(dental stone)
Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Selain
itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia. Di alam,
gipsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna
tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat,karbohidrat,
sedikit SiO2 atau oksida lain.15-6 Secara kimiawi, produk gipsum yang dihasilkan untuk
tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4·2H2O) murni.
Produk gipsum dapat digunakan secara umum seperti untuk membuat patung
dan sebagai bahan bangunan. Di bidang kedokteran, produk gipsum dapat digunakan
sebagai alat ortopedi. Di bidang kedokteran gigi, produk gipsum digunakan untuk
membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan
protesa gigi. Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi dikenal dengan gips
yang memiliki rumus kimia CaSO4.½H2O.
Dental stone merupakan produk gipsum yang umum dipakai dalam bidang kedokteran
gigi untuk membuat cetakan dan model. Dental stone memiliki kandungan utama berupa
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O, bentuk ini merupakan hasil pengapuran sulfat
dihidrat atau gipsum. Berdasarkan dari metode pengapuran, bentuk hemihidrat yang berbeda
dapat diperoleh yaitu α-hemihidrat atau β-hemihidrat. Dental stone mempunyai partikel
seperti α-hemihidrat dengan sifat lebih padat dan mempunyai bentuk prismatik. Apabila α-
hemihidrat dicampur dengan air, reaksi kalsium sulfat dihidrat berubah menjadi kalsium
sulfat hemihidrat dan akan menghasil kanproduk yang lebih kuat dan lebih keras. (Anusavice,
2004).
Dental stonemempunyai cara manipulasi yang mudah, stabilitas dimensi yang baik,
serta kompatibilitas dengan bahan lain (Gandhi, et.al., 2013). Dental stoneyang mempunyai
stabilitas dimensi yang baik yaitu menunjukkan perubahan dimensi yang sangat kecil pada
saat setting. Perubahan dimensi dari dental stone dapat diketahui dengan mengukur luas atau
volume permukaan (McCabe dan Walls, 2008).
Perubahan dimensi dapat dipengaruhi oleh setting ekspansi dan setting ekspansi
higroskopis. Setting ekspansi adalah perubahan volume gips setelah gips mengalami setting
yang diakibatkan oleh pertumbuhan kristal gips setelah setting. Terlepas dari produk gipsum
yang digunakan, perluasan massa dapat terjadi selama perubahan dari hemihidrat ke dihidrat.
Berdasarkan komposisi dari produk gipsum, ekspansi pada dental stone terjadi sekitar 0,00%-
0,20%. Settinge kspansi gips dapat dipengaruhi oleh rasio air-bubuk, lama pengadukan atau
mixing time, penambahan akselerator dan retarder, dan lama penyimpanan. Perbandingan
rasio antara air dan powder yang lebih rendah dari normalnya serta lamanya waktu
pengadukan gips dapat meningkatkan setting ekspansi.
Setting ekspansi higroskopis dapat terjadi jika gips pada saat initial setting
ditempatkan dalam air dan dapat menyebabkan ekspansi dua kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan ekspansi yang terjadi di udara. Hal ini terjadi karena kristal dapat
tumbuh lebih bebas dalam air dibandingkan di udara. Setting ekspansi higroskopis dapat
meningkat bila dilakukan pengurangan antara rasio air dengan bubuk dari dental stone, serta
lamanya waktu pengadukan (Anusavice, 2003). Berdasarkan spesifikasi American Dental
Association(ADA) nomer 18, batas toleransi perubahan dimensi secara klinis yang dapat
diterima sekitar 3% (Amalan, et.al.,2013).
2. Anaraki, et.al., pada tahun 2015 melakukan penelitian tentang pengaruh radiasi
gelombang mikro pada desinfeksi dental stonedalam kondisi lembab dan kering
menggunakan microwave dengan energi 600 watt selama 3,5, dan 7 menit. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terdapat pada dental stonemengalami
pengurangan yang signifikan pada penggunaan microwave dengan waktu 7 menit, sedangkan
perbandingan sampel dental stone yang lembab dan kering menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Anaraki, pada tahun 2015
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan waktu 7 menit sebagai acuan
dalam melakukan desinfeksi dental stone. Sedangkan, untuk perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu dental stonetidak dilakukan kontaminasi dengan bakteri, serta
penelitian dilakukan dengan menggunakan 3 tingkatan energi microwave pada saat desinfeksi
dental stoneyaitu 600 watt, 800 watt, dan 1000 watt.
Proses pembuatan :
komposisi dan kegunaan gipsum tipe III Gipsum tipe III diperoleh dari
gipsum yang dipanaskan pada temperatur 125oC dibawah tekanan atmosfer
sehingga menghasilkan α-kalsium sulfat hemihidrat yang lebih padat,
berbentuk prismatik, dan teratur. Karakteristik tersebut menyebabkan gipsum
tipe ini memerlukan sedikit air dan memiliki kekuatan yang lebih besar dari
pada dental plaster. Dental stone biasanya berwarna kuning, namun ada juga
warna lain seperti biru atau hijau. Komposisi dari dental stone ini adalah
calcium sulphate α-hemihydrate, zat pewarna, potassium sulfate (K2SO4)
sebagai akselerator dan borak (Na2B4O7) sebagai retarder. Gipsum tipe III
atau dental stone lebih disukai dalam pembuatan model untuk konstruksi gigi
tiruan karena memiliki kekuatan (strength), kekerasan dan keakuratan
(ketepatan) yang baik daripada dental plaster. Sifat mekanis pada gipsum tipe
III ini cukup baik, sehingga tidak mudah rusak atau tergores selama proses
pembuatan piranti restorasi atau saat mengukir malam dan juga mudah
dikeluarkan setelah proses selesai. Bahan ini sering ditujukan sebagai pembuat
model kerja dalam proses pembuatan gigi tiruan.
SETTING TIME
Setting Expansion
Pada bahan ini setting expansion dapat
ditekan sampai 0,1 – 0,14% untuk Type I dan untuk type II
±0,06.
Penggunaan
Pada umumnya dipakai sebagai bahan work
model. Tapi bila kita membutuhkan perbaikan
satu-satu gigi misalnya pembuatan Crown atau
Bridge yang modelnya disebut Die dimana
dibutuhkan kekuatan yang besar, lebih baik
dipakai Dental Stone Type II.
2. Kekuatan kompresi adalah nilai yang diperoleh dari gaya tekanan maksimal yang
menyebabkan sampel fraktur dibagi luas permukaan sampel yang diuji menggunakan
Universal Testing Machine (UTM) dengan satuan ukur MPa.
3. Dental Stone merupakan gipsum tipe III dengan sediaan bubuk yang memiliki kandungan
utama calcium suphate α-hemihydrate lebih padat, berbentuk prismatik, dan teratur.
pembuatan Sampel
1. Pipa paralon bagian dasarnya diikat dengan plastik tebal dan karet agar alas gipsum tidak
menempel, kemudian bagian dalam pipa diolesi dengan vaselin.
1. Akuades sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah ditimbang dituang
kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen selama 1 menit.
Pengadukan dengan dental vacuum mixer.
2. Campuran akuades dan bubuk dental stone yang telah homogen dimasukkan kedalam
cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula hingga penuh dan rata.
3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi. Sampel
digetarkan pada vibrator
4. Setelah mengeras ± 12 menit sampel dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.
1. Larutan sodium hipoklorit 0,5% sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah
ditimbang dituang kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen
selama 1 menit.
2. Campuran larutan sodium hipoklorit 0,5% dan bubuk dental stone yang telah homogen
dimasukkan kedalam cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula
hingga penuh dan rata.
3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi.
4. Setelah mengeras ± 12 menit sample dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.
1. Larutan povidon Iodin 10% sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah
ditimbang dituang kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen
selama 1 menit.
2. Campuran larutan povidon Iodin 10% dan bubuk dental stone yang telah homogen
dimasukkan kedalam cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula
hingga penuh dan rata.
3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi.
4. Setelah mengeras ± 12 menit sampel dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.
Uji Data
Untuk melihat perbedaan kekuatan kompresi dental stone setelah
pencampuran dengan akuades, larutan sodium hipoklorit 0,5% dan povidon
iodin 10%, dilakukan uji normalitas data menggunakan Saphiro-Wilk, dan
diperolah bahwa data terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji data
dengan uji One Way ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji post hoc test (LSD)
nilai signifikansi (p ≤0,05).
Hasil penelitian didapat setelah pengujian sampel dan diperoleh nilai rerata dan standar
deviasi (SD) kekuatan kompresi dental stone dari masing-masing kelompok, yaitu kelompok
kontrol, kelompok dental stone yang dicampur larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5%
dan povidon iodin 10% berturut-turut adalah 32,26±1,72 MPa, 38,70±3,09MPa,30,41±2,16
MPa. Dari data tersebut dapat terlihat adanya perbedaan nilai kekuatan kompresi pada
masing-masing kelompok, dan nilai kekuatan kompresi yang tertinggi adalah kelompok
dental stone setelah pencampuran sodium hipoklorit 0,5%, lalu diikuti kelompok kontrol dan
kelompok dental stonesetelah pencampuran povidon iodin 10%.
Sebelum dilakukan uji analisis antar kelompok perlakuan, dilakukan uji normalitas dan
homogenitas dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk pada data, diperoleh bahwa data
terdistribusi normal karena nilai (p≥0,05), sehingga analisis data dapat dilanjutkan dengan
uji One Way Anova (p≤0,05).
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya perbedaan nilai kekuatan kompresi dental
stone setelah pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% dan povidon iodin
10%. Diperoleh rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi dental stone yang dicampur
larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% yaitu 38,70±3,09MPa, nilai rerata dan standar
deviasi kelompok kontrol sebesar 32,26±1,72 MPa. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% pada dental stone memiliki nilai
kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zarakani dkk. (2013), bahwa desinfeksi
dengan metode pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% pada dental
stonemenunjukkan peningkatan kekuatan kompresi dibandingkan dengan tanpa pencampuran
(kelompok kontrol). Hal ini disebabkan larutan sodium hipoklorit dapat berperan sebagai
katalis pada reaksi yang mempercepat larutnya calcium sulfate hemihydrate sehingga
membentuk massa (kristalisasi) yang menebal dan kemudian membentuk seperti kelompok-
kelompok jarum yang disebut spherulites, kristalkristal gipsum akan menjalin dan berikatan
satu sama lain sehingga membentuk struktur gipsum yang padat, kuat dan memperpendek
setting time.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdelaziz dkk. (2002), pencampuran
larutan povidon iodin 10% dengan dental stone menyebabkan penurunan nilai kekuatan
kompresi. Hal ini disebabkan tingginya konsentrasi povidon iodin 10% sehingga partikel
hemihidrat terbentuk sedikit, tingginya konsentrasi akan menjauhkan kristal-kristal dari
gipsum yang berdampak terjadinya porositas pada campuran gipsum, semakin besar porositas
maka akan semakin kecil kekuatan kering yang dihasilkan dan semakin rendah kekuatan
kompresinya. Namun, penurunan kekuatan kompresi pencampuran povidon iodin pada dental
stone dalam nilai yang masih dapat diterima secara klinis sesuai dengan standar American
Dental Association No.25.
Kekuatan kompresi yang meningkat pada dental stone menunjukkan bahwa dental stone
semakin kuat dalam menahan gaya tekan dan fraktur, dimana pencampuran larutan
desinfektan sodium hipoklorit pada dental stone cukup efektif dan efisien untuk
mendesinfeksi model gigi karena memiliki antibakteri dan sangat efektif melawan virus. Al-
kahfaji dkk. (2013), mengemukakan bahwa desinfeksi sebaiknya dilakukan tanpa
menyebabkan perubahan kualitas model gipsum, sehingga teknik pencampuran larutan
desinfektan dapat dijadikan alternatif. Lucas dkk. (2009), mengemukakan bahwa larutan
desinfektan yang digunakan juga harus dapat membunuh agen infeksi tanpa menurunkan
kualitas model. Salah satu keuntungan metode desinfeksi pencampuran larutan desinfektan
yaitu lebih cepat dan tidak memakan banyak waktu lama dan tidak mempengaruhi hasil akhir
model gipsum, selain itu larutan desinfektan ini sering digunakan di kedokteran gigi dan
mudah ditemukan di pasaran.
Kesimpulan