Anda di halaman 1dari 9

GIPSUM

(dental stone)

Gipsum merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Selain
itu, gipsum juga merupakan produk samping dari berbagai proses kimia. Di alam,
gipsum merupakan massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna
tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat,karbohidrat,
sedikit SiO2 atau oksida lain.15-6 Secara kimiawi, produk gipsum yang dihasilkan untuk
tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4·2H2O) murni.

Produk gipsum dapat digunakan secara umum seperti untuk membuat patung
dan sebagai bahan bangunan. Di bidang kedokteran, produk gipsum dapat digunakan
sebagai alat ortopedi. Di bidang kedokteran gigi, produk gipsum digunakan untuk
membuat model dari rongga mulut serta struktur maksilofasial dan sebagai piranti
penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan
protesa gigi. Produk gipsum yang digunakan dalam kedokteran gigi dikenal dengan gips
yang memiliki rumus kimia CaSO4.½H2O.

Dental stone merupakan produk gipsum yang umum dipakai dalam bidang kedokteran
gigi untuk membuat cetakan dan model. Dental stone memiliki kandungan utama berupa
kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4)2. H2O, bentuk ini merupakan hasil pengapuran sulfat
dihidrat atau gipsum. Berdasarkan dari metode pengapuran, bentuk hemihidrat yang berbeda
dapat diperoleh yaitu α-hemihidrat atau β-hemihidrat. Dental stone mempunyai partikel
seperti α-hemihidrat dengan sifat lebih padat dan mempunyai bentuk prismatik. Apabila α-
hemihidrat dicampur dengan air, reaksi kalsium sulfat dihidrat berubah menjadi kalsium
sulfat hemihidrat dan akan menghasil kanproduk yang lebih kuat dan lebih keras. (Anusavice,
2004).

Dental stonemempunyai cara manipulasi yang mudah, stabilitas dimensi yang baik,
serta kompatibilitas dengan bahan lain (Gandhi, et.al., 2013). Dental stoneyang mempunyai
stabilitas dimensi yang baik yaitu menunjukkan perubahan dimensi yang sangat kecil pada
saat setting. Perubahan dimensi dari dental stone dapat diketahui dengan mengukur luas atau
volume permukaan (McCabe dan Walls, 2008).

Perubahan dimensi dapat dipengaruhi oleh setting ekspansi dan setting ekspansi
higroskopis. Setting ekspansi adalah perubahan volume gips setelah gips mengalami setting
yang diakibatkan oleh pertumbuhan kristal gips setelah setting. Terlepas dari produk gipsum
yang digunakan, perluasan massa dapat terjadi selama perubahan dari hemihidrat ke dihidrat.
Berdasarkan komposisi dari produk gipsum, ekspansi pada dental stone terjadi sekitar 0,00%-
0,20%. Settinge kspansi gips dapat dipengaruhi oleh rasio air-bubuk, lama pengadukan atau
mixing time, penambahan akselerator dan retarder, dan lama penyimpanan. Perbandingan
rasio antara air dan powder yang lebih rendah dari normalnya serta lamanya waktu
pengadukan gips dapat meningkatkan setting ekspansi.
Setting ekspansi higroskopis dapat terjadi jika gips pada saat initial setting
ditempatkan dalam air dan dapat menyebabkan ekspansi dua kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan ekspansi yang terjadi di udara. Hal ini terjadi karena kristal dapat
tumbuh lebih bebas dalam air dibandingkan di udara. Setting ekspansi higroskopis dapat
meningkat bila dilakukan pengurangan antara rasio air dengan bubuk dari dental stone, serta
lamanya waktu pengadukan (Anusavice, 2003). Berdasarkan spesifikasi American Dental
Association(ADA) nomer 18, batas toleransi perubahan dimensi secara klinis yang dapat
diterima sekitar 3% (Amalan, et.al.,2013).

Beberapa macam metode desinfeksi menurut American Dental Association (ADA),


yaitu secara kimia dan panas. Desinfeksi secara kimia dapat dilakukan dengan teknik
perendaman dalam larutan kimia dan penyemprotan atau teknik spray. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa teknik desinfeksi tersebut dapat merubah sifat dental stoneseperti
tertundanya setting time, perubahan settinge kspansi, kekuatan tekan, kekuatan tarik, dan
stabilitas dimensi dari dental stonetersebut (Abass, 2009). Penggunaan bahan kimia dapat
menimbulkan beberapa kerugian seperti bahan kimia yang digunakan harus selalu baru, lebih
mahal, menurunkan kekuatan tekan, dan merubah stabilitas dimensi dari dental stone( Bhat,
et.al., 2012).

Sebuah penelitian in vitro pernah dilakukan mengenai pengaruh radiasi microwave


pada desinfeksi dental stone. Peneliti mengungkapkan bahwa terdapat pengurangan bakteri
yang signifikan pada dental stoneyang di desinfeksi dengan microwave selama 7 menit
dengan energi 600 watt (Anaraki, et.al., 2015). Hal ini terjadi karena microwave merupakan
alat yang dapat menghasilkan gelombang elektromagnetik, yang diperoleh dari generator
yang disebut sebagai magnetron. Prinsip pemanasan dari microwave yaitumicrowave dapat
menyebabkan molekul polar menyebar karena molekul elektriktidak seimbang. Getaran
molekul dapat menghasilkan panas dan kenaikan suhu yang menyebabkan mikroorganisme
berkurang. Mikroorganisme dapat berkurang setelah dilakukan desinfeksi panas
menggunakan microwave karena mikroorganisme terdiri dari molekul polar yang ketika
terkena frekuensi tinggi, dapat menyebabkan kerusakan dari struktur mikroba (Meghashri,
et.al., 2014).

Penggunaan tingkat energi pemanasan microwave yang terlalu tinggi dapat


membahayakan bagi dental stone. Tingkat energi yang terlalu tinggi dapat memberikan efek
yang merugikan bila ditinjau dari aspek fisik dan mekanik yaitu dapat mempengaruhi
kekerasan permukaan, kekasaran permukaan, dan perubahan dimensi pada dental
stone(Anaraki, et.al., 2015). Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh
tingkat energi microwave terhadap perubahan dimensi dental stone.

1) Beberapa penelitian yang berkaitan dengan metode desinfeksi terhadap

stabilitas dimensi dental stonetelah dilakukan antara lain oleh :

1. Anaraki, et.al., tahun 2013 melakukan penelitian membandingkan waktu desinfeksi


dental stoneyang dilakukan menggunakan tingkat energi microwave yang berbeda dengan
desinfeksi dental stoneyang menggunakan berbagai konsentrasi larutan natrium hipoklorit.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa desinfeksi dengan menggunakan energi
microwave 600 watt selama 3 menit dapat menghilangkan bakteri pada dental stone, sama
halnya menggunakan desinfeksi dengan larutan natrium hipoklorit pada konsentrasi 0,06%
selama 2 menit juga dapat menghilangkan bakteri pada dental stone. Persamaan penelitian
yang telah dilakukan oleh Anaraki et.al., pada tahun 2013 dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu menggunakan microwave dengan tingkat energi yang berbeda untuk
desinfeksi dental stone. Perbedaannya yaitu tidak menggunakan larutan kimia dalam
mendesinfeksi dental stonedan dental stonetidak dilakukan kontaminasi dengan bakteri.

2. Anaraki, et.al., pada tahun 2015 melakukan penelitian tentang pengaruh radiasi
gelombang mikro pada desinfeksi dental stonedalam kondisi lembab dan kering
menggunakan microwave dengan energi 600 watt selama 3,5, dan 7 menit. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme yang terdapat pada dental stonemengalami
pengurangan yang signifikan pada penggunaan microwave dengan waktu 7 menit, sedangkan
perbandingan sampel dental stone yang lembab dan kering menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan. Persamaan penelitian yang telah dilakukan oleh Anaraki, pada tahun 2015
dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu menggunakan waktu 7 menit sebagai acuan
dalam melakukan desinfeksi dental stone. Sedangkan, untuk perbedaan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu dental stonetidak dilakukan kontaminasi dengan bakteri, serta
penelitian dilakukan dengan menggunakan 3 tingkatan energi microwave pada saat desinfeksi
dental stoneyaitu 600 watt, 800 watt, dan 1000 watt.

Proses pembuatan :

Ca SO4 2H2O (Ca SO4) 2H2O Ca SO4110O–130OC130O–200OC

Gypsum Plaster of Paris----------------- Ca SO4200O–1000OC Natural anhydrida


(Orthorhombic)

2) Proses Pembentukan Gips Kedokteran Gigi

Kalsinasi merupakan proses pemanasan gipsum untuk mendehidrasinya (sebagian


ataupun seluruhnya) untuk membentuk kalsium sulfat hemihidrat. Plaster dan stone
merupakan hasil dari proses dehidrasi gipsum. Proses kalsinasi yang menentukan
kekuatan suatu bahan gips. Perbedaan dalam tipe-tipe gips berhubungan dengan jumlah air
yang dihilangkan dimana akan menghasilkan densit yang beragam dan ukuran partikel bahan
gips yang berbeda. Proses kalsinasi yang berbeda akan menghasilkan tipe gips yang
berbeda.

a. Dental Stone (Tipe III)


i. Gips tipe III (Dental Stone) terdiri dari hidrokal/ α-hemihidrat dan zat
tambahan untuk mengontrol setting time, serta zat pewarna untuk
membedakannya dengan bahan dari plaster yang umumnya berwarna
putih. α-hemihidrat terdiri dari partikel yang lebih kecil dan teratur
dalam bentuk batang atau prisma dan bersifat tidak poreus
sehingga membutuhkan air yang lebih sedikit ketika dicampur
bila dibandingkan dengan β-hemihidrat. Gips tipe III ideal digunakan
untuk membuat model kerja yang memerlukan kekuatan dan
ketahanan abrasif yang tinggi seperti pada konstruksi protesa dan
model ortodonsi. Kekuatan kompresi gips tipe III berkisar antara
20,7 MPa (3000 psi) – 34,5 MPa (5000 psi)

ii. Gipsum tipe III (Dental stone)

komposisi dan kegunaan gipsum tipe III Gipsum tipe III diperoleh dari
gipsum yang dipanaskan pada temperatur 125oC dibawah tekanan atmosfer
sehingga menghasilkan α-kalsium sulfat hemihidrat yang lebih padat,
berbentuk prismatik, dan teratur. Karakteristik tersebut menyebabkan gipsum
tipe ini memerlukan sedikit air dan memiliki kekuatan yang lebih besar dari
pada dental plaster. Dental stone biasanya berwarna kuning, namun ada juga
warna lain seperti biru atau hijau. Komposisi dari dental stone ini adalah
calcium sulphate α-hemihydrate, zat pewarna, potassium sulfate (K2SO4)
sebagai akselerator dan borak (Na2B4O7) sebagai retarder. Gipsum tipe III
atau dental stone lebih disukai dalam pembuatan model untuk konstruksi gigi
tiruan karena memiliki kekuatan (strength), kekerasan dan keakuratan
(ketepatan) yang baik daripada dental plaster. Sifat mekanis pada gipsum tipe
III ini cukup baik, sehingga tidak mudah rusak atau tergores selama proses
pembuatan piranti restorasi atau saat mengukir malam dan juga mudah
dikeluarkan setelah proses selesai. Bahan ini sering ditujukan sebagai pembuat
model kerja dalam proses pembuatan gigi tiruan.

b. Dental Stone, High-Strength (Tipe IV)


i. Gips tipe IV (Dental Stone, High Strength) terdiri dari densit
yang memiliki bentuk partikel kuboidal dengan daerah permukaan
yang lebih kecil sehingga partikelnya paling padat dan halus bila
dibandingkan dengan β-hemihidrat dan hidrokal. Gips tipe IV
sering dikenal sebagai die stone sebab gips tipe IV ini sangat
cocok digunakan untuk membuat pola malam dari suatu restorasi,
umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan jembatan
gigi tiruan. Diperlukan permukaan yang keras dan tahan abrasi karena
preparasi kavitas diisi dengan malam dan diukir menggunakan
instrumen tajam hingga selaras dengan tepi-tepi dai.
c. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)
Adanya penambahan terbaru pada klasifikasi produk gipsum ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan dental stone yang memiliki kekuatan serta
ekspansi lebih tinggi. Pembuatan gips tipe V sama seperti gips tipe IV
namun gips tipe V memiliki kandungan garam lebih sedikit untuk
meningkatkan setting ekspansinya. Gips tipe V memiliki setting ekspansi
sekitar 0,1% - 0,3% untuk mengkompensasi pengerutan casting yang
lebih besar pada pemadatan logam campur Kekuatan yang lebih tinggi
diperoleh dengan menurunkan rasio air-bubuk. Gips tipe V umumnya
sebagai dai untuk pembuatan bahan logam campur yang memiliki
pengerutan tinggi. Bahan ini umumnya berwarna biru atau hijau dan
merupakan produk gipsum yang paling mahal.

3) Dental stone lebih kuat dibanding plaster of paris


 α–Hemihydrate lebih sedikit mengambil air dlm reaksinya. α–
Hemihydrate mempunyai kristal-kristal yang lebih teratur dan tidak
poreus dari -Hemihydrate.
Dental Stone
 Secara khemis disebut juga α –Hemihydrate (Hydrocal).
 Bentuk partikelnya : -halus
 -non poreus.
 W/P ratio Type I 0,28 – 0,30
 Type II max 0,25
 Strength Type I 3000 – 4250 kg/in2
 Type II ± 5000 kg/in2

SETTING TIME

material W/P Ratio spatulation Initial ST


(ml/gr) (menit)

Dental stone 0,22 100/menit 4


0,30 7
0,33 8

 Setting Expansion
Pada bahan ini setting expansion dapat
ditekan sampai 0,1 – 0,14% untuk Type I dan untuk type II
±0,06.
 Penggunaan
Pada umumnya dipakai sebagai bahan work
model. Tapi bila kita membutuhkan perbaikan
satu-satu gigi misalnya pembuatan Crown atau
Bridge yang modelnya disebut Die dimana
dibutuhkan kekuatan yang besar, lebih baik
dipakai Dental Stone Type II.

Kekuatan Kompresi Dental Stone Setelah Pencampuran Larutan Desinfektan Sodium


Hipoklorit 0,5% dan Povidon Iodin 10%.
 Definisi Operasional

1. Larutan desinfektan merupakan larutan yang adekuat mengurangi atau menghilangkan


jumlah patogen pada permukaan benda mati atau objek, dalam penelitian ini menggunakan
larutan sodium hipoklorit 0,5% sebanyak 30 ml dicampur 100 gr dental stone dan povidon
iodin 10% sebanyak 30 ml dicampur 100 gr dental stone.

2. Kekuatan kompresi adalah nilai yang diperoleh dari gaya tekanan maksimal yang
menyebabkan sampel fraktur dibagi luas permukaan sampel yang diuji menggunakan
Universal Testing Machine (UTM) dengan satuan ukur MPa.

3. Dental Stone merupakan gipsum tipe III dengan sediaan bubuk yang memiliki kandungan
utama calcium suphate α-hemihydrate lebih padat, berbentuk prismatik, dan teratur.

pembuatan Sampel

1. Pipa paralon bagian dasarnya diikat dengan plastik tebal dan karet agar alas gipsum tidak
menempel, kemudian bagian dalam pipa diolesi dengan vaselin.

2. Kemudian sampel dibuat berdasarkan kelompok perlakuan:

A. (Bubuk dental stone + akuades)

1. Akuades sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah ditimbang dituang
kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen selama 1 menit.
Pengadukan dengan dental vacuum mixer.

2. Campuran akuades dan bubuk dental stone yang telah homogen dimasukkan kedalam
cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula hingga penuh dan rata.

3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi. Sampel
digetarkan pada vibrator

4. Setelah mengeras ± 12 menit sampel dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.

B. (Bubuk dental stone + Larutan sodium hipoklorit 0,5%)

1. Larutan sodium hipoklorit 0,5% sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah
ditimbang dituang kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen
selama 1 menit.

2. Campuran larutan sodium hipoklorit 0,5% dan bubuk dental stone yang telah homogen
dimasukkan kedalam cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula
hingga penuh dan rata.
3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi.

4. Setelah mengeras ± 12 menit sample dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.

C. (Bubuk dental stone + povidon Iodin 10%)

1. Larutan povidon Iodin 10% sebanyak 30 ml dan 100 gr bubuk dental stone yang telah
ditimbang dituang kedalam wadah dental vacuum mixer, kemudian diaduk hingga homogen
selama 1 menit.

2. Campuran larutan povidon Iodin 10% dan bubuk dental stone yang telah homogen
dimasukkan kedalam cetakan berdiameter 20 mm dan tinggi 40 mm dengan bantuan spatula
hingga penuh dan rata.

3. Cetakan yang telah terisi dental stone diletakkan pada alat vibrator, kemudian digetarkan
selama beberapa detik, lalu ditutup dengan tutup paralon agar tidak terkontaminasi.

4. Setelah mengeras ± 12 menit sampel dikeluarkan dan diukur diameter serta tinggi masing-
masing sampe l dari setiap kelompok.

 Uji Data
Untuk melihat perbedaan kekuatan kompresi dental stone setelah
pencampuran dengan akuades, larutan sodium hipoklorit 0,5% dan povidon
iodin 10%, dilakukan uji normalitas data menggunakan Saphiro-Wilk, dan
diperolah bahwa data terdistribusi normal, kemudian dilakukan uji data
dengan uji One Way ANOVA lalu dilanjutkan dengan uji post hoc test (LSD)
nilai signifikansi (p ≤0,05).

4). Hasil Pengujian Kekuatan Kompresi Dental Stone

Hasil penelitian didapat setelah pengujian sampel dan diperoleh nilai rerata dan standar
deviasi (SD) kekuatan kompresi dental stone dari masing-masing kelompok, yaitu kelompok
kontrol, kelompok dental stone yang dicampur larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5%
dan povidon iodin 10% berturut-turut adalah 32,26±1,72 MPa, 38,70±3,09MPa,30,41±2,16
MPa. Dari data tersebut dapat terlihat adanya perbedaan nilai kekuatan kompresi pada
masing-masing kelompok, dan nilai kekuatan kompresi yang tertinggi adalah kelompok
dental stone setelah pencampuran sodium hipoklorit 0,5%, lalu diikuti kelompok kontrol dan
kelompok dental stonesetelah pencampuran povidon iodin 10%.

5).Uji Data Hasil Penelitian Kekuatan Kompresi Dental Stone

Sebelum dilakukan uji analisis antar kelompok perlakuan, dilakukan uji normalitas dan
homogenitas dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk pada data, diperoleh bahwa data
terdistribusi normal karena nilai (p≥0,05), sehingga analisis data dapat dilanjutkan dengan
uji One Way Anova (p≤0,05).
Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya perbedaan nilai kekuatan kompresi dental
stone setelah pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% dan povidon iodin
10%. Diperoleh rerata dan standar deviasi kekuatan kompresi dental stone yang dicampur
larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% yaitu 38,70±3,09MPa, nilai rerata dan standar
deviasi kelompok kontrol sebesar 32,26±1,72 MPa. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% pada dental stone memiliki nilai
kekuatan kompresi yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zarakani dkk. (2013), bahwa desinfeksi
dengan metode pencampuran larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% pada dental
stonemenunjukkan peningkatan kekuatan kompresi dibandingkan dengan tanpa pencampuran
(kelompok kontrol). Hal ini disebabkan larutan sodium hipoklorit dapat berperan sebagai
katalis pada reaksi yang mempercepat larutnya calcium sulfate hemihydrate sehingga
membentuk massa (kristalisasi) yang menebal dan kemudian membentuk seperti kelompok-
kelompok jarum yang disebut spherulites, kristalkristal gipsum akan menjalin dan berikatan
satu sama lain sehingga membentuk struktur gipsum yang padat, kuat dan memperpendek
setting time.

Namun, bila dibandingkan hasil penelitian mengenai pencampuran larutan sodium


hipoklorit 0,5% dengan dental stone terdapat perbedaan hasil yang diperoleh, dalam
penelitian Abdelaziz dkk. (2002), hasilnya menunjukkan penurunan kekuatan kompresi
gipsum tipe III dan tipe IV setelah pencampuran sodium hipoklorit 0,5% dibanding tanpa
pencampuran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah prosedur penelitian dan diameter
sampel yang berbeda.Hasil penelitian mengenai pencampuran dental stone pada povidon
iodin 10% diperoleh hasil rerata dan standar deviasi yaitu 30,41±2,16 MPa, bila
dibandingkan rerata dan standar deviasi kelompok kontrol yaitu 32,26±1,72 MPa. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa pencampuran larutan desinfektan povidon iodin 10% pada
dental stone memiliki nilai yang lebih rendah dari pada kelompok kontrol. Namun, tidak
memiliki perbedaan yang bermakna dengan kelompok kontrol.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdelaziz dkk. (2002), pencampuran
larutan povidon iodin 10% dengan dental stone menyebabkan penurunan nilai kekuatan
kompresi. Hal ini disebabkan tingginya konsentrasi povidon iodin 10% sehingga partikel
hemihidrat terbentuk sedikit, tingginya konsentrasi akan menjauhkan kristal-kristal dari
gipsum yang berdampak terjadinya porositas pada campuran gipsum, semakin besar porositas
maka akan semakin kecil kekuatan kering yang dihasilkan dan semakin rendah kekuatan
kompresinya. Namun, penurunan kekuatan kompresi pencampuran povidon iodin pada dental
stone dalam nilai yang masih dapat diterima secara klinis sesuai dengan standar American
Dental Association No.25.

Kekuatan kompresi yang meningkat pada dental stone menunjukkan bahwa dental stone
semakin kuat dalam menahan gaya tekan dan fraktur, dimana pencampuran larutan
desinfektan sodium hipoklorit pada dental stone cukup efektif dan efisien untuk
mendesinfeksi model gigi karena memiliki antibakteri dan sangat efektif melawan virus. Al-
kahfaji dkk. (2013), mengemukakan bahwa desinfeksi sebaiknya dilakukan tanpa
menyebabkan perubahan kualitas model gipsum, sehingga teknik pencampuran larutan
desinfektan dapat dijadikan alternatif. Lucas dkk. (2009), mengemukakan bahwa larutan
desinfektan yang digunakan juga harus dapat membunuh agen infeksi tanpa menurunkan
kualitas model. Salah satu keuntungan metode desinfeksi pencampuran larutan desinfektan
yaitu lebih cepat dan tidak memakan banyak waktu lama dan tidak mempengaruhi hasil akhir
model gipsum, selain itu larutan desinfektan ini sering digunakan di kedokteran gigi dan
mudah ditemukan di pasaran.

Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaankekuatan kompresi


dental stone setelah pencampuran akuades, larutan desinfektan sodium hipoklorit 0,5% dan
povidon iodin 10%. Kelompok perlakuan dental stone yang dicampur larutan desinfektan
sodium hipoklorit 0,5% merupakan kelompok perlakuan yang memiliki kekuatan kompresi
yang lebih tinggi dari pada pencampuran dental stone dengan air dan larutan desinfektan
povidon iodin 10%.

Anda mungkin juga menyukai