Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik : Setting Time Gypsum Tipe II Berdasarkan W:P Ratio


Kelompok : B-2
Tgl. Praktikum : 28 November 2022
Pembimbing : Prof. Dr. Elly Munadziroh, drg., M.S.

Penyusun :

Samith Taqyasha Naufal (022111133093)


Nur Hikmatus Sa’adah (022111133094)
Luthfiyah Nadhira (022111133095)
Dany Firsta Martino (022111133096)
Maudita Nastya Savira (022111133097)
Gloria Kayla Zefanya (022111133098)
Anisa Rachma (022111133099)
Dyah Kusumaningrum (022111133100)
Adrian Cetra Handita (022111133101)
Nabila Putri Dinda Adriyani (022111133102)

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
1. TUJUAN
Pada akhir praktikum mahasiswa dapat melakukan manipulasi gypsum tipe II
dengan tepat, mampu mengukur initial setting time dengan tepat berdasarkan variasi
perubahan perbandingan air dan bubuk, serta mampu mengukur final setting time
dengan tepat berdasarkan variasi perubahan perbandingan air dan bubuk.

2. ALAT DAN BAHAN


2.1 Bahan :
a. Gypsum tipe II
b. Air PAM

2.2 Alat :
a. Mangkuk karet
b. Spatula
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Timbangan analitik
f. Cetakan bentuk cincin
g. Vibrator
h. Jarum Gillmore
i. Termometer air

3. CARA KERJA
3.1 Pencampuran gypsum
a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan terlebih
dahulu
b. Bubuk gypsum tipe II ditimbang sebanyak 25, 30, dan 35 gram. Air PAM
diambil sebanyak 15 ml
c. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu,
kemudian bubuk gipsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk
karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan
gelembung udara
d. Pada saat mulai pencampuran antara gypsum dan air stopwatch dinyalakan,
pada saat itu mulai dihitung awal setting time
e. Gypsum dan air diaduk sampai homogen menggunakan spatula dengan
gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk
karet diputar secara perlahan-lahan. Kemudian diletakkan di atas vibrator
dengan kecepatan rendah selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung
udara
f. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan di atas vibrator yang sudah
dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk menghilangkan udara yang
terjebak, kemudian permukaan cetakan diratakan.
3.2 Pengukuran initial setting
a. Adonan dituang ke dalam cetakan. Cetakan diletakkan di bawah jarum
Gillmore dengan berat beban ¼ pound dengan penampang jarum 1/12 inch.
Kemudian permukaan adonan gipsum ditusuk dengan gerakan cepat dan jarum
diangkat kembali, ujung jarum dibersihkan dengan tissue
b. Penusukan pada permukaan adonan diulangi setiap 30 detik sambil cetakan
digerakkan memutar untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda
c. Gerakan ini dilakukan sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan
gypsum, pada saat itu waktu pada stopwatch dicatat, menunjukkan waktu
initial setting, stopwatch dibiarkan terus menyala.
3.3 Pengukuran final setting
a. Setelah jarum Gillmore dengan ukuran 1/12 inch tidak dapat menusuk
permukaan adonan gypsum lagi, maka cetakan gypsum dipindahkan ke bawah
jarum berukuran 1/24 inch dengan beban 1 pound.
b. Permukaan adonan gypsum ditusuk dengan ujung jarum dengan cara seperti
pada pengukuran initial setting sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan
adonan gypsum. Pada saat itu waktu pada stopwatch dicatat, menunjukkan
waktu final setting.

4. HASIL PRAKTIKUM
Manipulasi material praktikum :
1) Diukur initial setting time dan final setting time gipsum tipe II menggunakan
w/p ratio 15 ml : 25 gr.
2) Diukur initial setting time dan final setting time gipsum tipe II menggunakan
w/p ratio 15 ml : 30 gr.
3) Diukur initial setting time dan final setting time gipsum tipe II menggunakan
w/p ratio 15 ml : 35 gr.

Tabel Hasil Praktikum Gypsum Tipe II Berdasarkan W:P Ratio

No W:P Ratio Initial Setting Time Final Setting Time Setting Time

1 15 ml : 25 gr 45 menit 30 detik 40 menit 85 menit 30 detik

2 15 ml : 30 gr 32 menit 33 menit 65 menit

3 15 ml : 35 gr 30 menit 28 menit 30 detik 58 menit 30 detik

Pada praktikum ini, kami melakukan percobaan pada gipsum tipe II dengan
tiga variasi rasio air dan bubuk, yaitu 15 ml : 25 gr, 15 ml : 30 gr, dan 15 ml : 35 gr.
Pada praktikum ini, kami mendapatkan hasil yang berbeda-beda dari ketiga variasi
tersebut. Percobaan pertama, hasil initial setting didapatkan pada saat 45 menit 30
detik, sedangkan final setting pada saat 40 menit dan diperoleh total waktu dari initial
setting dan final setting yaitu 85 menit 30 detik. Percobaan kedua, hasil initial setting
didapatkan pada saat 32 menit, sedangkan final setting pada saat 33 menit dan
diperoleh total waktu dari initial setting dan final setting yaitu 65 menit. Selain itu,
pada percobaan ketiga, hasil initial setting didapatkan pada saat 30 menit, sedangkan
final setting pada saat 28 menit 30 detik dan diperoleh total waktu dari initial setting
dan final setting yaitu 58 menit 30 detik.

5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Gypsum
5.1.1 Pengertian Gypsum
Gypsum adalah mineral yang ditambang di berbagai belahan dunia. Mineral
gypsum CaSO4-2H2O (Calcium Sulfate Hemihydrate) biasanya berwarna
putih hingga putih kekuningan dan ditemukan sebagai massa yang kompak.
Gypsum juga merupakan produk sampingan industri. Selama berabad-abad
gypsum telah digunakan untuk tujuan konstruksi dan pembuatan patung.
Alabaster, sejenis gypsum yang berwarna putih, digunakan untuk bangunan
pada zaman dahulu. Aplikasi utama produk gipsum dalam kedokteran gigi
meliputi produksi model studi untuk struktur mulut dan maksilofasial dan
digunakan sebagai bahan tambahan untuk laboratorium gigi yang terlibat
dalam produksi prostesis gigi.
5.1.2 Sifat Gypsum
1) Compressive Strength
Compressive Strength adalah apabila suatu benda diberi beban sedikit demi
sedikit secara sekuensial sampai menjadi patah. Kekuatan tekan gypsum
terbagi menjadi 2 macam yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering. Kekuatan
basah adalah kekuatan yang diperoleh bila kelebihan air yang dibutuhkan
untuk hidrasi hemihidrat. Bila kelebihan air dikeringkan maka kekuatan yang
diperoleh adalah kekuatan kering. Gypsum tipe III memiliki kekuatan tekan
3000 psi (Anusavice 2003, hal. 167 -169). Nilai ini akan bervariasi bila rasio
W:P dinaikkan atau diturunkan. Ketika setting, gypsum menunjukkan nilai
kekuatan tekan yang relatif tinggi. Kekuatan tekan berbanding terbalik dengan
W:P Ratio. Semakin banyak air yang digunakan, semakin rendah nilai
kekuatan tekan yang dihasilkan.
2) Setting Time
Setting Time adalah waktu yang dibutuhkan gypsum mulai dari menyiapkan
bubuk gipsum, menyiapkan air pada mangkok karet, menuang gipsum pada
mangkok karet yang berisi air, mengaduk dan menempatkan pada replika
negatif sampai dengan adonan tersebut mengeras (Anusavice 2003, hal. 160).
Waktu pengerasan dibagi menjadi 2 bagian yaitu sebagai berikut: initial setting
time dan final setting time.
3) Tensile Strength
Tensile Strength adalah apabila suatu benda diberi tarikan sampai menjadi
patah. Gypsum harus mempunyai kekuatan tarik yang cukup agar tahan
terhadap daya yang mengenainya. Kekuatan tarik penting untuk menahan dari
kekuatan lateral seperti dalam pelepasan model. (Craig & Power 2002, hal.
403).
4) Reproduction of Detail
Detail reproduksi adalah gypsum dapat mengisi cetakan secara detail tanpa
terjadi bentukan porositas atau gelembung udara. Jumlah dari gelembung udara
yang terdapat di dalamnya berhubungan dengan proses pencampuran, yaitu
seberapa banyak gypsum yang tidak tercampur oleh air dengan baik. Jumlah
gelembung udara dapat diminimalisir dengan vibrasi dan vibrasi ini untuk
meningkatkan reproduksi detail dari model yang dihasilkan (Craig & Power
2002, hal. 403).
5) Setting Expansion
Semua jenis gypsum dapat melakukan ekspansi. Plaster memiliki nilai
ekspansi yang paling besar, yaitu 0,2% hingga 0,3%. Dental Stone memiliki
nilai ekspansi 0,08% hingga 0,10%. High-strength stone memiliki nilai
ekspansi yang paling rendah, yaitu 0,05% hingga 0,07%. Secara teoritis,
kontraksi saat setting dapat dihitung, tetapi kristal gypsum yang tumbuh saling
mendorong satu sama lain dan menyebabkan terdorongnya kristal keluar
menyebabkan ekspansi eksternal dengan porositas internal yang dihasilkan
dalam massa yang ditetapkan. Setting expansion dapat dikontrol dengan
memanipulasi variabel. Campuran yang lebih kental dan peningkatan spatulasi
akan meningkatkan nilai setting expansion, sedangkan campuran yang lebih
cair dan penurunan spatulasi akan menurunkan nilai setting expansion.
5.1.3 Tipe Gypsum
1) Impression Plaster (Tipe I)
Plaster cetak (tipe I) digunakan untuk mencetak daerah edentulous, tidak
memerlukan kekuatan yang besar sehingga gypsum tipe ini membutuhkan
pencampuran dengan rasio air dan bubuk (water:powder = W:P) yang lebih
besar.
2) Model Plaster (Tipe II)
Plaster model (tipe II) digunakan untuk membuat model studi dan untuk
keperluan laboratoris seperti penanaman model dalam kuvet, artikulator,
okludator, dan sebagai basis model kerja. Gypsum tipe II termasuk jenis
gypsum yang mempunyai struktur kristal B-hemihidrat sehingga mempunyai
bentuk kristal yang tidak teratur dan jarak antara partikel yang besar yang
menyebabkan reaksi pengerasan membutuhkan banyak air.
3) Dental Stone (Tipe III)
Stone gigi (tipe III) digunakan sebagai model kerja; untuk menanam model
malam yang telah dikonstruksi pada model kerja ke dalam kuvet sehingga
setelah proses pembuangan malam akan dihasilkan rongga cetak yang detail
dan akurat. Gypsum tipe III lebih kuat dan tahan terhadap abrasi dibandingkan
dengan gypsum tipe II.
4) Dental Stone, High Strength (Tipe IV)
Stone gigi kekuatan tinggi (tipe IV) dan Stone gigi kekuatan tinggi dan
ekspansi tinggi (tipe V) memiliki fungsi yang sama sebagai reproduksi die.
5) Dental Stone, High Strength, High Impression (Tipe V)
Gypsum tipe V mempunyai partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan
gypsum tipe IV (Anusavice 2003, hal. 172).
5.1.4 Manipulasi Gypsum
Manipulasi dari gypsum dilakukan dengan melakukan pencampuran
bubuk dari gypsum dengan air. Proses pencampuran disebut dengan spatulasi.
Proses spatulasi memiliki efek tertentu pada setting time dan setting expansion
(Craig’s 2008, hal.395-396). Manipulasi gipsum harus memperhatikan 2 hal
berikut ini yaitu pengukuran rasio W:P dan pengadukan. Anusavice (2003:
159) menyatakan, gypsum tipe III atau dental stone memerlukan 28-30 ml air
untuk setiap 100 gram bubuk gypsum. Penggunaan merk gypsum yang
berbeda mempunyai rasio W:P yang berbeda, Hal ini tergantung pada
komposisi yang telah ditetapkan oleh pabrik. Bubuk gypsum dan air
dicampurkan dengan cara menyiapkan air sebagai medium pendispersi
selanjutnya bubuk gypsum dituang kedalam air. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah terjebaknya udara ke dalam adonan gypsum. Bubuk gypsum dan air
yang tercampur kemudian diaduk. Waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk
gypsum hingga homogen adalah 1 menit (Anusavice 2003, hal. 172-173).
Diperlukan kehati-hatian saat menuangkan gypsum agar terhindar dari
terperangkapnya udara. Gypsum harus dituangkan perlahan dan massa harus
mengalir ke dalam impresi di bawah getaran sehingga mendorong udara ke
depan saat mengisi impresi gigi. Setelah dituang, gypsum harus dibiarkan
mengeras selama 45 sampai 60 menit sebelum dipisahkan dari impresi dan
didesinfeksi. Model dapat didesinfeksi dengan perendaman dalam larutan
natrium hipoklorit 1:10 selama 30 menit atau mengikuti instruksi pabrik.
(Sakaguchi & Powers 2019, hal. 260).
5.1.5 Water/Powder Ratio
Proporsi air terhadap bubuk yang digunakan untuk membuat campuran
produk gypsum disebut dengan Water : Powder Ratio atau W:P Ratio. Dalam
kedokteran gigi, jumlah air terukur yang berlebih di atas jumlah teoritis selalu
diperlukan untuk hidrasi. Jumlah berlebih ini diperlukan untuk membuat
campuran yang dapat dituangkan dan dibentuk. Kelebihan air didistribusikan
sebagai air bebas dalam massa tanpa mengambil bagian dalam reaksi kimia
serta berkontribusi pada porositas atau rongga mikroskopis. W:P Ratio yang
tepat untuk setiap jenis gypsum tergantung pada karakteristik fisik partikel
powder. Perbedaan rasio ini menghasilkan konsistensi yang berbeda.
5.1.6 Setting Time
1) Initial Setting Time
Waktu yang dibutuhkan gypsum untuk mencapai suatu tingkat perubahan
kekerasan tertentu dalam proses setting yaitu saat air di permukaan adonan
mulai absorbsi ke dalam adonan hingga terbentuk kristal yang ditandai dengan
semi keras nya adonan yang sudah melewati working time namun belum
mencapai final setting time.
2) Final Setting Time
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan reaksi disebut final setting time.
Jika laju reaksi terlalu cepat atau material memiliki waktu pengerasan yang
singkat, massa campuran dapat mengeras sebelum operator dapat
memanipulasinya dengan benar. Sebaliknya, jika laju reaksi terlalu lambat,
diperlukan waktu yang terlalu lama untuk menyelesaikan operasi. Oleh karena
itu pengaturan yang tepat pada setting time adalah salah satu karakteristik yang
paling penting dari material gypsum (Sakaguchi 2019, hal. 256).
5.1.6.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Setting Time Gypsum
1) Solubilitas Hemihidrat
Kelarutan hemihidrat yang meningkat akan mencapai supersaturasi
dihidrat lebih cepat.
2) Jumlah Inti Kristalisasi
Semakin besar jumlah inti kristalisasi, semakin cepat kristal dihidrat
akan terbentuk, semakin cepat pula setting time.
3) Laju Pertumbuhan Kristal
Meningkatkan atau menurunkan laju pertumbuhan kristal akan
mempercepat atau memperlambat setting time.
4) Rasio Water/Powder
Penggunaan rasio W / P yang lebih tinggi mengurangi jumlah inti per
satuan volume, dengan setting time yang lebih lama. Semakin banyak
bubuk yang digunakan saat manipulasi, maka semakin cepat gypsum
akan mengeras. (Shen et al 2022, hal .740)

6. PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari hasil praktikum yang diperoleh, hasil menunjukkan
bahwa perbedaan W/P ratio memiliki pengaruh pada setting time gypsum tipe II.
Percobaan ini dilakukan dengan mengubah W/P ratio. Jumlah pengadukan gypsum
tipe II yang dilakukan dalam praktikum ini adalah 120 putaran/menit. Setting time
dibedakan menjadi dua tahap, yaitu initial setting time dan final setting time. Initial
setting time terjadi ketika material berkembang menjadi padat tetapi lemah, dan flow
yang kurang. Sedangkan final setting time terjadi ketika material telah mempunyai
kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk dilakukan pengerjaan.
Dari hasil praktikum tersebut dapat diambil pemahaman bahwa semakin tinggi
W/P ratio, maka semakin panjang pula setting time dari gypsum tipe II. Menurut teori,
setting time dari gipsum dapat dikontrol dengan beberapa cara yakni pengaturan W/P
ratio, pengaturan suhu air yang akan dipakai, serta suhu ruangan. Penambahan W/P
ratio memperlambat setting time dengan mengurangi konsentrasi dari pengkristalan
nuclei (McCabe & Walls 2008, hal. 37).
Semakin sedikit jumlah rasio bubuk (powder), maka kecepatan tumbukan antar
partikel akan semakin lambat. Kecepatan tumbukan akan berpengaruh pada energi
yang dihasilkan. Energi itulah yang digunakan untuk melakukan reaksi setting time.
Semakin sedikit energi yang dihasilkan, reaksi yang terjadi akan semakin lambat,
hingga akhirnya setting time yang dihasilkan semakin lambat. Proses pencampuran
juga memiliki pengaruh pada setting time suatu material. Peningkatan kecepatan
pengadukan akan memperpendek setting time dari gypsum. Saat bubuk gypsum
dimasukkan ke dalam air, reaksi kimia dimulai dan kalsium sulfat dihidrat mulai
terbentuk. Saat pengadukan, kalsium sulfat dihidrat baru yang terbentuk memecahkan
kristal kecil dan memulai nukleasi baru di sekitar kalsium sulfat dihidrat yang dapat
diendapkan. Penambahan jumlah pengadukan menyebabkan nukleasi terbentuk dan
perubahan kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat membutuhkan waktu yang lebih
singkat (Sakaguchi, R.L, et al 2019, hal. 303).
Temperatur air untuk pencampuran dan suhu lingkungan juga menjadi faktor
lain yang berpengaruh dalam penentuan setting time dari gipsum. Peningkatan
temperatur air akan mempercepat setting time. Pada temperatur 0°C - 50°C hanya
terjadi sedikit perubahan, tetapi bila temperatur air melebihi 50°C, waktu setting akan
terjadi perlambatan secara bertahap. Begitu temperatur mencapai 100°C, tidak ada
reaksi yang terjadi (Anusavice 2013, hal. 186).

7. KESIMPULAN
Perbedaan W/P ratio dan cara pengadukan dapat mempengaruhi setting
expansion gipsum tipe II. Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan, ditemukan
bahwa semakin besar W/P ratio, maka akan memperlambat setting time. Sebaliknya,
semakin kecil W/P ratio, maka akan mempercepat setting time. Pengaruh yang
kedua adalah pengadukan. Semakin lama pengadukan, maka akan mempercepat
setting time. Begitu pula sebaliknya, semakin cepat pengadukan, maka akan
memperpanjang setting time.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J., 2003, Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, ed.10, Jakarta : EGC
Penerbit Buku Kedokteran. pp. 159-173.
Anusavice, et al. 2013. Phillips’ Sciences of Dental Material. 12th Ed. St. Louise, Missouri:
Saunders Elsevier. pp. 186.
Craig, R., & Power, J., 2002. Restorative Dental Materials: 11th Edition. London: The CV
Mosby Co. pp. 403.
Craig, R., & Power, J., 2008. Restorative Dental Materials: 12th Edition. London: The CV
Mosby Co. pp. 395-396.
McCabe, et al. 2008. Applied Dental Material. 9th Ed. Oxford: Blackwell Publishing. pp. 37.
Sakaguchi, RL. and Powers, JM., 2019. Craig’s Restorative Dental Materials. 14th Ed.
Philadelphia : Saunders Elsevier. pp. 256, 260, 303.
Shen C. Rawls H. R. Esquivel-Upshaw J. F. Anusavice K. J. Phillips R. W. & Skinner E. W.
(2022). Phillips' science of dental materials (13th ed.). Elsevier. pp. 740

Anda mungkin juga menyukai