Anda di halaman 1dari 78

CBD BAGIAN PROSTHODONTIC

CASE BASE DISCUSSION

“Gigi Tiruan Sebagian Lepasan – Laporan kasus”

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Prosthodontic

Oleh:

Bima Prabu Sanjaya (19-137)

Pembimbing : drg. Resa Ferdina, MARS

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ”Gigi Tiruan

Sebagian Lepasan”untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

Kepanitraan Klinik Modul Prosthodontic.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis menyadari, bahwa semua

proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Resa Ferdina, MARS.

selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai

pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu.

Penulis juga menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna

sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,

karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.

Akhir kata penulis mengharapkan Allah SWT melimpahkan berkah-Nya

kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat

memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi semua pihak yang

memerlukan.

Penulis

2
GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

(GTSL)

Nama pasien : Phantom

Umur :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Tanggal Pemeriksaan :

Dosen Pembimbing : drg. Resa Ferdina, MARS

Hari / Tanggal Kasus Tindakan yang dilakukan Operator

15 Juni 2021 GTSL 1. Anamnesa Bima Prabu Sanjaya


2. Pemeriksaan klinis
3. Diagnosis
4. Rencana perawatan
5. Prognosa

Padang, 15 Juni 2021


Disetujui oleh
Dosen pembimbing

(drg. Resa Ferdina, MARS)

3
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah disetujui Laporan Diskusi Modul IV Tentang “Gigi Tiruan Sebagian


Lepasan”
Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik
pada Bagian Modul IV

Padang, Juni 2021


Disetujui oleh
Dosen pembimbing

(drg. Resa Ferdina, MARS)

4
PROSEDUR KERJA GTSL

No. Jenis Pekerjaan Tanggal Paraf Keterangan

1. Anamnesa & indikasi

2. Membuat model studi

3. Diskusi

4. Sendok cetak fisiologis

5. Mencetak fisiologis

6. Survey model

7. Desain cangkolan

8. Membuat cangkolan

9. Pembuatan basis
sementara

10. Transfer artikulator

11. Menentukan warna gigi

12. Penyusunan gigi

13. Try in penyusunan gigi

14. Prosesing

15. Remounting artikulator

16. Try in dan insersi

17. Kontrol

5
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi merupakan masalah yang tidak jarang ditemui pada


masyarakat Indonesia. Hilangnya gigi geligi bisa disebabkan oleh berbagai
macam faktor, diantaranya adalah karies, penyakit periodontal, maupun trauma
(Siagian,2016). Kehilangan elemen gigi, baik sebagian atau seluruhnya, dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan berbagai gangguan sehingga sebaiknya
segera dibuatkan gigi tiruan pengganti. Gangguan yang diakibatkan antara lain
adalah gangguan fungsi berbicara, pengunyahan, penampilan, hilangnya tulang
alveolar, drifting, tilting, dan erupsi berlebih gigi geligi yang masih ada
(Owen, 2000).

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah kehilangan gigi adalah


mengganti gigi yang hilang dengan gigi tiruan atau protesa. Prostodonsia
merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang mencakup tentang
restorasi dan pemeliharaan fungsi mulut dengan mengganti gigi dan struktur yang
hilang dengan suatu gigi pengganti atau gigi tiruan (Hartono dkk.,1992).

Secara garis besar, gigi tiruan dibagi menjadi dua jenis, yaitu gigi tiruan
lepasan dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh
(GTP) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) (Mangkat dkk, 2015). Gigi tiruan
sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang baik pada rahang atas
maupun rahang bawah dan dapat dibuka pasang oleh pasien tanpa
pengawasan dokter gigi (Ozkan, 2012). Penggunaan gigi tiruan bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mengunyah, berbicara, memnberikan dukungan otot
wajah, dan meningkatkan penampilan wajah dan senyum (Pongibidan, 2013).

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)

Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang

menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang

bawah dan dapat dibuka-pasang oleh pasien. Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)

merupakan bagian prosthodonsia yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang

hilang dengan gigi tiruan yang di dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi

mukosa yang dipasang dan dilepas oleh pasien.

Beberapa syarat GTSL yang baik adalah gigi tiruan tersebut mampu

memenuhi tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, tidak menyebabkan

kerusakan yang lebih parah pada gigi yang tersisa dan jaringan pendukung, dapat

dengan mudah dilepas dan dipasangkan kembali oleh pasien, dapat dengan mudah

dibersihkan, dapat dengan mudah diperbaiki, harganya terjangkau, tidak boleh

tebal, stabil dan retentive (The Glossary of Prosthodontic, 2005).

2.2 Pemeriksaan Lengkap pada Gigi Tiruan Lepasan


Pemeriksaan diperlukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

menegakan diagnosis, merencanakan perawatan dan menentukan prognosis.

Tahapan pemeriksaan :

7
2.2.1 Anamnesis

1. Informasi Sosial

Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat,

nomor telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan

menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk

tentang keadaan sosial-ekonomi pasien.

2. Tujuan membuat gigi tiruan : fungsi estetik / fungsi pengunyahan /

fungsi bicara

Penjelasan :

 Agar mengetahui apa tujuan utama (motivasi) pembuatan gigi tiruannya,

untuk estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll), fungsi

pengunyahan (orang tua, penderita penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar,

imam, dll) atau hanya memenuhi permintaan orang lain.

3. Riwayat kesehatan umum : ada/tidak

Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi

yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan

umum dapat diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat

kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Informasi kesehatan umum

meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti diabetes mellitus,

hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis lainnya serta obat-

obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas

karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan.

8
4. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut

Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan

mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya mengenai pencabutan terakhir gigi.

Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi

tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa

akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat

dimulainya pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi

lain seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya

mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga

mulut yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien.

Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan

untuk menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting

untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan

utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada gigitiruannya

yang baru.

- Sebab kehilangan gigi / kerusakan gigi : lubang besar / gigi goyang /

benturan

Penjelasan :

 Jika sebab kehilangan gigi karena karies, kemungkinan karena

pasien kurang memperhatikan kebersihan mulut, maka

pengetahuan kesehatan giginya harus diingatkan

9
 Jika disebabkan gigi goyang, maka penyakit sistemik dan

penyakit periodontal harus diperhatikan

 Jika karena benturan, pencabutan terakhir perlu diketahui

untuk memperkirakan kecepatan resorbsi tulang alveolar dan

pergeseran gigi atau penyakit sistemik.

- Pencabutan terakhir :

o Pada gigi atas : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri

o Pada gigi bawah : depan kanan / kiri, belakang kanan / kiri

Penjelasan :

 Waktu / kapan pencabutan terakhir perlu diketahui untuk

memperkirakan kecepatam resorbsi tulang alveolar dan

pergerseran gigi ataupun penyakit sistemik

5. Riwayat Pemakaian gigi tiruan : pernah / tidak pernah

a. Bila Pernah :

i. pada rahang atas /pada rahang bawah / pada rahang

atas dan rahang bawah

ii. masih dipakai / tidak dipakai

b. Pengalaman :

…………………………………………………………………

Penjelasan :

 Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan

lebih mudah dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun

10
pasien ini biasanya senang membandingkan protesa lamanya

dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu dilihat dan

diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu

prinsip dasar perawatan, protesa yang baru jangan terlalu

berbeda dengan protesa lama, baik desain, macam, dan

jenisnya.

 Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga perlu

dipertanyakan, kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang

tidak disukai dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa

yang dikehendaki oleh pasien.

6. Sikap Mental Pasien

Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan

sikap mental pasien yang membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu

philosophic, indifferent, critical dan skeptical. Sikap mental pasien merupakan

salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.

Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan

dilakukan perawatan. Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter

gigi harus melakukan perawatan dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap

empati terhadap pasien untuk mencapai keberhasilan perawatan prostodontik

yang dilakukan.

11
2.2.2 Pemeriksaan Klinis

 Pemeriksaan ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir
saat istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan
kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti
mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah.

a) Bentuk Muka : lonjong/persegi/segitiga/kombinasi

b) Profil : lurus/cembung/cekung

c) Proporsi dan simetris wajah : simetris/asimetris

 Bentuk dan profil muka perlu diperiksa untuk pemilihan bentuk dan susunan

elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan

rahang.

(a) (b)

 Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah

d) Pupil : sama tinggi/tidak sama tinggi. Bergerak/tak bergerak ke segala

arah

e) Tragus : sama tinggi/tidak sama tinggi

f) Hidung : simetris/asimetris; pernafasan melalui hidung: lancar/tidak

 Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper

(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi.

Garis interpupil ditentukan untuk kesejajaran dengan bidang insisal galengan


12
gigit anterior, sedangkan garis camper ditentukan untuk kesejajaran dengan

bidang oklusal galengan gigit posterior.

 Pemeriksaan cara bernafas pasien dilakukan dengan menggunakan kaca mulut

yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk

bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca

mulut terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar. Bila

pernafasan tidak lancar, akan menimbulkan kesulitan pada waktu dilakukan

pencetakan karena pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin

muntah.

g) Rima oris : sempit/normal/besar; panjang/normal/pendek

 Rima oris yang sempit akan menghalangi penempatan sendok

cetak dan bahan cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran

bahan cetak harus lebih diperhatikan.

h) Bibir atas dan bibir bawah : hipotonus/normal/hipertonus; tebal/tipis;

simetris /asimetris

 Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-

lingual gigi anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir

menetukan letak bidang insisial dan garis tertawa.

i) Warna kulit : kuning langsat/sawomatang

j) Kelainan/defek pada wajah : ada/tidak ada

k) Sendi rahang :

Kanan dan kiri : bunyi/tidak; sejak....

Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi

13
Trismus : ada trismus (tuliskan mm nya)/tidak

 Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis

yang ditarik dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari

tragus. Kemudian pasien diminta untuk membuka dan menutup

mulutnya berkali-kali secara perlahan dan dengarkan apakah ada

bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan menutup mulut.

 Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan

apakah pasien mengalami kesulitan pada waktu membuka

mulutnya (trismus).

 Pergerakan mandibula harus diukur secara vertikal dan lateral.

Cara pengukuran pergerakan mandibula, yaitu dengan

menggunakan penggaris, Willis bite gauge atau Vernier bite

gauge. Pemeriksaan pergerakan mandibula tidak akan relevan

selama teknik yang digunakan tidak konsisten

a. Jarak Pengukuran Vertikal

Pasien diminta untuk membuka mulut sampai terasa sakit dan saat ini

jarak antara insisal edge dari gigi anterior diukur. Pengukuran ini disebut dengan

maximum comfortable mouth opening.

14
Gambar 2 . Maximum Comfortable Mouth
Op

ening46

Pasien diminta membuka mulut selebar mungkin walaupun terasa sakit.

Pengukuran ini disebut dengan maximum mouth opening.

Gambar 3 . Maximum Mouth Opening 46

b. Jarak Pengukuran Lateral

Pasien diperiksa dalam keadaan ICP maksimum dan area gigi insisivus

mandibula yang terletak dibawah midline (diantara gigi insisivus maksila)

ditandai.

.
15
Gambar 4. Posisi Interkuspasi Maksimum

Pasien diinstruksikan melakukan pergerakan laterotrusif maksimum ke

arah kiri terlebih dahulu kemudian ke arah kanan. Kemudian ukur jarak yang

telah ditandai dengan perpindahan yang telah terjadi dari midline. Pengukuran ini

akan memperlihatkan jarak mandibula yang berpindah pada setiap arah.46

(Gambar 22)

Gambar 5. Jarak Midline Setelah Pergerakan

Mandibula

 Bunyi pada Sendi Temporomandibula

Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah

suara tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat,

maka disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil

yang multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan

diatas permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.

Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam

suara sendi.

16
Gambar 6. Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi

didengar dengan menggunakan stetoskop; b. Stetoskop46

 Jarak Pembukaan Mulut Maksimal

Agerberg melaporan bahwa jarak pembukaan mulut maksimal yang

normal adalah 53-58 mm pada orang dewasa. Karena gejala pada otot biasanya

terjadi selama berfungsi, umumnya seseorang mengambil pola pergerakan yang

terbatas. Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut secara perlahan hingga

sakit terasa. Pada saat ini jarak antara insisal edge gigi anterior maksila dan

mandibula diukur. Saat ini disebut sebagai maximal comfortable opening. Pasien

kemudian diinstruksikan untuk membuka mulut secara maksimal walaupun terasa

sakit. Hal ini disebut sebagai maximal opening. Pembukaan mulut dikatakan

terbatas bila jarak yang dihasilkan kurang dari 40 mm. Pada kondisi tersebut

menunjukkan adanya kemungkinan terdapat masalah pada otot atau sendi.46

Kemudian pasien diinstruksikan untuk menggerakkan mandibula ke

lateral. Bila pergerakan ke arah lateral kurang dari 8 mm maka hal ini

menunjukkan pergerakan yang terbatas. Pergerakan protrusif juga dievaluasi

17
dengan cara yang sama. Pada sistem pengunyahan yang sehat, tidak ada

perubahan arah pada saat pembukaan mulut. Ada dua jenis perubahan yang dapat

terjadi, yaitu deviasi dan defleksi. Deviasi adalah perubahan pada midline selama

pembukaan yang akan hilang dengan pembukaan yang terus dilakukan (kembali

ke midline). Defleksi adalah pergerakan midline ke satu sisi dengan jarak yang

akan terus menjauh dan tidak kembali ke tengah midline pada saat pembukaan

maksimal.46 (Gambar 24)

Gambar 24. Arah Pembukaan Mulut A. Deviasi; B. Defleksi46

 Pemeriksaan Palpasi Otot-Otot Pengunyahan

Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi

menggunakan jari (digital palpation).20,45,48 Palpasi pada otot dapat diperiksa

dengan menggunakan permukaan telapak tangan dari jari tengah. Ketika

melakukan palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak

merasa sakit saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2

(pasien merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit saat dipalpasi), 3 (pasien

menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau

secara langsung memberitahu untuk tidak mempalpasi daerah tersebut lagi.

18
a. Otot Temporalis

Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah,

dan daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang

zygomatik dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini

berjalan dalam arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam

keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja

dapat dilihat pada saat elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi.

Sedangkan otot temporalis bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada

saat depresi mandibula. Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi

temporomandibula dan superior dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini

berjalan dalam arah oblik melewati bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis

bagian tengah dapat dilihat saat bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah

posterior dipalpasi pada daerah diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini

berjalan dalam arah horizontal. Otot temporalis bagian posterior digunakan

dalam keadaan bekerja ataupun tidak. Otot temporalis bagian posterior yang

bekerja dapat dilihat pada retraksi mandibula. Sedangkan otot temporalis bagian

posterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi dan protrusi

mandibula.46 (Gambar 25)

19
Gambar 7. Palpasi Otot Temporalis. A. Daerah Anterior; B. Daerah Tengah;

C. Daerah Posterior46

b. Otot Masseter

Masseter dipalpasi secara bilateral pada bagian perlekatan superior dan

inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya

bagian anterior dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut

ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus.

Gambar 8. Palpasi Otot Masseter. A. Pada perlekatan superior di lengkung

zygomatik; B. Pada otot masseter superfisial didekat batas bawah

mandibula

c.Otot Lateral Pterigoid

Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan inferior

dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot

lateral pterigoid bagian superior keluar dari permukaan infra-temporal sayap

paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul

intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat

lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di bawah kondilus.

20
Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching dan bagian

inferior bekerja selama pembukaan mulut.50 (Gambar 27, 28, dan 29)

Gambar 27. Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid

Inferior46

Gambar 28. Pemeriksaan Otot Lateral Pterigoid

Superior46

21
Gambar 29. Palpasi Otot Lateral Pterigoid46

d.Otot Medial Pterigoid

Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoid

plate. Kedua pterygoid plateini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu

posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot

medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi

dan pergerakan lateral mandibula.

Gambar 9 . Palpasi Otot Medial Pterigoid46

l) Kelainan lain yang ada di rongga mulut


22
Contoh : pembengkakan/celah bibir/celah langit-langit/ tic doloreux /

angular cheilitis / pasca bedah maksilektomi/ mandibulektomi/

THT/..........................

2.2. 3 Pemeriksaan Intra Oral

A. Pemeriksaan umum

1. Saliva

Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi

tiruan lengkap.

a. Kuantitas : sedikit/normal/banyak

b. Kualitas : encer/normal/kental

2. Lidah

a. Ukuran: kecil/ normal/besar

 Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu

pencetakan dan pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa

ruang lidahnya sempit, sehingga terjadi gangguan bicara dan

kestabilan protesa

b. Posisi wright: Kelas I/II/III

 Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi

anterior bawah

 Posisi kelas II : Posisi lidah lebih tertarik ke belakang

 Posisi kelas III :Lidah menggulung ke belakang sehingga

terlihat frenulum lingualis

Posisi lidah yang menguntungkan adalah kelas I

23
c. Mobilitas: normal/aktif

 Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu

retensi dan stabilisasi gigi tiruan

3. Refleks Muntah : tinggi/ rendah

 Refleks muntah pasien mempengaruhi proses pencetakan. Bila

reflex muntah tinggi, perlu diupayakan dengan misalnya

penyemprotan anestetikum ke bagian palatum pasien. Cara lain

adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain,

mengajak pasien mengobrol, dst.

4. Gigitan : ada/tidak ada

Bila ada : stabil/ tidak stabil

Tumpang gigit (overbite) anterior : … mm, posterior: … mm

Jarak gigit (overjet) anterior : … mm, posterior: … mm

Gigitan terbuka : ada/ tidak ada; regio …

Gigitas silang : ada/ tidak ada; regio …

Hubungan rahang : ortognati/ retrognati/ prognati

 Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan

bawah dapat dikatupkan dengan baik di luar mulut dan terlihat

3 titik bertemu yaitu 1 di bagian anterior dna 2 di bagian

posterior. Bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak antara

rahang atas dan bawah kurang meyakinkan, maka dikatakan

gigitan ada namun tidak stabil.

24
 Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih,

harus diwaspadai adanya perubahan dalam relasi maksilo-

mandibula. Dengan demikian, oklusi yang lama tidak bisa

dipakai pedoman penentuan gigit.

 Bila ada gigitan terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan

pada region berapa. Hal ini penting diperhatikan, terutama pada

pembuatan gigi tiruan cekat yang mempunyai antagonis dengan

region tersebut.

 Hubungan rahang ditentukan dengan meletakkan jari telunjuk

pada dasar vestibulum anterior RA dan ibu jari pada dasar

vestibulum RB.

Ortognati  bila ujung kedua jari terletak segaris vertical

Retrognati  bila ujung ibu jari lebih ke arah pasien

Prognati  bila ujung jari telunjuk lebih ke arah pasien

5. Artikulasi

Diperiksa pada sisi kanan dan kiri, dapat berupa:

a. Cuspid protected

b. Grup function

c. Balanced occlusion (artikulasi seimbang)

 Pemeriksaan ada tidaknya kontak premature dan blocking. Jika

terdapat kontak premature setelah peletakan kertas artikulasi di

permukaan oklusal gigi pasien, perlu dilakukam occlusal

adjustment.

25
 Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada

atau tidak hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-

buru diasah, karena bisa jadi hal tersebut merupakan cuspid

protected occlusion yang perlu dipertahankan.

6. Daya kunyah : normal/ besar

 Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang

tidak tajam dan permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan

kunyah pasien besar. Pada keadaan ini, bila ridge sudah rendah

hindari pemakaian elemen gigi porselen terutama untuk gigi

posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu

besar

7. Kebiasan buruk

a. Bruxism / clenching

b. Menggigit bibir / benda keras

c. Mendorong lidah

d. Mengunyah satu sisi kanan atau kiri

e. Hipermobilitas rahang dll

 Melalui anamnesis, pasien ditanyai mengenai kebiasaan buruk

yang dimiliki. Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari

adanya faset tajam pada gigi. Kebiasaan ini akan membuat gigi

tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak stabil, dan dapat

menjadi etiologi kelainan sendi rahang.

26
 Kebiasaan mengigigit bibir atau benda keras berkaitan dengan

pembuatan GTC pada gigi anterior, yaitu dalam penentuan bahan

yang akan dipakai.

 Kebiasaan mendorong lidah dan mengunyah satu sisi biasanya

menyebabkan stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah

satu sisi juga dapat menimbulkan kelainan sendi rahang.

 Pada hipermobilitas rahang, kesulitan yang akan timbul adalah

kesulitan penentuan relasi sentrik

B. Pemeriksaan gigi geligi dan tulang alveolar

1. Bentuk umum gigi/ besar gigi : Besar/normal/kecil

2. Fraktur gigi :

 pada gigi apa (tulis elemennya)

 arah fraktur : (horizontal/diagonal/vertical)

 arah garis fraktur (<1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal/serviko

oklusal/ mesio distal)

 diagnosis gigi fraktur tersebut

3. Perbandingan mahkota akar : ....... pada gigi : .....

4. Lain-lain : gigi kerucut/ mesiodens/ diastema/ impaksi/ miring/

berjejal/ labio version/ linguo version/ hipoplasia, dst

5. Ketinggian tulang alveolar (sesuai dengan foto panoramic)

6. Vestibulum

Posterior Kanan Posterior Kiri Anterior

27
Rahang Atas dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dalam/sedang/

dangkal dangkal

Rahang Bawah dalam/sedang/ dangkal dalam/sedang/ dalam/sedang/

dangkal dangkal

 Vestibulum : ruang yang terdapat di antara mukosa labial/bukal

prosesus alveolaris dan bibir/pipi. Kedalaman diperiksa dengan kaca

mulut nomer 3.

- Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai

dasar vestibulum

- Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi

dari puncak prosesus alveolaris hingga dasar vestibulum

 Vestibulum dikatakan dalam apabila kaca mulut terbenam. Vestibulum

yang dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi

tiruan dapat dibuat lebih panjang sehingga menambah retensi.

7. Prosesus alveolaris/ residual ridge regio

Yang harus diperhatikan:

a. Bentuk : segi empat/oval/segitiga

 Bentuk prosesus alveolar berpengaruh terhadap retensi dan

stabilisasi gigi tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi

tiruan cekat

b. Ketinggian : tinggi/sedang/rendah

 Ketinggian prosesus alveolar menunjukkan resorpsi tulang yan

terjadi. Prosesus menjadi rendah bila resorbsi besar. Cara

28
memeriksanya dengan membandingkan dengan gigi di sebelahnya.

Bila pasien sudah tidak bergigi samasekali tinggi prosesus alveolar

diperiksa dengan menggunakan kaca mulut nomer 3.

c. Tahanan jaringan: flabby/tinggi/rendah

 Tahanan jaringan berpengaruh terhadap cara pencetakan. Tahanan

jaringan diperiksa dengan menggunakan burnisher pada mukosa

atau prosesus alveolar

- Burnisher tidak terlalu terbenam dan mukosa terlihat pucat 

mukosa keras; tahanan jaringannya rendah

- Burnisher bisa ditekan lebih dalam mukosa lunak; tahanan

jaringan tinggi

- Mukosa bergerak pada arah bukolingual saat ditekan

menggunakan burnisher  flabby

d. Bentuk permukaan : rata/tidak rata

8. Frenulum

 Frenulum adalah tempat perlekatan otot bibir/pipi/lidah terhadap prosesus

alveolaris. Frenulum dikatakan tinggi bila perlekatan otot-ototnya

mendekati puncak prosesus alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi,

dan sedang bila berada di tengah antara puncak prosesus alveolar dengan

dasar vestibulum. Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi

tiruan lepas karena mengganggu sayap gigi tiruan.

Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)

- Labialis superior

29
- Labialis inferior

- Bukalis rahang atas kanan

- Bukalis rahang atas kiri

- Bukalis rahang bawah kanan

- Bukalis rahang bawah kiri

- Lingualis

9. Palatum

a. Bentuk palatum : persegi/oval/segitiga

Bentuk dan kedalaman palatum berkaitan dengan retensi dan stabilisasi

gigi tiruan lepas

b. Kedalaman palatum

c. Torus palatines

Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus

yang besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat

pencetakan fisiologis

d. Palatum mole

Merupakan jaringan lunak yang terletak di bagian posterior palatum

durum. Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut

aponeuresis, sebagai tempat posterior palatal seal (postdam). House

membagi palatum mole menjadi 3:

a. Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam

bentuk kupu-kupu

30
b. Kelas II: gerakan palatum durum membentuk sudut >30derajat,

postdam dibuat bentuk kupu-kupu dengan ukuran yang lebih kecil

c. Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat,

postdam dibentuk dengan cekungan berbentuk V atau U (berbentuk

parit)

10. Tuber maksila

Kanan : besar/kecil

Kiri : besar/kecil

 Daerah ini ditutup oleh jaringan fibrosa dengan ketebalan yang

berbeda-beda. Disebut kecil bila ukuran tuber lebih kecil dari

prosesus alveolar dan besar bila tuber melebar atau menonjol

ke arah oklusal atau lateral. Tuber yang besar dapat

mengganggu retensi gigi tiruan.

11. Undercut

 Undercut bisanya mengganggu perluasan basis protesa. Hal ini

dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan serta

dapat menghalangi pemasukan dan pengeluaran gigi tiruan.

Perlu dilakukan alveolotomi ataupun alveolektomi sebelum

pencetakan pembuatan model kerja bila undercut tersebut

diperkirakan akan mengganggu.

12. Ruang retromilohioid

 Merupakan ruangan yang berada di antara prosesus alveolar

rahang bawah dan lidah. Cara pemeriksaannya dengan

31
menggunakan kaca mulut nomor 3. Ruang retromilohioid yang

dalam memungkinkan sayap lingual GTP dibuat lebih panjang

untuk menambah retensi dan stabilitasnya.

13. Bentuk lengkung rahang

Meliputi bentuk rahang atas dan rahang bawah. Bentuk-bentuk rahang

antara lain:

a. Persegi

b. Oval

c. Segitiga

Bentuk rahang segitiga adalah yang paling menyulitkan terutama saat

penyusunan elemen GTP yang tidak mengganggu artikulasi dan stabilisasi.

14. Ruang gigi tiruan

 Ruang gigi tiruan adalah jarak vertical antara prosesus alveolar

rahang atas dan rahang bawah. Ruang gigi tiruan yang besar

menguntungkan dalam hal pemasangan gigi dan penentuan

tinggi bidang oklusal.

15. Perlekatan dasar mulut

 Diperlukan untuk menentukan panjang sayap lingual gigi tiruan

rahang bawah yang akan mempengaruhi stabilitas gigi tiruan.

16. Lain-lain

a. Eksostosis

b. Torus mandibularis

32
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau tidaknya

kelainan pada tulang yang mengganggu penempatan protesa yang berhubungan

dengan kenyamanan pasien. Model studi juga harus dievaluasi.

 Torus Palatinus

Torus palatinus merupakan tumor jinak yang secara perlahan tumbuh seperti

benjolan pada prosesus maksilaris. Melibatkan plate horizontal tulang palatine.

Menghilangkan torus ini tidak dibutuhkan kecuali ukurannya sangat besar dan

mengganggu pemasangan protesa.

 Torus Mandibularis

Merupakan eksotosis pada permukaan lingual

harus dihilangkan jika akan menggunakan

protesa. Pasien harus diberi anastesi local

sebelum akhirnya dilakukan bedah

periodontal.

 Eksotosis dan Undercut

Eksotosis biasanya terjadi di rahang atas.

Jaringan lunak ini biasanya tipis. Karena

ketidaknyamanan, eksotosis harus

dihilangkan melalui bedah.Tuberositas

maksilaris, area distolingual pada rahang

bawah, dan area yang baru saja

33
diekstraksi merupakan area yang paling sering terdapat undercut yang nantinya

akan mempengaruhi insersi protesa. Undercut yang parah harus dikoreksi

dengan bedah.

2.2 Fungsi gigi tiruan sebagian lepasan

Dalambidangprostodonsiapembuatangigitiruan sebagian lepasan bertujuan

antara lain untuk : (Phoenix dkk., 2008)

1. Pemulihan Fungsi Estetik

Mereka yang kehilangan gigi depan biasanya memperlihatkan wajah dengan

bibir yang masuk ke dalam sehingga wajah menjadi depresi pada dasar hidung

dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu, timbul garis yang berjalan dari

lateral sudut bibir dan lipatan-lipatan yang tidak sesuai dengan usia penderita.

Akibatnya sulkus labio nasalis menjadi lebih dalam.

2. Peningkatan Fungsi Bicara

Alat bicara dapat dibagi 2 bagian: statis dan dinamis. Bagian statis yaitu

gigi,palatal, tulang alveolar. Sedangkan yang bersifat dinamis adalah lidah, bibir,

dan jaringan sekitarnya.Alat bicara yang tidak lengkap dapat mengganggu funsi

bicara.Pemakaian gigi tiruan diharapkan dapat mengembalikan fungsi ini.

3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan

Sudah menjadi pendapat umum bahwa makanan haruslah dikunyah

lebihdahulu, supaya pencernaan dapat berlangsung dengan baik.Sebaliknya,

perncernaan yang tidak sempurna dapat menyebabkan kemunduran kesehatan

secara keseluruhan.

34
Gambar 1. Pemulihan fungsi mastikasi

4. Pelestarian Jaringan Mulut yang Masih Tinggal

Pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan berperan dalam mencegah

ataumengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi.

5. Pencegahan migrasi gigi

Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat

bergerakmemasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya

menyebabkan renggangnya gigi-gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesem

patan makanan terjebak disitu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak

interdental.Hal ini menjurus kepada peradangan jaringan periodontal serta

dekalsifikasi permukaan proksimal gigi.

6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah

Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya

bebanoklusal pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini akan memperburuk

kondisi periodontal, apa lagi bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal.

Akhirnya gigi menjadi goyang dan miring, terutama ke labial untuk gigi depan

atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi ini kuat, beban berlebih tadi akan

menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan oklusal/insisal atau merusak

35
restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus seperti ini menjadi rumit

dan perlu waktu lama.

Overerupsi gigi pada keadaan tertentu dapat pula mengakibatkan terjadinya

kontak oklusi prematur atau interferensi oklusal.Pola kunyah jadi berubah, karena

pasien berusaha menghindari kontak prematur ini.Walaupun beban oklusal

sekarang jadi berkurang, pengubahan pola ini mungkin saja menyebabkan

disfungsi otot-otot kunyah.

2.3 Indikasi kontraindikasi dan tujuan pembuatan gigi tiruan sebagian

lepasan

Indikasi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan

1. Pasien mengeluhkan berkurangnya kemampuan mengunyah

2. Hilangnya satu gigi atau lebih

3. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai

gigi pegangan

4. Keadaan processus alveolaris masih baik

5. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik

6. Pasien mau dibuatkan gigi tiruan sebagian lepasan

Kontraindikasi GTSL
1. Pasien yang tidak kooperatif, sifat tidak menghargai perawatan gigitiruan.
2. Usia lanjut, mempertimbangkan sifat dan kondisi penderita sebaiknya
dibuatkan GT temporer.
3. penyakit sistemik (epilepsy, DM tidak terkontrol)
4. OH jelek.
Tujuan pembuatan gigi tiruan lepasan
1. Mengembalikan fungsi pengunyahan

36
2. Mengembalikan fungsi estetis
3. Mengembalikan fungsi bicara,
4. Membantu mempertahankan gigi yang masih tertinggal,
5. Memperbaiki oklusi,
6. Mempertahankan jaringan lunak mulut yang masih ada agar tetap sehat.

2.4 Klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan

Klasifikasi hendaknya memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini : (1)

menunjukkan dengan jelas dan cepat jenis keadaan tidak bergigi (2)

memungkinkan perbedaan antara geligi tiruan sebagian lepasan yang didukung

gigi atau yang didukung gigi dan jaringan bukan gigi (dukungan kombinasi) (3)

dapat menjadi petunjuk pembuatan desain geligi tiruan (4) dapat diterima secara

luas (Car, dkk., 2005).

Gigi tiruan sebagian lepasan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

macam berdasarkan beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan bahan yang digunakan:

a. Gigi tiruan kerangka logam (frame prosthesa/ metal prosthesa)

b. Gigi tiruan akrilik

c. Kombinasi kerangka logam dan akrilik

2. Berdasarkan saat pemasangan:

a. Protesa immediate, dipasang segera setelah pencabutan

b. Protesa konvensional, dipasang setelah gigi lama dicabut

3. Berdasarkan ada tidaknya wing (sayap):

37
a. Open face denture, gigi tiruan sebagian dibuat tanpa gusi tiruan di

bagian bukal/labial. Gigi tiruan open face diindikasikan pada

bagian anterior bila tulang alveolar belum resorbsi sehingga gigi

artifisial dapat dipasang seolah-olah keluar dari gusi (tampak

estetik seperti gigi asli).

b. Close face denture, gigi tiruan sebagian dibuat dengan gusi tiruan

di bagianbukal/labial. Gigi tiruan close face diindikasikan pada

bagian anterior bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap

dapat meningkatkan estetika dengan memberi dukungan bagi bibir.

4. Berdasarkan jaringan pendukungnya menurut Carr dan McGivney

(2005):

a. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa (mucosa supported), yaitu

gigi tiruan yang hanya mendapat dukungan dari jaringan mukosa

b. Gigi tiruan dengan dukungan gigi (tooth supported), yaitu gigi

tiruan yang hanya mendapat dukungan dari gigi asli

c. Gigi tiruan dengan dukungan mukosa dan gigi (mucosa and tooth

supported), yaitu gigi tiruan yang mendapat dukungan dari mukosa

dan gigi asli.

5. Berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut Kennedy

(Gunadi, dkk., 1995) yaitu:

a. Klas I

Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada dan berada pada kedua sisi rahang(bilateral Free end).

38
b. Klas II

Mempunyai daerah tak bergigi terletak di bagian posterior dari gigi yang

masih ada, tetapi berada hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral

free end).

c. Klas III

Mempunyai daerah yang tidak bergigi terletak diantara gigi-gigi yang

masih ada di bagian posterior maupun anteriornya dan unilateral.

d. Klas IV

39
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dari gigi-gigi yang

masih ada dan melewati garis tengah rahang.

Pada klasifikasi Kennedy, disamping adanya kelas-kelas ada juga

yang disebut modifikasi. Modifikasi ialah daerah tanpa gigi lainnya

disamping daerah yang menentukan kelas dan jumlah dari daerah ini.

Menurut Henderson, dkk. (1985) untuk menentukan klasifikasi, maka ada

aturan-aturan yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

1. Klasifikasi harus dilakukan setelah mouth preparation, sebab bila tidak

akan merubah klasifikasi yang ada contohnya pencabutan.

2. Jika molar ketiga tidak ada maka tidak diperhitungkan dalam klasifikasi,

karena molar ketiga tidak diganti.

3. Jika molar ketiga ada dan diperhitungkan sebagai gigi pegangan maka

harus diperhitungkan dalam klasifikasi.

4. Molar kedua kadang-kadang tidak diganti jika gigi lawannya tidak ada,

gigi ini tidak dimasukkan dalam klasifikasi.

5. Bagian tak bergigi paling posterior selalu menentukan kelas utama

klasifikasi.

40
6. Daerah-daerah tanpa gigi disamping daerah yang menentukan klasifikasi

disebut modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau

ruangannya.

7. Luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang

dipersoalkan adalah jumlah daerah atau ruangannya.

8. Hanya kelas I, II, dan III yang mempunyai modifikasi, karena kelas IV

hanya mempunyai daerah tanpa gigi dibelkangnya.

6. Klasifikasi gigi tiruan Applegate Kennedy yaitu:

a. Klas I

Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi

yang tertinggal pada kedua sisi rahang (bilateral Free end).

b. Klas II

Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi

yang tertinggal tetapi hanya pada satu sisi rahang saja (unilateral free

end).

41
c. Klas III

Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga tidak lagi

mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.

d. Klas IV

Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati garis

median.

e. Klas V

Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat

dipakai sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah

f. Klas VI
42
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli

dapat dipakai sebagai penahan.

7. Berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan sebagai berikut:

a. Klas I

Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus

berhadapan dan tegak lurus median line.

b. Klas II

Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan

membentuk garis diagonal serta melewati median line.

c. Klas III

Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga

apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan

suatu segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.

d. Klas IV

Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa

sehingga apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis

lurus, merupakan suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.

2.5 Komponen gigi tiruan sebagian lepasan


43
Gigi tiruan mempunyai beberapa komponen sebagai berikut :

1. Basis/Plat Akrilik Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk

mendukung gigi tiruan dan memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di

bawahnya. Fungsi dari basis/plat akrilik ini adalah :

a. mendukung gigi (elemen) tiruan

b. meneruskan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya

c. memberikan retensi dan stabilisasi kepada gigi tiruan

2. Retainer/Penahan atau klamer

Bagian gigi tiruan sebagian yang terletak padaabutment dan terbuat

dari kawat tahan karat. Retainer berfungsi memberi retensi sehingga

menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dibagi menjadi 2

kelompok:

a. Retainer langsung(direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang

berkontak langsung dengan permukaan gigiabutment, dan dapat berupa

cengkeram atau kaitan presisi.

b. Retainer tidak langsung(indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan

yang memberikan retensi untuk melawan gaya yang cenderung

melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis. Retensi tak

langsung ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi

berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak

langsung dapat berupa lengan pengimbang, sandaran/rest(bagian dari

cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi

pegangan yang memberikan dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).

44
3. Gigi pengganti atau gigi artifisial 

Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli

yang hilang.

2.6 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendesain gigi tiruan

sebagian lepasan

Penentuan desain dari gigi tiruan sebagian lepasan, perlu diperhatikan

beberapa faktor, yaitu :

1. Retensi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah

yang cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat

memberikan retensi adalah:

a) lengan retentif

b) klamer

c) oklusal rest 

d) kontur dan landasan gigi 

e) oklusi 

f) adhesi 

g) tekanan atmosfer

h)  surface tension

2. Stabilisasi adalah perlawanan atau ketahanan terhadap perpindahan gigi

tiruan dalam arah horisontal. Stabilisasi terlihat bila dalam keadaan

berfungsi. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi,

45
sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai

stabilisasi. 

3. Estetika 

a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat

dalam posisi  bagaimanapun juga  

b. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi

warna gigi dan inklinasi/ posisi tiap gigi 

c. Kontur gingiva harus sesuai dengan keadaan pasien

Syarat-syarat pemilihan gigi abutmentyang digunakan sebagai pegangan

klamer adalah: 

1. Gigi abutment harus cukup kuat 

 Akarnya panjang 

 Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar 

 Makin banyak akar makin kuat 

 Gigi abutment  tidak boleh goyang 

 Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi abutment 

2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer

yang digunakan. 

3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus

alveolaris, gigi yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik

untuk abutment.

4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.

46
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi

yang letaknya sejajar.

2.7 Tahap Pembuatan Desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan


Rencana pembuatan desain merupakan salah satu tahap penting

dan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan

sebuah gigi tiruan. Desain yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan

jaringan mulut akibat kesalahan yang tidak sehausnya terjadi dan yang tak

dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Gunadi dkk. (2013) terdapat

empat tahap dalam pembuatan desain gigi tiruan sebagian yaitu:

a. Tahap I: menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

(sadel)

Daerah tak bergigi dalam suatu lengkung gigi dapat bervariasi

dalam hal panjang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini akan

berpengaruh terhadap rencana pembuatan desain gigi tiruan, termasuk

bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya.

b. Tahap II: menentukan macam dukungan dari setiap sadel

Dukungan bagi gigi tiruan sebagian lepasan merupakan semua

dukungan yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau

menahan atau menyangga gaya oklusal yang diterima protesa.

Dukungan terbaik untuk protesa sebagian lepasan dapat diperoleh

dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa faktor,

seperti keadaan jaringan pendukung, panjang sadel, jumlah sadel, dan

keadaan rahang yang akan dipasangi gigi tiruan.

47
Bentuk daerah tak bergigi ada dua macam, yaitu sadel tertutup

(paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada tiga pilihan

untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari

mukosa, atau dari gigi dan mukosa (kombinasi), sedangkan untuk

sadel berujung bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, atau gigi

dan mukosa (kombinasi).

c. Tahap III: menentukan jenis penahan (retainer)

Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan

indirect retainer. Penentuan jenis retainer yang akan dipilih perlu

memperhatikan faktor seperti:

 Dukungan sadel, hal ini berkaitan dengan indikasi dari macam

cengkeram yang akan dipakai dan gigi penyangga yang ada.

 Stabilisasi gigi tiruan, hal ini berhubungan dengan jumlah dan

macam gigi pendukung yang ada dan akan dipakai.

 Estetika, hal ini berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram

serta lokasi gigi penyangga.

d. Tahap IV: menentukan jenis konektor

Untuk gigi tiruan sebagian resin, konektor yang dipakai berbentuk plat,

sedangkan pada gigi tiruan sebagian kerangka logam bentuk konektor

bervariasi dan dipilih sesuai dengan indikasinya. Gigi tiruan kerangka

logam terkadang menggunakan lebih dari satu konektor berdasarkan

pertimbangan sebagai berikut:

48
 Pengalaman pasien

 Stabilisasi

 Bahan gigi tiruan

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identifikasi Pasien

Nama Pasien : Phantom

49
Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

Tanggal Pemeriksaan :

Foto Model Studi

3.2 Pemeriksaan Subjektif

Keluhan Utama : Keluhan gigi bawah kanan dan kiri rahang

bawah hilang sejak 1 tahun yang lalu,

pasien mengeluhkan kesulitan pada saat

mengunyah makanan.

Keluhan Tambahan : Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan yang

bisa dilepas pasang.

Riwayat Dental : Sebelumnya pasien tidak pernah

menggunakan gigi tiruan sebagian lepasan.


50
Riwayat Penyakit Sistemik : Pasien tidak ada kelainan sistemik

3.3 Pemeriksaan Ojektif

1. Pemeriksaan Ekstraoral

 TMJ : Normal

a. Inspeksi

ROM : Normal (pembukaan mulut 3 jari)

Wajah : Simetris

b. Palpasi : Normal

c. Auskultasi

Clicking : Tidak ada

Krepitasi : Tidak ada

 Kelenjar limfonode :Normal

 Wajah :Simetris

 Mata :Sama tinggi dan begerak kesegala

arah

 Hidung : Simetris

 Bibir : Tidak Simetris

2. Pemeriksaan Intraoral

 Mukosa bibir : Normal

 Mukosa pipi : Normal

 Palatum : Normal

 Lidah : Normal

 Dasar mulut : Normal


51
 Oklusi : Normal

3.4 Odontogram

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Keterangan :

 Gigi 18, 16, 15, 14, 22, 23, 24, 38, 37, 36, 35, 45, 46, 47 dan 48

missing

3.5 Desain Gigi Tiruan

RA : Direct Retainer

 17 : cangkolan 3 jari

 13 : cangkolan 3 jari

52
 16 : cangkolan 3 jari

Indirek Retainer : perluasan basis dari gigi 14 sampai 15 dan 22

sampai 24

RB : Direct Retainer

 34 : cangkolan 3 jari

 44 : cangkolan 3 jari

Indirek Retainer : perluasan basis dari gigi 35 sampai 37 dan gigi 45

sampai 47

3.6 Langkah- langkah Desain

Rahang Atas :

Klasifikasi : Klass II Kennedy Modifikasi II

Dukungan : Gigi dan Mukosa

Retainer : Direct Retainer pada gigi 16, 13 dan 26

Indirect Retainer perluasan basis dari gigi 14 sampai 15 dan 22

sampai 24

Gigi Penyangga : 16, 13 dan 26 dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada

kelainan serta jaringan periodontal mendukung.

a. Tipe ungkitan : ungkitan klas 2

b. Desain cangkolan :

Gigi 16
 Gigi 16 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan

retentif dan resiprokal serta kawat 0,7 untuk rest oklusal

Lengan Retentif

53
 Lengan Retentif berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan

retentif berada di distal

 Letak lengan retentif berada dibawah garis survey

Lengan Resiprokal

 Lengan resiprokal berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan

resiprokal berada di distal

 Letak lengan resiprokal berada setentang garis survey

Rest Oklusal & Rest seat

 Rest oklusal dan rest seat berjalan dari mesial ke distal

 Letak rest oklusal berada di grove oklusal

Gigi 13

 Gigi 13 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan

resiprokal dan retentif serta kawat 0,7 untuk rest oklusal

Lengan Retentif

 Lengan retentif berjalan dari distal ke mesial, ujung lengan

retentif berada di mesial

 Letak lengan retentif berada dibawah garis survey

Lengan Resiprokal

 Lengan resiprokal berjalan dari distal ke mesial, ujung lengan

resiprokal berada di mesial

 Letak lengan resiprokal berada di setentang garis survey

Rest Oklusal & Rest seat


54
 Rest oklusal dan rest seat berjalan dari distal ke mesial

 Letak rest oklusal berada di grove oklusal

Gigi 26

 Gigi 26 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan

resiprokal dan lengan retentif serta kawat 0,7 untuk rest oklusal

Lengan Retentif

 Lengan retentive berjalan dari mesial ke distal , ujung lengan

retentif berada di distal

 Letak lengan retentif berada dibawah garis survey

Lengan Resiprokal

 Lengan resiprokal berjalan dari mesial ke distal ujung lengan

resiprokal berada di distal

 Letak lengan resiprokal berada setentang garis survey

Rest Oklusal & Rest seat

 Rest oklusal & rest seat berjalan dari mesial ke distal

 Letak rest oklusal berada di groove oklusal

Rahang Bawah :

Klasifikasi : Klass I Kennedy

Dukungan : Gigi dan Mukosa

Retainer : Direct Retainer pada gigi 34 dan 44

Indirect Retainer perluasan basis dari P2 – P2 sampai ke bangina

singulum
55
Gigi Penyangga : 34 dan 44 dikarenakan dekat dengan sadel, gigi tidak ada

kelainan serta jaringan periodontal mendukung.

c. Tipe ungkitan : ungkitan klas 2

d. Desain cangkolan :

Gigi 34
 Gigi 34 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan

retentif dan resiprokal serta kawat 0,7 untuk rest oklusal

Lengan Retentif

 Lengan Retentif berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan

retentif berada di distal

 Letak lengan retentif berada dibawah garis survey

Lengan Resiprokal

 Lengan resiprokal berjalan dari mesial ke distal, ujung lengan

resiprokal berada di distal

 Letak lengan resiprokal berada setentang garis survey

Rest Oklusal & Rest seat

 Rest oklusal dan rest seat berjalan dari mesial ke distal

 Letak rest oklusal berada di grove oklusal

Gigi 44

 Gigi 44 cangkolan 3 jari dengan ukuran kawat 0,8 untuk lengan

resiprokal dan retentif serta kawat 0,7 untuk rest oklusal

Lengan Retentif

56
 Lengan retentif berjalan dari distal ke mesial, ujung lengan

retentif berada di mesial

 Letak lengan retentif berada dibawah garis survey

Lengan Resiprokal

 Lengan resiprokal berjalan dari distal ke mesial, ujung lengan

resiprokal berada di mesial

 Letak lengan resiprokal berada di setentang garis survey

Rest Oklusal & Rest seat

 Rest oklusal dan rest seat berjalan dari distal ke mesial

 Letak rest oklusal berada di grove oklusal

3.6 Prognosa

Baik, dikarenakan pasien kooperatif, menginginkan gigi tiruan atas dasar

keingginannya sendiri, selain itu, jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan

sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan dan gigi yang ada dalam keadaan sehat

sehingga bias dijadikan penyangga gigi tiruan, serta OH pasien baik

57
BAB 4

RENCANA PERAWATAN

1.1 Rencana perawatan

 Rencana perawatan awal

- Scalling

 Rencana perawatan akhir

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dengan basis akrilik untuk

menggantikan kehilangan gigi.

1.2 Tahap kerja

Kunjungan 1

 Klinis

a) Anamnesa dan indikasi

b) Membuat model studi dan model kerja

Alat : Sendok cetak perforated stock tray L RA dan RB

58
Bahan cetak : Alginat

Cara mencetak : Mukostatik

Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan dulu ke mulut pasien.

Pasien dilatih supaya bernafas melalui hidung dan bersikap tenang

sewaktu dicetak.

Pencetakan RA :

 Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa, mulut pasien setinggi

siku operator dan dataran oklusal RA sejajar lantai.

 Operator berdiri dibelakang samping kanan pasien.

 Sendok cetak RA yang sudah terisi alginat dimasukkan ke mulut

pasien dengan menempelkan bagian posterior dulu pada palatum,

lalu sedikit demi sedikit ke arah anterior sampai seluruh gigi

terbenam alginat.

 Bibir dikatupkan dan pasien diminta untuk mengucapkan ” O ”.

 Selama setting, sendok cetakdijaga agar kedudukannya tidak

berubah.

 Setelah alginat mengeras, sendok cetak dilepas dari mulut pasien

sehingga didapatkan hasil cetakan gigi RA

 Kemudian hasil cetakan diisi dengan stone gips.

Pencetakan RB :

59
 Pasien duduk tegak dengan mulut setinggi siku operator dan

dataran oklusal gigi RB sejajar lantai.

 Operator berdiri di depan samping kanan pasien.

 Bahan cetak diaduk, dimasukkan ke sendok cetak kemudian

masukkan sendok cetak ke mulut pasien dengan menempelkan

bagian posterior dulu, kemudian demi sedikit ke arah anterior.

 Fiksasi sendok cetak dengan menggunakan jari telunjuk dan jari

tengah agar posisi sendok tidak berubah. Instruksikan pasien untuk

mengangkat lidahnya sebentar kemudian turun dan lidah agak

menjulur (relaks) untuk mendapatkan cetakan frenulum lingualis.

 Bibir dikatupkan dan pasien diminta mengucapkan ”U”.

 Setelah alginat mengeras, cetakan dilepas mulai dari bagian

posterior terlebih dahulu, kemudian hasil cetakan diisi stone gips.

Cara mencetak dengan metode diatas disebut metode mencetak

mukostatik atau pencetakan tanpa tekanan, yang menunjukkan lingir

dalam keadaan statis. Bentuk lingir akan didapat dalam bentuk

anatomik, karena pada saat pencetakan bagian ini tidak mendapat

tekanan. Pada saat mencetak pasien diinstruksikan untuk menutup

bibirnya dan mengucapkan ”U”.

Metode mencetak yang lain yaitu mukokompresi atau

mencetak dengan tekanan/mukodinamik. Tekanan jari tangan

(trimming) pada pipi dan konsistensi bahan cetak pada saat pencetakan

dianggap sesuai dengan tekanan yang akan didapat pada saat

60
berfungsi. Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips

lalu diboxing.

 Laboratorium

1. Pengecoran hasil cetakan anatomis

Alat :rubber bowl, spatula

Bahan : gips tipe 2 (plaster of paris), gips tipe 3 (dental stone),

Gips tipe 3 (dental stone) digunakan untuk mengecor hasil cetakan sehingga

didapatkan model anatomis atau model studi, sedangkan gips tipe 2 (plaster of

paris) dogunakan untuk membuat basis pada model cetak anatomis. Tujuan dari

pembuatan model anatomis atau model studi adalah untuk mendapatkan diagnosa,

menentukan rencana perawatan dan untuk membuat sendok cetak fisiologis.

 Klinis

a. Membuat Desain GTSL Akrilik

 Menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi

 Menentukan macam dukungan dari setiap sadel

Karena keadaan gigi tetangga masih kuat maka dukungan yang

dipilih adalah dukungan kombinasi dari gigi

1) Menentukan macam penahan

Direct retainer berupa klamer 3 jari ( lengan retentif,

lengan resiprokal, dan oklusal rest ), Indirect retainer berupa plat

akrilik setinggi cingulum.

61
2) Menentukan macam konektor

Konektor berupa plat akrilik.

 Laboratorium:

Pembuatan sendok cetak fisiologis

Bahan :self curing akrilik, CMS, wax / malam merah

Alat : Lecron, pot akrilik, kuas, spritus

a. Lakukan pembuatan 2 garis di dibagian free endpada model anatomis.

Garis pertama sejajar dengan fornix dan garis kedua 2mm diatas

fornix. Batas pembuatan sendok cetak fisiologis adalah garis kedua.

Sedangakn pada daerah bergigi hanya dibuatkan satugaris, yaitu garis

yang sejajar dengan fornix

b. Selanjutnya buat tanda penentuan titik vertical stop pada model

anatomis. Vertical stop dibuat pada daerah yang datar

c. Pembuatan wax spacer. Wax spacer dibuat dengan menggunakan

wax/malam merah, untuk daerah tak bergigi wax spacer cukup satu

lapisan, sedangkan untuk daerah bergigi, wax spacer dibuat agak tebal

lebih kurang tiga lapisan wax/malam merah.

d. Bebaskan vetrical stop dari wax spacer

e. Lapisiseluruh permukaan model anatomis yangtidak ditutupi wax

dengan CMS, dan tunggu hingga kering

f. Lakukan manipulasi self curing akrilik

62
Masukan powder self curing akrilik kedalam pot akrilik yang berisi

liquidself curing akrilik, aduk dengan menggunakan sement spatel

hingga homogen dan mencapai tahap dough stage. Perhatikan working

time dan setting time

g. Ambil self curing akrilik yang sudah homogen, dan letakan pada

model anatomis, bentuk sendok cetak pada model anatomis, kemudian

bentuk tangkai sendok cetak dan tunggu hingga mengeras,

h. Lepaskan sendok cetak fisiologis dari model anatomis

i. Lakukan finishing pada sendok cetak fisiologis

Kunjungan II

 Klinis

Alat : Alat diagnostic 1 set, sendok cetak fisiologis, wadah tempat air, lampu

spritus, lecron

Bahan : Green stick compound

Try in sendok cetak fisiologis

Lakukan percobaan sendok cetak fisiologis kedalam mulut pasien dengan

memperhatikan semua batasan anatomis, tepi sendok cetak 2mm diatas fornix,

dan frenulum di bebaskan.

muuscle trimming / border moulding

63
Catatan : Muscle trimming / border moulding hanya dilakukan pada daerah

free end

Prosedur :

1. Persiapkan alat dan bahan

2. Nyalakan api spritus kemudian lelehkan green stick compound

3. Teteskan green stick compoundyang sudah meleleh pada pinggirantepi

sendok cetak fisiologis pada daerah free end, kemudian rendam sebentar

dalam air dengan tujuan agar tidak terlalu panas ketika dimasukan kedalam

mulut pasien

4. Instruksikan pasien untuk menggerakan pipi, bibir, dan lidah sehingga

didapatkan batasan anatomis

5. Instruksi pada pasien sesuai kasus :

Rahang Atas

Rahang Bawah

Posterior : jari telunjuk dan jempol kiri operator menarik pipi kiri ke atas,

dan muka. Jari-jari tangan kanan memfiksir sendok cetak

Daerah lingual : jari telunjuk kanan dan kiri operator memfiksir sendok

cetak dan pasien diinstruksikan menggerakan lidah ke kanan, kiri atas dan

depan

64
 Retromylohoid : jari telunjuk kanan dan kiri operator memfiksir

sendok cetak, lalu pasien diinstruksikan membuka mulut yang lebar,

ujung lidah menyentuh bibir atas dan digerakan ke kiri dan kekanan

Setelah border moulding selesai spacer malam dilepaskan

1. Pencetakan fisiologis RA dan RB

Alat : sendok cetak fisiologis, glass plate, semen spatel, rubber

bowl, spatel, alat diagnostic 1 set

Bahan : hydrocolloid irreversible, air, elastomer (monophase)

Prosedur :

1. Persiapkan alat dan bahan

2. Persiapkan posisi operator dan pasien

3. Lakukan manipulasi bahan cetak. Manipulasi bahan cetak

monophaseterlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan

hydrocolloid irreversible (Teknik one phase)

Prosedur :

a. Satu operator mengaduk monophase terlebih dahulu,

dengan cara, letakan bahan cetak monophase yang terdiri

dari katalis dan basedi atas glass plate dengan

perbandingan 1:1, kemudian aduk menggunakan semen

spatel dengan cara sement spatel menekan bahan cetak

kearah glass plate dengan gerakan memutar, hingga

homogen.

65
b. Sedangkan satu operator lainnya mengaduk hydrocolloid

irreversible dengan cara mencampurkan bubuk bahan

cetak alginate tersebut kedalam mangkuk karet berisi air

(takaran bubuk dan air sesuai aturan pabrik) dan diaduk

sambil ditekan ke tepi mangkuk karet dengan gerakan

seperti membentuk angka delapan hingga homogen.

Perhatikan working time dan setting time.

4. Masukan bahan cetak kedalam sendok cetak. Hydrocolloid

irreversible untuk daerah bergigi atau sadle tertutup dan

monophase untuk daerah free end

5. Lakukan pencetakan fisiologis dengan Teknik

mukofungsional, dimana untuk bahan Hydrocolloid

irreversible dengan Teknik mukostatis sedangan untuk bahan

monophasedengan Teknik mukokompresi

Catatan : lakukan penekanan terlebih dahulu pada bahan cetak

monophase

6. Tunggu hingga setting time (2-3 menit)

7. Keluarkan dari mulut pasien

RA : keluarkan sendok cetak dari arah buccal salah satu sisi

rahang dengan cara memasukan jari telunjuk operator ke

bagian posterior RA, kemudian Tarik kearah bawah, lakukan

gerakan yang sama pada sisi rahang yang berlawanan, setelah

itu keluarkan dari mulut pasien

66
RB :keluarkan sendok cetak dari arah lingual salah satu sisi

rahang dengan cara memasukan jari telunjuk operator ke

bagian posterior RA, kemudian Tarik kearah atas, lakukan

gerakan yang sama pada sisi rahang yang berlawanan, setelah

itu keluarkan dari mulut pasien

8. Cuci hasil cetakan dibawah air yang mengalir

9. Lakukan desinfeksi cetakan dengan cara merendam didalam

larutan iodophor selama 10 menit

 Laboratorium

1. Pengercoran hasil cetakan fisiologis

Alat : rubber bowl, spatel

Bahan : air, gips tipe 4 (hard stone), gips tipe 2 (plaster of paris), wax/

malam merah

Prosedur :

a. Persiapkan alat dan bahan

b. Selanjutnya lakukan manipulasi gips tipe 2 untuk

melakukan beading dan boxing pada hasil cetakan

fisiologis dengan bantuan wax/ malam merah yang

dikelilingi pada hasil cetakan

67
c. Lakukan manipulasi gips tipe 4 dengan takaran sesuai

aturan pabrik

d. Masukan gips tipe 4 kedalam hasil cetakan fisiologis

dan tunggu hingga mengeras

e. Setelah mengeras, keluarkan hasil cetakan dari sendok

cetak, sehingga didapatkan model kerja

e. Penentuan desain gigi tiruan sebagian lepasan pada model kerja

f. Lakukan survey model dengan menggunakan surveyor

Prosedur :

Memasang alat dan model pada surveyor

- memasang analyzing rod pada surveyor


- memasang model studi pada meja survei dengan posisi
analyzingrod tegak lurus terhadap model (model posisi
zero atau datar)

Melakukan prosedur survei untuk menentukan arah


pasang gigi tiruan

- untuk mendapatkan kesejajaran distal dan mesial gigi


lakukan kemiringan model (tilting) kearah anterior atau
posterior sampai kedua bagian dari gigi penyangga sejajar
- setelah memposisikan model yang terpasang pada meja
surveysehingga analyzingrod relative sejajar dengan
bagian distal dan mesial gigi
- apabila ada dua undercut pada kedua sisi gigi maka
dilakukan blocking out

Tripoding

68
- kemiringan atau arah pasang yang didapatkan dengan
mengunci posisi meja surveyor
- lengan vertical ditekan sampai menyentuh model studi,
kemudian lengan vertical tersebut dikunci dan dibuat
teraan di tiga tempat dengan jarak yang proporsional

Menentukan kontur terbesar gigi penyangga

- memasang alat yang digunakan untuk menentukan kontur


terbesar gigi penyangga (mengganti analyzingrod dengan
carbon marker)
- menggerakan meja survei sehingga carbon marker
berkontak dengan kontur terbesar gigi

g. Pembuatan cangkolan/cengkram pada model kerja

a. Persiapkan alat dan bahan

Alat : tang orthodonti

Bahan : kawat 0,8 mm dan 0,7 mm, malam merah/wax

b. Bentuk kawat sesuai dengan desain cangkolan/cengkram

c. Pasangkan pada model kerja

d. Lakukan fiksasi dengan menggunakan malam merah/wax

h. Pembuatan basis sementara pada model kerja dengan menggunakan

self curing akrilik

Kunjungan III

 Klinis

1. Try in basis dan cangkolan

Hal-hal yang harus diperhatikan :


69
a. Retensi dan stabilisasi

b. Basis mencakup semua Batasan anatomis

c. Frenulum terbebas dari basis

d. Pasien merasa nyaman dengan basis dan cangkolan yang

dibuatkan

e. Cangkolan tidak menimbulkan traumatic oklusi pada pasien

 Laboratorium

1. Pembuatan bite rim (galangan gigit)

Alat : spritus, lecron, kepi

Bahan :base plate (hard)

Syarat bite rime :

RA dan RB

Lebar anterior : 3-4 mm

Lebar anteroposterior : 5-6 mm

Lebar posterior :8-10mm

Tinggi bite rim anterior

RA : 10-12mm

RB : 8-10mm

Tinggi bite rim posterior

70
RA : 8-10mm

RB : 10-12 mm

Kunjungan IV

 Klinis

1. Penentuan gigitan kerja

GTSL tanpa Kunci Oklusi

- Posisikan pasien duduk dengan kepala tegak

- Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB. Fiksasi

basis dan galangan gigit RA dengan ibu jari dan telunjuk

kiri operator sedangkan basis dan galangan gigit RB

difiksasi dengan ibu jari dan telunjuk kanan

- Kemudian instruksikan pasien untuk menutup mulut

perlahan-lahan hingga seluruh permukaan insisal dan

oklusal galangan gigit RA dan RB saling berkontak bidang

merata.

- Apabila belum terjadi kontak bidang yang merata, maka

permukaan insisal dan oklusal galangan gigit yang dirubah

dan disesuaikan dengan RA sehingga diperoleh kontak

bidang yang merata. Ukur jarak antara kedua titik, lakukan

penyesuaian pada galangan gigit RB hingga mencapai

DVO yang diinginkan

71
- Kontak gigi natural normal dan apabila salah satu rahang

masih ada gigi natural dan antagonisnya galangan gigit

maka jejak oklusal atau insisal gigi terlihat pada oklusal

rim

- Fiksasi penetapan gigit dan mounting articulator

2. Pemilihan warna gigi

Warna gigi terdiri dari tiga dimensi yaitu hue, chroma dan

value.Hue merupakan nama dari warna ( merah, orange,

kuning, hijau, biru, indigo dan ungu). Gigi permanen yang

masih muda memiliki hue yang hampir sama. Hue pada warna

gigi akan lebih bervariasi seiring bertambahnya usia. Chroma

merupakan intensitas dari hue, semakin bertambahnya usia

maka chroma akan semakin meningkat. Chroma pada warna

gigi akan berkurang apabila dilakukan bleaching. Value dapat

dilihat dari gelap terangnya warna gigi, dimana value yang

tinggi menunjukkan bahwa gigi berwarna terang sedangkan

value yang rendah menunjukkan gigi berwarna gelap

Hal-hal yang harus diperhatikan :

a. Jenis kelamin

b. Warna kulit

c. Usia

d. Pencahayaan ruangan

72
 Laboratorium

1. Transfer articulator

Alat : rubber bowl, spatel, pisau gips

Bahan : gips tipe 2 (plaster of paris), air

2. Penyusunan gigi

Kunjungan V

 Klnis

1. Try in penyusunan gigi

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Intraoral :

Retensi, stabilisasi dan estetis, serta perhatikan apakah

terdapat trauma oklusi

b. Ekstraoral :

Dilihat dari penampilan pasien ketika dalam keadaan mulut

tertutup, rest posisi, keadaan dukungan pipi, dan bentuk

bibir

 Laboratorium

1. Wax conturing

Alat : lecron, spritus

Bahan :base plate

Tujuan : Untuk membuat akar imajiner

73
2. Prosesing akrilik

Alat : kuvet, alat perebusan (panci dan kompor), pot akrilik,

semen spatel, kuas

Bahan : CMS, heat cured akrilik resin, gips tipe 2, air,

GTSL yang akan di prosesing

Kunjungan VI

 Klnis

1. Try in

2. Insersi

Hal-hal yang harus diperhatikan:

a. Perhatikan tepian basis masih terdapat daerah yang

tajam atau tidak. Pada polishing surface atau

permukaan polis perhatikan sudah mengkilat atau

belum, tidak boleh terdapat gips serta tidak poreus

b. Retensi

Instruksikan pasien menggunakan gigi tiruan,

kemudian operatormelihat dalam keadaan istirahat/ dalam

keadaan gigi tiruan tidak difungsikan gigi tiruan terjatuh

atau tidak

c. Stabilisasi

74
Instruksikan pasien menggunakan gigi tiruan,

kemudian operator menekan salah satu sisi gigi tiruan pada

bagian oklusal, kemudian perhatikan sisi sebelahnya

apakah menjungkit atau tidak.

d. Oklusi

e. Estetis

3. KIE

Lakukan komunikasi, informasi dan edukasi kepada pasien

mengenai cara pemasangan, cara pemakaian, cara

melepaskan, cara mempersihkan dan merawat gigi tiruan

lepasan sebagian.

Informasi :

- Seminggu pertama gigi tiruan digunakan 24 jam, gigi

tiruan dibuka hanya saat menyikat gigi dan membersihkan

gigi tiruan

- Setelah seminggu gigi tiruan boleh dilepas ketika tidur, dan

gigi tiruan direndam didalam wadah yang berisi air

tujuannya untuk menghindari pengerutan

- Bersihkan gigi tiruan dengan cara menyikat gigi tiruan

menggunakan bulu sikat minimal 2x sehari

Kunjungan VII

1. Kontrol

75
Tujuan :

Untuk memperbaiki kesalahan ataupun keluhan yang

mungkin terjadi dan dirasakan pasien setelah beberapa hari

pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan.

Hal-hal yang perlu dilakukan saat kontrol :

a. Pemeriksaan subjektif

Tanyakan kepada pasien apakah terdapat keluhan rasa

sakit atau mengganjal saat pemakaian GTSL

b. Pemeriksaan objektif

Lakukan pemeriksaan intraoral untuk menilai jaringan

rongga mulut serta melihat oklusi, retensi dan stabilisasi

GTSL.

BAB 5

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gigi tiruan sebagian lepasan merupakan bagian prosthodonsia yang

menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan gigi tiruan yang di

dukung oleh gigi, mukosa atau kombinasi gigi mukosa yang dipasang dan dilepas

oleh pasien. Berdasarkan kasus, rahang bawah pasien akan dibuatkan gigi tiruan

sebagian lepasan dengan basis akrilik dengan cangkolan 3 jari pada gigi

penyangga Rb 35, 44, 46 .Diagnosa pada kasus ini baik dikarenakan pasien

76
kooperatif, menginginkan gigi tiruan atas dasar keingginannya sendiri, selain itu,

jaringan pendukung pasien tidak ada kelainan sehingga bisa dibuatkan gigi tiruan

dan gigi yang ada dalam keadaan sehat sehingga bias dijadikan penyangga gigi

tiruan, serta OH pasien baik

DAFTAR PUSTAKA

Academy of Prosthodontics. 2005. The Glossary of Prosthodontic Terms, 8th ed.


St.Louis, MO: Mosby;.

Carr, A., Brown, D. and McCracken, W. 2011.McCracken's removable partial


prosthodontics. 1st ed. St. Louis, Mo.: Elsevier Mosby

Hartono, Kosasih, A., Hidayat, H., Morganelli, J. C., 1992, Estetik dan Prostetik
Mutakhir Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta.

Mangkat, Y., Wowor, V.N.S., dan Mayulu, N., 2015, Pola Kehilangan Gigi pada
Masyarakat Desa Roong Kecamatan Tondano Barat Minahasa Induk,
Jurnal e- Gigi (eG), vol.3 (2).

77
Owen, C. P., 2000, Fundamentals of Removable Partial Dentures, Universtiy of
Cape Town Press, Cape Town.

Ozkan, 2012, Attachment and their use in Removable Partial Denture,


http://www.dentumich.edu/ license/University of Michigan.

Pongibidan, 2013, Inlay, crowns and bridges a clinical hand book. 4th Ed., Wright
Bristol, London.

Siagian, K.V., 2016, Kehilangan Sebagian Gigi pada Rongga Mulut, Jurnal e-
Clinic (eCl), vol. 4 (1).

78

Anda mungkin juga menyukai