Penyusun :
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gypsum
2.1.1 Pengertian Gypsum
Produk gipsum digunakan secara luas dalam kedokteran gigi.
Gypsum ditemukan di tambang sekitar kota Paris, sehingga disebut
juga plaster of Paris. Hal tersebut tidak benar karena gypsum
ditemukan di sebagian besar negara. Mineral gipsum CaSO4. 2H2O
biasanya berwarna putih hingga putih kekuningan dan ditemukan
sebagai massa kompak. Gypsum juga merupakan produk sampingan
industri. Selama berabad-abad gypsum telah digunakan untuk tujuan
konstruksi dan pembuatan patung. Alabaster, sejenis gypsum yang
berwarna putih, digunakan untuk bangunan pada zaman dahulu. Selain
kedokteran gigi, gipsum juga digunakan dalam ortopedi untuk
membebat tulang yang retak.
3.2 Bahan
a. Gypsum tipe III
b. Bahan tanam tuang gypsum bonded
c. Air PAM
d. Vaselin
4. CARA KERJA
4.1 Gypsum Tipe III
4.4.1 Persiapan alat
a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan
terlebih dahulu
b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin secara
merata
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang
pada posisi yang tepat dengan jarum menunjukkan ke angka nol
4.4.2 Mencampur gypsum
a. Bubuk gypsum tipe III ditimbang sebanyak 40, 45, dan 50 gram. Air
diambil sebanyak 14 ml diukur dengan gelas ukur
b. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih
dahulu, kemudian bubuk gypsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik
untuk menghilangkan gelembung udara
c. Campuran gypsum dan air dalam mangkuk karet diaduk sampai
homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar searah
dengan jarum jam, sebanyak 120 putaran per menit bersamaan dengan
itu mangkuk karet diputar berlawanan dengan jarum jam secara
perlahan-lahan, kemudian ditaruh diatas vibrator dengan kecepatan
rendah
d. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan pada alat ekstensometer
di atas vibrator dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah
untuk menghilangkan udara yang terjebak, kemudian permukaan
cetakan pada ekstensometer yang terisi adonan gipsum diratakan dan
dirapikan (sisa-sisa gypsum dibersihkan).
5. HASIL PRAKTIKUM
Waktu (Menit)
10 20 30 40 50
W : P Ratio
Pada percobaan untuk mengukur setting expansion gypsum tipe III ini, kami
melakukan tiga kali percobaan dengan membedakan W:P ratio. Pada percobaan
pertama dengan W:P ratio bernilai 14 ml : 50 gr didapatkan hasil setting expansion
pada menit ke-10 bernilai 0.5 mm, pada menit ke-20 bernilai 2.5 mm, pada menit
ke-30 bernilai 7.2 mm, pada menit ke-40 bernilai 9.2 mm, dan pada menit ke-50
bernilai 10.1 mm. Pada percobaan kedua W:P ratio bernilai 14 ml : 45 gr didapatkan
hasil setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.1 mm, pada menit ke-20 bernilai
0.1 mm, pada menit ke-30 bernilai 2.5 mm, pada menit ke-40 bernilai 4.5 mm, dan
pada menit ke-50 bernilai 5.2 mm. Sedangkan, pada percobaan ketiga dengan W:P
ratio 14 ml : 40 gr didapatkan hasil setting expansion pada menit ke-10 bernilai 0.3
mm, pada menit ke-20 bernilai 0.3 mm, pada menit ke-30 bernilai 2.4 mm, pada menit
ke-40 bernilai 4 mm, dan pada menit ke-50 bernilai 4.7 mm.
Waktu (Menit)
10 20 30 40 50
W : P Ratio
22 ml : 60 gr 0 0.5 0.8 8 11
6. PEMBAHASAN
1. Pembahasan Setting Expansion Gypsum Tipe III Berdasarkan W:P Ratio
Gypsum dihasilkan oleh alam dengan bentuk bubuk mineral berwarna putih
kekuningan dengan nama kimia kalsium sulfat dihidrat (CaSo4.2H2O). Selain
dihasilkan oleh alam, gypsum bisa dibuat dengan proses kimiawi (Anusavice, 2003).
Perbedaan W/P ratio sangat mempengaruhi setting expansion dari gypsum tipe
III. Apabila menaikkan W/P ratio, yang akan terjadi adalah menurunnya nilai setting
expansion, begitupun sebaliknya (Sakaguchi and Powers, 2019 p.260). Hal ini sesuai
dengan data hasil praktikum yang telah kami lakukan pada W:P ratio 14 ml : 50 gr
mempunyai hasil setting expansion yang paling tinggi dibandingkan dengan W:P ratio
14 ml : 45 gr dan 14 ml : 40 gram. Sedangkan setting expansion yang paling rendah,
yaitu pada percobaan W:P ratio 14 ml : 40 gr.
Proses setting expansion dapat dijelaskan dari basis kristalisasi. Kristalisasi
dihidrat dapat digambarkan sebagai pertumbuhan kristal-kristal hasil dari kristalisasi
nukleus. Kristal tumbuh dari nukleus lalu bercampur dan bertumbukan dengan
kristal-kristal lainnya dimana jumlah kristal-kristal tersebut sangat banyak sehingga
membentuk stress/dorongan keluar dan terjadi ekspansi dari gypsum. Oleh karena itu,
setelah setting kristal-kristal saling berkaitan dan diantaranya terdapat micropores dan
pores yang mengandung kelebihan air. Saat gypsum mengering, kelebihan air akan
hilang dan dapat mengakibatkan struktur berporus (Anusavice, et al., 2022 p.742).
Selain W/P ratio, hal yang dapat mempengaruhi setting expansion dari
gypsum adalah mixing time. Semakin lama mixing time dapat meningkatkan setting
expansion. W/P ratio yang rendah dan mixing time yang lama akan meningkatkan
setting expansion (Anusavice, et al., 2022 p.743).
Sebagian kristal gipsum akan terbentuk secara langsung ketika gypsum
berkontak dengan air. Ketika pengadukan dimulai, pembentukan kristal-kristal ini
meningkat. Semakin lama waktu pengadukan, maka akan meningkatkan jumlah
nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, ikatan kristalin yang terbentuk
akan semakin banyak, pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal dihidrat
tersebut akan meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya setting
ekspansi(Anusavice,2003).
Bila temperatur air yang digunakan tinggi, maka ekspansi yang terjadi akan
semakin kecil (O’Brien, 2002).
Semakin cepat kecepatan pengadukan, maka ekspansi akan semakin besar. Selain
itu, pengadukan secara mekanik juga dapat menurunkan setting ekspansi (O’Brien,
2002).
2. Pembahasan Setting Expansion Bahan Tanam Gypsum bonded berdasarkan
W:P Ratio
Biasanya, Setting expansion bahan tanam gypsum bonded ini dikendalikan
oleh retarder dan akselerator untuk gypsum. Panas eksotermis dari setting gypsum
dapat menyebabkan perluasan pola wax sebelum bahan tanam setting. Perluasan
investment dapat menyebabkan distorsi pola wax. Selain itu, besarnya ekspansi
setting higroskopis umumnya sebanding dengan kandungan silika pada bahan tanam
gypsum bonded, ekspansi akan menjadi lebih besar jika ukuran silika lebih halus.
Mekanisme terjadinya hygroscopic expansion berhubungan dengan normal setting
expansion yang muncul ketika adonan bahan tanam tuang set dan kontak dengan
udara. Dasar dari mekanisme ini berada pada tegangan permukaan dari air campuran.
Setelah adonan bahan tanam tuang tercampur,air mengelilingi komponen bahan tanam
tuang setting. Sebagai reaksi dari calcium sulfate binder, air di sekelilingnya
berkurang dan menyebabkan adanya kristal gypsum berbenturan pada permukaan dari
sisa air yang oleh tegangan permukaan pertumbuhan kristal dihambat. Ketika air yang
dibutuhkan untuk reaksi habis digunakan dan reaksinya selesai, pertumbuhan kristal
gypsum berhenti (Stewart and Bagby, 2013). Sehingga, seperti yang dibahas untuk
produk gipsum, semakin tinggi rasio air/bubuk (W/P) dari campuran air, semakin
sedikit ekspansi setting higroskopis.
Hal ini sesuai dengan hasil praktikum kelompok kami, dimana pada percobaan
pertama dengan W:P ratio 22 : 60 mengalami ekspansi yang paling tinggi yaitu
sebanyak 11 mm. Pada ratio 22 : 60 ini bubuk gypsum lebih banyak daripada yang
lainnya. Sementara itu untuk percobaan kedua, kami menaikkan W/P ratio sebanyak
24 : 60 sehingga ekspansi gipsum sedikit berkurang. kemudian pada percobaan ketiga,
kami menambah W/P ratio menjadi 26 : 60 dan ekspansi gipsum juga berkurang
daripada dua percobaan pertama. Namun, selain W/P ratio, banyak hal yang dapat
mempengaruhi ekspansi ini, misalnya, Ketika waktu pencampuran berkurang,
ekspansi higroskopis berkurang. Semakin tua umur simpan material, semakin rendah
ekspansi higroskopisnya. Jumlah ekspansi setting higroskopis terbesar terjadi ketika
perendaman terjadi sebelum initial setting. Semakin lama pencelupan investment
material dalam air tertunda melebihi waktu initial setting, semakin rendah ekspansi
higroskopis. Umur simpan juga mempengaruhi nilai maksimum ekspansi setting
higroskopis (Anusavice, 2022)
7. KESIMPULAN
Hasil yang kami dapatkan setelah melakukan praktikum manipulasi gipsum
tipe III dan gypsum bonded dengan perbedaan W:P ratio yang berbeda maka akan
menghasilkan setting expansion yang berbeda juga. Jika ratio W:P dinaikkan, maka
nilai setting expansion akan menurun, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa ratio W:P mempengaruhi setting expansion gipsum tipe III dan
gypsum bonded.
8. DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, et al. 2022. Phillips’ Sciences of Dental Material. 12th Ed. St. Louise,
Missouri: Saunders Elsevier.
Bonsor, S. J., & Pearson, G. J. (2013). A clinical guide to Applied Dental Materials.
(P), Ltd.
Sakaguchi, RL. and Powers, JM., 2019. Craig’s Restorative Dental Materials. 14th Ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier.