Anda di halaman 1dari 20

1. TUJUAN Setelah praktikum mahasiswa mampu : a. Melakukan manipulasi gypsum plaster dengan tepat b.

Mengukur initial setting time dengan tepat berdasarkan variasi perubahan rasio w : p c. Mengukur final setting time dengan tepat berdasarkan variasi perubahan rasio w : p

2. METODE PRAKTIKUM 2.1 Bahan : a. Gipsum Plaster b. Air Aqua c. Vaseline

B A C

Gambar 2.1 Bahan Praktikum. A. Bubuk Gipsum Tipe II, B. Air Aqua, C. Vaseline. 2.2 Alat :

A. Mangkuk Karet B. Spatula C. Gelas Ukur D. Stopwatch E. Timbangan Analitik F. Cetakan bentuk cincin G. Glasslab H. Vibrator I. Jarum Gillmore J. Termometer Air

Gambar 2.2 Alat-alat yang digunakan untuk praktikum. A. Spatula, Cetakan Bentuk Cincin, Bowl Karet, B. Tempat Gipsum, Gelas Ukur, Tempat Air, C. Timbangan Analitik / Digital, D. Vibrator, E. Jarum Gillmore 2.3 Cara Kerja : 2.3.1 Pencampuran Gipsum

a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan terlebih dahulu. b. Bubuk gipsum plaster ditimbang sebanyak 50 gram. Air Aqua diambil sebanyak 30 ml. c. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu, kemudian bubuk gipsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara. d. Pada saat mulai pencampuran antara gipsum dan air stopwatch dinyalakan, pada saat itu mulai dihitung awal setting time. e. Gipsum dan air diaduk sampai homogen menggunakan spatula dengan gerakan memutar selama 1 menit/120 putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar secara perlahan-lahan. Kemudian diletakkan di atas vibrator dengan kecepatan rendah selama 30 detik untuk menghilangkan gelambung udara.

f. Adonan gipsum dituangkan ke dalam cetakan di atas vibrator yang sudah dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk mengilangkan udara yang terjebak, kemudian permukaan cetakan diratakan.

Gambar 2.3 Tahapan awal pengujian setting time gypsum tipe II Keterangan : A. Menimbang bubuk gypsum pada ditambangan analitik kemudian dicatat, B. Mengukur banyaknya air yang akan dipakai menggunakan gelas ukur, C. Mengukur suhu air menggunakan thermometer digital, D. air terlebih dahulu dimasukan dalam bowl.
H C I J C D

Gambar 2.4 Tahapan mixing dalam pengujian setting time gypsum tipe II Keterangan : E. Gipsum dimasukan ke dalam bowl yang sebelumnya terisi air, F. Tunggu gypsum mengendap, G. Cara mengaduk gypsum. H. Cetakan cincin diolesi vaselin, I. Gipsum yang telah tercampur di letakan diatas vibrator untuk menghilangkan gelembung udara, J. Menuang adonan Gipsum pada cetakan cincin kemudian diletakkan di atas vibrator.

2.3.2

Pengukuran pengerasan awal (initial setting)

a. Stopwatch dinyalakan dan pengukuran dimulai pada saat adonan dituang ke dalam cetakan. Cetakan diletakkan dibawah jarum Gillmore dengan berat beban pound dengan penampang jarum 1/12 inch. Kemudian permukaan adonan gipsum ditusuk dengan gerakan cepat dan jarum diangkat kembali, ujung jarum dibersihkan dengan tissue. b. Penusukan pada permukaan adonan diulangi lagi setiap 30 detik sambil cetakan digerakkan memutar untuk mendapatkan daerah tusukan yang berbeda. c. Gerakan ini dilakukan sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum, pada saat itu stopwatch dimatikan dan waktu dicatat.

Gambar 2.5 Pengujian Initial Setting Time Gipsum tipe II menggunakan jarum gillmore dengan berat beban pound dengan penampang jarum 1/12 inch

2.3.3

Pengukuran pengerasan akhir (final setting)

a. Setelah jarum Gillmore dengan ukuran 1/12 inch tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum lagi, maka cetakan gipsum dipindahkan ke bawah jarum berukuran 1/24 inch dengan beban 1 pound. b. Stopwatch dinyalakan,permukaan adonan gipsum ditusuk dengan ujung jarum dengan cara seperti pada pengukuran initial setting sampai jarum tidak dapat menusuk permukaan adonan gipsum. Pada saat itu stopwatch dimatikan dan waktu dicatat.

Gambar 2.6 Pengujian Final Setting Time Gipsum tipe II menggunakan jarum gillmore dengan berat beban 1 pound dengan penampang jarum 1/24 inch

Gambar 2.7 Gipsum yang telah mengeras sempurna, permukaan adonan gypsum sudah tidak bisa ditusuk oleh jarum gillmore

3. HASIL PRAKTIKUM Kelompok B5a Temperatur Air : 31C Temperatur Udara : 26C ( ruangan ber AC)

3.1 Percobaan 1

Air Bubuk Pengadukan

: 30 ml : 49,95 gr : 120 putaran / menit dengan W/P ratio

Tabel 3.1 Hasil praktikum Percobaan 1 Setting Time pada Gipsum Tipe II Waktu 0.30 0.31- 01.10 01.11 - 02.28 03.00 - 03.42 03.43 - 04.49 05.00 - 05.31 17.00 - 17.31 17.32 - 18.00 18.01- 18.30 20.00 -20.34 21.37- 21.58 21.58 Aktivitas Pengendapan Pengadukan Pengadukan di atas vibrator Penuangan adonan ke cincin di atas vibrator Persiapan Initial setting dimulai Bagian pinggir sudah keras Bagian tengah sudah keras Final Setting dimulai Bagian Pinggir sudah keras Bagian Tengah sudah keras Proses Selesai

Gambar 3.1 Hasil praktikum Percobaan 1 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio 3.2 Percobaan 2 Air : 30 ml

Bubuk Pengadukan

: 40 gr : 120 putaran / menit

Tabel 3.2 Hasil praktikum Percobaan 2 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio Waktu 0.30 0.31- 01.30 01.31 - 02.03 02.11- 02.41 02.42 - 03.44 03.45 - 04.30 22.21 - 22.50 23.05 - 23.21 23.57- 24.27 29.01 -29.30 29.31- 29.46 29.46 Aktivitas Pengendapan Pengadukan Pengadukan di atas vibrator Penuangan adonan ke cincin di atas vibrator Persiapan Initial setting dimulai Bagian pinggir sudah keras Bagian tengah sudah keras Final Setting dimulai Bagian Pinggir sudah keras Bagian Tengah sudah keras Proses Selesai

Gambar 3.2 Hasil praktikum Percobaan 2 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio 3.3 Percobaan 3 Air Bubuk Pengadukan : 35 ml : 50 gr : 120 putaran / menit dengan W/P ratio

Tabel 3.3 Hasil praktikum Percobaan 3 Setting Time pada Gipsum Tipe II

Waktu 0.30 0.31- 01.30 01.40 - 02.10 02.30- 03.00 03.31 - 03.36 03.36- 04.06 26.06 - 26.36 26.37 - 27.06 22.15- 27.45 29.45 - 30.15 30.45 - 31.45 31.45

Aktivitas Pengendapan Pengadukan Pengadukan di atas vibrator Penuangan adonan ke cincin di atas vibrator Persiapan Initial setting dimulai Bagian pinggir sudah keras Bagian tengah sudah keras Final Setting dimulai Bagian Pinggir sudah keras Bagian Tengah sudah keras Proses Selesai

Gambar 3.3 Hasil praktikum Percobaan 3 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio

10

Gambar 3.4 Hasil praktikum B5a percobaan 1 2 3 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio

Hasil Praktikum Kelompok B5b Tabel 3.4 Hasil Praktikum Kelompok B5b percobaan 1 2 3 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio Percoba an ke1 2 3 Rasio w:p 30:50 40:30 50:35 Putaran pengaduk an 150 putaran 124 putaran 120 putaran Initial setting time Pinggir Tengah 26 menit 35 detik 28 menit 30 detik 30 menit Final setting time Pinggir Tengah 36 menit 38 detik 48 menit 56 menit 3 detik

26 menit 5 37 menit 4 detik 30 menit 30 detik 30 menit 30 detik detik 39 menit 55 menit 53 detik

11

Gambar 3.5 Hasil praktikum B5b percobaan 1 2 3 Setting Time pada Gipsum Tipe II dengan W/P ratio 4. PEMBAHASAN Dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui mengenai setting time dari bahan gypsum tipe II (dental plaster) yang dipengaruhi dan ditentukan oleh berbagai macam hal diantaranya variasi suhu air dan ruangan, kecepatan pengadukan, serta rasio W/P yang dipakai. Dari praktikum ini dapat diketahui cepat tidaknya setting time gypsum tipe II (dental plaster) yang dapat diatur sedemikian dengan mengubah suhu air, mempercepat pengadukan dan pengubahan rasio W/P Setting time gypsum tipe II (dental plaster) diuji dengan jarum gillmore untuk mengetahui seberapa lama initial setting time dan final setting time yang tepat dan ideal. Gipsum adalah material alami yakni mineral tambang yang tersebar di dunia (Gambradella E.L and Johnson R.J 2010, hal 14).
12

Gipsum adalah mineral yang terdiri dari kalsium sulfat dihidrat. Gipsum adalah bahan yang sering digunakan untuk protesis dalam dunia kedokteran gigi karena murah dan mudah dimodifikasi dengan penambahan bahan kimia lainnya (Pinto J.L et al. 2011, hal 700) Pembuatan Gipsum tipe II (plaster) terbentuk ketika gypsum mineral dipanaskan di ketel terbuka di temperature sekitar 110 sampai 120 (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 301). Pemanasan yang berlebihan pada gypsum dapat mengakibatkan kehilangan air untuk membentuk calcium sulfat anhidrat (CaSo4)3. Semua proses tersebut dapat berpengaruh pada karakter setting pada dental plaster (McCabe J.F and Walls W.G. 2008, hal 33) Gypsum plaster atau plaster of paris terdiri dari bubuk partikel yang tidak berbentuk, porus dan beragam ukuran partikel. Gipsum plaster biasanya berwarna putih, Penambahan retader maupun akselerator (Gambradella E.L and Johnson R.J 2010, hal 15) Dental plaster dalam bidang kedokteran digunakan untuk orthopedic untuk menstabilkan tulang yang patah sebelum penyembuhan tulang. (McCabe J.F and Walls W.G. 2008, hal 33) Gipsum tipe II (plaster) biasa digunakan untuk model studi, yakni untuk keperluan perekaman model gigi yang akan dijadikan duplikat dari kondisi rongga mulut. (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 299 dan 300). Gipsum plaster dikemas dalam box dengan berat 25-50 pound ataupun 100 pound dalam kaleng. Gypsum harus disimpan dalam wadah kedap udara agar tidak terkontaminasi kelembaban udara. (Gambradella E.L and Johnson R.J 2010, hal 14) Dampak kontaminasi kelembaban udara pada gypsum dapat

mengurangi jumlah hemihidrat yang terkandung dalam gypsum sehingga dapat memperlambat setting time. Oleh karena itu, Semua produk gypsum

13

harus disimpan dalam tempat yang tertutup yang terhindar dari kelembaban udara serta di tempat yang sejuk dan area yang kering untuk menjaga keadaan optimal gypsum (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 304) Reaksi kimia gypsum terjadi ketika bubuk bercampur dengan air, pada tahapan awal ini hanya sedikit porsi dari hemihidrat yang berubah menjadi gypsum. Bubuk dan air yang tercampur diaduk menjadi kental pada saat tidak mudah mengalir pada detail cetakan, proses ini disebut working time. (Sakaguchi RL and Powers J.M 2012, hal 302 ) Kemudian, intial setting time adalah waktu yang dibutuhkan gypsum untuk menjadi keras pada awal setting proses. Final setting time ditentukan ketika gypsum tidak bisa dipisahkan dari cetakan. Menurut teori, setting time gypsum dapat dikontrol dengan beberapa cara yakni pengaturan water powder (W/P) rasio, pengaturan suhu air yang akan dipakai serta suhu ruangan (McCabe J.F and Walls W.G. 2008, hal 37), pengaturan proses pengadukan ( spatulation ) (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 305 ), penambahan retader maupun akselator (Gambradella E.L and Johnson R.J 2010, hal 15) Rasio dari air dan bubuk biasanya disebut dengan W/P ratio, yakni perhitungan yang didapat dari perbandingan volume dari air dan berat dari bubuk (Anusavice K.J. 2003, hal 59) Pencampuran J.L et al. 2011, hal 702) W/P ratio adalah faktor yang penting dalam menentukan sifat fisik dan kimia dari hasil final produk gypsum, sebagai contoh W/P ratio bertambah, setting time bertambah, dan kekuatan dari gypsum menurun, dan setting expansion menurun. (Anusavice K.J. 2003, hal 59) semua produk gypsum tergantung pada

water/powder (W/P) rasionya untuk mendapatkan hasil yang baik. (Pinto

14

Ketika gypsum dicampur dengan air, gypsum plaster mulai menjadi keras. Penggunaan lebih banyak air daripada bubuk dapat memperpanjang setting time (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 302 dan 305 ) Pencampuran yang tebal (W/P ratio rendah) pengerasan akan

lebuh cepat karena tangan-tangan gypsum cepat terbentuk dan meninggalkan sedikit sisa air sehingga terkonsentrasi dalam volume yang kecil sehingga lebih cepat menjadi bentuk solid dan porosity meningkat (OBrien W.J. 2002, hal 81 dan 82) Sebagai contoh dari W/P ratio yang ideal yakni cup air dan 1 cup bubuk gypsum dan dicampur dengan rata akan membuat adonan gypsum dengan konsistensi yang creamy dan homogen (Gambradella E.L and Johnson R.J 2010, hal 16) Proses mixing, disebut juga dengan spatulasi, yang berpengaruh terhadap setting time dan setting expansion dari gipsum. Ketika pengadukan dipercepat (kecepatan maupun waktu pengadukan ataupun keduanya) akan memperpendek setting time. Ketika bubuk bercampur dengan air, reaksi kimia dimulai, dan calcium sulfat dihidrat terbentuk. Sebelum spatulasi, calcium sulfat dihidrat yang baru terbentuk menjadi kristal yang kecil dan memulai membentuk tangan-tangan reaksi yang sebelumnya masih terpencar. Mempercepat banyaknya pengadukan mengakibatkan banyak tangan-tangan reaksi gypsum terbentuk sehingga perubahan kalsium sulfat hemihidrate menjadi dihidrat menjadi cepat (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 303). Suhu yang digunakan untuk proses pencampuran dan juga suhu ruangan, memiliki efek pada setting reaksi gypsum. Secara umum, ketika suhu meningkat, mobilitas dari kalsium dan ion sulfat meningkat yang akan meningkatkan reaksi kimia yang berdampak memperpendek setting time, reaksi sebaliknya terjadi apabila suhu yang digunakan rendah. (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 303).

15

Untuk menguji setting time (intial setting maupun final setting) dapat diketahui dengan mengunakan alat uji yakni penetrometer ( Jarum Gillmore ataupun jarum vicat; keduanya memberi hasil uji initial setting time yang sama) (OBrien W.J. 2002, hal 84) Ketika jarum tidak lagi bisa menusuk ke dasar gypsum berarti gypsum telah melewati initial setting time dan ketika jarum tidak lagi meninggalkan bekas tusukan pada permukaan gypsum berarti telah melewati final setting time (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 305) Percobaan yang telah kelompok kami lakukan (kelompok B5a) adalah percobaan dengan tiga perlakuan yang berbeda dengan masingmasing percobaan dilakukan dua kali pencetakan ke dalam cetakan bentuk cincin . Dalam hal ini perbedaan perlakuan masing-masing dapat dilihat dari perbedaan w/p rationya. Percobaan pertama adalah dengan perbandingan w/p ratio 30ml/50gr dengan pengadukan 120 putaran / menit, yang menghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-17 dan 31 detik dan final settingnya pada menit ke 21 detik 58. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-18 detik 01 dan final settingnya pada menit ke-20 detik 34. Percobaan yang kedua adalah dengan perbandingan w/p ratio 30ml/40gr dengan pengadukan 120 putaran / menit yang menghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-22deetik 50 dan final setting pada menit ke-29 detik 30. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-23 detik 21 dan final settingnya pada menit ke-29 detik 46. Percobaan yang ketiga adalah dengan perbandingan w/p ratio 35ml/50gr dengan pengadukan 120 putaran / menit yang meghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-26 detik 36 dan final settingnya pada menit ke-30 detik 15. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-27 detik 06 dan final settingnya pada menit ke-31 detik 45.

16

Kemudian kami juga membandingkan dengan hasil percobaan dari kelompok B5b yakni sebagai berikut : Percobaan yang pertama kelompok B5b adalah dengan perbandingan w/p ratio 30ml/50gr dengan pengadukan 150 putaran /

menit yang meghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-26 detik 35 dan final settingnya pada menit ke-37 detik 14. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-26 detik 05 dan final settingnya pada menit ke-36 detik 38. Percobaan yang kedua kelompok B5b adalah dengan perbandingan w/p ratio 40ml/30gr dengan pengadukan 124 putaran / menit yang meghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-28 detik 30 dan final settingnya pada menit ke-39 detik 0. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-30 detik 30 dan final settingnya pada menit ke-48 detik 0. Percobaan yang ketiga kelompok B5b adalah dengan perbandingan w/p ratio 50ml/30gr dengan pengadukan 120 putaran / menit yang meghasilkan initial setting gypsum plaster pada cincin tepi adalah pada menit ke-30 detik 0 dan final settingnya pada menit ke-55 detik 53. Sedangkan, initial setting gypsum plaster pada cincin tengah adalah pada menit ke-30 detik 30 dan final settingnya pada menit ke-56 detik 3. Hasil pengukuran tersebut berdasar acuan dari jarum gillmore yang sudah tidak meninggalkan jejak pada permukaan dari gipsum plaster tersebut. Perbedaan w:p ratio pada gipsum plaster dapat menyebabkan perbedaan setting time. Hal ini dikarenakan oleh jumlah molekul air dan jumlah molekul bubuk yang ditambahkan tidak seimbang sebagaimana yang telah ditetapkan oleh pabrik. Pada percobaan pertama, perbandingan air dan bubuk yang digunakan mengikuti aturan pabrik. Sedangkan pada percobaan kedua, dilakukan pengurangan jumlah bubuk gipsum yang dimasukkan ke air, sehingga diharapkan adonan akan menjadi lebih cair

17

dari percobaan pertama dan ketiga. Pada percobaan ketiga, jumlah air ditingkatkan sehingga adonan yang didapatkan setelah pengadukan akan lebih cair dari percobaan pertama. Perbedaan setting time akan terjadi pada ketiga percobaan tersebut. Hal ini dapat terjadi akibat dari bertumbuknya molekul-molekul gipsum untuk berikatan dengan air. Ketika molekulmolekul tersebut berikatan dengan air, maka akan terbentuk ikatan berbentuk jala atau fibril. Akibat dari reaksi tersebut, gipsum akan mengeluarkan kalor sebagai hasil reaksi. Molekul-molekul air yang berlebih akan terlepas ke udara melalui kalor tersebut dan hal ini dapat menyebabkan setting time akan lebih lambat. Oleh karena itu, perbandingan antara jumlah air dan bubuk yang digunakan merupakan hal penting yan mempengaruhi setting time. Penggunaan lebih banyak air daripada bubuk dapat memperpanjang setting time (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 302 dan 305 ) Perubahan w:p ratio dari yang ditentukan oleh pabrik dapat mempengaruhi kecepatan pengerasan gypsum . Semakin banyak air , ratio akan semakin besar . Hal ini akan mempengaruhi jumlah nukleus yang terbentuk sehingga waktu pengerasan akan semakin panjang . Selain itu juga dapat mempengaruhi kekuatan produk gypsum. Misal, semakin rendah ratio , gypsum akan cepat mengeras dan itu terjadi akibat kristal hemihidrat menjadi lebar dan tidak larut dengan sempurna. Selain itu pengaruh kecepatan pengadukan juga berpengaruh, Mempercepat banyaknya pengadukan mengakibatkan banyak tangantangan reaksi gypsum terbentuk sehingga perubahan kalsium sulfat hemihidrate menjadi dihidrat menjadi cepat (Sakaguchi R.L and Powers J.M 2012, hal 303). Sehingga adonan lebih cepat menjadi homogen dan berkonsistensi creamy. Faktor-faktor yang mempengaruhi setting time tidak sesuai dengan ketentuan antara lain adanya keterbatasan alat. Alat gillmore yang tersedia terbatas sehingga dipakai secara bergiliran satu sama lain dengan selisih waktu yang cukup berdekatan sehingga ada keterlambatan penusukan,

18

penghitungan waktu yang berbeda-beda antara pengujian yang satu dan yang lain, pengadukan. Cara dan kecepatan pengadukan setiap orang yang berbeda beda, pelaksanaan percobaan yang kurang memenuhi prosedur tentu akan mengurangi keakuratan dari hasil pratikum. 5. SIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa setting time pada gypsum tipe II (dental plaster ) dipengaruhi oleh variasi suhu air dan ruangan, penambahan retader ataupun akselerator, rasio W / P yang dipakai serta kecepatan pengadukan per menit. Untuk mengetahui sudah mengeras atau tidaknya gypsum dapat diketahui dengan mengamati intial setting serta final settingnya dengan menggunakan jarum gillmore. intial setting didapat apabila jarum gillmore sudah tidak dapat menusuk hingga kedasar cetakan gypsum (setengah mengeras) dan final setting ketika jarum gillmore sudah tidak meninggalkan bekas tusukan pada permukaan gypsum.

6. DAFTAR PUSTAKA 1. Anusavice K.J. 2003. Science of Dental Material. 11 th ed. St Louis. WB Saunders Co. Hal 59-63 2. Gambradella E.L and Johnson R.J. 2010. Alginate Impression and Diagnostic Study Model Technique. America. A.D.A CERP. Available on dentalcare.com. Accessed on 23 March 2012. Hal 14-16 3. McCabe J.F and Walls W.G. 2008. Applied Dental Material. 9 th ed. United Kingdom. Blackwell Munksgaard. Hal 33-37 4. Pinto J.L et al. 2011. Characterization of different water/powder ratios of dental gypsum using fiber Bragg grating sensors. Portugal.

19

Universitario de Santiago Press. Available on Dental Material Journal 2011; 30(5): Hal 700 5. OBrien W.J. 2002. Dental Material and Their Selection.3rd ed. Michigan. Quintessence Publishing Co Inc. Hal 81-84 6. Sakaguchi R.L and Powers J.M. 2012. Craigs Restorative Dental Materials. 13th ed. Philadelphia. Elsevier Mosby. Hal 301-304

20

Anda mungkin juga menyukai