Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Resa Ferdina, MARS.
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
2
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN
(GTSL)
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
3
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PERSETUJUAN
4
PROSEDUR KERJA GTSL
3. Diskusi
5. Mencetak fisiologis
6. Survey model
7. Desain cangkolan
8. Membuat cangkolan
9. Pembuatan basis
sementara
14. Prosesing
17. Kontrol
5
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara garis besar, gigi tiruan dibagi menjadi dua jenis, yaitu gigi tiruan
lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh
(GTP) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) (Mangkat dkk, 2015). Gigi tiruan
sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang baik pada rahang atas
maupun rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa
pengawasan dokter gigi (Ozkan, 2012). Penggunaan gigi tiruan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mengunyah, berbicara, memnberikan dukungan otot
wajah, dan meningkatkan penampilan wajah dan senyum (Pongibidan, 2013).
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang
bawah dan dapat dibuka-pasang oleh pasien. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)
merupakan bagian prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang
hilang dengan gigi tiruan yang di dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi
Beberapa syarat GTSL yang baik adalah gigi tiruan tersebut mampu
kerusakan yang lebih parah pada gigi yang tersisa dan jaringan pendukung, dapat
dengan mudah dilepas dan dipasangkan kembali oleh pasien, dapat dengan mudah
Tahapan pemeriksaan :
7
2.2.1 Anamnesis
1. Informasi Sosial
nomor telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan
fungsi bicara
Penjelasan :
umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat
obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas
8
4. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi
tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa
akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat
lain seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya
mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga
mulut yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien.
untuk menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting
untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan
utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada gigitiruannya
yang baru.
benturan
Penjelasan :
9
Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan
- Pencabutan terakhir :
Penjelasan :
a. Bila Pernah :
b. Pengalaman :
…………………………………………………………………
Penjelasan :
10
pasien ini biasanya senang membandingkan protesa lamanya
jenisnya.
sikap mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.
Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan
dilakukan perawatan. Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter
gigi harus melakukan perawatan dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap
yang dilakukan.
11
2.2.2 Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir
saat istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan
kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti
mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah.
b) Profil : lurus/cembung/cekung
Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan
elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan
rahang.
(a) (b)
Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah
arah
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper
(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi.
yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk
bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca
muntah.
simetris /asimetris
k) Sendi rahang :
Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi
13
Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak
mulutnya (trismus).
Pasien diminta untuk membuka mulut sampai terasa sakit dan saat ini
jarak antara insisal edge dari gigi anterior diukur. Pengukuran ini disebut dengan
14
Gambar 2 . Maximum Comfortable Mouth
Op
ening46
Pasien diperiksa dalam keadaan ICP maksimum dan area gigi insisivus
ditandai.
.
15
Gambar 4. Posisi Interkuspasi Maksimum
arah kiri terlebih dahulu kemudian ke arah kanan. Kemudian ukur jarak yang
telah ditandai dengan perpindahan yang telah terjadi dari midline. Pengukuran ini
(Gambar 22)
Mandibula
Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah
suara tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat,
maka disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil
yang multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan
diatas permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam
suara sendi.
16
Gambar 6. Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi
normal adalah 53-58 mm pada orang dewasa. Karena gejala pada otot biasanya
sakit terasa. Pada saat ini jarak antara insisal edge gigi anterior maksila dan
mandibula diukur. Saat ini disebut sebagai maximal comfortable opening. Pasien
sakit. Hal ini disebut sebagai maximal opening. Pembukaan mulut dikatakan
terbatas bila jarak yang dihasilkan kurang dari 40 mm. Pada kondisi tersebut
lateral. Bila pergerakan ke arah lateral kurang dari 8 mm maka hal ini
17
dengan cara yang sama. Pada sistem pengunyahan yang sehat, tidak ada
perubahan arah pada saat pembukaan mulut. Ada dua jenis perubahan yang dapat
terjadi, yaitu deviasi dan defleksi. Deviasi adalah perubahan pada midline selama
pembukaan yang akan hilang dengan pembukaan yang terus dilakukan (kembali
ke midline). Defleksi adalah pergerakan midline ke satu sisi dengan jarak yang
akan terus menjauh dan tidak kembali ke tengah midline pada saat pembukaan
Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi
melakukan palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak
merasa sakit saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2
menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau
18
a. Otot Temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah,
dan daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang
zygomatik dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam
keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja
dapat dilihat pada saat elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi.
Sedangkan otot temporalis bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada
saat depresi mandibula. Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi
temporomandibula dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini
berjalan dalam arah oblik melewati bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis
bagian tengah dapat dilihat saat bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah
posterior dipalpasi pada daerah diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini
dalam keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian posterior yang
bekerja dapat dilihat pada retraksi mandibula. Sedangkan otot temporalis bagian
posterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi dan protrusi
19
Gambar 7. Palpasi Otot Temporalis. A. Daerah Anterior; B. Daerah Tengah;
C. Daerah Posterior46
b. Otot Masseter
inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya
mandibula
Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan inferior
dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot
paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul
intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat
lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di bawah kondilus.
20
Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching dan bagian
inferior bekerja selama pembukaan mulut.50 (Gambar 27, 28, dan 29)
Inferior46
Superior46
21
Gambar 29. Palpasi Otot Lateral Pterigoid46
Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoid
plate. Kedua pterygoid plateini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu
posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot
medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi
THT/..........................
A. Pemeriksaan umum
1. Saliva
tiruan lengkap.
a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak
b. Kualitas : encer/normal/kental
2. Lidah
kestabilan protesa
anterior bawah
23
c. Mobilitas: normal/aktif
Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan
posterior. Bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak antara
24
Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih,
region tersebut.
vestibulum RB.
5. Artikulasi
a. Cuspid protected
b. Grup function
adjustment.
25
Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada
Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang
kunyah pasien besar. Pada keadaan ini, bila ridge sudah rendah
besar
7. Kebiasan buruk
a. Bruxism / clenching
c. Mendorong lidah
adanya faset tajam pada gigi. Kebiasaan ini akan membuat gigi
tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat
26
Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan
2. Fraktur gigi :
6. Vestibulum
27
Rahang Atas dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dalam/sedang/
dangkal dangkal
dangkal dangkal
mulut nomer 3.
- Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai
dasar vestibulum
- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi
yang dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi
stabilisasi gigi tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi
tiruan cekat
b. Ketinggian : tinggi/sedang/rendah
28
memeriksanya dengan membandingkan dengan gigi di sebelahnya.
jaringan tinggi
8. Frenulum
dan sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolar dengan
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
- Labialis superior
29
- Labialis inferior
- Lingualis
9. Palatum
b. Kedalaman palatum
c. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus
yang besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat
pencetakan fisiologis
d. Palatum mole
durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut
bentuk kupu-kupu
30
b. Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat,
parit)
Kanan : besar/kecil
Kiri : besar/kecil
11. Undercut
31
menggunakan kaca mulut nomor 3. Ruang retromilohioid yang
antara lain:
a. Persegi
b. Oval
c. Segitiga
rahang atas dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar
16. Lain-lain
a. Eksostosis
b. Torus mandibularis
32
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau tidaknya
Torus Palatinus
Torus palatinus merupakan tumor jinak yang secara perlahan tumbuh seperti
Menghilangkan torus ini tidak dibutuhkan kecuali ukurannya sangat besar dan
Torus Mandibularis
periodontal.
33
diekstraksi merupakan area yang paling sering terdapat undercut yang nantinya
dengan bedah.
bibir yang masuk ke dalam sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung
dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan dari
lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita.
Alat bicara dapat dibagi 2 bagian: statis dan dinamis. Bagian statis yaitu
gigi,palatal, tulang alveolar. Sedangkan yang bersifat dinamis adalah lidah, bibir,
dan jaringan sekitarnya.Alat bicara yang tidak lengkap dapat mengganggu funsi
secara keseluruhan.
34
Gambar 1. Pemulihan fungsi mastikasi
bergerakmemasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya
bebanoklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini akan memperburuk
kondisi periodontal, apa lagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal.
Akhirnya gigi menjadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan
atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan
35
restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit
kontak oklusi prematur atau interferensi oklusal.Pola kunyah jadi berubah, karena
lepasan
3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
gigi pegangan
Kontraindikasi GTSL
1. Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigitiruan.
2. Usia lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya
dibuatkan GT temporer.
3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan
1. Mengembalikan fungsi pengunyahan
36
2. Mengembalikan fungsi estetis
3. Mengembalikan fungsi bicara,
4. Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
5. Memperbaiki oklusi,
6. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.
menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi (2)
gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi (dukungan kombinasi) (3)
dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan (4) dapat diterima secara
37
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di
b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan
(2005):
c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth
a. Klas I
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada dan berada pada kedua sisi rahang(bilateral Free end).
38
b. Klas II
Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang
masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral
free end).
c. Klas III
d. Klas IV
39
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang
disamping daerah yang menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini.
2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,
3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka
4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada,
klasifikasi.
40
6. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan klasifikasi
ruangannya.
7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang
8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV
a. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
b. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi
yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free
end).
41
c. Klas III
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi
d. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis
median.
e. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat
dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
f. Klas VI
42
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli
a. Klas I
b. Klas II
c. Klas III
d. Klas IV
lurus, merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.
1. Basis/Plat Akrilik Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk
kelompok:
melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak
44
3. Gigi pengganti atau gigi artifisial
yang hilang.
sebagian lepasan
a) lengan retentif
b) klamer
c) oklusal rest
e) oklusi
f) adhesi
g) tekanan atmosfer
h) surface tension
45
sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai
stabilisasi.
3. Estetika
b. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi
klamer adalah:
Akarnya panjang
yang digunakan.
untuk abutment.
46
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi
yang letaknya sejajar.
sebuah gigi tiruan. Desain yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan
jaringan mulut akibat kesalahan yang tidak sehausnya terjadi dan yang tak
(sadel)
dalam hal panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan
47
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup
(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan
sadel berujung bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,
48
Pengalaman pasien
Stabilisasi
BAB III
LAPORAN KASUS
49
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal Pemeriksaan :
mengunyah makanan.
1. Pemeriksaan Ekstraoral
TMJ : Normal
a. Inspeksi
Wajah : Simetris
b. Palpasi : Normal
c. Auskultasi
Wajah :Simetris
arah
Hidung : Simetris
2. Pemeriksaan Intraoral
Palatum : Normal
Lidah : Normal
3.4 Odontogram
18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Keterangan :
Gigi 18, 16, 15, 14, 22, 23, 24, 38, 37, 36, 35, 45, 46, 47 dan 48
missing
RA : Direct Retainer
17 : cangkolan 3 jari
13 : cangkolan 3 jari
52
16 : cangkolan 3 jari
sampai 24
RB : Direct Retainer
34 : cangkolan 3 jari
44 : cangkolan 3 jari
sampai 47
Rahang Atas :
sampai 24
Gigi Penyangga : 16, 13 dan 26 dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada
b. Desain cangkolan :
Gigi 16
Gigi 16 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan
Lengan Retentif
53
Lengan Retentif berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan
Lengan Resiprokal
Gigi 13
Lengan Retentif
Lengan Resiprokal
Gigi 26
resiprokal dan lengan retentif serta kawat 0,7 untuk rest oklusal
Lengan Retentif
Lengan Resiprokal
Rahang Bawah :
singulum
55
Gigi Penyangga : 34 dan 44 dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada
d. Desain cangkolan :
Gigi 34
Gigi 34 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan
Lengan Retentif
Lengan Resiprokal
Gigi 44
Lengan Retentif
56
Lengan retentif berjalan dari distal ke mesial, ujung lengan
Lengan Resiprokal
3.6 Prognosa
keingginannya sendiri, selain itu, jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan
sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan dan gigi yang ada dalam keadaan sehat
57
BAB 4
RENCANA PERAWATAN
- Scalling
Kunjungan 1
Klinis
58
Bahan cetak : Alginat
sewaktu dicetak.
Pencetakan RA :
terbenam alginat.
berubah.
Pencetakan RB :
59
Pasien duduk tegak dengan mulut setinggi siku operator dan
(trimming) pada pipi dan konsistensi bahan cetak pada saat pencetakan
60
berfungsi. Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips
lalu diboxing.
Laboratorium
Gips tipe 3 (dental stone) digunakan untuk mengecor hasil cetakan sehingga
didapatkan model anatomis atau model studi, sedangkan gips tipe 2 (plaster of
paris) dogunakan untuk membuat basis pada model cetak anatomis. Tujuan dari
pembuatan model anatomis atau model studi adalah untuk mendapatkan diagnosa,
Klinis
61
2) Menentukan macam konektor
Laboratorium:
Garis pertama sejajar dengan fornix dan garis kedua 2mm diatas
wax/malam merah, untuk daerah tak bergigi wax spacer cukup satu
lapisan, sedangkan untuk daerah bergigi, wax spacer dibuat agak tebal
62
Masukan powder self curing akrilik kedalam pot akrilik yang berisi
g. Ambil self curing akrilik yang sudah homogen, dan letakan pada
Kunjungan II
Klinis
Alat : Alat diagnostic 1 set, sendok cetak fisiologis, wadah tempat air, lampu
spritus, lecron
memperhatikan semua batasan anatomis, tepi sendok cetak 2mm diatas fornix,
63
Catatan : Muscle trimming / border moulding hanya dilakukan pada daerah
free end
Prosedur :
sendok cetak fisiologis pada daerah free end, kemudian rendam sebentar
dalam air dengan tujuan agar tidak terlalu panas ketika dimasukan kedalam
mulut pasien
Rahang Atas
Rahang Bawah
Posterior : jari telunjuk dan jempol kiri operator menarik pipi kiri ke atas,
Daerah lingual : jari telunjuk kanan dan kiri operator memfiksir sendok
cetak dan pasien diinstruksikan menggerakan lidah ke kanan, kiri atas dan
depan
64
Retromylohoid : jari telunjuk kanan dan kiri operator memfiksir
ujung lidah menyentuh bibir atas dan digerakan ke kiri dan kekanan
Prosedur :
Prosedur :
homogen.
65
b. Sedangkan satu operator lainnya mengaduk hydrocolloid
monophase
66
RB :keluarkan sendok cetak dari arah lingual salah satu sisi
Laboratorium
Bahan : air, gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax/
malam merah
Prosedur :
67
c. Lakukan manipulasi gips tipe 4 dengan takaran sesuai
aturan pabrik
Prosedur :
Tripoding
68
- kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dengan
mengunci posisi meja surveyor
- lengan vertical ditekan sampai menyentuh model studi,
kemudian lengan vertical tersebut dikunci dan dibuat
teraan di tiga tempat dengan jarak yang proporsional
Kunjungan III
Klinis
dibuatkan
Laboratorium
RA dan RB
RA : 10-12mm
RB : 8-10mm
70
RA : 8-10mm
RB : 10-12 mm
Kunjungan IV
Klinis
merata.
71
- Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang
rim
Warna gigi terdiri dari tiga dimensi yaitu hue, chroma dan
masih muda memiliki hue yang hampir sama. Hue pada warna
a. Jenis kelamin
b. Warna kulit
c. Usia
d. Pencahayaan ruangan
72
Laboratorium
1. Transfer articulator
2. Penyusunan gigi
Kunjungan V
Klnis
a. Intraoral :
b. Ekstraoral :
bibir
Laboratorium
1. Wax conturing
73
2. Prosesing akrilik
Kunjungan VI
Klnis
1. Try in
2. Insersi
b. Retensi
atau tidak
c. Stabilisasi
74
Instruksikan pasien menggunakan gigi tiruan,
d. Oklusi
e. Estetis
3. KIE
lepasan sebagian.
Informasi :
gigi tiruan
Kunjungan VII
1. Kontrol
75
Tujuan :
a. Pemeriksaan subjektif
b. Pemeriksaan objektif
GTSL.
BAB 5
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan yang di
dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi mukosa yang dipasang dan dilepas
oleh pasien. Berdasarkan kasus, rahang bawah pasien akan dibuatkan gigi tiruan
sebagian lepasan dengan basis akrilik dengan cangkolan 3 jari pada gigi
penyangga Rb 35, 44, 46 .Diagnosa pada kasus ini baik dikarenakan pasien
76
kooperatif, menginginkan gigi tiruan atas dasar keingginannya sendiri, selain itu,
jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan
dan gigi yang ada dalam keadaan sehat sehingga bias dijadikan penyangga gigi
DAFTAR PUSTAKA
Hartono, Kosasih, A., Hidayat, H., Morganelli, J. C., 1992, Estetik dan Prostetik
Mutakhir Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta.
Mangkat, Y., Wowor, V.N.S., dan Mayulu, N., 2015, Pola Kehilangan Gigi pada
Masyarakat Desa Roong Kecamatan Tondano Barat Minahasa Induk,
Jurnal e- Gigi (eG), vol.3 (2).
77
Owen, C. P., 2000, Fundamentals of Removable Partial Dentures, Universtiy of
Cape Town Press, Cape Town.
Pongibidan, 2013, Inlay, crowns and bridges a clinical hand book. 4th Ed., Wright
Bristol, London.
Siagian, K.V., 2016, Kehilangan Sebagian Gigi pada Rongga Mulut, Jurnal e-
Clinic (eCl), vol. 4 (1).
78