Anda di halaman 1dari 13

Gips adalah kalsium sulfat dihidrat,CaSO4.2H2O.

Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk


menghilangkan kadar airnya, gips berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O,dan
pada temperatur lebih tinggi, anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut;
Gips sampai 130o CaSO4.2H2O
Hemihidrat sampai 200o (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4
(Richard dkk, 2002)
Porositas ini terjadi karena pengadukan dan lama waktu diatas vibrator belum mencapai 1 menit
sehingga udara masih terjebak dalam adonan. Porsentasi kemungkinan terjadinya porositas dalam
manipulasi gips lebih besar untuk adonan yang lebih encer, karena semakin banyak air berarti
semakin banyak H2O yang menimbulkan gelembung udara dan dapat mengakibatkan porositas.
Namun hal ini sebenarnya bisa dihindari jika dalam pengerjaannya operator (praktikan) lebih teliti
dan hati hati dalam melakukan pengadukan
Setelah semuanya dingin panas sudah tidak teraba dengan tangan, balok boleh dibuka. Faktor
kesalahan dari praktikum yang telah dilakukan yaitu terbentuknya lubang-lubang kecil atau porus
pada gypsum. Hal ini disebabkan oleh tidak sempurnanya dalam proses penuangan dan kesalahan
praktikan pada saat menggunakan vibrator yang tidak sempurna. Kemudian ketiga gypsum tersebut
dibentuk lagi dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 3,5 dengan menggunaan pisau gips. Supaya gypsum halus,
maka dihaluskan dengan menggunakan kertas gosok.
Dari praktikum Gips kali ini, kita dapat menarik kesimpulan bahwa:
Dalam melakukan manipulasi gips perlu diperhatikan atara lain adalah:
o Penyimpanan
o Kebersihan alat untuk manipulasi
o Rasio atau perbandingan air dan powder
o Waktu Pengadukan
o Initial setting-working time
o Final setting
o Pemberian bahan separator
o Hindari terjebaknya udara bias dengan menggunakan vibrator
Gips mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
o Menghasilkan detail yang halus
o Dimensionalnya akurat
o Sifat mekanis yang kuat
Dari data hasil pratikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa waktu setting dari
gypsum dipengaruhi oleh W/P rasio dan komposisinya. Semakin banyak powdernya, semakin kental
pula campuran tersebut. Semakin kental gypsum maka semakin cepat pula waktu settingnya.
Semakin encer gypsum tersebut maka semakin lambat pula waktu settingnya.
DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th edition. United
State of America : Mosby.
Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for Dental Assistants and
Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.
Van Noorth, Richard. 2002. Dental Material second edition. London : Mosby.
Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for Students. Blackwell Scientific
Publication.

Setting time didapatkan dari 3 pembagian waktu yaitu :
Mixing time merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk dimulai dari
penambahan bubuk ke dalam air hingga siap dimasukkan ke dalam cetakan
(Annusavice, 2004). Sebelum pengadukan dimulai bubuk direndam terlebih dahulu
dalam air selama 30 detik untuk mengurangi gelembung udara yang terjebak di
dalamnya. (Craig & Powers, 2002)
Initial setting time adalah saat kristal hemihidrat bereaksi membentuk kristal dihidrat.
Kekentalan material meningkat, tidak bisa lagi dituang, material menjadi kaku tapi
tidak keras (Manappallil, 2003). Initial setting time di uji menggunakan jarum Gillmore
yang lebih besar dengan beban yang ringan (Annusavice, 2004).
Final setting time adalah waktu ketika material dapat dilepaskan dari cetakan tanpa
mengalami distorsi atau fraktur (Manappallil,2003). Final setting time diuji dengan
jarum Gillmor e yang lebih kecil dengan beban yang berat (Annusavice, 2004).
Berdasarkan spesifikasi ANSI/ADA No. 25, setting time untuk gips plaster dan gips
stone adalah 124 menit, sedangkan gips investment adalah 5-25 menit.
Berdasarkan hasil praktikum kelompok kami, urutan setting time gips dari yang
paling cepat adalah gips stone-gips investment-gips plaster. Mengacu kepada ANSI/ADA
No. 25, setting time yang kami peroleh untuk gips investment sesuai dengan standar, tetapi
untuk gips stone waktu yang didapatkan lebih cepat dibandingkan dengan standar, dan waktu
setting yang didapatkan untuk gips plaster lebih lama dari standar.
Waktu setting gips yang didapatkan dari hasil percobaan berbeda dengan literatur yang kami
dapatkan, hal ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Perbedaan komposisi masing-masing gips
Gips stone dan gips plaster : (CaSO
4
)
2
H
2
O kalsium sulfat hemihidrat.
(Annusavice,2004)
Gips Investment : material refraktori (SiO
2
), material pengikat (-kasium sulfat
hemihidrat,sodium silikat, etil silikat, ammonium sulfat) dan bahan kimia lain (sodium
klorida, asam borak, potasium sulfat, graphite). (Van Noort, 1994)
2. Perbedaan partikel masing-masing gips
Gips plaster (-hemihidrat) ; paling irreguler, kristalnya menyerupai spons dan
memiliki bentuk yang tidak teratur
Gips stone (-hemihidrat) ; lebih reguler dan lebih teratur bentuknya dibandingkan
dengan plaster, kristalnya berbentuk prismatik dan bersifat lebih padat
Gips Investment : paling reguler (Annusavice,2004)

3. W/P ratio
Semakin banyak air yang digunakan maka setting time akan semakin lama begitu pula
sebaliknya. (Manappallil,2003)
4. Mixing dan spatulasi
Semakin cepat spatulasi, maka setting time akan semakin pendek.
(Manappallil,2003)

1. KESIMPULAN
Urutan setting time dari yang paling cepat berdasarkan hasil praktikum adalah gips stone-
gips investment-gips plaster.

2. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, K. J., 2004, Phillips Science of Dental Material, 10
th
ed., WB Saunders
Company, Philadelphia
Craig, R.G. and Powers, J.M., 2002, Restorative Dental Material 11
th
edition, Mosby
inc : St Louis
Manappallil,J.J., 2003, Basic Dental Materials 2nd ed., Jaypee Brothers, New Delhi
Van Noort, Richard., 1994, Introduction to Dental Material, Mosby : University of
Sheffield, UK


ngampunglewat..
Sabtu, 30 April 2011
laptut skenario gips 3
3.2 KOMPOSISI GIPSUM

Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum
tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan tertentu.
Misalnya, stone kedokterangigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan sebagai
bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan cetakan melalui
undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan stone ).
Gypsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga
mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratoriumkedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu
bahan yang sering digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar /
komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO
4
.2H
2
O) yang
dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi bubuk gips. Gips telah ditemukan dan
digunakan sebagai dental cast (bahan cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk, 2003).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi.
Gypsum sendiri dapat dibagi menjadidua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu :
Plaster dan stone gigi.Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk
hemihidrat yangberbeda dapat diperoleh.
Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO
4
.2H
2
O), pada saat
panas, akan kehilangan 1,5 gr mol dari H
2
O dan bersifat kalsium sulfat hemihidrat
(CaSO
4
.H
2
O), atau bisa juga ditulis (CaSO
4
)
2
H
2
O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur
dengan air, reaksi berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat
dihidrat. Oleh karena itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari calsium sulfat
hemihidrat tersusun secara reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392). Gips apabila
dipanaskan dalam bejana terbuka dengan temperatur 110
0
C 120
0
C menghasilkan
hemihidrat atau gips lunak yang lebih dikenal dengan sebutan Plaster of Paris. Apabila gips
dipanaskan dalam autoclaved pada tekanan uap pada temperatur 120
0
C - 130
0
C
menghasilkan hemihidrat atau lebih dikenal dengan sebutan gips keras (Dental Stone)
(Combe, 1992 : 320).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO
4
)
2
.H
2
O, dan pada temperatur lebih tinggi,
anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut :
Gips pada suhu 130 C CaSO
4.
2H
2
O
Hemihidrat pada suhu 200 C (CaSO
4
)
2
.H
2
O
Anhidrat CaSo
4
(Richard dkk, 2002)

3.3 MANIPULASI GIPSUM
Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan Plaster atau gips
dengan air atau larutan PE dengan perbandingan 100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga
agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat
muncul di permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992).
Untuk lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan
dibuat.

Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi
dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka
waktu setting akan lebih cepat dan diperoleh hasil gips yang lunak. Karena kekuatan suatu
stone secara tidak langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk
mempertahankan jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu rendah sehingga
adukan tidak mengalir ke dalam setiap detail cetakan. Sekali rasio W:P otimal ditentukan,
menggunakan rasio W:P yang dianjurkan pabrik sebagai pedoman takaran yang harus selalu
digunakan. Air dan bubuk harus selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur
volume air yang akurat dan menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh
diukur dengan volume (menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam.
Sendok penakar tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta
bubuk bisa menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan
dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara. Bubuk dalam kantung
yang sudah ditimbang menjadi populer, karena memiliki keakuratan, mengurangi sisa, dan
menghemat waktu.

Pengadukan
Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolik, halus,
dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang
nyaman dipegang. Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porus
yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur
jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang
ditaburkan. Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu spatula
ke dalam mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta memecahkan
endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai diperoleh adukan yang
halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan berarti mengurangi waktu
kerja, khususnya untuk menuang model.
Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi
yang tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam
massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama
ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.

Vibrator
Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator
untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya
gelembung udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude yang
tinggi adalah membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat
menyebabkan distorsi bahan cetak.

Initial setting time-working time
Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari
campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh
berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana
bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis
atau adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 10 menit mulai dari awal
pengadukan.

Finnal setting
Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan

Pemberian bahan separator
Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi
seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun
tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.

Hindari terjebaknya udara
Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat menyebabkan
porositas pada hasil akhir dari gips. Hal tersebut dapat dihindari dengan menuangkan air
terlebih dulu ke dalam wadah setelah itu diikuti dengan memasukkan powder.

Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat dengan
sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi waktu
setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun terkadang
diperlukan proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk teknik yang
lain. Komponen gipsum yang membentuk model umumnya sedikit larut dalam air. Jika
model stone direndam dalam air mengalir, dimensi liniernya akan menurun sekitar 0,1%
untuk setiap 20 menit perendaman tersebut. Metode teraman untuk merendam model adalah
menempatkannya dalam bak berisi air yang khusus untuk tujuan tersebut, dimana debris
plaster masih tetap konstan di dasar bak air untuk membentuk larutan jenuh kalsium sulfat.
Seperti dijelaskan sebelumnya, penyimpanan baik stone atau plaster pada temperatur
ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna. Namun, bila temperatur
penyimpanan dinaikkan sampai antara 90
o
dan 110
o
C (194
o
-230
o
F), pengerutan terjadi begitu
kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat. Kontraksi plaster pada
temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone, dan ini juga mengurangi
kekuatannya.
Kontraksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan di atas temperatur ruang,
begitupun bila model stone sedang dikeringkan. Barangkali tidaklah aman menyimpan atau
memanaskan suatu model stone pada temperatur yang lebih tinggi dari 55
o
C (130
o
F).
Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan.
Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit
dengan kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang
lebih encer nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.
Hemihidrat gipsum mengambil air dari udara dengan mudah. Misalnya, bila
kelembaban relatif melebihi 70%, plaster mengambil uap air secukupnya untuk memulai
reaksi pengerasan. Hidrasi pertama menghasilkan lebih sedikit kristal gipsum pada
permukaan kristal hemihidrat. Kristal ini bertindak sebagai nukleus kristalisasi, dan
manifestasi pertama dari kerusakan plaster adalah penurunan dalam waktu pengerasan.
Begitu kerja higroskopik berlanjut, lebih banyak kristal gipsum terbentuk sampai
keseluruhan kristal hemihidrat tertutup. Pada keadaan ini air sulit menembus lapisan dihidrat,
dan waktu pengerasan menjadi diperpanjang. Karena itu, adalah penting bahwa semua jenis
produk gipsum disimpan dalam atmosfer kering. Cara penyimpanan terbaik adalah menutup
produk tersebut dalam wadah logam tahan kelembaban. Bila produk gipsum disimpan dalam
tempat tertutup, umumnya waktu pengerasan hanya sedikit dihambat, sekitar 1 atau 2 menit
per tahun. Bila perlu hal ini dapat diatasi sengan sedikit meningkatkan waktu pengadukan.

Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas
waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus
segera dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan
lain (Hatrich dkk, 2003).

3.4 SETTING TIME
Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk
menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time adalah waktu yang
diperlukan untuk setting (mengeras) suatu bahan sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting
merupakan waktu yang digunakan oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat
untuk menahan penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang
diketahui. Alat penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat dari Gillmore. Waktu
setting dapat dipengaruhi oleh komposisi gips/stone, bentuk fisis gips/stone, suhu
pencampuran, impurity, akselerator, W/P ratio, waktu pengadonan meningkat maka setting
cepat.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1. Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips dengan air
sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual ditandai dengan loss of
gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman). Keadaan dimana gips tidak dapat
hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2. Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap dari
kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya antara lain
adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan dapat dilepas dari
cetakan tanpa distorsi atau patah.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrta sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi exotermik, dimana reaksi ini
menghasilkan panas 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi :
1. Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk Kalsium sulfat dihidrat.
2. Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahn yang kaku tetapi tidak keras,
dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas asih berlangsung
(INITIAL SETTTING).
3. Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (FINAL SETTING).
Ini adalah kebalikan reaksi pembentukan hemihidrate. Dari persamaan di atas dapat
dihitung bahwa untuk menghasilkan hidrasi yang sempurna untuk 100 g hemihidrate
dibutuhkan sekitar 18,6 ml air. Sewaktu hemihidrate dicampur dengan air diduga terjadi hal-
hal sebagai berikut:
1. Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion Ca2+ dan SO4 2- kelarutan hemihidrate
dalam air 0,8 %
2. Pada suhu ini kelarutan dihidrat hanya sekitar 0,2%; hemihidrate yang larut membentuk
dihidrate dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu jenuh. Maka dari larutan ini terjadi
pertumbuhan kristal dihidrate
3. Faktor ang penting sehubungan dengan reaksi ini:
Terjadi pertumbuhan kristal pada inti kristalisasi; padakasus ini inti dapat berupa kristal
gypsum yang timbul sebagai impurity pada kristal hemihidrate
Difusi atau pergerakan ion ke inti juga sangat penting
Oleh karena dihidrate berkristalisasi maka lebih banyak hemihidrate yang larut dan proses
bersanbung terus

Faktor yang mempengaruhi Setting Time
1. Mixing Time: pertambahan mixing time akan mempercepat setting time.
2. W/ P ratio: memperkecil W/ P ratio akan mempercepat setting time.
3. Temperatur: meningkatkan temperatur dapat mempercepat reaksi sehingga setting time juga
semakin cepat. Tetapi jika temperatur berada di atas 50
o
C maka yang terjadi adalah
sebaliknya, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate dibandingkan dihidrate menurun.
Jika temperatur melebihi 100
o
C maka tidak akan terjadi reaksi, hal ini disebabkan karena
kelarutan hemihidrate dan dihidrate sama.
4. Pemercepat dan penghambat (accelerators and retarders):
Akselerator , contohnya adalah Na
2
SO
4
dapat empercepat pembentukan larutan
kalsium sulfat hemihidrate, K
2
SO
4
dapat menambah kecepatan larutnya kalsium sulfat
hemihidrat, dan gypsum mempersiapkan inti pertumbuhan Kristal dihydrat yang terbentuk
lebih lanjut. NaCl dengan konsentrasi kurang dari 20% akan meningkatkan kelarutan
hemihidrate sehingga setting time menjadi lebih cepat.
Retardus , contohnya Na sitrat, borax, kalsium sulfat adalah bahan yang dapat diserap
oleh inti Kristal sehingga dapat meracuni inti Kristal. Retardus bekerja dengan membentuk
lapisan pada partikel hemihidrate dan dihidrate yang berakibat pada penurunan kelarutan
hemihidrate dan dihidrate serta menghambat perkembangannya.
5. Koloid: darah, saliva, agar, alginat dapat memperpanjang setting time.
6. Gipsum: calcium sulfate dihydrate merupakan accelerator.
7. Perubahan Setting expansion
Memperbesar setting expansion, misalnya kalsium asetat menambah 1% setting expansion
linear. Untuk kompensasi pengkerutan logam saat dingin.
Memperkecil setting expansion , misalnya Natrium sulfat mengurangi setting expansion
0,05%.
Penambahan bahan additive tersebut biasanya dapat mengurangi kekuatan dari gips
itu sendiri.selain diengaruhi oleh penambahan bahan aditive, kekuatan gips juga bergantung
pada:
Bahan yang dipergunakan ; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan adanya
bahan additive.
Perbandingan air / puder.
Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat sifat optimal, gips hendaknya
dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih lama), dan kemudian
dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu 45
0
C. (E.C.Combe,1992)

3.5 APLIKASI GIPSUM DALAM KEDOKTERAN GIGI
Produk gypsum telah digunakan secara meluas dalam kedokteran gigi untuk membuat
model studi dari rongga mulut dan struktur maksilo-facial dan sebagai piranti penting untuk
pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkanpembuatan protesa gigi.
Dalam kedokteran gigi Gipsum digunakan untuk :
1. Model dan die
2. Bahan cetak
3. Mounting
4. Packing
5. Bahan tanam

Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana protesa
dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster diaduk dengan silica maka dikenal dengan
bahan tanam gigi. Bahan tanam tersebut digunakan untuk membentuk mold guna mengecor
restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Penambahan silica pada bahan tanam tersebut
bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada gips karena panas yang dihasilkan dari
pengecoran logam dan juga mengurangi resiko patahnya gips saat dilakukan pengecoran
(Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155). Penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi juga dapat
diperlihatkan dalam membuat gigi tiruan. Misalnya, campuran plaster of Paris dan air
ditempatkan dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan
mengeras dan kemudian cetakan dikeluarkan. Dokter gigi sekarang memiliki bentuk negative
dari jaringan yang dibentuk tersebut yang dibuat dalam rongga mulut. ( Kenneth J.Anusavice,
2004 : 155).
Bila jenis plaster lain yang dikenal dengan stone gigi, yang sekarang diaduk dengan
air sekarang diaduk dengan air kemudian dituang kedalam cetakan model negative yang tadi
lalu dibiarkan sampai mengeras. Lalu cetakan plaster yang mengeras tersebut menjadi mold
untuk menjadi model positif atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa
kehadiran pasien. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 :155).
Terdapat dua jenis aplikasi dari gipsum, yaitu model kerja dan model studi. Model
kerja menggunakan gipsum jenis -hemihidrat karena dibutuhkan kekerasan yang lebih
dalam penggunaanya. Sedangkan untuk model studi menggunakan gipsum jenis -hemihidrat
yang digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga tidak memerlukkan kekerasan yang
lebih. Untuk model kerja sendiri berupa gipsum biru, sedangkan contoh untuk model studi
yaitu alat protesa, bentuk gigi, pembuatan rahang tanpa menghadirkan pasien, cetakan
pembuatan lempeng gigit, dan sebagai bahan tanam.
Model studi juga digunakan untuk bahan cetak yang memerlukkan bahan cetak non
elastis. Selain itu digunakan untuk mounting, packing, dan investment materials (bahan
tanam). Mounting adalah memasang model gips pada artikulator. Sedangkan packing yaitu
pengisian mould yang terbuang dari gips yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan
plastis, kemudian diproses untuk membuat protesa. Tipe bahan tanam:
a. Kalsium sulfat (gipsum) bonded investment, Bahan untuk casting aloy dan pemanasan tidak
boleh lebih dari 700C
b. Phosphate bounded investment
c. Silica bounded investment, Merupakan bahan alternative dan digunakan untuk cast tingkat
tinggi



DAFTAR PUSTAKA

Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka
Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th Edition. United State
of America : Mosby
Fairhurst CW. Compresive Properties Of Dental Gypsum. J Dent Res 1960; 39: 812- 824.
Harty, F.J dan R. Ogston.1995.Kamus Kedokteran Gigi.Jakarta:EGC
Mahler DB, Ady AB. An Explanation For The Hygroscopic Setting Expansion Of Dental Gypsum
Products. J Dent Res 1960; 39: 578- 589.
Robert. G. Craig, Ph. D. 1983. Dental Material Properties and Manipulation. The University of
Michigan scool of dentistry; the C. V. Mosby Company
Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for students.Blackwell Scientific



1.5.1 Unsur/material penyusun :
Fiber Composite (Komposit Serat) : Serat didalam sebuah matrik
Particulate composite (Komposit Partikel) : Partikel didalam sebuah komposit
Flake composite (Komposit Serpihan): Serpihan dalam matrik
Filled composite : matrik lembaran diisi dengan material kedua
Laminar composite : terdiri dari berlapis-lapis unsur penyusun
1.5.2 Distribusi unsur/material penyusun :
o Unidirectional continuous: serat panjang searah/dalam satu arah
o Bidirectional continuous : serat panjang dalam dua arah biasanya tegak lurus satu
sama lain.
o Unidirectional discontinuous: serat pendek searah/dalam satu arah
o Random discontinuous: serat pendek dengan arah acak.
1.5.3 Matriks yang digunakan :
MMC : Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam)
CMC : Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks ceramic)
PMC : Polymer Matriks Composite (menggunakan matriks polymer)

1.5.4 Berdasarkan Strukturnya :
Laminate


Sandwich

1.5.5 Berdasarkan jenis penguat :
Particulate composite, penguatnya berbentuk partikel
Fibre composite, penguatnya berbentuk serat
Structural composite, cara penggabungan material komposit





a. Partikel b. Fiber c. struktural

Anda mungkin juga menyukai