Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Expansion Gypsum Tipe III Berdasarkan W:P Ratio


dan Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum Bonded Berdasarkan W:P Ratio
Kelompok : B-2
Tgl. Praktikum : 26 September 2022
Pembimbing : Prof. Dr. Elly Munadziroh, drg., M.S.

Penyusun :

Samith Taqyasha Naufal (022111133093)


Nur Hikmatus Sa’adah (022111133094)
Luthfiyah Nadhira (022111133095)
Dany Firsta Martino (022111133096)
Maudita Nastya Savira (022111133097)
Gloria Kayla Zefanya (022111133098)
Anisa Rachma (022111133099)
Dyah Kusumaningrum (022111133100)
Adrian Cetra Handita (022111133101)
Nabila Putri Dinda Adriyani (022111133102)

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
1. TUJUAN
a. Mahasiswa mampu melakukan manipulasi gypsum tipe III serta dapat
mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan tepat
b. Mahasiswa mampu mengukur dan mengamati perubahan setting expansion
dengan variasi perubahan rasio perbandingan air dan bubuk dengan tepat
c. Mahasiswa dapat memanipulasi bahan tanam tuang dengan cara yang tepat
dan dapat membedakan setting expansion bahan tanam tuang tersebut dengan
variasi perbandingan air dan bubuk

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gypsum
2.1.1 Pengertian Gypsum
Produk gipsum digunakan secara luas dalam kedokteran gigi.
Gypsum ditemukan di tambang sekitar kota Paris, sehingga disebut
juga plaster of Paris. Hal tersebut tidak benar karena gypsum
ditemukan di sebagian besar negara. Mineral gipsum CaSO4. 2H2O
biasanya berwarna putih hingga putih kekuningan dan ditemukan
sebagai massa kompak. Gypsum juga merupakan produk sampingan
industri. Selama berabad-abad gypsum telah digunakan untuk tujuan
konstruksi dan pembuatan patung. Alabaster, sejenis gypsum yang
berwarna putih, digunakan untuk bangunan pada zaman dahulu. Selain
kedokteran gigi, gipsum juga digunakan dalam ortopedi untuk
membebat tulang yang retak.

2.1.2 Sifat Gypsum


a. Compressive Strength
Compressive Strength adalah apabila suatu benda diberi
beban sedikit demi sedikit secara sekuensial sampai menjadi
patah. Kekuatan tekan gypsum terbagi menjadi 2 macam yaitu
kekuatan basah dan kekuatan kering. Kekuatan basah adalah
kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air yang dibutuhkan
untuk hidrasi hemihidrat. Bila kelebihan air dikeringkan maka
kekuatan yang diperoleh adalah kekuatan kering.Gipsum tipe
III memiliki kekuatan tekan 3000 psi (Anusavice, 2003:167
-169). . Nilai ini akan bervariasi bila rasio W:P dinaikkan atau
diturunkan. Ketika setting, gypsum menunjukkan nilai
kekuatan tekan yang relatif tinggi. Kekuatan tekan berbanding
terbalik dengan W:P Ratio. Semakin banyak air yang
digunakan, semakin rendah nilai kekuatan tekan yang
dihasilkan.
b. Setting Time
Setting Time adalah waktu yang dibutuhkan gypsum
mulai dari menyiapkan bubuk gipsum, menyiapkan air pada
mangkok karet, menuang gipsum pada mangkok karet yang
berisi air, mengaduk dan menempatkan pada replika negatif
sampai dengan adonan tersebut mengeras (Anusavice,
2003:160). Waktu pengerasan dibagi menjadi 2 bagian yaitu
sebagai berikut: initial setting time dan final setting time.
c. Tensile Strength
Tensile Strength adalah apabila suatu benda diberi
tarikan sampai menjadi patah. Gypsum harus mempunyai
kekuatan tarik yang cukup agar tahan terhadap daya yang
mengenainya. Kekuatan tarik penting untuk menahan dari
kekuatan lateral seperti dalam pelepasan model. (Craig &
Power, 2002: 403).
d. Reproduction of Detail
Detail reproduksi adalah gipsum dapat mengisi cetakan
secara detail tanpa terjadi bentukan porusitas atau gelembung
udara. Jumlah dari gelembung udara yang terdapat didalamnya
berhubungan dengan proses pencampuran, yaitu seberapa
banyak gipsum yang tidak tercampur oleh air dengan baik.
Jumlah gelembung udara dapat diminimalisir dengan vibrasi
dan vibrasi ini untuk meningkatkan reproduksi detail dari
model yang dihasilkan (Craig & Power, 2002: 403).
e. Setting Expansion
Semua jenis gypsum dapat melakukan ekspansi. Plaster
memiliki nilai ekspansi yang paling besar, yaitu 0,2% hingga
0,3%. Dental Stone memiliki nilai ekspansi 0,08% hingga
0,10%. High-strength stone memiliki nilai ekspansi yang paling
rendah, yaitu 0,05% hingga 0,07%. Secara teoritis, kontraksi
saat setting dapat dihitung, tetapi kristal gypsum yang tumbuh
saling mendorong satu sama lain dan menyebabkan
terdorongnya kristal keluar menyebabkan ekspansi eksternal
dengan porositas internal yang dihasilkan dalam massa yang
ditetapkan. Setting expansion dapat dikontrol dengan
memanipulasi variabel. Campuran yang lebih kental dan
peningkatan spatulasi akan meningkatkan nilai setting
expansion, sedangkan campuran yang lebih cair dan penurunan
spatulasi akan menurunkan nilai setting expansion.

2.1.3 Tipe Gypsum


a. Impression Plaster (Tipe I)
Plaster cetak (tipe I) digunakan untuk mencetak daerah
edentoulus, tidak memerlukan kekuatan yang besar sehingga
gipsum tipe ini membutuhkan pencampuran dengan rasio air dan
bubuk (water:powder = W:P) yang lebih besar.
b. Model Plaster (Tipe II)
Plaster model (tipe II) digunakan untuk membuat model
studi dan untuk keperluan laboratoris seperti penanaman model
dalam kuvet, artikulator, okludator dan sebagai basis model kerja.
Gipsum tipe II termasuk jenis gypsum yang mempunyai struktur
kristal B-hemihidrat sehingga mempunyai bentuk kristal yang
tidak teratur dan jarak antara partikel yang besar yang
menyebabkan reaksi pengerasan membutuhkan banyak air.
c. Dental Stone (Tipe III)
Stone gigi (tipe III) digunakan sebagai model kerja; untuk
menanam model malam yang telah dikonstruksi pada model kerja
ke dalam kuvet sehingga setelah proses pembuangan malam akan
dihasilkan rongga cetak yang detail dan akurat.Gipsum tipe III
lebih kuat dan tahan terhadap abrasi dibandingkan dengan gipsum
tipe II.
d. Dental Stone, High Strength (Tipe IV)
Stone gigi kekuatan tinggi (tipe IV) dan Stone gigi
kekuatan tinggi dan ekspansi tinggi (tipe V) memiliki fungsi yang
sama sebagai reproduksi die.
e. Dental Stone, High Strength, High Impression (Tipe V)
Gipsum tipe V mempunyai partikel yang lebih kecil
dibandingkan dengan gipsum tipe IV (Anusavice, 2003: 16-172).
2.1.4 Manipulasi Gypsum
Manipulasi gipsum harus memperhatikan 2 hal berikut ini yaitu
pengukuran rasio W:P dan pengadukan. Anusavice (2003: 159)
menyatakan, gipsum tipe III atau dental stone memerlukan 28-30 ml
air untuk setiap 100 gram bubuk gipsum. penggunaan merk gypsum
yang berbeda mempunyai rasio W:P yang berbeda F hal ini tergantung
pada komposisi yang telah ditetapkan oleh pabrik. Bubuk gipsum dan
air dicampurkan dengan cara menyiapkan air sebagai medium
pendispersi selanjutnya bubuk gipsum dituang kedalam air. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjebaknya udara ke dalam adonan
gipsum. Bubuk gipsum dan air yang tercampur kemudian diaduk.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk gypsum hingga homogen
adalah 1 menit (Anusavice, 2003: 172-173).
Diperlukan kehati-hatian saat menuangkan gypsum agar
terhindar dari terperangkapnya udara. Gypsum harus dituangkan
perlahan dan massa harus mengalir ke dalam impresi di bawah getaran
sehingga mendorong udara ke depan saat mengisi impresi gigi. Setelah
dituang, gypsum harus dibiarkan mengeras selama 45 sampai 60 menit
sebelum dipisahkan dari impresi dan didesinfeksi. Model dapat
didesinfeksi dengan perendaman dalam larutan natrium hipoklorit 1:10
selama 30 menit atau mengikuti instruksi pabrik. (Sakaguchi and
Powers, 2019 p.260 )

2.1.5 Water/Powder Ratio


Proporsi air terhadap bubuk yang digunakan untuk membuat
campuran produk gypsum disebut dengan Water : Powder Ratio atau
W:P Ratio. Dalam kedokteran gigi, jumlah air terukur yang berlebih di
atas jumlah teoritis selalu diperlukan untuk hidrasi. Jumlah berlebih ini
diperlukan untuk membuat campuran yang dapat dituangkan dan
dibentuk. Kelebihan air didistribusikan sebagai air bebas dalam massa
tanpa mengambil bagian dalam reaksi kimia serta berkontribusi pada
porositas atau rongga mikroskopis. W:P Ratio yang tepat untuk setiap
jenis gypsum tergantung pada karakteristik fisik partikel powder.
Perbedaan rasio ini menghasilkan konsistensi yang berbeda. Gypsum
tipe III biasanya memiliki konsistensi menengah.

2.2 Bahan Tanam Gypsum Bonded


Produk yang mengandung gipsum digunakan untuk paduan metal
alloys, seperti alloys yang mengandung emas, yang dicetak pada suhu yang
lebih rendah. Pengikatnya adalah a-kalsium sulfat hemihidrat. Tetapi
a-kalsium sulfat hemihidrat tidak dapat digunakan sendiri, karena tidak
mampu menahan panas. Penambahan silika meningkatkan panas resistensi
tetapi hanya dapat digunakan hingga sekitar 1200 ° C. Di atas suhu tersebut,
kalsium sulfat bereaksi dengan silika dan belerang segitiga terbentuk. Gas ini
akan menyebabkan porositas pada pengecoran dan berkontribusi terhadap
korosi. Investasi ini mengandung sekitar 60– 65% bentuk silika, 30–35%
a-hemihidrat kalsium sulfat dan 5% pengubah kimia.

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
a. Mangkuk karet g. Ekstensometer
b. Spatula gypsum h. Dial indicator
c. Gelas ukur i. Pisau gypsum
d. Stopwatch j. Pisau model
e. Timbangan analitik k. Pisau malam
f. Vibrator l. Sonde

(a) (b) (c) (d)


(e) (f) (g) (h)

(i) (j) (k) (l)

3.2 Bahan
a. Gypsum tipe III
b. Bahan tanam tuang gypsum bonded
c. Air PAM
d. Vaselin

(a) (b) (c) (d)

4. CARA KERJA
4.1 Gypsum Tipe III
4.4.1 Persiapan alat
a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan
terlebih dahulu
b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin secara
merata
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang
pada posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan ke angka nol
4.4.2 Mencampur gypsum
a. Bubuk gypsum tipe III ditimbang sebanyak 40, 45, dan 50 gram. Air
diambil sebanyak 14 ml diukur dengan gelas ukur
b. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih
dahulu, kemudian bubuk gypsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik
untuk menghilangkan gelembung udara
c. Campuran gypsum dan air dalam mangkuk karet diaduk sampai
homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar searah
dengan jarum jam, sebanyak 120 putaran per menit bersamaan dengan
itu mangkuk karet diputar berlawanan dengan jarum jam secara
perlahan-lahan, kemudian ditaruh diatas vibrator dengan kecepatan
rendah
d. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan pada alat ekstensometer
di atas vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah
untuk menghilangkan udara yang terjebak, kemudian permukaan
cetakan pada ekstensometer yang terisi adonan gipsum diratakan dan
dirapikan (sisa-sisa gypsum dibersihkan).

4.4.3 Mengukur setting expansion


a. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan ekstensometer tanpa
merubah posisi cetakan pada jarum dial indicator, kemudian ratakan
permukaan menggunakan spatula gip
b. Perubahan panjang cetakan gypsum pada alat ekstensometer diukur
setiap 10 menit, amati dan catat ekspansi yang terjadi pada penunjuk
mikrometer di dial indicator selama 50 menit.

4.2 Bahan Tanam Gypsum Bonded


a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
b. Bagian dalam cetakan gypsum bonded pada alat ekstensometer diolesi dengan
vaselin secara merata
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada
posisi yang tepat dengan jarum indikator menunjuk ke angka nol
d. Bubuk bahan tanam tuang ditimbang seberat 60 gr dan siapkan air 22, 24, dan
26 ml
e. Air dituangkan ke dalam mangkuk karet, selanjutnya bubuk bahan tanam
dimasukkan sedikit demi sedikit dan biarkan mengendap selama 30 detik agar
terserap semua
f. Adonan bahan tanam tuang dan air diaduk sampai homogen selama 1 menit /
120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar perlahan-lahan
g. Adonan bahan tanam tuang dimasukkan ke dalam cetakan (tanpa merubah
posisi cetakan dan jarum dial indicator), kemudian permukaannya diratakan
dengan spatula gips / pisau malam
h. Panjang awal bahan tanam tuang pada alat ekstensometer diukur dengan
penggaris
i. Terjadinya ekspansi bahan tanam diamati pada dial indicator dan dicatat pada
menit ke 10 hingga menit ke 50.

5. HASIL PRAKTIKUM

Data Hasil Percobaan Setting Expansion Gypsum Tipe III

Waktu (Menit)
10 20 30 40 50
W : P Ratio

14 ml : 50 gr 0.5 2.5 7.2 9.2 10.1

14 ml : 45 gr 0.1 0.1 2.5 4.5 5.2

14 ml : 40 gr 0.3 0.3 2.4 4 4.7

Pada percobaan untuk mengukur setting expansion gypsum tipe III ini, kami
melakukan tiga kali percobaan dengan membedakan W:P ratio. Pada percobaan
pertama dengan W:P ratio bernilai 14 ml : 50 gr didapatkan hasil setting expansion
pada menit ke-10 bernilai 0.5 mm, pada menit ke-20 bernilai 2.5 mm, pada menit
ke-30 bernilai 7.2 mm, pada menit ke-40 bernilai 9.2 mm, dan pada menit ke-50
bernilai 10.1 mm. Pada percobaan kedua W:P ratio bernilai 14 ml : 45 gr didapatkan
hasil setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.1 mm, pada menit ke-20 bernilai
0.1 mm, pada menit ke-30 bernilai 2.5 mm, pada menit ke-40 bernilai 4.5 mm, dan
pada menit ke-50 bernilai 5.2 mm. Sedangkan, pada percobaan ketiga dengan W:P
ratio 14 ml : 40 gr didapatkan hasil setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.3
mm, pada menit ke-20 bernilai 0.3 mm, pada menit ke-30 bernilai 2.4 mm, pada menit
ke-40 bernilai 4 mm, dan pada menit ke-50 bernilai 4.7 mm.

Data Hasil Percobaan Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum Bonded

Waktu (Menit)
10 20 30 40 50
W : P Ratio

22 ml : 60 gr 0 0.5 0.8 8 11

24 ml : 60 gr 0 0.01 0.08 0.20 0.25

26 ml : 60 gr 0 0.07 0.10 0.15 0.20

Pada percobaan untuk mengukur setting expansion bahan tanam Gypsum


Bonded ini, kami melakukan tiga kali percobaan dengan membedakan W:P ratio.
Pada percobaan pertama dengan W:P ratio bernilai 22 ml : 60 gr didapatkan hasil
setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.0 mm, pada menit ke-20 bernilai 0.5
mm, pada menit ke-30 bernilai 0.8 mm, pada menit ke-40 bernilai 8.0 mm, dan pada
menit ke-50 bernilai 11.0 mm. Pada percobaan kedua W:P ratio bernilai 24 ml : 60 gr
didapatkan hasil setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.0 mm, pada menit
ke-20 bernilai 0.01 mm, pada menit ke-30 bernilai 0.08 mm, pada menit ke-40
bernilai 0.20 mm, dan pada menit ke-50 bernilai 0.25 mm. Selain itu, pada percobaan
ketiga dimana nilai W:P ratio yaitu 26 ml : 60 gr didapatkan hasil setting expansion
pada menit ke-10 bernilai 0.0 mm, pada menit ke-20 bernilai 0.07 mm, pada menit
ke-30 bernilai 0.10 mm, pada menit ke-40 bernilai 0.15 mm, dan pada menit ke-50
bernilai 0.20 mm

6. PEMBAHASAN
1. Pembahasan Setting Expansion Gypsum Tipe III Berdasarkan W:P Ratio
Gypsum dihasilkan oleh alam dengan bentuk bubuk mineral berwarna putih
kekuningan dengan nama kimia kalsium sulfat dihidrat (CaSo4.2H2O). Selain
dihasilkan oleh alam, gypsum bisa dibuat dengan proses kimiawi (Anusavice, 2003).
Perbedaan W/P ratio sangat mempengaruhi setting expansion dari gypsum tipe
III. Apabila menaikkan W/P ratio, yang akan terjadi adalah menurunnya nilai setting
expansion, begitupun sebaliknya (Sakaguchi and Powers, 2019 p.260). Hal ini sesuai
dengan data hasil praktikum yang telah kami lakukan pada W:P ratio 14 ml : 50 gr
mempunyai hasil setting expansion yang paling tinggi dibandingkan dengan W:P ratio
14 ml : 45 gr dan 14 ml : 40 gram. Sedangkan setting expansion yang paling rendah,
yaitu pada percobaan W:P ratio 14 ml : 40 gr.
Proses setting expansion dapat dijelaskan dari basis kristalisasi. Kristalisasi
dihidrat dapat digambarkan sebagai pertumbuhan kristal-kristal hasil dari kristalisasi
nukleus. Kristal tumbuh dari nukleus lalu bercampur dan bertumbukan dengan
kristal-kristal lainnya dimana jumlah kristal-kristal tersebut sangat banyak sehingga
membentuk stress/dorongan keluar dan terjadi ekspansi dari gypsum. Oleh karena itu,
setelah setting kristal-kristal saling berkaitan dan diantaranya terdapat micropores dan
pores yang mengandung kelebihan air. Saat gypsum mengering, kelebihan air akan
hilang dan dapat mengakibatkan struktur berporus (Anusavice, et al., 2022 p.742).
Selain W/P ratio, hal yang dapat mempengaruhi setting expansion dari
gypsum adalah mixing time. Semakin lama mixing time dapat meningkatkan setting
expansion. W/P ratio yang rendah dan mixing time yang lama akan meningkatkan
setting expansion (Anusavice, et al., 2022 p.743).
Sebagian kristal gipsum akan terbentuk secara langsung ketika gypsum
berkontak dengan air. Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal-kristal ini
meningkat. Semakin lama waktu pengadukan, maka akan meningkatkan jumlah
nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, ikatan kristalin yang terbentuk
akan semakin banyak, pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal dihidrat
tersebut akan meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya setting
ekspansi(Anusavice,2003).
Bila temperatur air yang digunakan tinggi, maka ekspansi yang terjadi akan
semakin kecil (O’Brien, 2002).
Semakin cepat kecepatan pengadukan, maka ekspansi akan semakin besar. Selain
itu, pengadukan secara mekanik juga dapat menurunkan setting ekspansi (O’Brien,
2002).
2. Pembahasan Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum bonded berdasarkan
W:P Ratio
Biasanya, Setting expansion bahan tanam gypsum bonded ini dikendalikan
oleh retarder dan akselerator untuk gypsum. Panas eksotermis dari setting gypsum
dapat menyebabkan perluasan pola wax sebelum bahan tanam setting. Perluasan
investment dapat menyebabkan distorsi pola wax. Selain itu, besarnya ekspansi
setting higroskopis umumnya sebanding dengan kandungan silika pada bahan tanam
gypsum bonded, ekspansi akan menjadi lebih besar jika ukuran silika lebih halus.
Mekanisme terjadinya hygroscopic expansion berhubungan dengan normal setting
expansion yang muncul ketika adonan bahan tanam tuang set dan kontak dengan
udara. Dasar dari mekanisme ini berada pada tegangan permukaan dari air campuran.
Setelah adonan bahan tanam tuang tercampur,air mengelilingi komponen bahan tanam
tuang setting. Sebagai reaksi dari calcium sulfate binder, air di sekelilingnya
berkurang dan menyebabkan adanya kristal gypsum berbenturan pada permukaan dari
sisa air yang oleh tegangan permukaan pertumbuhan kristal dihambat. Ketika air yang
dibutuhkan untuk reaksi habis digunakan dan reaksinya selesai, pertumbuhan kristal
gypsum berhenti (Stewart and Bagby, 2013). Sehingga, seperti yang dibahas untuk
produk gipsum, semakin tinggi rasio air/bubuk (W/P) dari campuran air, semakin
sedikit ekspansi setting higroskopis.
Hal ini sesuai dengan hasil praktikum kelompok kami, dimana pada percobaan
pertama dengan W:P ratio 22 : 60 mengalami ekspansi yang paling tinggi yaitu
sebanyak 11 mm. Pada ratio 22 : 60 ini bubuk gypsum lebih banyak daripada yang
lainnya. Sementara itu untuk percobaan kedua, kami menaikkan W/P ratio sebanyak
24 : 60 sehingga ekspansi gipsum sedikit berkurang. kemudian pada percobaan ketiga,
kami menambah W/P ratio menjadi 26 : 60 dan ekspansi gipsum juga berkurang
daripada dua percobaan pertama. Namun, selain W/P ratio, banyak hal yang dapat
mempengaruhi ekspansi ini, misalnya, Ketika waktu pencampuran berkurang,
ekspansi higroskopis berkurang. Semakin tua umur simpan material, semakin rendah
ekspansi higroskopisnya. Jumlah ekspansi setting higroskopis terbesar terjadi ketika
perendaman terjadi sebelum initial setting. Semakin lama pencelupan investment
material dalam air tertunda melebihi waktu initial setting, semakin rendah ekspansi
higroskopis. Umur simpan juga mempengaruhi nilai maksimum ekspansi setting
higroskopis (Anusavice, 2022)
7. KESIMPULAN
Hasil yang kami dapatkan setelah melakukan praktikum manipulasi gipsum
tipe III dan gypsum bonded dengan perbedaan W:P ratio yang berbeda maka akan
menghasilkan setting expansion yang berbeda juga. Jika ratio W:P dinaikkan, maka
nilai setting expansion akan menurun, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa ratio W:P mempengaruhi setting expansion gipsum tipe III dan
gypsum bonded.

8. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, et al. 2022. Phillips’ Sciences of Dental Material. 12th Ed. St. Louise,
Missouri: Saunders Elsevier.

Bonsor, S. J., & Pearson, G. J. (2013). A clinical guide to Applied Dental Materials.

Elsevier Churchill Livingstone.

Manappallil, J. J. (2016). Basic dental materials. Jaypee Brothers Medical Publishers

(P), Ltd.

Sakaguchi, RL. and Powers, JM., 2019. Craig’s Restorative Dental Materials. 14th Ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier.

Stewart, GM &Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials :Theory,


Practice, and Cases. 4th ed. Philadelphia. Wolters Kluwer. pp. 132, 144.

Anda mungkin juga menyukai