Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di indonesia sudah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer

yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring

dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-

penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi

sexually transmitted disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).

(Hakim, 2009; Daili, 2009).

Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang

semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok

penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum

dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non gonore (UNG), kondiloma

akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis,

hepatitis, moluskum kontagiosum, skabies, pedikulosis, dan lain-lain. Sejak tahun

1998, istilah STD mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection),

agar dapat menjangkau penderita asimtomatik (Hakim, 2009; Daili, 2009).

Infeksi menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano genital sehingga

kelainan yang timbul akibat penyakit ini tidak terbatas pada kelamin genital saja,

tetapi dapat juga pada daerah – daerah ekstragenital. Meskipun demikian, tidak

berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, karena ada beberapa

1
yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk,

termometer, dan ada juga yang ditularkan dari ibu kepada bayinya yang ada di

dalam kandungan. (Daili, 2007).

Infeksi menular seksual di dapat akibat berhubungan seksual dengan orang

yang terinfeksi sebelumnya. Setiap orang yang sudah melakukan hubungan

seksual, mempunyai resiko untuk terkena infeksi menular seksual. Resiko akan

semakin tinggi apabila seseorang berhubungan seksual dengan banyak pasangan

yang berbeda pasangan atau pasangannya mempunyai banyak partner yang

berbeda ataupun melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom.

(Daili, 2007).

Adapun 9 jenis penyakit menular seksual adalah HIV/AIDS (Acquired

immune deficiency Syndrome), gonore atau kencing nanah, herpes vaginalis,

klamidia trachomatis, kondiloma akuminata (Kutil kelamin), limfogranuloma

venerum, sifilis, trichomonas vaginalis, ulkus molle.

Selama dekade terakhir ini, insidens infeksi menular seksual cukup

meningkat di berbagai negara di dunia. Banyak dilaporkan mengenai penyakit ini,

tetapi angka-angka yang dilaporkan tidak menggambarkan anggka yang

sesungguhnya. Hal tersebut disebabkan oleh banyak kasus yang tidak dilaporkan,

karena belum ada undang-undang yang mengharuskan melaporkan setiap kasus

baru infeksi menular seksual ditemukan, bila ada laporan, sistem pelaporan yang

berlaku belum seragam, fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang

sempurna sehingga seringkali terjadi salah diagnosa dan penanganan, banyak

kasus yang asimtomtik (tanpa gejala yang khas) terutama pada banyak wanita,

2
Pengontrolan terhadap infeksi menular seksual ini belum berjalan baik (Daili,

2007).

2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencegahan, pengobatan dan cara penularan pada herpes simplek?

2. Bagaiman pencegahan, pengobatan dan cara penularan pada kondiloma

akuminatum?

3. Bagaimana pencegahan, pengobatan dan cara penularan pada HIV?

2.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan, pengobatana dan cara penularan

herpes simplek?

2. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan, pengobatan dan cara penularan

pada kondiloma akuminatum?

3. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan, pengobatan dan cara penularan

pada HIV?

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegertian IMS (Infeksi Menular Seksual)

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual

(PMS) atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs),

Sexually Transmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana

pengertian dari IMS ini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat

hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga

penyakit kelamin atau penyakit kotor. Namun ini hanya menunjuk pada penyakit

yang ada di kelamin. Istilah IMS lebih luas maknanya, karena menunjuk pada cara

penularannya (Ditjen PPM & PL, 1997).

IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau

penyakit yang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan

seksual. IMS yang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang

paling terbesar diantaranya adalah AIDS, kaena mengakibatkan sepenuhnya pada

kematian pada penderitanya. AIDS tidak bisa diobati dengn antibiotik (Zohra dan

Rahardjo, 1999).

Menurut Aprilianingrum (2002), Infeksi Menular Seksual (IMS)

didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui

hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.

4
PMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit

AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang

pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Apalagi komplikasi dari

PMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal, antara

lain :

 kemandulan

 kecacatan

 gangguan kehamilan

 kanker

 kematian

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pola penyakit ini secara prinsip terbagi 2

faktor, yaitu : faktor medis dan faktor sosial.

2.2 Gejala Umum Penyakit Menular Seksual

TABEL GEJALA UMUM PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Gejala Perempuan Laki-laki

Luka Luka dengan atau tanpa rasa sakit, disekitar alat

kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain.

Tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di

sekitar alat kelamin

Cairan tidak normal Cairan dari vagina bisa Cairan bening atau

gatal, kekuningan, berwarna berasal dari

5
kehijauan, berbau atau pembukaan kepala penis

berlendir. Duhtubuh bisa atau anus.

juga keluar dari anus.

Sakit pada saat buang air PMS pada wanita biasanya Rasa terbakar atau rasa

kecil tidak menyebabkan sakit sakit selama atau setelah

atau burning urination urination terkadang diikuti

dengan duhtubuh dari

penis

Perubahan warna kulit terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan

bias menyebar ke seluruh bagian tubuh

Tonjolan seperti jengger Tumbuh tomjolan seperti jengger ayam di sekitar alat

ayam kelamin

Sakit pada bagian bawah Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan

perut dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran

reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke bagian

dalam system reproduksi, termasuk servik, tuba falopi,

dan ovarium)

Kemerahan Kemerahan pada sekitar Kemerahan pada sekitar

alat kelamin, atau diantara alat kelamin, kemerahan

kaki dan sakit di kantong zakar

Gejala lain dari  Demam

 Keringat malam

6
HIV/AIDS  Sakit kepala

 Kemerahan di ketiak, paha atau leher

 Mencret yang terus menerus

 Penurunan berat badan secara cepat

 Batuk, dengan atau tanpa darah

 Bintik ungu kebiruan pada kulit

2.3 Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS

IMS ada banyak sekali jenisnya. Beberapa diantaranya yang paling penting

adalah :

1. Gonoroe (GO) atau kencing nanah

Penyakit gonoroe adalah salah satu penyakit IMS yang disebabkan oleh

Neisseria Gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk seperti buah kopi.

Masa inkubasi (waktu sebelum terjadi gejala) berkisar antara 3 sampai 5 hari

setelah infeksi. Penyakit gonoroe paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit

infeksi menular seksual namun mudah di obati, tetapi jika terlambat atau

pengobatan yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi yang fatal.

Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic

inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama

sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri. Pada tahap

lanjut, Neisseria gonorrhoeae diasosiasikan dengan rupture membrane yang

premature, kelahiran premature, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.

Konjungtivitis gonokokol ( ophthalmia neonatorum), manifestasi terserang dari

infeksi perinatal, umumnya ditransmisi selama proses persalinan. Jika tidak terapi,

7
kondisi ini dapat mengarah pada perforasi kornea dan panoftalmitis. Infeksi

neonatal yang lebih jarang termasuk meningitis sepsis diseminata dengan atritis,

serta infeksi genital dan rectal.

a. Infeksi Gonoroe pada Pria

Bentuk yang paling sering adalah uretritis gonore anterior akuta yang

dalam bahasa awam disebutnya juga kencing nanah. Gejala umumnya adalah rasa

gatal dan panas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing,

diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah. Pada

pemeriksaan akan dijumpai ujung kemaluan merah, membengkak, dan menonjol,

diujungnya bila dipijit akan keluar nanah. Penyakit ini bila tidak mendapat

pengobatan yang tepat dapat menyebar kebagian alat kelamin lainnya seperti

kandung kencing, prostat sampai buah zakar dan salurannya. Dengan pengobatan

yang kurang mantap, penyakit akan bersifat menahun dan menjadi sumber

penularan bagi orang lain serta keluarganya.

b. Infeksi Gonoroe pada wanita

Infeksi pertama terkena pada wanita adalah mulut rahim, apalagi bila telah

terdapat perlukaan sehingga penyebarannya kebagian bawah dan bagian atas alat

kelamin semakin cepat. Infeksi mulut rahim disebut servisitis yang bersamaan

dengan infeksi vagina (liang senggama) trikomonas maka gejala klinisnya

semakin menonjol yaitu rasa nyeri pada daerah punggung, mengeluarkan

keputihan encer seperti nanah. Pemeriksaan serviks akan tampak berwarna merah,

membengkak, perlukaan, dan tertutup oleh lendir bernanah. Lendir yang

dikeluarkan sangat infeksius (bersifat menginfeksi), sehingga dapat menyebarkan

8
penyakitnya menuju liang kencing (uretritis) dengan gejala rasa sakit saat

kencing, banyak kencing dan dapt bercampur nanah, pemeriksaan mulut saluran

kencing menunjukkan berwarna merah, bengkak, bila diurut keluar nanah.

 Jenis Tes : Pemeriksaan Nanah

 Penatalaksanaan

Diagnose gonore dapat dipastikan dengan menemukan N.gonorrhoeaae

sebagai penyebab baik secara mikroskopik maupun kultur (biakan). Sensitivitas

dan spesifitas dengan pewarnaan Gram dari sediaan serviks hanya berkisar antara

45-65%, sedangkan sensitivitas dan spesifisitas dengan kultur sebesar 85-95%.

Oleh karena itu untuk infeksi gonore tanpa komplikasi adalah pengobatan dosis

tunggal. Pilihan terapi yang direkomendasikan adalah :

Ø Terapi Gonorrhoea

- Penisilin (banyak yang resisten)

- Cephalosporin :

Cefixime : 400 mg single dose

Ceftriaxone : 250 mg IM single dose

Cefotaxime : 500 mg IM single dose

- Quinolone (banyak yang resisten)

- Spectinomisin : 2 g IM single dose

9
2. Herpes Simpleks

Penyakit infeksi hubungan seksual dengan penyebab virus herpes simpleks

tipe I dan II. Gejala klinisnya adalah gejala umum dalam bentuk badan panas,

lelah atau cepat lelah, napsu makan berkurang. Masa manifestasinya

(inkubasinya) sekitar 3 minggu. Gejala lokal pada genitalia terdapat pembentukan

vesikel berkelompok diatas kulit, kulit tampak basah dan lebih merah, terdapt

ulkus yang dangkal, kulit keriput (krusta), rasa nyeri yang hebat, sehingga terdapt

kesukaran berjalan.

Pada pria gejala klinisnya lebih ringan, karena sering mendapat

pengobatan preventif sendiri, dibandingkan pada wanita. Pengobatan lokal dengan

salep yang mengandung idoksuridin sedangkan pengobatan sistemik

mempergunakan preparat asiklovir yang cukup memberikan harapan kesembuhan.

Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan

semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi

menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan

infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi, bagaimanapun kedua tipe virus

tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh manapun. HSV-1

menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa

mulut, wajah dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui

hubungan seksual dan menyebabkan vagina terlihat seperti bercak dengan luka

mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan

kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Biasanya

hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV adalah yang paling berat dan

10
dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang timbul meliputi nyeri,

inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan pembentukan

gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya dapat

berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang

(scab). Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk

bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi

sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat

disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan,

demam, trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar

ultraviolet.

 Jenis Tes : Tes Darah

 Terapi Herpes Simpleks

Terapi diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intrevena (infus).

infeksi pada ibu hamil atau ibu menyusui, janin atau anaknya maka perlu resep

dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka.

 Infeksi Primer

- Acyckivir 3x400 mg dan Acyclovir 5x200 mg oral (7-10 hari)

- 2x1 g oral (7-10 hari)

 Infeksi berulang/kambuhan

- Acyclovir 2x800 mg oral (5 hari)

- Valacyclovir 2x500 mg oral (3 hari)

11
 Terapi Supresi : yang sering kambuh (> 6x/tahun)

- Acyclovir 400 mg oral 2 kali sehari (6 bln- 1 tahun)

- Valacyclovir 500 mg oral sekali sehari (1 tahun)

3. Sifilis atau raja singa

Penyebab dari sifilis adalah treponema pallidum, orde spirochaetaeas.

yang diserang oleh penyakit ini adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh

mengandung treponema pallidum. Stadium lanjut menyerang sistem pembuluh

darah dan jantung, otak dan susunan saraf. Penjalaran menuju janin yang sedang

berkembang dalam rahim dapat menimbulkan kelainan bawaan janin dan infeksi

dini saat persalinan.

Masa inkubasinya cukup panjang sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3

minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infitrat (pemadatan

karena serbuan sel darah putih) yang selanjutnya mengelupas dan menimbulkan

perlukaan dengan ciri perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah, kulit

sekitarnya tidak terdapat tanda radang, membengkak, dan sebagiannya, tidak

terasa nyeri, perlukaan mendatar dapat berubah menjadi ulkus karena dindingnya

tegak lurus kedalam, ulkus ini tidak nyeri dan disebut ulkus durum. Penyakit

infeksi dapat menyebar ke daerah kelenjar getah bening regional yang berbentuk

soliter artinya tidak ada pelekatan tanpa rasa nyeri, dan pergerakannya bebas.

12
Macam-macam sifilis

A. Sifilis primer

Dalam banyak kasus, yang jelas salah satunya gejala sifilis primer adalah rasa

sakit maag di sebut chancre yang muncul dalam waktu dua sampai enam minggu

setelah seseorang menjadi terinfeksi dengan T. palidum. Biasanya, ulkus muncul

pada penis, vulva, vagina atau anus. Hal ini juga dapat muncul pada leher rahim.

Lidah, bibir dan bagian tubuh lainnya.

B. Sifilis sekunder

Gejala yang paling umum adalah ruam lesi kecil mirip dengan penyakit cacar

(biasanya cokelat kemerah-merahan), yang kelompok telah munculnya gatal-gatal

yang tidak menghasilkan. Sementara mereka dapat muncul dimana pada tubuh,

gejala sifilis sekunder adalah ruam pada telapak tangan dan telapak kaki.

C. Sifilis laten

Sifilis laten (tersembunyi)di diagnose ketika seseoranng telah dihasilkan antibody

terhadap bakteri tetapi tidak memiliki gejala infeksi. Sementara orang dengan

sifilis laten secara umum tidak di anggap menular (yang berarti sangat tidak

mungkin untuk mengirim bakteri padaorang lain).

Sifilis laten dapat di bagi menjadi laten awal atau laten lanjut, tergantung pada

beberapa lama orang itu sudah terinfeksi. Orang dengan sifilis laten lanjut (orang-

orang yang tidak tahu kapan infeksi yang di peroleh) untuk memerlukan

13
perawatan lebih agresif di bandingkan dengan infeksi laten Dini (yang telah

terinfeksi kurang dari satu tahun).

D. Sifilis neurosifilis

Hal ini terjadi ketika T.pallidum menginfeksi otak atau sumsum tulang belakang

(system saraf pusat). Infeksi dapat terjadi dalam setiap tahap sifilis bias

menyebabkn kerusakan neurologis yang serius, termasuk kelumpuhan, hilang

sensasi fisik, buta dan tuli bertahap. Neurosifilis bisa cukup berat sehingga

menyebabkan cacat permanen atau kematian.

 Jenis Tes : Tes Darah

 Terapi Sifilis

- Penisilin

Benzatin Benzilpenisilin G: 2,4 MIU IM single dose, injeksi 2 tempat

Procain Benzilpenisilin : 600.000 unit IM sekali sehari selama 10-14 hari

- Azitromisin : 500 mg oral sekali sehari selama 10 hari

- Cefriaxone : 1-2 g/hari IM/IV sekali sehari selama 8-10 hari

- Doksisiklin : 200-300 mg/hari oral selama 10-14 hari

- Tetrasiklin : 4x500 mg selama 14 hari

4. Kondiloma Akuminata (Kutil)

Kondiloma akuminatum (KA) adalah infeksi menular seksual (IMS) yang

disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) yang menyerang kulit alat

14
kelamin. KA disebut juga kutil kelamin, penyakit jengger ayam atau brondong

jagung. KA ditularkan melalui sentuhan langsung, misalnya trauma pada saat

hubungan seksual. Kelainan ini sering ditemukan pada dewasa muda, terbanyak

pada kelompok umur 17-33 tahun, dengan frekuensi yang seimbang antara pria

dan wanita.

Masa inkubasi KA sulit dipastikan, rata-rata sekitar 3 bulan. Pada wanita,

lesi KA sering timbul di liang vagina, labia mayor dan minor, serta sekitar anus.

Pada pria, tempat yang sering terkena adalah glans penis (topi baja), batang penis,

daerah rambut kemaluan dan di buah zakar. Gambaran klinis KA berupa bintil

atau benjolan sewarna daging, dengan permukaan tidak rata/berbenjol-benjol.

 Jenis Tes : Pemeriksaan jaringan dan tes darah

 Terapi Kondiloma Akuminata

~ Obat-obatan:

- Podofilox 0,5% solution atau gel 2xsehari (3hari) diikuti 4 hari bebas terapi

- Imiquimod 5% cream

Sekali sehari sebelum tidur 3 kali seminggu selama 16 minggu, cuci dengan sabun

6-10 jam setelah diaplikasikan.

 Bedah

- Cryosurgery

- Laser eksisi

- Local eksisi

15
- Kauterisasi

5. Klamidia

Penyakit Klamidia tergolong dalam infeksi menular seksual (IMS) pada

manusia yang disebabkan oleh bakteri Chlamidia trachomatis dapat ditularkan

melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, atau oral, dan dapat

mengakibatkan bayi tertular dari ibunya selama masa persalinan. Antara setengah

dan tiga perempat dari semua wanita yang mengidap Klamidia pada leher rahim

(cervicitis) tidak memiliki gejala dan tidak tahu bahwa mereka terinfeksi.

Pada pria, infeksi terjadi pada saluran kencing (urethritis) gejalanya :

keluarnya putih dari penis dengan atau tanpa rasa sakit pada kencing (dysuria) dan

menyebabkan peradangan pada daerah pernyimpanan dan kantung sperma

(epididymitis).

Gejala yang kadang muncul pada wanita yaitu rasa panas terbakar pada

pinggul. Jika Tanpa perawatan, Klamidia dapat menyebabkan infeksi serius

reproduksi dan masalah-masalah kesehatan lainnya dengan baik jangka pendek

maupun jangka panjanglamydia trachomatis, dapat merusak alat reproduksi

manusia dan penyakit mata.

 Jenis Tes : Pemeriksaan cairan atau lendir

 Terapi Klamidia

- Azitromisin : 1 g oral single dose

- Doksisiklin : 2x100 mg selama 7 hari

16
- Amoksisilin : 3x500 mg oral selama 7 hari

- Eritromisin : 4x500mg oral selama 7 hari

- Clarithromisin: 2x250 mg oral selama 7 hari

- Quinolone :

Levofloksasin : 1x500 mg oral selama 7 hari

Ofloksasin : 2x200 mg oral selama 7 hari

6. Ulkus Mole (Chancroid) Disebabkan oleh bakteri Hemophilus ducreyi.

Gejala-gejala yang mungkin ditimbulkan antara lain :

o Luka lebih dari diameter 2 cm

o Cekung, pinggirnya tidak teratur

o Keluar nanah dan rasa nyeri

o Biasanya hanya pada salah satu sisi alat kelamin

o Sering (50%) disertai pembengkakan kelenjar getah bening di lipat paha

berwarna kemerahan (bubo) yang bila pecah akan bernanah dan nyeri.

o Komplikasi yang mungkin terjadi : kematian janin pada ibu hamil yang

tertular, memudahkan penularan infeksi HIV.Tes laboratorium untuk

mendeteksinya dengan pewarnaan Gram dan Biakan agar selama seminggu.

7. Hepatitis

Hepatitis diindikasi sebagai salah satu penyakit akibat infeksi virus DNA

(hepatitis

B) atau RNA (hepatitis C) yang terjadi pada (organ) hati, yang menyebabkan

perasangan

17
pada sel hati dengan segala akibatnya. Terdeteksi adanya hepatitis virus

ABCDEF, namun

yang berkaitan dengan PMS adalah B dan C.

Memiliki masa inkubasi antara 45-160 hari dan mengenai pada seluruh usia.

Gejala yang

muncul meliputi: lelah, kerongkongan terasa pahit, sakit kepala, diare, nafsu

makan menurun,

otot pegal-pegal dan sakit perut, demam tinggi serta vomitus.

A. Hepatitis C

Gejala biasanya baru muncul 10-15 tahun setelah terinfeksi. Gejala yang muncul

antara

lain:lelah, mual, kehilangan nafsu makan,vomitus, sakit perut, otot terasa pegal,

demam, diare dan sakit kuning.

~ Cara Penularan

Mediasi penularan hepatitis C yang utama adalah melalui pemakaian jarum suntik

yang tidak disposible. Namun virus ini juga bisa ditularkan melalui hubungan

seksual dengan proporsi yang lebih rendah (yakni dengan pemaparan antara darah

wanita menstruasi yang melakukan hubungan seks dengan perlukaan akibat

hepatitis pada pria pasangannya). Untuk mendeteksi, pemeriksaan anti-hepatitis C

virus ditegakkan.

 Pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan lab tambahan.

18
Obat-obatan untuk penderita hepatitis C kronis saat ini telah tersedia,

sayangnya terbukti tidak selalu efektif dan punta efek samping. Gejala terburuk

adalah kerusakan hati yang serius. Menghidari pemaparan spesimen tubuh dan

kontak langsung dengan penderita. Hidup sehat dan teratur sebagai alternatif bijak

untuk menghindarinya.

B. Hepatitis B

HbsAg+ berperan menyebarkan virus melalui cairan yang sudah terinfeksi,

antara lain: air mani, darah, cairan vagina ataupun ludah masuk ke tubuh manusia

melalui luka yang terbuka dan bagian tubuh yang memungkinkan untuk infeksi

bakteri.

 Tes (diagnosa) HbsAg telah ditemukan hampir pada spesimen tubuh yang

terinfeksi, yaitu: darah, semen, saliva, air mata, ascites, ASI dan urine

penderita.

 Terapi untuk penderita virus ini: asimptomatis, interferon.

Istirahat, menghindari stres, tidak melakukan aktivitas berat dan memenuhi

kebutuhan nutrisi dan gizi yang seimbang. Selain itu kurangi dan hindari

kebiasaan merokok dan alkoholik. Antibodi virus ini bersifat seumur hidup

setelah penderita terjangkit, namun masih mungkin terinfeksi hepatitis C.

Komplikasi sebagai penyebab utama hepatitis akut,kronik, serosis bahkan kanker

hati.

 Pencegahan

19
Vaksin yang aman dan adekuat telah tersedia. Pemberiannya dilakukan 3 kali

penyuntikan selama 6 bulan berturut-turut dan semuanya dilakukan di bahu.

Hindari sebisa mungkin untuk tidak terpapar spesimen penderita.

8. HIV/AIDS

HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang

menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Virus

HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Acquired

Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah HIV menyerang sistem

kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau lebih. penyabab AIDS

adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T cell leucemia virus III

(HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk virus ini selalu berubah-

ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat menyembuhkan. HIV

berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia,

yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :

Fase1:

Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu.

Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada

20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini

mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Fase 2:

Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat

berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta

penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase

20
inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4

dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin

sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah

dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan

melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang

baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan

HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para

peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-

orang dengan HIV.

Fase 3 :

Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap

ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal,

penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang

biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit

inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala

penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah,

diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam

hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk

yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem

kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.

Fase 4 :

21
Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin

parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-

obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.

Cara penularannya terutama melalui hubungan seksual dan darah dengan

memakai jarum suntik atau transfusi darah. gejala yang dapat muncul adalah :

1. membesarnya kelenjar getah bening

2. Panas badan sekitar 38oC yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tampa

diketahui sebabnya terutama malam hari.

3. Berat badan menurun lebih dari 10%

4. Napsu makan berkurang

5. Dapat disertai diare (sering buang air bersar yang encer)

 Jenis tes :

~ Tes darah Untuk mendeteksi virus HIV : Elisa dan western blood

~ Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)

2.4 CARA PENULARAN IMS

Kita bisa terkena IMS melalui hubungan seks yang tidak aman, yang

dimaksudkan dengan tidak aman adalah :

· Hubungan seks lewat liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke

vagina atau liang senggama).

· Hubungan seks lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur)

22
· Seks oral (zakar dimasukkan ke mulut tanpa zakar ditutupi kondom)

2.5 YANG HARUS DI LAKUKAN JIKA TERKENA IMS

Kalau terkena IMS atau curiga terkena IMS :

Ø Cepat ke dokter, IMS harus diobati, tetapi jangan mengobati sendiri. Dokter

saja perlu melakukan tes untuk memastikan IMS yang diderita pasiennya. Obat

IMS juga berbeda-beda tergantung jenis IMS-nya. Cuma dokter yang tahu obat

paling tepat untuk IMS yang diderita. Pergilah ke dokter, klinik, puskesmas atau

rumah sakit. ikuti saran dokter atau petugas kesehatan dan habiskan semua

obatnya meski sakit dan gejalanya sudah hilang. Ajak atau anjurkan semua

pasangan seks yang Anda ketahui untuk juga berobat.

Ø Jangan melakukan hubungan seks selama dalam pengobatan IMS.

Ø Beberapa IMS meskipun diobati, tidak bisa disembuhkan dan sifatnya kumat-

kumatan. Herpes misalnya, akan kumat pada waktu-waktu tertentu

Ø Tes IMS tidak selalu dilakukan kecuali kalau perlu. Biasanya dokter memeriksa

berdasarkan tanda-tanda atau gejala-gejala yang kita rasakan. Jawablah semua

pertanyaan dokter dengan jujur supaya ia dapat memberikan obat yang tepat.

2.6 CARA MENCEGAH IMS

Pencegahan Penularan lewat seks :

 Absen dari seks atau tidak berhubungan seks sama sekali sehingga tidak ada

cairan kelamin yang masuk kedalam tubuh. Ini sama dengan pantang seks atau

puasa seks saat jauh dari pasangan.

23
 Berlaku saling setia atau berhubungan hanya dengan seorang yang di pastikan

hanya berhubungan seks dengan kita saja kalau sudah menikah atau kita tidak

bisa berpantang sek.

 Cegah infeksi degan menggunakan kondom sewaktu berhubungan seks. Bila

kita dapat memastikan kesetiaan pasangan kita atau tidak tau apakan dia

pernah menerima transfusi darah, tato, suntikan, dengan jarum yang tidak

steril. Juga bila kita tidak bisa setia kepada pasangan kita gunakan kondom

untuk berhubungan seks baik lewat liang senggama, lewat mulut atau lubang

dubur.

Pencegahan Penularan Cara lainnya :

 Mencegah masuknya transfusi darah tambahan yang belum diperiksa

kebersihannya dari IMS ke dalam tubuh kita.

 Berhati-hati waktu menangani segala hal yang tercemar oleh darah segar.

 Mencegah pemakaian alat-alat tembus kulit yang tidak suci hama atau tidak

steril terhadap diri kita. Misalnya Jarum suntik, alat tato, alat tindik dan

sejenisnya yang bekas dipakai orang lain. Jarum suntik yang abru biasanya

masih dalam plastik dan dibuka dihadapan kita.

24
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Herpes simplek

A. Definisi

Infeksi akut yang disebabkan oleh virus (virus herpes hominis) tipe I dan

tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang

sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat

berlangsung baik primer maupun rekurens.

B. Sinonim

Fever blister, cold sore, herpes febrilis, herpes labialis, herpes progenitalis

(genitalis)

C. Epidemiologi

Penyakit ini terbesar kosmopolit dan menyerang balik pria maupun wanita

dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes simpleks

(V.H.S) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi VHS tipe

II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan peningkatan

aktivitas seksual.

D. Etiologi

25
VHS tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus

DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada

media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi)

E. Gejala klinis

Infeksi VHS ini berlangsung dalam 3 tingkat :

1. infeksi primer

2. fase laten

3. Infeksi rekurens

 Infeksi primer

Tempat predileksi VHS tipe I didaerah pinggang ke atas terutama didaerah

mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak inokulasi dapat terjadi

secara kebetulan, misalnya kontak kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang

yang biasa menggigit jari (herpetic whit-low). virus ini juga sebagai penyebab

herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh virus VHS tpe II mempunyai tempat

predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama didaerah genital, juga dapat

menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.

Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual

seperti oro-genital, kadang-kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan

didaerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II.

26
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu

dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan

dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional.

Kelainan klinis yang dijumpai vesikel yang berkelompok diatas kulit yang

sebab dan eritematosa, berisi cairan jernihdan kemudian menjadi seropurulen,

dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal,

biasanya sembuh tanpa sikatrik. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-

kadang dapat timbul infeksi sekunder sehingga memberi gambaran yang tidak

jelas. Umumnya didapati pada orang yang kekurangan antibodi virus herpes

simpleks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS

pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.

Fase laten

Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS

dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada gnglion dorsalis.

Infeksi Rekurens

Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak

aktif,dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga

menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik(

demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis

(gangguan emosional, menstruasi), dan dapat timbul akibat jenis makanan dan

minuman yang merangsang.

27
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan

berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal

sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini

dapat timbul pada tempat yang sama (loco)atau tempat lain/tempat disekitarnya(

non loco)

F. Pemeriksaan pembantu diagnosis

Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada

keadaan tidak ada lesi dapat diperiksaantibodi VHS. Pada percobaan Tzanck

dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan

inklusi intranuklear.

G. Diagnosis banding

Herpes simpleks didaerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan

dengan impetigo vesiko bulosa. Pada daerah genitalia harus dibedakan dengan

ulkus durum, ulkus mole, dan ulkus mikstum, maupun ulkus yang mendahului

penyakit limfoggranuloma venereum.

H. Tatalaksana

Sampai saat ini belom ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal,

artinya tidak ada pengobatan yang dapat mencegah episode rekurens secara tuntas.

Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim yang

mengandung preparat idoksuridin(stoxil, viruguent,mviruguent-P) dengan cara

aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam.prepart asiklovir ( zovirax)

yang dipakai secara topikal tampaknya memberikan masa depan yang lebih cerah.

28
Asiklovir cara kerjanya mengganggu replikasi DNA virus. Klinis bisa bermanfaat

bila penyakit sedang aktif. Jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.

Pengobatan oral berua preparat asiklovirtampaknya memberikan hasil yang lebih

baik, penyakit lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya 5 x

200 mg sehari selama 5 hari. Pengobatan parenteral dengan asiklovir terutama

ditunjukkan kepada penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada

alat dalam. Begitu pula dengan preparat adenin arabinosid (virabin). interferon

sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat reproduksi virus juga dapat

dipakai secara parenteral.

Untuk mencegah rekurens macam-macam usaha yang dilakukan dengan

tujuan meningkatkan imunitas seluler, pernah dilakukan preparat lupidon H

(untuk VHS tipe I) dan lupidon G (untuk VHS tipe II) dalam satu seri pengobatan.

Pemberian levamisol dan isoprinosin atau asiklovir secara berkala menurut

menurut beberapa penyelidik memberikan hasil yang baik. Efek levamisol dan

isoprosin adalah sebagai imunostimulator. Pemberian vaksinasi cacar sekarang

tidak dianut lagi.

Herpes Genitalis pada kehamilan

Bila pada kehamilan timbul herpes genitalis, perlu mendapatkan perhatian

yang serius, karena melalui plasenta virus dapat sampai kesirkulasi fetal serta

dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonotal

mempunyai angka mortalitas 60% separuh dari yang hidup,menderita cacat

neurologik atau kelainan pada mata.

29
Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa esensefalitis,

keratokonjungtivitis, atau hepatitis,disamping itu juga dapat timbul lesi dikulit.

Beberapa ahli kandungan partus secara seksio caesaria, bila saat melahirkan sang

ibu menderita penyakit ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban

pecah.

Di Amerika serikat pertumbuhan herper neonatal adalah 1 per 7500

kelahiran hidup. Bila transmisi terjadi pada trimester 1 cendrung terjadi abortus

sedangkan bila terjadi pada trimester II terjadi prematuritas. Selain itu dapat

terjadi transmisi pada saat intrapartum.

I. Pengobatan

Selama pencegahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut

secara psikologik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat

memberi prognosis yang lebih baik, yakni pada masa penyakit berlangsung lebih

singkat dan rekurens lebih panjang.

Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakit-penyakit

dengan tumor disistem retikulendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang

lama atau ksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan dapat fata. Prognosis akan

lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.

3.2 Kondiloma akuminatum

A. Defenisi

Kondiloma akuminatum ialah vegetasi oleh human papiloma virus tipe

tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.

30
B. Epidemiologi

Penyakit ini termasuk penyakit akibat hubungan seksual (P.H.S).

Frekuensinya pada pria dan wanita sama. Tersebar kosmopolit dan transmisi

melalui kontak kulit langsung.

C. Etiologi

Virus penyebabnya adalah virus papiloma Humanus (VPH), ialah virus

DNA yang tergolong dalam keluarga virus papoya. Sampai saat ini telah dikenal

sekitar 70 tipe VPH, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma

akuminatum. Tipe yang pernah ditemui pada kondiloma akuminatum adalah tipe

6,11,16,18,30,31,33,35,39,41,42,44,51,52,dan 56.

Beberapa tipe VPH tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi,

yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai

pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan 11 sering dijumpai pada kondiloma

akuminatum dan neoplasma intraepitelial serviks derajat ringan.

D. Gejala klinis

Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di

daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya diperineum dan sekitar

anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus , dan pangkal

penis. Pada wanita didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang

pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor albus atau wanita

yang hamil pertumbuhan penyakit cepat.

Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan

kalau masih baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot

(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan

31
sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi

keabu-abuan dan berbau tidak enak.

Vegetasi besar disebut sebagai giant condyloma (buschke) yang pernah

dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus dilakukan biopsi.

E. Diagnosa banding

1. Veruka vulgaris : vegetasi yang tidak bertangkai, dan berwarna abu-abu atau

sama dengan warna kulit.

2. Kondiloma latum : sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif,

ditemukan banyak Spirocaeta pallidum.

3. Karsinoma sel skuamosa : vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah

dan berbau

F. Pengobatan

 Kemoterapi

a. Pedonfilin

Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25% . kulit disekitarnya

dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6 jam

dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali

pemberian janagn melebihi 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik.

Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri abdomen, gangguan alat napas

dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula terjadi supresi sumsum

tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia. Pada wanita hamil

sebaiknya jangan diberikan karena dapat terjadi kematian fetus.

32
Cara pengobatan dengan pedonfilin ini sering dipakai. Hasilnya baik

pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang

berbentuk pipih.

b. Asam triklosetat

Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.

Pemberiannya harus berhati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang

dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.

c. 5-fluorourasil

Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di

meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya

penderita tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan.

 Bedah listrik

 Bedah beku

 Bedah skalpel

 Laser karbodioksida

Luka lebih parah cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut,

bila dibandingkan elektrokauterisasi.

 Interferon

Dapat diberikan dalam bentuk suntikan dan topikal. Interferon lfa

diberikan dengan dosis 4-5 mU i.m 3x semingggu atau dengan dosis 1-5 mU

selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit i.m selama

10 hari berturut-turut.

 Imunoterapi

33
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan

dapat diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.

G. Prognosis

Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor

predisposisi dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau lelembapan pada

pria akibat tidak disirkumsisi.

3.3 HIV/AIDS

HIV ada singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus yang

menyebabkan rusaknya atau melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.Virus

HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Acquired

Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) muncul setelah HIV menyerang sistem

kekebalan tubuh kita selam lima hingga sepuluh tahun atau lebih. penyabab AIDS

adalah lymphadenopaty associated virus (LAV),human T cell leucemia virus III

(HTLV III), human T cell lymphotrophic virus. Berntuk virus ini selalu berubah-

ubah sehingga sulit dibuat vaksin dan obat yang dapat menyembuhkan. HIV

berkembang dari infeksi menjadi suatu penyakit yang mengancam jiwa manusia,

yaitu Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), dalam 4 fase berikut :

Fase1:

Fase ini dimulai tepat setelah infeksi dan berlangsung selama beberapa minggu.

Fase 1 ini ditandai dengan perasaan “tidak enak badan” seperti flu, meski pada

20% penderita terjadi flu yang parah. Tes HIV yang dilakukan pada fase ini

mungkin menunjukkan bahwa anda tidak terinfeksi HIV.

Fase 2:

34
Fase ini adalah tahap yang terpanjang diantara keempat fase lainnya, bahkan dapat

berlangsung hingga sepuluh tahun. Selama fase ini hampir tidak ada gejala serta

penderita terlihat dan merasa sehat-sehat saja. Padahal sebenarnya, pada fase

inilah virus sedang berkembang. Pelan-pelan HIV menghancurkan sel-sel CD4

dalam darah, yang berjumlah banyak sekali untuk melawan penyakit. Semakin

sedikit sel CD4 yang anda miliki, sistem kekebalan tubuh anda semakin melemah

dan anda akan semakin sulit untuk menghindari penyakit. Memang tubuh akan

melawan dengan cara mengganti sel CD4 yang rusak atau hilang dengan yang

baru sebanyak mungkin, tetapi selalu kalah cepat dibanding dengan pembiakan

HIV dalam tubuh anda. Untuk membantu tubuh dalam memerangi HIV ini, para

peneliti telah mengembangkan obat-obatan antivirus yang bisa dikonsumsi orang-

orang dengan HIV.

Fase 3 :

Fase ini dimulai ketika sel CD4 dalam tubuh sudah dikuasai virus yang pada tahap

ini sudah banyak sekalidalam darah. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah gagal,

penyakitpun mulai menyerang. Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang

biasanya dapat dilawan sistem kekebalan tubh dengan mudah, ironisnya penyakit

inilah yang mnguasai dan mengendalikan tubuh yang terinfeksi HIV dan gejala

penyakitpun berkembang. Pada awalnya gejala-gejala ini ringan, misalnya : lelah,

diare, infeksi jamur, demam, berat badan terus menurun, berkeringat pada malam

hari, pembengkakan kelenjar limpa, infeksi pada sekitar area mulut, atau batuk

yang terus-menerus. Tetapi seiring dengan semakin melemahnya sistem

kekebalan, gejala-gejala ini semakin parah.

35
Fase 4 :

Ketika gejala-gejala penyakit (seperti tuberculosis atau cancer) menjadi semakin

parah, selanjutnya penderita didiagnosis menderita AIDS. Pada fase ini obat-

obatan antivirus hanya bisa memperlambat perkembangan virus ini.

Cara penularan :

Cara penularannya terutama melalui hubungan seksual dan darah dengan

memakai jarum suntik atau transfusi darah dan terinfeksi HIV orang yang HIV +.

Gejala yang dapat muncul adalah :

1. membesarnya kelenjar getah bening

2. Panas badan sekitar 38oC yang hilang timbul lebih dari 3 bulan, tampa

diketahui sebabnya terutama malam hari.

3. Berat badan menurun lebih dari 10%

4. Napsu makan berkurang

5. Dapat disertai diare (sering buang air bersar yang encer)

Jenis tes :

 Tes darah Untuk mendeteksi virus HIV : Elisa dan western blood

 Tes melalui spesimen saliva / ludah (Tes Oral)

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan salah satu penyakit yang

mudah ditularkan melalui hubungan seksual, dengan ciri khas adanya penyebab

dan kelainan yang terjadi terutama di daerah genital. IMS sampai saat ini masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju

(industri) maupun di negara berkembang,

Penyakit yang termasuk dalam kelompok IMS virus di antaranya Gonore

Kondiloma Akuminatum (KA), herpes simplek dan HIV/AIDS. Prilaku seksual

berupa bergonta-ganti pasangan seksual akan meningkatkan penularan penyakit,

Kelompok berisiko tinggi terkena infeksi menular seksual yaitu PSK (Pekerja

Seks Komersial). Angka penyakit IMS di kalangan PSK (Pekerja Seks Komersial)

tiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Saat ini diperkirakan 80%-90% PSK

terinfeksi IMS seperti : Neisseria gonorrhoeae, Herpes simplex vinio tipe 2 dan

clamidia. Pekerja seks memerlukan skrining secara rutin untuk IMS seperti

penggunaan kondom tidak sepenuhnya protektif.

4.2 SARAN

Sebagai saran dari penulis semoga setelah membaca makalah ini kita

semua dapat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan IMS ( Infeksi Menular

Seksual ), dan dapat melakukan berbagai tindak pencegahan, karna ini merupakan

kewajiban kita semua untuk mengurangi tingkat kejadian pada penyakit

37
mematikan tersebut. Menghindari tindakan seks bebas, meberikan pengetahuan

pada seluru remaja agar menghindari tidakan yang tidak bermoral tersebut karna

dapat merusak masa depan mereka dan dapat menjadi penyesalah seumur hidup.

38
DAFTAR PUSTAKA

Aprilianingrum, Farida. Survei Penyakit Sifilis dan Infeksi HIV Pada Pekerja
Seks Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon
Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002. 2002.
http://www.health-lrc.com

Djuanda,Pekerja Seks Jalanan : Potensi Penularan Penyakit Seksual. Yogyakarta :


Pusat Penelitian Kependudukan UGM. 1998.

Djuanda, adhi., Moctar hamzah dan Siti aisah. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. Hal 113-114, 381-383.

Hankins, Coutlee, Lapointe, et al. Prevalence of risk factors associated with


human papillomavirus infection in women living with HIV. Canadian Med
Ass J. 1999

Koutsky LA, Kiviat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually


Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002

KPAN. HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual Lainnya di Indonesia : Tantangan


dan Peluang untuk Bertindak. Jakarta : KPAN. 2001.

Sun, Kuhn, Ellerbrock, et al. Human Papillomavirus Infection in Women Infected


with the Human Immunodeficiency Virus. New England J Med. 1997; vol
337; no 19; p 1343 – 1349.

Wen LM, Estcourt CS, et al. Risk Factors for the Acquisition of Genital warts :
are Condoms protective?. Sex Transm Inf. 1999

39

Anda mungkin juga menyukai