Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

“SKENARIO 1”

TANDARTS

KELOMPOK 9

Penanggung Jawab Blok : Dr. drg. Yulia Rahmad, M.Kes

Dosen Fasilitator : drg. Wulan Angestia, M.Sc.

Ketua : M. Asfa Ubai Rafi (2210070110014)

Sekretaris : Alfera Yuniar (2210070110020)

Anggota :

1) Berliani Ratlisyah Ali 2210070110009

2) Muhammad Wahyu 2210070110013

3) M. Asfa Ubai Rafi 2210070110014

4) Shalsya Bila Hartika Asri 2210070110018

5) Alfera Yuniar 2210070110020

6) Riyanti 2210070110029

7) Roinaldi 2210070110046

8) Dzakiyatul Ulya Seprin 2210070110048

9) Andre Meirian 2210070110060

10) Astrigea Nungki Indraswari 2210070110094

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah

Tahun Ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat Hidayah, dan Inayah-
Nya kepada kami. Sholawat beriringkan salam tak lupa kami sanjungkan kepada nabi besar
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang penuh
ilmu pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Tandarts” ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, terutama drg. Wulan Angestia, M.Sc. sebagai dosen pembimbing sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari dosen pembimbing agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah di Blok I.1 Skenario pertama Tutor pertemuan
ke-1 dan ke-2 Skenario 1 tentang “ Tandarts ” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
kepada pembaca.

Padang, 17 September 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………….iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………..………………………………………... 4

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………… 4

C. Tujuan pembelajaran …………………………………………………………… 4-5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………. 6

B. Menetapkan Permasalahan ……………………………………………………...6

C. Curah Pendapat …………………………………………………………………6-7

D. Analisis Masalah ……………………………………………………………….. 8

E. Tujuan Pembelajaran …………………………………………………………… 8

F. Belajar Mandiri ………………………………………………………………….9

G. Melaporkan Hasil Belajar Mandiri ……………………………………………..9-13

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……….…………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…………………….… 15

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah ingin


mengetahui sejarah perkembangan berdirinya Fakultas Kedokteran gogo di Indonesia.
Keingintahuan mahasiswa tersebut berlandasan karena profersi dokter gigi merupakan
tugas mulia bagi kehidupan manusia dalam bidang kesehatan khususnya Gigi Mulut.
Untuk itu profersi dokter gigi dituntut mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta perubahan paradigma pelayanan kesehatan. (contohnya pada tera
90an dipakai bahan tambalan amalgam, dengan perkembangan ilmu pengetahuan
bahan tersebut tidak digunakan lagi karena terbukti toksit). Dalam menjalankan
tugasnya dokter gigi memberikan pelayanan kepada masyarakat dituntut bersikap
berperilaku profesional dan bertanggung jawab.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kedokteran gigi di Indonesia?
2. Bagaaimana sejarah perkembangan fakultas kedokteran gigi di Universitas
Baiturrahmah?
3. Bagaimana konsep dasar profesi kedokteran dokter gigi?
4. Bagaimana filosofi pola pikir dokter gigi?
5. Bagaimana tentang perkembangan teknologi dan material dalam kedokteran gigi?
6. Bagaimana etika dan hukum kesehatan?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang sejarah


perkembangan kedokteran gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sejarah perkembangan
fakultas kedokteran gigi di Universitas Baiturrahmah

4
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar profesi
kedokteran dokter gigi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang filosofi pola pikir
dokter gigi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang perkembangan
teknologi dan material dalam kedokteran gigi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang etika dan hukum
kesehatan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klarifikasi Istilah

1. Paradigma
Paradigma adalah cara pandang tentang sesuatu yang di dalamnya
mengandung sejumlah asumsi, teori, model dan solusi tertentu mengenai
pokok persoalan, tujuan, dan sifat dasar bahan kajian.

2. Amalgam
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam yang salah satunya
adalah merkuri atau air raksa, amalgam dapat berbentuk padat maupun cair
tergantung jumlah air raksa yang digunakan. Amalgam umumnya digunakan
untuk menambal gigi yang berlubang.

3. Toksit
Toksit adalah merupakan zat padat, air, atau gas yang dapat membantu proses
kehidupan sel atau organisme.

4. Tandarst
Tandarst berasal dari bahasa Belanda yang berarti dokter gigi.

B. Menetapkan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan kedokteran gigi di Indonesia?


2. Bagaimana pelayanan dokter gigi pada masyarakat?
3. Apa saja material yang dianggap toksit?
4. Bagaimana Perubahan Paradigme Kesehatan?
5. Bagaimana perkembangan teknologi dalam kedokteran gigi?

C. Curah Pendapat

1. Bagaimana sejarah perkembangan kedokteran gigi di Indonesia?


Jawaban: Sejarah perkembangan kedokteran gigi adalah upaya manusia untuk
menemukan kebenaran memalui cara berfikir yang sistemaris,komperensif

6
(menyeluruh/meluas),radikal. Sejara juga menanyakan dan juga menelusuri
makna dan penyebab daras dari berbagai pengentahuan tanpa mengenal batas
apa pun.

2. Bagaimana pelayanan dokter gigi pada masyarakat?


Jawaban : Pelayanan pada masyarakat bisa pelayanan pada anak kecil, yaitu
dengan melakukan penyuluhan pada sekolah sekolah tentang bagaimana cara
menyikat gigi dengan benar

3. Apa saja material yang dianggap toksit?


Jawaban : Bahan yang dianggap toksit adalah bahan yang mengandung zat
yang beracun yang dapat menurunkan atau merusak fungsi gigi.

4. Bagaimana Perubahan Paradigme Kesehatan?


Jawaban : Perubahan yang terasa ada pada bagian teknologi yang semakin
canggih dan akses kesehatan semakin mudah serta perawatan proaktif untuk
pasien semakin meningkat

5. Bagaimana perkembangan teknologi dalam kedokteran gigi?


Jawaban : Perkembangan teknologi yang sekarang dengan yang dulu sangat
berbeda dimana dokter gigi dizaman dulu masih menggunakan alat secara
sederhana sedangkan dokter gigi di zaman sekarang sudah menggunakan alat
dengan perkembangan teknologi yang lebih canggih dan lengkap

7
D. Analisa Masalah

Sejarah

Teknologi dan
Konsep Dasar Pola Pikir Etika dan Hukum
Material

E. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang sejarah perkembangan
kedokteran gigi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sejarah perkembangan fakultas
kedokteran gigi di Universitas Baiturrahmah
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar profesi
kedokteran dokter gigi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang filosofi pola pikir dokter
gigi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang perkembangan teknologi
dan material dalam kedokteran gigi
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang etika dan hukum
kesehatan

8
F. Belajar Mandiri

Dalam step ini kami telah melakukan belajar mandiri, dengan mencari
berbagai macam sumber rujukan baik itu secara diskusi, bertanya pada pakar,
literature searching dan text books lainnya. Dan dalam step ini kami juga telah
mencatat hasil diskusi kami dengan menyertakan referensi yang berbeda beda.

G. Laporan Hasil Belajar Mandiri


1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang sejarah
perkembangan kedokteran gigi
 Sewaktu masih bernama Hindia belanda, di kota Surabaya telah berdiri
sekolah kedokteran yang bernama Nederlandsch-Indische Artsen
School (NIAS) pada tahun 1913. Karena lembaga kedokteran gigi
belum ada maka kebutuhan akan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi)
didatangkan langsung dari Eropa (Belanda). Namun jumlah dokter gigi
dari Eropa yang bisa dan mau bekerja di Hindia Belanda pada waktu
itu amat terbatas, itupun sebagian besar hanya untuk melayani orang-
orang Eropa yang tinggal di sini. Jika orang orang pribumi menderita
penyakit gigi maka sebagian besar dibawa ke dukun atau tabib dengan
pengobatan tradisional, dan sebagian lagi dibiarkan sembuh dengan
sendirinya.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami sejarah perkembangan


fakultas kedokteran gigi di Universitas Baiturrahmah.
 Fakultas kedokteran gigi termasuk salah satu fakultas tertua di
Universitas Baiturrahmah. Sejak wisuda pertama tahun 1993, fakultas
kedokteran gigi ini telah menghasilkan sebanyak lebih dari 1378 yang
bertugas di berbagai tempat diseluruh Indonesia. Fakultas Kedokteran

9
Gigi Universitas Baiturrrahmah didirikan pada tanggal 18 juni 19888.
Sejak tahun pendirian tadi dijalinlah Kerjasama dengan fakultas
kedokteran gigi sumatera utara medan terutama dalam hal pembantuan
tenaga dosen.
Pada tahun 1990, Fakultas kedokteran gigi Universitas Baiturrahmah
mulai membuka poli klinik gigi untuk umum. Pada mulanya poli klinik
ini hanya mempunyai sekitar 30 unit gigi, namun dengan perjalanan
yang pandang mulai 2014 poli klinik sudah menempati Gedung
sendiri dengan jumlah 3 lantai.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang konsep dasar profesi


kedokteran dokter gigi
 Profesi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia
dalam bidang kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut.
Karenanya seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya dituntut
untuk bersikap profesional. Untuk mencapai kompetensi tersebut,
pendidikan dokter gigi yang merupakan pendidikan profesi harus
didasari oleh keilmuan yang kokoh. Dengan demikian seorang dokter
gigi akan mempunyai kompetensi akademik-profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi yang didasari oleh pendidikan
akademik, sehingga setelah selesai pendidikannya akan memiliki
kemampuan melaksanakan praktik sesuai dengan keahliannya,
bersikap profesional, dengan selalu membekali dirinya dengan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) mempunyai fungsi untuk


melakukan pengaturan, pengesahan, penetapan serta pembinaan dokter
dan dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan medis seperti yang tertulis pada Pasal 6
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(UUPK). Selanjutnya Pasal 7 ayat 1 UUPK menegaskan tugas pokok
KKI, yaitu:

a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi


b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter
gigi
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik
kedokteran gigi yang dilaksanakan bersama lembaga terkait
sesuai dengan fungsi masing-masing.

10
Pendidikan dokter gigi dikembangkan dari wawasan Ilmu Kedokteran
yang mencakup ilmu pengetahuan yang mempelajari proses tumbuh
kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai akhir hayat, serta
berbagai konsep yang melandasi hidup dan kehidupan manusia mulai
tingkat molekuler sampai dengan tingkat individu utuh. Dalam hal ini
termasuk keadaan dan sebab-sebab penyimpangan dari keadaan normal
baik raga maupun jiwa, serta berbagai kemungkinan intervensi
pemulihannya ke keadaan normal atau fungsi optimal sistem organ
secara terpadu dalam manusia seutuhnya.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang filosofi pola pikir


dokter gigi
 Dalam setting praktik klinik sehari-hari, doker sering dihadapkan
dengan situasi ketidakpastian dalam membuat keputusan. Termasuk
dalam membuat diagnosis, menentukan pilihan terapi atau manajemen
untuk menyelesaikan masalah klinis yang dihadapi pasien. Pembuatan
keputusan terhadap masalahmasalah klinis yang sensitif ethico-
medicolegal juga dihadapkan pada masalah yang sama yaitu
ketidakpastian. Dokter harus cakap dalam membuat keputusan klinis
sekaligus ethico-medicolegal yang bisa dipertanggungjawabkan tanpa
akhirnya merasa bersalah dan berdosa. Karena itu selain membutuhkan
keterampilan clinic reasoning yang bak, dokter juga membutuhkan
kemampuan ethico and medicolegal reasoning secara memadai dalam
praktik sehari-hari mereka.
Kecakapan seorang dokter dalam hal ethico-medicolegal reasoning
membutuhkan penguasaan yang memadai terhadap konsep-konsep
teori bioetika. Sedangkan untuk pendekatan bioetika sebagai disiplin
ilmu, yang paling mendasar adalah penelaahan filosofi yang
dimaksudkan untuk mendapatkan alasan yang logis (logical reasoning),
kejelasan konsep, koherensi dan justifikasi yang rasional. Sementara
itu dokter tidak berada tidak berada dalam tingkat kompetensi yang
setara dengan filsuf ataupun pakar agama, sebaliknya dan pakar agama
akan mendapatkan kesulitan teknis memahami dan membuat
keputusan medis yang sensitif etik. Di samping itu, persoalan medis
yang sensitive etik dalam praktik sehari-hari, bersifat sering, intensif

11
dan menuntut keputusan segera yang bisa dipertanggungjawabkan.
Akibatnya, dokter sering ragu saat harus memutuskan tindakan terbaik
atau yang benar serta depat dipertanggungjawabkan untuk diterapkan
pada pasien dalam keadaan tertentu Pertanyaan ini telah berkaitan
dengan aspek medis, tetap juga harus dipahami dalam perspektif etis.
Dalam praktik kedokteran, dokter sering menjumpai dan sadar
mengenai ketidakpastian serta keterbatasan ilmu kedokteran. Di sisi
lain dokter mempunyai kewajiban dan tanggung Jawab untuk berusaha
mengurangi terjadinya kesalahan. Pada saat itu baik posisi dokter
maupun pasien berada dalam keadaan rentan. Posisi pasien jelas karena
kesalahan bisa berdampak fatal bagi kesehatan bahkan bagi
kehidupannya. Dari sisi dokter, juga rewan karena selain perasan
bersalah secara pribadi, juga secara hukum dapat dipersalahkan karena
dianggap lalai dalam melakukan kewajibannya.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang perkembangan


teknologi dan material dalam kedokteran gigi
 Teknologi kedokteran gigi terus mengalami perubahan pesat dan
semakin modern. Sebagai contoh seseorang yang ingin membuat gigi
tiruan tanpa melalui pencetakan manual, dengan alat scan intra oral
duplikat mulut pasien dapat ditransfer ke soft word di sebuah
laboratorium dental, diterjemahkan dalam bentuk tiga dimensi.
Teknologi kedokteran gigi semakin berkembang sehingga banyak
pilihan solusi terbaru yang dapat digunakan untuk penyelesaian atau
penggobatan gigi yang sakit ataupun rusak misalnya gigi yang rusak
dengan melihat seberapa parah kerusakannya tidak mesti langsung
dicabut tapi bisa diobati

6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang etika dan hukum


kesehatan.
 Etika adalah sebuah aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam
membangun hubungan dengan manusia lainnya sebagai interaksi
sosial. Etika mempunyai tujuan tidak hanya mengatur dalam sisi

12
pergaulan namun etika juga mengatur dalam bagaimana manusia hidup
sebagai individu yang memiliki nilai di mata individu lainnya, sebagai
makhluk sosial.
Oleh karena itu etika dan hukum kesehatan memiliki kaitan erat, etika
sebagai aturan yang tertulis maupun tidak tertulis sedangkan hukum
kesehatan adalah aturan tertulis tentang pelayanan jasa di bidang
kesehatan sebagai pedoman di dalam memberikan jasa layanan
kesehatan bagi pasien. Karena kesehatan adalah kebutuhan setiap
orang untuk dilindungi dijaga agar tidak mendapatkan perlakuan yang
semena-mena oleh pelayanan kesehatan, termasuk dengan melakukan
tindakan yang sesuai dengan anjuran, profesional dalam menjalankan
tugas, baik sebelum maupun sesudah melakukan tindakan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keingintahuan mahasiswa terhadap sejarah perkembangan kedokteran gigi yang


berlandasan karena profersi dokter gigi merupakan tugas mulia bagi kehidupan manusia
dalam bidang kesehatan khususnya Gigi Mulut. Sejarah perkembangan kedokteran gigi
adalah upaya manusia untuk menemukan kebenaran memalui cara berfikir yang
sistemaris,komperensif (menyeluruh/meluas),radikal.

Seorang dokter gigi dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersikap profesional.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, pendidikan dokter gigi yang merupakan pendidikan
profesi harus didasari oleh keilmuan yang kokoh. Pendidikan dokter gigi dikembangkan dari
wawasan Ilmu Kedokteran yang mencakup ilmu pengetahuan yang mempelajari proses
tumbuh kembang manusia mulai dari saat pembuahan sampai akhir hayat, serta berbagai
konsep yang melandasi hidup dan kehidupan manusia mulai tingkat molekuler sampai
dengan tingkat individu utuh.

Etika adalah sebuah aturan yang mengatur kehidupan manusia dalam membangun
hubungan dengan manusia lainnya sebagai interaksi sosial. Oleh karena itu etika dan hukum
kesehatan memiliki kaitan erat, etika sebagai aturan yang tertulis maupun tidak tertulis
sedangkan hukum kesehatan adalah aturan tertulis tentang pelayanan jasa di bidang kesehatan
sebagai pedoman di dalam memberikan jasa layanan kesehatan bagi pasien. Karena kesehatan
adalah kebutuhan setiap orang untuk dilindungi dijaga agar tidak mendapatkan perlakuan

14
yang semena-mena oleh pelayanan kesehatan, termasuk dengan melakukan tindakan yang
sesuai dengan anjuran, profesional dalam menjalankan tugas, baik sebelum maupun sesudah
melakukan tindakan.

Daftar Pustaka

Bibliography
harapap, S. a., & Sastro, S. (2014). ilmu material dan teknologi kedokteran gigi. Retrieved 09
18, 2022

Is, M. S. (2010, januari 1). Etika Dan Hukum Kesehatan. Retrieved 09 18, 2022, from
https://books.google.co.id/books/about/Etika_Dan_Hukum_Kesehatan.html?
hl=id&id=tepADwAAQBAJ&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

IX, A. H. (2009). PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNTUK MENJAWAB


TANTANGAN DAN KEBUTUHAN MASA DEPAN DEMI KEMANDIRIAN
BANGSA. Retrieved 09 18, 2022

Rahardjo, M. (2018). Paradigma Interpretif. Retrieved 09 18, 2022

Romandhon, Y. A. (n.d.). pola pikir Etika dalam praktik kedokteran. surakarta. Retrieved 09
17, 2022

Salah, M. (2017). Etika dan Hukum Kesehatan. Retrieved 09 17, 2022

Sander, I. (2010). Sejarah Fakultas Kedokteran Gigi. Retrieved from Fakultas Kedokteran
Gii: https://fkg.unbrah.ac.id/sejarah/

Savitri, A. (2012). Konsil Kedokteran Gigi. STANDAR PENDIDIKAN PROFESI, 41.


Retrieved September 18, 2022, from
http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SPPDGI_20128.pdf

15
Savitri, A. (2012). Konsil Kedokteran Gigi. STANDART KEDOKTERAN GIGI, 41. Retrieved
09 18, 2022, from http://www.kki.go.id/assets/data/arsip/SPPDGI_20128.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai