BAGIAN PROSTHODONTI
“Gigi Tiruan Lengkap”
Oleh:
Dosen Pembimbing :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
proses yang telah dilalui tidak lepas dari bimbingan drg. Augeswina, Sp. Pros,
selaku dosen pembimbing, bantuan, dan dorongan yang telah diberikan berbagai
pihak lainnya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
sebagaimana mestinya, baik dari segi ilmiah maupun dari segi tata bahasanya,
karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca.
kepada kita semua dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat serta dapat
memerlukan.
Penulis
GIGI TIRUAN LENGKAP
Nama pasien : Amriful
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Batang Kabung
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juni 2021
Dosen Pembimbing : drg. Augeswina, Sp. Pros
3. Diagnosa
Fiki Annisa Putri
4. Rencana perawatan
5. Prognosa
MODUL IV : PROSTHODONTI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
HALAMAN PENGESAHAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Jika gigi yang hilang tidak segera diganti dapat menimbulkan kesulitan bagi
pasien sendiri, seperti mengunyah makanan, adanya gigi yang supraerupsi, miring
atau bergeser. Penggantian gigi yang hilang dapat dilakukan dengan pembuatan
gigi tiruan lepasan atau gigi tiruan cekat. Gigi tiruan digunakan untuk
rencana perawatan untuk mendapatkan suatu prognosa yang baik terhadap gigi
tiruan yang dibuatkan. Pemeriksaan meliputi tahap tanya jawab atau anamnesa
pembuatan gigi tiruan serta pemeriksaan ekstraoral dan intra oral. (Fadriyanti,
2009)
rahang atas dan rahang bawah yang bertujuan untuk menghasilkan retensi,
pembuatan gigi tiruan lengkap dilakukan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pencetakan
pendahuluan dan pencetakan akhir untuk mendapatkan model kerja. Model kerja
digunakan untuk pembuatan gigi tiruan antara lain untuk pembuatan basis atau
landasan gigi tiruan baik basis sementara ataupun basis permanen, kemudian
mengenai pasien yang didiagnosis dengan edentolus rahang atas dan rahang
bawah dan akan direncanakan perawatan dengan gigi tiruan lengkap lepasan.
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi Tiruan lengkap atau Full denture adalah gigi tiruan yang menggantikan
kehilangan seluruh gigi pada rahang atas dan rahang bawah (edentelus) serta
Mendapat fungsi pengunyahan, estetis dan bicara yang baik, maka kita di tuntut
untuk mengetahui anatomi dari rahang serta bagaimana caranya atau kemahiran
(Fadriyanti, 2009).
3. Memperbaiki estetis
keberhasilannya.
4. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
diperoleh.
pada setiap kunjungan serta kerja sama antara pasien dan laboratorium.
lidah.
g. Relasi gigi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah.
2.2.1 Anamnesia
a. Informasi Sosial
telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi
pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang keadaan sosial-
ekonomi pasien.
bicara.
untuk estetika (misalnya seorang pemain sinetron, guru, dll), fungsi pengunyahan
(orang tua, penderita penyakit lambung, fungsi bicara (penyiar, imam, dll) atau
diamati dari postur dan kondisi pasien yang terlihat pada saat kunjungan pertama
pasien ke dokter gigi. Namun, harus dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan
Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien seperti
serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas
Waktu dan gigi dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi
tesebut sengaja dicabut atau tanggal sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa
akar yang tertinggal. Lama jangka waktu antara pencabutan terakhir dengan saat
lain seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya
mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga
mulut yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien
untuk menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting
untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan
utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat diperbaiki pada gigi tiruannya
/ benturan
2. Pencabutan terakhir :
kecepatan resorbsi tulang alveolar dan pergerseran gigi ataupun penyakit sistemik
Pasien yang pernah memakai gigi tiruan adaptasinya akan lebih mudah
dibandingkan pasien yang belum pernah. Namun pasien ini biasanya senang
membandingkan protesa lamanya dengan protesa yang baru. Untuk itu, perlu
dilihat dan diperhatikan protesa lamanya. Apabila tidak mengganggu prinsip dasar
perawatan, protesa yang baru jangan terlalu berbeda dengan protesa lama, baik
desain, macam, dan jenisnya. Pengalaman pasien dengan gigi tiruan lamanya juga
perlu dipertanyakan, kapan mulai dipakai, apa yang disukai dan yang tidak disukai
dari gigi tiruan lamanya, supaya diketahui apa yang dikehendaki oleh pasien.
salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam mendiagnosa pasien.
Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien yang akan
dilakukan perawatan. Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter
gigi harus melakukan perawatan dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap
1. Pemeriksaan ekstraoral
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat
Profil : lurus/cembung/cekung
elemen gigi, dan juga digunakan sebagai pedoman untuk penetapan hubungan
(a) (b)
Gambar 2.1 Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah.
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan garis interpupil dan garis camper
(garis yang ditarik dari tragus ke basis hidung) pada kehilangan banyak gigi. Garis
yang ditempelkan pada lubang hidung pasien, kemudian pasien diminta untuk
bernafas melalui hidung dengan mulut dalam keadaan tertutup. Bila kaca mulut
terlihat berembun, berarti pernafasan melalui hidung lancar. Bila pernafasan tidak
pasien sulit bernafas yang mengakibatkan rasa ingin muntah (Carr, 2005).
cetak ke dalam mulut, maka pemilihan ukuran bahan cetak harus lebih
diperhatikan.
simetris /asimetris
Tonus dan tebal tipisnya bibir berhubungan dengan inklinasi labio-lingual gigi
anterior. Sedangkan panjang pendeknya bibir menetukan letak bidang insisial dan
garis tertawa.
Sendi rahang :
Buka mulut : ada deviasi ke kanan atau ke kiri /tidak ada deviasi
Cara pemeriksaan dengan meletakkan jari pada eye-ear-line (garis yang ditarik
dari tragus ke sudut mata), kira-kira 11-12 mm dari tragus. Kemudian pasien
diminta untuk membuka dan menutup mulutnya berkali-kali secara perlahan dan
dengarkan apakah ada bunyi ’klik’ pada waktu membuka dan menutup mulut.
Perhatikan juga apakah ada penyimpangan gerak (deviasi), dan apakah pasien
mandibula harus diukur secara vertikal dan lateral. Cara pengukuran pergerakan
mandibula, yaitu dengan menggunakan penggaris, Willis bite gauge atau Vernier
bite gauge. Pemeriksaan pergerakan mandibula tidak akan relevan selama teknik
Bunyi pada sendi terbagi dua, yaitu kliking atau krepitasi. Kliking adalah suara
tunggal dengan durasi yang singkat. Jika bunyi yang dihasilkannya kuat, maka
disebut sebagai pop. Krepitasi adalah bunyi yang terdengar seperti kerikil yang
multiple. Bunyi pada sendi dapat diketahui dengan meletakkan jari tangan diatas
permukaan lateral sendi pada saat pasien membuka dan menutup mulut.
Pemeriksaan yang lebih akurat jika menggunakan stetoskop atau alat perekam
Gambar 2.2 Bunyi pada Sendi Temporomandibula.a. Bunyi pada sendi didengar dengan
menggunakan stetoskop; b. Stetoskop.
Cara untuk menentukan rasa sakit pada otot adalah dengan palpasi
palpasi otot, respon dari pasien dikategorikan atas, 0 (pasien tidak merasa sakit
saat dipalpasi), 1 (pasien merasa tidak nyaman pada saat palpasi), 2 (pasien
menunjukkan sikap yang mengelak atau menangis (mengeluarkan air mata) atau
(Ghofur, 2012).
a. Otot Temporalis
Temporalis terbagi atas tiga daerah, yaitu daerah anterior, daerah tengah, dan
daerah posterior. Daerah anterior dipalpasi pada daerah diatas tulang zygomatik
dan anterior dari sendi temporomandibula. Serat pada daerah ini berjalan dalam
arah vertikal. Otot temporalis bagian anterior digunakan dalam keadaan bekerja
ataupun tidak. Otot temporalis bagian anterior yang bekerja dapat dilihat pada saat
elevasi mandibula dan megunyah pada sentrik oklusi. Sedangkan otot temporalis
bagian anterior yang tidak bekerja dapat dilihat pada saat depresi mandibula.
Daerah tengah dipalpasi pada daerah diatas sendi temporomandibula dan superior
dari tulang zygomatik. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah oblik melewati
bagian lateral dari tengkorak. Otot temporalis bagian tengah dapat dilihat saat
bekerja yakni pada pergerakan protrusif. Daerah posterior dipalpasi pada daerah
diatas dan belakang telinga. Serat pada daerah ini berjalan dalam arah horizontal.
Otot temporalis bagian posterior digunakan dalam keadaan bekerja ataupun tidak.
Otot temporalis bagian posterior yang bekerja dapat dilihat pada retraksi
mandibular. Sedangkan otot temporalis bagian posterior yang tidak bekerja dapat
Gambar 2.3 Palpasi Otot Temporalis. A. Daerah Anterior; B. Daerah Tengah; C. Daerah
Posterior.
b. Otot Masseter
inferior. Langkah pertama, tempatkan jari pada setiap tulang zygomatik (hanya
bagian anterior dari sendi temporomandibula). Setelah itu, jari tersebut
ditempatkan pada perlekatan inferior dari inferior border ramus (Ghofur, 2016).
Gambar 2.4 Palpasi Otot Masseter. A. Pada perlekatan superior di lengkung zygomatik;
B. Pada otot masseter superfisial didekat batas bawah mandibular.
Otot lateral pterigoid memiliki dua cabang, yaitu bagian superior dan inferior
dimana bagian superior merupakan bagian yang lebih kecil daripada inferior. Otot
paling besar dari sphenoid dan masuk ke bagian anterior dari diskus dan kapsul
intraartikular, sedangkan bagian inferior keluar dari permukaan lateral dari plat
lateral pterigoid dan masuk ke leher mandibula yang terletak di bawah kondilus.
Otot lateral pterigoid bagian superior bekerja pada saat clenching dan bagian
Otot medial pterigoid berasal dari daerah yang terletak diantara dua pterygoid
plate. Kedua pterygoid plate ini akan membagi otot kedalam dua daerah yaitu
posterior dan lateral dan masuk ke bagian dalam dari sudut mandibula. Otot
medial pterigoid bekerja pada saat gerakan elevasi mandibula, selama protrusi dan
2. Pemeriksaan intraoral
a. Saliva
Kualitas dan kuantitas saliva mempengaruhi retensi terutama pada gigi tiruan
lengkap.
Kuantitas: sedikit/normal/banyak
Kualitas : encer/normal/kental
b.Lidah
Lidah yang terlalu besar akan menyulitkan pada waktu pencetakan dan
pemasangan gigi tiruan. Pasien akan merasa ruang lidahnya sempit, sehingga
Posisi kelas I : Posisi ujung lidah terletak di atas gigi anterior bawah
lingualis
Mobilitas: normal/aktif
Lidah yang mobilitasnya tinggi (aktif) akan mengganggu retensi dan stabilisasi
gigi tiruan
palatum pasien. Cara lain adalah dengan mengalihkan perhatian pasien pada hal-
Gigitan dikatakan ada dan stabil bila model rahang atas dan bawah dapat
dikatupkan dengan baik di luar mulut dan terlihat 3 titik bertemu yaitu 1 di bagian
anterior dna 2 di bagian posterior. Bila terlihat banyak gigi yang aus dan kontak
antara rahang atas dan bawah kurang meyakinkan, maka dikatakan gigitan ada
Nilai overjet dan overbite normal berkisar 2-4mm. bila lebih, harus diwaspadai
lama tidak bisa dipakai pedoman penentuan gigit (Siagian, 2016). Bila ada gigitan
terbuka atau gigitan silang, harus dituliskan pada region berapa. Hal ini penting
e.Artikulasi
Cuspid protected
Grup function
Selanjutnya diperiksa gerak rahang ke lateral kiri dan kanan, ada atau tidak
hambatan. Hambatan pada gigi caninus jangan terburu-buru diasah, karena bisa
jadi hal tersebut merupakan cuspid protected occlusion yang perlu dipertahankan
(Gunadi, 2012).
Bila terlihat banyak gigi yang mengalami atrisi dengan faset yang tidak tajam
dan permukaan yang mengkilat, kemungkinan tekanan kunyah pasien besar. Pada
keadaan ini, bila ridge sudah rendah hindari pemakaian elemen gigi porselen
terutama untuk gigi posterior. Bidang oklusal gigi geligi juga jangan dibuat terlalu
besar
e. Kebiasan buruk
Bruxism / clenching
Mendorong lidah
Bruxism atau clenching juga dapat dilihat dari adanya faset tajam pada gigi.
Kebiasaan ini akan membuat gigi tiruan yang dibuat menjadi cepat aus, tidak
stabil, dan dapat menjadi etiologi kelainan sendi rahang. Kebiasaan mengigigit
bibir atau benda keras berkaitan dengan pembuatan GTC pada gigi anterior, yaitu
stabiltas gigi tiruan berkurang, selain itu mengunyah satu sisi juga dapat
2. Fraktur gigi :
arah garis fraktur (<1/3, 1/3, ½, 2/3, serviko insisal/serviko oklusal/ mesio
distal)
k. Vestibulum
(Gunadi, 2012).
Bila gigi masih ada : pengukuran dilakukan dari servikal gigi sampai dasar
vestibulum
Bila gigi telah hilang : pengukuran dilakukan pada regio tak bergigi dari
dalam menguntungkan pada pembuatan gigi tiruan karena sayap gigi tiruan dapat
tiruan lepas serta pemilihan desain pontik pada gigi tiruan cekat
Ketinggian : tinggi/sedang/rendah
nomer 3.
(Ghofur, 2012).
b. Burnisher bisa ditekan lebih dalamà mukosa lunak; tahanan jaringan tinggi
burnisher à flabby
n. Frenulum
puncak prosesus alveolar, dikatakan rendah ketika menjauhi, dan sedang bila
Frenulum yang tinggi dapat mengurangi retensi gigi tiruan lepas karena
Frenulum : (tinggi/sedang/rendah)
0. Labialis superior
1. Labialis inferior
6. Lingualis
Palatum (Abu, 2012).
Bentuk dan kedalaman palatum berkaitand engan retensi dan stabilisasi gigi
tiruan lepas
2. Kedalaman palatum
3. Torus palatines
Torus yang besar akan mengganggu stabilisasi gigi tiruan. Pada torus yang
besar, agar tidak terjadi fulcrum, dilakukan relief pada saat pencetakan fisiologis
4. Palatum mole
Daerah ini memiliki jaringan yang sangat kuat yang disebut aponeuresis, sebagai
tempat posterior palatal seal (postdam). House membagi palatum mole menjadi
3:
Kelas I: gerakan palatum durum yang kecil, dapat dibuat postdam bentuk
kupu-kupu
Kelas III: gerakan palatum durum membentuk sudut >60 derajat, postdam
o. Lain-lain
Eksostosis
Torus mandibularis
Semua area yang ditutupi protesa harus dipalpasi untuk melihat ada atau
(Nallaswamy, 2003).
Mencetak adalah suatu tindakan membuat suatu bentuk negatife dari gigi
atau jaringan lain dari rongga mulut menggunakan bahan plastis yang relative
menjadi keras atau mengeras pada saat berkontak dengan jaringan tersebut, yang
berfungsi sebagai pendukung gigi tiruan yang akan dibuat. (Itjingningsih, 2015)
2. Tekanan
Cetakan mokokompresi
displacable
Selective pressure
sendok cetak rata-rata yang sesuai dengan rahang yang akan dicetak.
pada rahang atas maupun rahang bawah. Mencetak pada waktu mulut
dimodifikasi.
fungsional.
Pasta ZOE bersifat melekat pada sendok cetak dan tidak elastis
setelah mengeras
Mudah di boxing
f. Persiapan Penderita
3. Keringkan mulut dari ludah yang melekat atau kumur dengan “mouth
Sendok cetak yang sudah kering diolesi dengan adonan rata dan
2. Elastomer
Oleskan adonan secara merata dan tipis meliputi tepi sendok cetak.
h. Cara Mencetak
rahang.
Gambar 2.11 A. Hasil cetak yang baik dengan elastomer B. Model kerja yang
akurat untuk pembuatan gigi tiruan (Boucher, 1970)
ZOE adalah bahan cetak yang stabil, cetakan dapat dicek kembali
Pasien edentulus terjadi perubahan pada tinggi wajah serta hubungan rahang
atas dan bawah terhadap sendi rahang, hal ini dapat diperbaiki dengan pembuatan
bite rim yang dibuat dengan wax sesuai dengan bentuk lengkung rahang dan
Gambar 2.12: Bite rim yang diletakkan pada basis tepatnya diatas ridge alveolar dan
berkontak rapat dengan bite rim rahang atas dan rahang bawah (Johnson & Duncan,
2017)
Gambar 2.13 Bite rim rahang atas dan rahang bawah yang diletakkan diatas
linggir alveolar (Johnson & Duncan, 2017)
Gambar 2.14 Pembuatan bite trim dengan wax (Johnson & Duncan, 2017)
1. Dimensi awal bite rim rahang atas dan rahang bawah gambar 76 dan
77
Tinggi bite rim anterior 10 - 12 mm
Tinggi bite rim posterior 8 - 10 mm
Lebar bite rim anterior 3 - 4 mm
Lebar bite rim posterior 5 - 6 mm
Gambar 2.15 Ukuran malam pada pembuatan bite rim rahang atas dan rahang bawah
(Itjiningsih, 2016)
Bite rim diletakkan di ridge alveolar dengan menarik garis khayal dengan
menarik tepat dipuncak linggir pada rahang bawah sampai retromolar pad dan
rahang atas sampai hamular nocth dengan perbandingan 2 : 1 (2 untuk bukal
(4mm) dan 1 lingual (2mm).
Gambar 2.16 Pembuatan garis champer dari alanasi ke tragus (Johnson & Duncan, 2017)
Adalah ukuran vertikal wajah/muka antara dua titik diatas dan dibawah
mulut, biasanya pada garis tengah wajah muka/wajah. Panjang muka/wajah yang
ditentukan oleh pembukaan rahang. Penentuan dimensi vertikal dilakukan dengan
posisi kepala lurus supaya tidak mempengaruhi otot wajah tertarik
kebelakang.vertikal dimensi dipertahankan oleh oklusi gigi geligi atau
keseimbangan otot-otot penutup pergerakan mandibula. (Fadriyanti, 2009).
a. Cara Menentukan Dimensi Vertikal
Penderita harus mengambil posisi fisiologis nonaktif waktu wax bite block
/ tanggul gigit malam dimasukkan perlahan-lahan untuk melihat apakah ada ruang
bebas antar tanggul gigit malam atas dan bawah; yang biasanya 2-4 mm. Dalam
pengambilan dimensi vertikal biasanya dipakai ancar-ancar X = Y = Z.
(Itjingningsih, 2013).
1. Dengan Willis bite gauge. Pada alat ini ada 3 bagian penting :
a. Fixed arm, yang diletakkan dibawah hidung.
b. Sliding arm, yang dapat digeser dan mempunyai sekrup, diletakkan
dibawah dagu.
c. Vertical orientation gauge, yang mempunyai skala dalam mm/cm,
ditempatkan sejajar sumbu vertikal dari muka.
2. Two dot technique
Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang
bawah), yang ditempatkan pada daerah yang tidak bergerak yaitu diatas
dan dibawah garis bibir dan kedua titik diukur dengan jangka sorong.
Gambar 2.18 Bentuk dagu mencegah letak positif dan sliding arm Willis gauge
= a, b = sliding arm dimodifikasi agar letaknya lebih akurat. (Itjingningsih,
2016).
1. Pengukuran saat istirahat fisiologis dan saat oklusi harus ada jarak
kurang 1mm.
3. Penelanan
Gambar 2.19 tanda dimensi vertikal yang normal (Zarb, George., 2001., Buku Ajar
Prosthodonti Untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher,. Edisi 10., EGC, Jakarta)
b. Metode Rhem
Sama dengan metode gysi.
Ibu jari telunjuk di letakkan di daerah vestibulum menekan
lempeng gigit, jari tengah di bengkokkan ke bawah dagu.
Mandibula dengan perlahan-lahan didorong ke posterior
kemudian pasien disuruh mengigit dan fixir.
c. Metode gravitasi
Pasien duduk di kursi sedmikian rupa sehingga kepala
mengadah ke atas.
Karena gaya gravitas mandibula akan mendorong ke belakang
dan pasien disuruh mengigit.
Condylus akan menempati posisi posterior dalam keadaan tidak
tegang( relaks) pada fossa glenoid.
Kedua gelengan gigit di fixir.
d. Metode Green
Pasien disuruh mengigit kuat.
Jika di palpasi temporalis terasa mengelembung.
Gelengan gigit kemudian di fixir.
2. Metode fungsional = aktif, pada metode ini pasien sendiri yang aktif
mencari relasi sentrik. Relasi rahang di tentukan pada waktu
mandibula melakukan gerak antara gerak menelan dan mengunyah.
a. Cara menelan.
Lakukan gerak buka tutup mulut kemudian menelan lakukan
berulang-ulang.
Tertekan garis median muka pada bite rim rahang atas dan
rahang bawah.
Menelan, garis median rahang atas dan rahang bawah harus
tutup kemudian fixir.
b. Cara nucleus walkhoff
Wax bulat kecil tempelkan di tengah-tengah posterior lempeng
gigit rahang atas.
Ujung lidah di letakkan menyentuh bulatan lilin di rahang atas
sambil menutup mulut dengan posisi rahang bawah ke
belakang, lalu fixir.
c. Metode Chew-in petterson
Bite rim dari wax
Buat parit pada bite rim rahang bawah
Campirkan setengah plaster+ setengah carborundum
Gerakan mandibula.
d. Metode Chew-in Needle House
Bite rim dan compound dengan styling metal empat region
pada premolar dan molar. Gerakan rahang bawah ke anterior-
posterior lateral-kiriposterior, lateral kanan posterior, styling akan
mengoreskn bite rim bite rim rahang bawah terlihat berbentuk
diamond di fixir.
a. Buat garis vertical pada record block rahang atas dan rahang bawah pada
midline, premolar kanan dan kiri untuk mengecek posisi rahang bawah.
b. Jika garis rahang atas dan rahang bawah :
Berhimpit dimana rahang bawah posisi retruded maka relasi
sentries benar.
Tidak berhimpit maka rahang bawah posisi protruded relasi sentrik
salah.
Gambar 2.22 Relasi sentries yang salah dimana garis pada bite rim atasdan bawah
tidak sama. B, relasi sentries yang benar. ( Itjiningsih, 2016)
a. Garis Median
Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir atas
sampai bibir bawah dengan pedoman pada Philtrum , frenulum labialis .
Digoreskan pada biterim rahang atas dan rahang bawah yang berada tepat
pada bagian tengah model .
Gambar 2.23 Garis pedoman median. (Zarb, 2013)
b. Garis Caninus
Garis caninus menentukan lebar enam gigi anterior atas . Menarik garis
tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut mulut pada biterim
rahang atas pada waktu otot mulut relaks.
c. Garis Tertawa (laugh line)
Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan untuk
menentukan tinggi gigi atau menentukan letak servik gigi . Pembuatan
garis dilakukan waktu tertawa kecil (tersenyum) kemudian ditandai pada
biterim rahang atas batas bibir atas.
Gambar 2.24 Membuat garis caninus yang digoreskan pada biterim atas dan bawah .
(Maxillo Mandibula relationships, OVD presentation)
2.7 Fiksasi
Cara memfixir :
LAPORAN KASUS
Skenario kasus
keluhan seluruh gigi rahang atas dan bawah tidak bergigi dan pasien ingin
mengatakan bahwa 4 tahun yang lalu pernah dibuatkan gigi tiruan, tetapi
pasien merasa tidak puas karena tidak nyaman dipakai akibat mulut terasa
Identitas pasien
Umur : 66 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Keluhan utama
keluhan seluruh gigi rahang atas dan bawah tidak bergigi dan pasien ingin
Pencabutan terakhir
Bila pernah :
Pengalaman : saat ini gigi tiruan terasa tidak nyaman akibat mulut terasa
1. Ekstraoral
d. Protrusif : 10,9 mm
Gambar 3.6 Pemeriksaan ROM pasien (protrusif)
a. Deviasi : -
b. Deflaksi : -
c. Joint sound
Clicking : Kanan
Krepitasi : -
Popping : -
d. Tonus Otot
Otot Kanan Kiri
Temporalis - -
Masseter - -
Pterygoideus medial - -
Pterygoideus lateral - -
+ nyeri, - tidak nyeri
3. Intraoral
Vestibulum :
Rahang atas
Post. kanan : sedang
Post. kiri : sedang
Anterior : sedang
Rahang bawah
Post. kanan : dalam
Post. kiri : dalam
Anterior : dalam
Prosesus alveolaris dan residual ridge :
- Lingualis : rendah
Palatum :
Bentuk : oval
Kedalaman : dalam
Tuber maksila :
Kanan: besar
Kiri: kecil
Ruang retromilohioid :
Kanan: dangkal
Kiri: dangkal
Diagnosis :
Warna gigi:
Macam cetakan:
RA: mukostatis
RB: mukostatis
Prognosis: baik
Prognosis: baik
3.4.1 kunjungan 1
Peneegakan diagnosis
3.4.2 kunjungan 2
Klinis Laboratorium
Try in scp Membuat model kerja
Border moulding RA/RB
Mencetak fisiologis rahang Membuat basis RA dan RB
tidak bergigi
Try in sendok cetak fisiologis
Border moulding
Border moulding
Pencetakan fisiologis
- Teknik : mukodinamis/mukokompresi
- Bahan : elastomer (Medium Body)
Model fisiologis rahang atas dilakukan desain basis gigi tiruan. Desain basis seluas
mungkin sampai struktur anatomi pembatas gigi tiruan. Basis dibuat dengan bahan resin
akrilik.
- Rahang atas : perluasan basis pada distal ridge alveolar rahang atas
3.4.3 kunjungan 3
Klinis laboratorium
Try in basis Membuat galangan gigit RA
dan RB
Try in basis
Basis rahang atas dan bawah diuji coba ke rongga mulut pasien.
Pembuatan oklusal rim dan garis pedoman ditempatkan pada oklusal rim rahang
atas yang meliputi garis tengah (mid line), garis bibir terendah (low lip line), garis
senyum, garis bibir tertinggi (high lip line) dan garis kaninus.
Bite Rim / oclusal rim adalah galengan yang diletakkan diatas base plate lebih
wax merah yang diletakkan diatas basis, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. RAHANG ATAS
b. RAHANG BAWAH
Tinggi bite trim rahang bawah sama tinggi dengan tinggi daerah
retromolar pad.
RAHANG ATAS
Gambar 3.12 Desain garis pedoman Bite Trim Rahang Atas pada Model Kerja.
prosesus alveolaris.
RAHANG BAWAH
Gambar 3.13 Desain Garis Pedoman Bite Trim Rahang Bawah pada
Model Kerja.
Lalu tarik lah garis disamping retromolar pad tepat diatas proc.
Alveolaris.
3.4.4 Kunjungan 4
KLINIS LABORATORIUM
Try in galangan gigit Transfer articulator
Penetapan gigitan/ MMR Penyusunan gigi
Pemilihan gigi
Yang harus diperhatikan saat try in galangan gigit
1. Labial Fullness
dan biarkan posisi bibir atas dalam keadaan alami. Garis antara bibir
berkontak).
a. Dalam keadaan rest posisi, dilihat dari depan 2mm dibawah garis
bibir atas.
e. Sudut mulut tidak boleh turun. Jika sudut mulut turun bite trim
mulut.
3. Bidang oklusal dataran anterior (dari depan) sejajar dengan garis
pupil.
externus).
chamfer dan garis pupil yang dilihat dengan menggunakan oklusal bite plane
dan bite trim rahang bawah mengikuti bite trim rahang atas.
a. Persiapan pasien
Kepala harus tegak lurus, tidak boleh bersandar ke dental unit dan
b. Persiapan operator
- Lecron
- Tentukan garis interpupil, yang dilihat dari arah anterior yaitu tarik
b. Vertikal Dimensi
Merupakan tahap Rahang Atas dan Rahang bawah dalam arah vertikal.
istirahat dengan posisi tegak dan kondilus dalam posisi tidak tegang di
- Fungsi penelanan
merata.
- Lalu, ukur jarak antara kedua titik (Hidung-dagu) atau nation
1. Pengukuran saat istirahat fisiologis dan saat oklusi harus ada jarak 2-4mm
2. Pengucapan S lebih kurang antara biterim atas dan bawah lebih kurang
1mm.
3. Penelanan
- Teori operator
- Skill operator
c. Relasi Sentrik
adalah untuk mendapatkan oklusi. Metode yang digunakan sesuai dengan kasus
adalah metode statis atau pasif, dimana disini yang aktif adalah operator dan
Relasi rahang ditentukan pada relasi sentrik. Pada posisi ini base plate dan
a. Metode Gysi
messeter
b. Metode Rhem
Ibu jari dan telunjuk diletakkan di daerah vestibulum menekan bite trim, jari
c. Metode gravitasi
dengan gaya gravitasi mandibula akan terdorong ke belakang dan pasien disuruh
menggigit.
Jika posisi relasi sentrik sudah benar, buat garis vertikal pada record block RA
dan RB pada midline, caninus kiri dan kanan, garis ketawa dan juga garis
horizontal dimana RB dalam keadaan retrusif. Kemudian fiksasi dengan membuat
double V groove.
1. Posisikan pasien duduk relaks dan dental unit direbahkan (semi supine),
2. Insersikan basis dan galangan gigit RA dan RB lalu posisikan pasien pada
relasi sentrik.
3. Buat tanda yang segaris disisi anterior dan posterior galangan gigit RA dan
RB sebagai garis panduan. Dimana garis pedoman pada bite trim adalah :
Garis Median
Median line merupaka garis tengah wajah yang ditarik dari bibir
Menarik garis tegak lurus pada sayap hidung sampai pada sudut
mulut pada biterim rahang atas pada waktu otot mulut relaks.
Gambar 3.18 Garis Pedoman Kaninus. (Zarb, 2013).
Garis tertawa
Garis yang dibuat pada biterim anterior rahang atas yang bertujuan
apakah garis panduan pada anterior dan posterior galangan gigit RA dan
RB tetap segaris.
Fiksasi
Cara memfixir :
b. Interocclusal record
Cara dengan bahan wax dengan pembuatan double V groove
Lunakkan daerah tersebut dan gigitkan pada pasien . Ketika digigit garis
transfer articulator .
Gambar 3.20 Pembuatan double V groove (Itjiningsih W.H.,1991. Geligi Tiruan Lengkap
Lepasan . Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta ).
Pemilihan gigi yang paling cocok bagi tiap pasien sangat menentukan
berhasil atau tidaknya pembuatan GTL. Gigi yang tidak serasi dengan warna,
dokter gigi untuk menginterpretasikan apa yang diloihatnya. Pada fase inilah
(Fadriyanti, 2010).
Penyusunan gigi
Anterior atas (Fadriyanti, 2010) :
- Inklinasi labio-palatal
- Inklinasi mesio-distal
bidang oklusal.
- Bidang oklusal
- Inklinasi labio-palatal
- Inklinasi mesio-distal
oklusal.
- Bidang oklusal
- Inklinasi labio-palatal
Berbeda dengan 11 dan 12, bagian servikalnya lebih kelabial
- Inklinasi mesio-distal
- Bidang oklusal
oklusal.
Anterior bawah
- Inklinasi labio-lingual
derajat).
- Inklinasi mesio-distal
oklusal.
- Bidang oklusal
- Inklinasi labio-lingual
- Inklinasi mesio-distal
Long axisnya membentuk sudut 80 derajat dengan bidang
oklusal.
- Bidang oklusal
ojklusal.
- Inklinasi labio-lingual
- Inklinasi mesio-distal
oklusal.
- Bidang oklusal
Posterior atas
1. Premolar Satu
- Inklinasi mesio-distal
- Bidang oklusal
tidak berkontak.
2. Premolar dua
- Inklinasi mesio-distal
Sama dengan P1
- Bidang oklusal
Cups bukal dan palatal berkontak dengan bidang oklusal
3. Molar satu
- Inklinasi mesio-distal
- Bidang oklusal
bawah.
4. Molar dua
- Inklinasi mesio-distal
Sama dengan M1
- Bidang oklusal
Posterior bawah
imajiner yang ditarik dari bagian tengah retromolar pad sampai kebagian anterior.
Penyususnan gigi posterior dimulai dari molar satu (kunci oklusi) yang tidak
boleh dirubah ukurannya. Penyusunan mengikuti letak dari gigi posterior atas
(fadriyanti, 2010).
3.4.5 Kunjungan 5
Klinis laboratorium
Try in penyusunan gigi Wax conturing
3.4.6 Kunjungan 6
BAB 4
PENUTUP
Kasus ini melaporkan seorang pasien laki-laki berusia 66 tahun yang datang ke
RSGM dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan. Sebelumnya
pasien mengatakan bahwa dulu pernah dibuatkan gigi palsu, tetapi saat ini pasien
sudah tidak nyaman memakai gigi tiruan lamanya dikarenakan pasien merasa
mulut terasa penuh dan tinggi. Pemeriksaan ekstraoral tidak ditemukan adanya
akan dibuatkan gigi tiruan lengkap lepasan untuk rahang atas dan rahang bawah
Ghofur Abdul, 2012.Buku Pintar Kesehatan Gigi Dan Mulut. Yogyakarta : Mitra
Buku .
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the General Dental
Practicioner. Springer-Verlag: Berlin.
Sinabutar, Y.R. 2013. Pembuatan dan karakteristik gigi tiruan berbahan dasar
komposit resin akrilik No.3 dengan penambahan serat kaca.
(http://jurnal.usu.ac.id). Diakses pada 12 Maret 2018. Pp.6-8.
Swenson. 1960. Complete Denture. 15th ed. St. Louis: C. V. Mosby Co. Pp. 258-
260
Watt, D.M., Mac.R.,. 1992. Membuat Desain Gigi Tiruan Lengkap, Ed.2. Alih
Bahasa:Soelistijani P. Jakarta: Hipokrates
Zarb, George A. 2013. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut
Boucher. Jakarta: EGC.