,
FKG Unnpad, Bandung.
6. Swenson, M. G., 1960, Complete Denture, 5 th ed., C. V. Mosby Co., Saint
Louis.

Anda mungkin juga menyukai