Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

SKILL LAB REHABILITASI 1


GIGI TIRUAN JEMBATAN

Disusun oleh:
SRI HARDIYATI
10612073

PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2015

LAPORAN PRAKTIKUM
PROSES CASTING GIGI TIRUAN JEMBATAN
Pengertian Casting
Casting adalah suatu proses untuk membuat atau membentuk restorasi atau
rehabilitasi gigi dengan bahan logam. Casting juga merupakan suatu teknik yang
sering dilakukan di kedokteran gigi dalam pembuatan tempatan gigi, mahkota
gigi tiruan, jembatan rangka gigi tiruan dan lain-lain dengan bahan logam.
I.

Alat dan Bahan


A. Alat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Bowl
Spatula
Bunsen
Pisau model
Pisau malam
Vibrator
Glass lab
Lap putih
Model kerja ( Dengan gigi yang sudah di preparasi, abutment

dan pontic)
10. Bumbung tuang
11. Kompor
12. Kompor
13. Oven
14. Alat tuang sentrifugal dan crucible casting
15. Blow torch
16. Penjepit bumbung tuang
17. Pinset kecil
18. Kaliper
19. Master die
B. Bahan
1. Logam campur Cu Alloy (Orden)
2. Malam inlay
3. Bahan tanam gypsum
4. Spiritus
Tahap-tahap pada proses casting
1. Tahap I, waxing adalah pembuatan pola dan malam (wax pattern).
2. Tahap II, spruing adalah pembuatan sprue pin atau sprue tormer dan
casting wax (malam cor).

3. Tahap III, investing adalah penanaman pola malam dalam adonan bahan
invesmen (yang ada di dalam casting ring).
4. Taflap IV, pre-heating adalah pemanasan permulaan pada casting ring
agar adonan bahan tanam lebih kering.
5. Tahap V, wax elimination adalah penghilangan malam dart pola malam
yang tertanam dalam adonan bahan invesmen (yang ada di dalam casting
ring).
6. Tahap VI, heating adalah pemanasan casting ring (yang berisi adonan
bahan invesmen) sampai suhu tertentu.
7. Tahap VI, melting adalah pelelehan logam yang dtlakukan pada sprue hold atau fire clay.
8. Tahap VIII, casting adalah pengecoran lelehan logarn ke dalam ruang
cetak (mould space).
9. Tahap IX finishing dan Polishing
II. Cara Kerja
Persiapan Alat :
a.
b.
c.
d.
e.

Menyiapkan kompor
Menyiapkan lempeng kaca yang bersih
Menyiapkan pinset besar dan kecil
Menyalakan preheating furnface (oven)
Menyiapkan alat casting sentrifugal yang siap (diputar sebanyak 3
putaran)

Burnout dan preheating


a. Melepas crucible former dari bumbung tuang yang berisi bahan tanam
b. Malam yang terdapat di dalam bumbung tuang dibuang dengan cara
meletakkannya diatas kompor dengan posisi bagian datar dari bumbung tuang
menghadap keatas, sedangkan bagian cekung menghadap ke bawah dengan
kemiringan 45 derajat

Gambar 1. Posisi bumbung tuang diatas kompor


c. Kemudian kompor dinyalakan, bumbung tuang dibiarkan sampai malanm
terbakar habis
d. Setelah malam diperkirakan habis, bumbung tuang tersebut diambil kemudian
diletakkan terbalik dengan posisi yang cekung diatas. Kemudian dicek dengan
lempeng kaca jika kaca buram berarti masih ada uap air yang menempel pada
kaca. Maka pembakaran dilanjutkan sampai uap air benar-benar habis.
Pengecoran (casting)
a. Sebagai langkah awal alat sentrifugal diputar sebanyak 3 kali puratan lalu
ditahan dengan menaikkan kenop pemutar.
b. Setelah itu cawan tuang disiapkan dengan terlebih dahulu dipanaskan
dengan blow torch, kemudian meletakkan logam yang akan dituang.

Gambar 6. Memanaskan cawang tuang dan meletakkan logam

c. Logam dipanaskan dengan api dari blow torch sampai terlihat kisut bila
diberi getaran akan bergoyang, kemudian kenop ditekan, alat setrifugal
tersebut berputar.

Gambar 8. Pemanasan logam dengan blow torch


d. Setelah logam dipastikan masuk ke dalam bumbung tuang, kemudian
putaran alat dihentikan dengan cara poros ditekan sampai alat tuang
berhenti berputar.

Gambar 9. Putaran dari alat sentrifugal dihentikan


e. Bumbung tuang diambil, kemudian didiamkan diatas meja, baru setelah itu
direndam di dalam air dengan tujuan agar bahan tanam tuang cracking
sehingga logam mudah dilepaskan dari bumbung tuang.
f. Setelah dipastikan bahwa hasil tuangan tersebut dingin, kemudian logam
dikeluarkan dari dalam bumbung tuang dan dibersihkan dari bahan tanam
dibawah air yang mengalir.

g. Hasil tuangan diambil dan diberi tanda sesuai dengan waktu penanaman.
Hasil tuangan dipasang pada master die.
h. Hasil tuang dikelompokkan berdasarkan w : p rasio bahan tanam dan
apabila hasil tuangan mengalami kegagalan dipisahkan.
III. Finishing dan Polishing
1) Pengertian finishing Finishing adalah suatu cara untuk membentuk hasil
casting menjadi suatu bangunan yang diinginkan dengan jalan menghilangkan /
membuang eksesekses pada permukaan hasil casting dan logam yang tidak
berguna. Setelah dilakukan finishing maka bentuk bangunan, misalnya yang
berbentuk inlay, lull crown atau bridge work, menjadi baik tetapi masih kasar.
Kemudian dilakukan polishing.
2) Pengertian polishing Polishing adalah suatu cara untuk membuat suatu
bangunan, setelah dilakukan finishing, menjadi rata, halus dan mengkilap,
sehingga bentuk bangunan tersebut menjadi amat bagus dan indah. Dan inilah
merupakan syarat utama di bidang kedokteran gigi bahwa polishing selalu
dilakukan pada alat-alat yang dipasang dalam mulut pasien

Gambar 3. Hasil Kasar

Gambar 4. Polishing
Teori Mengenai Casting
Casting adalah suatu proses untuk membuat atau membentuk restorasi atau
rehabilitasi gigi dengan bahan logam. Casting juga merupakan suatu teknik yang
sering dilakukan di kedokteran gigi dalam pembuatan tempatan gigi, mahkota
gigi tiruan, jembatan rangka gigi tiruan dan lain-lain dengan bahan logam.
Proses casting ini menggunakan metode yang disebut lost wax process.
Pada prinsipnya pola malam dan bentuk restorasi atau rehabilitasi gigi ditanam
dalam adonan bahan investmen gigi (dental invesment) yang ada di dalam
casting ring. Kemudian poia malam ini dihilangkan dengan jalan dipanaskan
pada suhu tertentu, sampai pola malam hilang sama sekali, sehingga
meninggalkan ruang cetak (mould space) di dalam aclonan invesmen.
Selanjutnya logam dilelehkan / dicairkan dengan pemanasan dan lelehan
logam tersebut dituangkan kedalam ruang cetak dengan tekanan sentri fugal /
tekanan udara, sehingga ruang cetak tersebut terisi oleh lelehan dengan bentuk
sesuai dengan pola malamnya.
Kegunaan dan tujuan casting dibidang kedokteran gigi:

a. Kegunaan casting dibidang kedokteran gigi adalah untuk pembuatan


resforasi, rehabilitasi atau rekonstruksi pada gigi dengan bahan logam
yang dilakkan dengan proses casting. Misalnya untuk pembuatan inlay
crown and bridge atau gigi tiruan rangka logam, dll.
b. Tujuannya adalah untuk mengganti bahan restorasi atau rehabilitasi
yang tidak mungkin dilakukan dengan bahan selain logam dan untuk
mendapatkan kekuatan / daya tahan yang lebih besar dan bahan yang lain.
Misalnya acrylic resin atau amalgam.

Kegagalan-kegagalan dalam proses casting


1. Distrsion (distorsi atau pengoletan)
Distorsi ini dapat terjadi pada waktu pembuatan pola malam atau pada
waktu pengambilan hasil casting dan dalam invesmen.Menurut Phillips, (1982),
penyebab terjadinya distorsi adalah sebagai berikut :
2. Teknik pembuatan malam tidak benar.
Penyebab ini terjadi pada pembuatan pola malam. Adapun penyebab
terjadinya distorsi pada hasil cor, karena pengambilan hasil casting dan dalam
invesmen. Misalnya masih dalam keadaan panas Iangsung diambil, sehingga pada
waktu logam dingin akan mengkerut dan pengkerutan ini tidak ada yang menahan,
akibatnya terjadi distorsi.
a. Surface roughness (permukaan kasar)
- Air bubbler gelembung - gelembung udara.
- Too rapid heating (pemasanan yang terlalu cepat)
- W / p ratio (perbandingan antara air dan bahan invesmen)W / p ratio ini
adalah sangat penting. Apabila w/p ratio tidak tepat misalnya terlalu kecil
atau terlalu besar dapat menimbulkan permukaan kasar dan flash casting.

Prolonged healing (pemanasan yang terlalu lama)


Casting pressure (tekanan pada waktu casting yang kurang benar)
Composition of the invesment (komposisi bahan invesmen) : Misalnya
bahan invesmen yang sudah lama atau sudah kadaluwarsa, sehingga terjadi

kerusakan dan salah satu komponen bahan invesmennya.


Foreign body (benda-benda asing) Adanya benda- benda asing yang
masuk ke dalam mould space, misalnya pasir atau debu, dapat

menimbulkan surface roughness pada permukaan hasil casting.


b. Porosity (poros)Penyebab porositas pada hasil casting, karena adanya
pengaruh dari faktor faktor teknis. Ada 3 macam porositas, yaitu :
- Localized shrinkage porosity: Porositas ini akibat adanya pengerutan
-

setempat / lokal.
Sub surface porosity: Porositas yang terjadi pada permukaan dalam dari

hasil casting.
c. Wax elimination yang tidak sempurna sehingga masih terdapat sisa malam
di dalam mould space. Hal ini terjadi apabila waktu wax elimination
tergesa-gesa atau terlalu cepat.
d. Benda asing yang menyumbat sprue, misalnya sprue kemasukkan debu
atau pasir atau terjadi kerontokan dan bahan invesmen yang membatasi
mould space.
e. Pemutaran casting machine yang lambat, sehingga gaya centri fugal kecil,
lelehan logam tidak dapat memasuki seluruh permukaan mould space
Macam-macam Alloy Kedokteran Gigi
A. Gold dan Gold Alloy
Emas murni adalah logam gigi yang paling murni, jarang berubah warna
atau berkarat di rongga mulut. Secara kimiawi tidak aktif dan tidak terpengaruh
oleh udara, panas, kelembaban, dan sebagian besar bahan pelarut. Emas adalah
logam yang yang paling bisa ditarik memanjang (duktilitas tinggi), dan juga
paling bisa dibentuk.
Klasifikasi Gold Alloy

Ada beberapa jenis logam campur untuk dipergunakan di kedokteran gigi yang
sekarang ini tersedia dipasaran dunia. Sebagian logam campur ini dirancang untuk
keperluan mahkota logam penuh, jembatan, onlay dan inlay.
Menurut American Dental Association (ADA) Specification No. 5 logam emas
diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe,
yaitu: Tipe I (Lunak) , Tipe II (Sedang), Tipe III (Keras), Tipe IV

B. Steel dan Stainless Steel


Steel dan stainless steel merupakan bagian dari dental material yang banyak
digunakan pada sebagian besar alat-alat kedokteran gigi. Steel didefinisikan
sebagai alloy yang terbentuk dari besi dan karbon dengan konsentrasi antara 0.5 %
2.0 %. Stainless steel adalah suatu steel yang mengandung lebih dari 11 %
chromium, biasanya antara 11.5 % 27 %, dan bisa juga mengandung nikel,
panadium, molybdenum, dan niobium dalam jumlah yang terbatas. Pertama sekali
stainless steel ditemukan oleh Brearly of shefield pada tahun 1913 secara
kebetulan ketika ditambah chromium pada steel sehingga diperoleh suatu steel
yang lebih resisten terhadap tarnish dan korosi. Dan pertama kali digunakan
sebagai basis protesa pada tahun 1921.
C. Cobalt Chromium Alloy
Bahan ini dipakai terutama untuk pembuatan metal patrial denture. Hampir
70% cobalt dan 30% chromium. Perubahan daripada ratio ini, seperti penambahan
nikel menghasilkan sifat fisis dan resistensi terhadap tarnish yang lebih rendah.
Cobalt berguna untuk memperbesar strength, rigidity, dan hardness.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice, Kenneth J. 2003. Science of Dental Material. 11th ed. St. Louis
:

WB

Saunders.

pg.,306,

308,316,330,333-335,339-

340,342-344,346, 347
2. Craig RG, et al. 2002. Restorative Dental Material. 11th ed. Mosby
Elsevier : Missouri.pg.34,438,516,530-531,542,545.
3. McCabe, JF., Walls, AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th ed.
Blackwell :Munksgaard.pg.80-83.

Anda mungkin juga menyukai