Anda di halaman 1dari 11

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

Topik :
- (Topik 5) Setting expansion gypsum tipe III berdasarkan W : P ratio
- (Topik 6) Setting expansion bahan tanam gypsum bonded berdasarkan W : P ratio
Kelompok : C11
Tanggal Praktikum : 8 Maret 2018
Pembimbing : Dr. Elly Munadziroh,drg.,Msi

Penyusun :

1. Dinda Nindy Oktaviany 021711133153


2. Achmad Chasina Aula 021711133154
3. Alya Sahilla Fahri 021711133155
4. Hana binti Suhaimi 021711133156

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
I. PENDAHULUAN

TOPIK 5

Gipsum dihasilkan oleh alam di pegunungan berupa bubuk berwarma putih


kekuningan yang bernama kalsium sulfat dihidrat dengan rumus kimia CaSO4 2H2O.
Penggunaan gypsum di kedokteran gigi diantaranya membuat mould model kerja untuk
konstruksi prostesa dan restorasi. Jenis gypsum yang dihasilkan tergantung dari cara
pembuatan. Gipsum diperoleh dengan cara : mineral gypsum dilakukan dehidrasi di bawah
tekanan udara dan airnya diuapkan suhu 1250 C, sehingga terbentuk a-calcium sulfate
hemihydrate (dental stone/gypsum type III), bentuk bubuk partikel prismatic, lebih homogen
dan padat. Jenis gypsum ini bersifat lebih kuat, tidak porus dan lebih keras. Digunakan untuk
membuat model kerja pembuatan gigi tiruan.
Manipulasi gypsum dengan mencampur bubuk gypsum dengan air menjadi suatu
massa sampai mengalami reaksi pengerasan (setting). Selama proses pengerasan, dapat
terjadi ekspansi dari adonan gypsum yang dipengaruhi antara lain oleh perbandingan bubuk
dan air.
Setting ekspansion yaitu ekspansi yang terjadi pada gypsum dimulai dari bubuk
gypsum berkontak dengan air, proses ekspansi ini terjadi pada saat hemihidrat menjadi
dihidrat. Setting expansion terjadi pada semua tipe gips ketika proses setting yaitu ketika
terjadi perubahan dari hemihidrat menjadi dehidrat. Setting expansion pada plaster sebesar
0,2% sd 0.3%. Setting expansion pada dental stone sebesar 0,08% sd 0,10%. High-strength
stone sebesar 0,05% sd 0,07%. Secara teori ekstensiometer. Beberapa faktor yang
mempengaruhi setting expansion diantaranya adalah perubahan rasio air dan powder,
pengadukan, kandungan akselerator dan retarder.
Tahap reaksi sebagai berikut:
a. Hemihidrat dicampur air terbentuk suspense
b. Hemihidrat larut sampai terbentuk larutan yang jenuh
c. Larutan yang jenuh akan membentuk gumpalan dihidrat
d. Terbentuk kristal baru, reaksi terus dan berlanjut sampai selesai. Reaksinya
reversible dan mengeluarkan panas (exothermic)

Kalsium sulfat hemihidrat + air kalsium sulfat dihidrat + panas


TOPIK 6

Bahan tanam tuang adalah material yang digunakan untuk menanam (investing)
model malam guna mendapatkan mould, selanjutnya dengan bantuan casting machine, mould
tersebut dituangi logam cair dan menghasilkan logam hasil tuangan. Berdasarkan titik cair
logam, bahan tanam tuang dibagi menjadi beberapa jenis yaitu gypsum-bonded, phosphate
bonded, dan silica bonded. Bahan tanam tuang gypsum bonded digunakan untuk penuangan
logam campur pada pembuatan inlays, onlays, crowns, dan fixed partial dentures (untuk
logam dengan titik cair dibawah 12000 C). Bahan tanam tuang phosphate bonded digunakan
untuk penuangan logam campur pada pembuatan framework untuk metal-ceramic prostheses
dan base metal alloy (untuk logam dengan titik cair diatas 12000 C). Bahan tanam tuang
silica-bonded digunakan untuk penuangan pada pembuatan removable partial dentures
dengan base metal alloy yaitu cobalt-based atau nickel-based alloy (untuk logam diatas 1200 0
C).

Bahan tanam tuang gypsum bonded dapat mengalami setting expansion oleh karena
pertumbuhan kristal gypsum. Setting expansion normal dari bahan tanam tuang dapat diukur
seperti pada dental plaster (gip lunak), yaitu mengukur perubahan dimensi linier yang terjadi
pada bahan tanam tuang. Setting expansion juga dapat diatur dengan menambahkan retarder
atau accelerator. Pada dasarnya setting expansion normal bahan tanam tuang dapat terjadi
secara tidak terbatas. Salah satu hal yang mempengaruhi setting expansion adalah w p ratio,
makin rendah perbandingan air dan bubuk atau makin sedikit air campran bahan tanam tuang,
maka makin besar setting expansion, perbandingan air dan bubuk makin tinggi (air lebih
banyak) maka setting expansion makin kecil.

II. TUJUAN

TOPIK 5

Di akhir praktikum mahasiswa mampu :

a. Melakukan manipulasi gypsum tipe III serta dapat mengukur dan mengamati perubahan
setting expansion dengan tepat.
b. Mengukur dan mengamati perubahan setting expansion dengan variasi perubahan rasio
perbandingan air dan bubuk dengan tepat.
TOPIK 6

Pada akhir paktikum mahasiswa dapat:

a. Melakukan manipulasi bahan tanam tuang dengan cara yang tepat


b. Membedakan setting expansion bahan tuang dengan variasi perbandingan air dan bubuk

III. Pengukuran Setting Expansion (Topik 5)


III.1. Bahan
a. Gypsum tipe III (perbandingan air dan bubuk=14ml:50gr)
b. Air PDAM
c. Vaselin

III.2. Alat
a. Mangkuk karet
b. Spatula
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Timbangan analitik
f. Vibrator
g. Ekstensometer

III.3. Cara kerja

Persiapan alat

a. Alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum dipersiapkan terlebih dahulu
b. Bagian dalam cetakan ekstensometer diulasi dengan vaselin secara merata.
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi yang
tepat dengan jaru menunjukkan ke angka nol.

Mencampur gypsum
a. Bubuk gypsum tipe III ditimbang sebanyak 50 gram. Air diambil sebanyal 14 ml
diukur dengan gelas ukur (dilakukan pada waktu praktikum).
b. Air yang telah diukur dimasukkan ke dalam mangkuk karet terlebih dahulu, kemudian
bubuk gypsum dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam mangkuk karet dan
dibiarkan mengendap selama 30 detik untuk menghilangkan gelembung udara
c. Campuran gypsum dan air dalam mangkuk karet diaduk sampai homogen
menggunakan spatula dengan gerakan memutar searah dengan jarum jam, sebanyak
120 putaran per menit bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar berlawanan
dengan jarum jam secara perlahan-lahan, kemudian ditaruh diatas vibrator dengan
kecepatan rendah.
d. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan pada alat ekstensometer diatas vibrator
dan vibrator dihidupkan dengan kecepatan rendah untuk menghilangkan udara yang
terjebak, kemudian permukaan cetakan pada ekstensometer yang terisi adonan
gypsum diratakan dan dirapikan (sisa-sisa gypsum dibersihkan)
e. Mengulang kembali tahapan diatas dengan menggunakan bubuk gypsum tipe III
sebanyak 45 dan 55 gram

Mengukur setting ekspansion

a. Adonan gypsum dituangkan ke dalam cetakan ekstensometer tanpa merubah posisi


cetakan pada jarum dial indicator, kemudian ratakan permukaan menggunakan spatula
gip.
b. Perubahan panjang cetakan gypsum pada alat ekstensometer diukur setiap 10 menit,
amati dan catat ekspansi yang terjadi pada petunjuk micrometer di dial indicator
selama 50 menit.

IV. Pengamatan Setting Expansion (Topik 6)

4.1.Bahan :

a. Bahan tanam tuang gypsum bonded


b. Air PDAM
c. Vaselin

4.2.Alat :
a. Spatula gypsum
b. Mangkuk karet
c. Gelas ukur
d. Stopwatch
e. Timbangan
f. Ekstensometer
g. Dial indicator
h. Kaca penutup ekstensometer
i. Pisau gypsum
j. Pisau model
k. Pisau malam
l. Sonde
m. Vibrator

4.3.Cara kerja :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum.


b. Bagian dalam cetakan gypsum bonded pada alat ekstensometer diolesi dengan
vaselin secara merata.
c. Alat uji ekstensometer disiapkan, kemudian dial indicator dipasang pada posisi yang
tepat dengan jarum indicator menuju ke angka nol.
d. Bubuk bahan tanam tuang ditimbang seberat 20 gr, dan disiapkan air 12 ml.
e. Air dituangkan ke dalam mangkuk karet, selanjutnya bubuk bahan tanam
dimasukkan sedikit demi sedikit dan biarkan mengendap selama 30 detik agar
terserap semua.
f. Adonan bahan tanam tuang dan air diaduk sampai homogeny selama 1 menit / 120
putaran, bersamaan dengan itu mangkuk karet diputar perlahan-lahan.
g. Adonan bahan tanam tuang dimasukkan ke dalam cetakan ( tanpa merubah posisi
cetakan dan jarum dial indicator), kemudian permukaannya diratakan dengan spatula
gips / pisau gypsum.
h. Panjang awal bahan tanam tuang pada alat ekstensometer diukur dengan penggaris.
i. Terjadinya ekspansi bahan tanam diamati pada dial indicator dan dicatat pada menit
ke 30 dan menit ke 60.
j. Mengulangi tahapan diatas dengan menggunakan air sebanyak 11 dan 13 ml.
V. HASIL PRAKTIKUM

V.1. Topik 5

Gipsum Pertambahan Panjang (mm)


III (gr) Air
(ml) Menit Menit Menit Menit Menit Menit ke-
ke-1 ke-10 ke-20 ke-30 ke-40 50
45 14 0,00 0,08 0,14 0,15 0,17 0.17
50 14 0,01 0,12 0,17 0,19 0,20 0,20
55 14 0,00 0,11 0,15 0,17 0,17 0.18

V.2. Topik 6

Gipsum
Pertambahan Panjang
bonded Air
(mm)
(gr) (ml)
30 mnt 60 mnt
30 11 0,18 0,115
30 12 0,35 0,53
30 13 0,10 0,26

VI. Tinjauan Pustaka


VI.1. Topik 5
Gipsum adalah mineral putih alami berupa bubuk yang dikenal dengan nama kimia
kalsium sulfat dihidrat (CaSQ4·2H2O). Dalam dunia kedokteran gigi produk gypsum
digunakan berdasarkan pada kalsium sulfat hemihidrat (CaSO42) 2 · H2O. Penggunaan
utama dari material ini adalah untuk casts atau models, dies, dan investments (McCabe
and Walls, 2008, hal. 32).
Standar ISO untuk produk Dental Gypsum pada saat ini teridentifikasi 5 jenis, yaitu :
Tipe I Dental plaster, impression
Tipe II Dental plaster, model
Tipe III Dental stone, die, model
Tipe IV Dental stone, die, high strength, low expansion
Tipe V Dental stone, die, high strength, high expansion
(McCabe and Walls, 2008, hal. 32).
Proses setting dimulai setelah tercampurnya bubuk gypsum dan air. Tahapan
pertamanya adalah air menjadi jenuh dengan hemihidrat sehingga memiliki kelarutan
sekitar 0,8 % pada suhu kamar. Hemihidrat tersebut kemudian mengalami konversi
menjadi dihidrat dengan cepat dan memiliki kelarutan sektar 0,2 %. Setelah sampai pada
batas kelarutan maka ia mulai mengkristal. Proses tetap berlanjut sampai sebagian besar
dari hemihidrat mengalami konversi menjadi dihidrat (McCabe and Walls, 2008, hal. 34).
Material gypsum yang sudah di manipulasi harus digunakan sesegera mungkin setelah
pencampuran dengan air karena viskositasnya akan meningkat sehingga sampai pada
tahap material tersebut tidak dapat digunakan (McCabe and Walls, 2008, hal. 34).
Waktu setting awal digunaka untuk megukir kelebihan, material dengan pisau.
Material gypsum terus meningkatkan kekuatan untuk beberapa waktu setelah setting awal
dan akhirnya mencapai tahap ketika model atau die kuat dan cukup sulit untuk digunakan
(McCabe and Walls, 2008, hal. 35).
Proses setting time juga diikuti perubahan fisik yaitu ekspansi. Ekspansi tersebut
disebabkan oleh kristal gipsum yang membuat dorongan keluar. Pada kenyataannya
ekspansi hanya dapat terlihat karena material memiliki tingkat porositas yang cukup
besar. Ekspansi dapat diukur dengan menggunakan ekstensometer (McCabe and Walls,
2008, hal. 36).
Akselerator atau retarder dapat ditambahkan ke dental stone. Akselerator yang
biasanya digunakan adalah kalium sulfat dan mengakibatkan meningkatnya kelarutan
hemihidrat. Sedangkan retarder atau penghambat yang sering digunakan adalah borax
(McCabe and Walls, 2008, hal. 37).
Faktor yang menjadi penyebab cepat atau lambatnya ekspansi adalah suhu, rasio W/P
dan waktu pencampuran. Variasi suhu berpengaruh terhadap waktu setting meskipun
hanya sedikit variasi. Hal ini disebabkan setting tersebut melibatkan larutnya suatu garam
diikuti dengan kristalisasi zat lain. Meningkatnya suhu mengakibatkan cepat nya proses
larut tapi menghambat kristalisasi. Sedangkan meningkatkan rasio W/P dapat
menghambat setting time dengan mengurangi konsentrasi inti kristalisasi. Apabila waktu
pencampuran yang ditingkatkan maka dapat mempercepat setting time dengan cara
memecah kristal dihidrat selama setting sehingga mempercepat proses kristalisasi
(McCabe and Walls, 2008, hal. 37).

VI.2. Topik 6
Gypsum bonded tersedia dalam bentuk bubuk dan air yang terdiriatas campuran silika
(SiO2) dan kalsium hemihidrat (McCabe and Walls, 2008, hal. 47).
Gypsum bonded terdiri dari tiga tipe (McCabe and Walls, 2008, hal. 48) :
1. ekspansi termal, untuk casting inlay dan crowns
2. Ekspansi higroskopik, untuk casting inlay dan mahkota
3. pengecoran basis gigi tiruang maupun lengkap

Gypsum bonded mengandung gypsum sehingga proses setting yang terjadi juga
sama seperti gipsum pada umumnya. Karena ketika sampai pada suhu tertentu gypsum
bonded mengalami penyusutan, maka dilakukan hygroscopic expansion untuk
mengimbangi penyusutan yang terjadi pada material tersebut. Hygroscopic expansion
terjadi karena air tertarik ke dalam ruang antara kristal gypsum yang disebabkan oleh
daya kapiler. Besar hygroscopic expansion pada gypsum bonded sebagai bahan tanam
lebih besar dari pada gipsum pada umumnya. (McCabe and Walls 2008, hal 48)
Setting hygroscopic expansion merupakan kelanjutan dari setting ekspansi biasa
karena air yang dicampurkan menggantikan air yang mengalami hidrasi sehingga
mencegah penahanan pada kristal yang tumbuh dengan tegangan permukaan air yang
berlebihan (Anusavice, 2013, hal. 204)
VII. Pembahasan
VII.1. Topik 5
Gypsum yang digunakan dalam praktikum ini adalah gypsum tipe III. Karena gypsum
tipe III sangat sesuai apabila digunakan untuk membuat model kerja. Model kerja sendiri
seharusnya memiliki syarat keras, bebas porus, bebas distorsi, dan harus detail.
Setting Expansion pada gypsum III dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu pengadukan,
suhu, akselerator, retarder, W/P ratio, cara penyimpanan, expired dari bahan yang
digunakan, dll. Berdasarkan hasil praktikum kami, terdapat kesalahan pada hasil
praktikum. Seharusnya semakin besar W/P ratio maka semakin kecil setting expansion.
Antara praktikum 1 dan 2 sudah sesuai, karena denga W/P ratio 14/45 dan 14/50 maka
yang memiliki setting expansion lebih besar adalah yang memiliki W/P ratio 14/50.
Hanya saja antara praktikum 2 dan 3, apabila sesuai teori maka seharusnya setting
expansion pada 14/55 lebih besar daripada 14/50. Tapi dalam praktikum kami lebih besar
pertambahan panjang pada W/P ratio 14/50 daripada 14/55.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu waktu pengadukan yang tidak
terkontrol, cara penyimpanan bahan yang digunakan praktikum, alat praktikum yang
tidak sama, kurangnya vaseline yang ditambahkan sebagai separator pada alat atau bisa
disebabkan bahan yang digunakan sudah expired.
W/P ratio yang sesuai digunakan untuk model kerja adalah 14/50. Karena setting
expansion nya lebih kecil dari 14/45 tetapi tidak terlalu keras seperti 14/55. Karena
apabila terlalu keras seperti 14/55 dapat mengakibatkan porus serta tidak detail saat
digunakan untuk membuat model kerja.

7.2.Topik 6

Teori yang sudah ada menjelaskan bahwa semakin besar W/P ratio maka semakin
kecil setting expansion nya, karena keduanya memiliki hubungan berbanding terbalik.
Pada praktikum kami seharusnya urutan setting expansion dari yang terbesar adalah
11/30, 12/30, dan 13/30. Hanya saja praktikum gypsum bonded (Gypsum tipe IV) yang
kami melakukan kurang sesuai dengan teori tersebut. Berdasarkan hasil praktikum kami,
urutan setting expansion dari yang terbesar adalah 12/30, 13/30, dan 11/30. Jadi, terdapat
kesalahan hasil praktikum pada percobaan dengan W/P ratio 11/30.

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kesalahan praktikum tersebut. Pengadukan
yang tidak terkontrol merupakan salah satunya. Karena dengan mengaduk berarti kita
mematahkan kristal yang mengikat antara gypsum dan air. Apabila pengadukan
dilakukan dengan benar dan terkontrol maka kemungkinan kecil akan terjadi kesalahan
seperti hasil praktikum ini.

VIII. Kesimpulan
Semakin besar W/P ratio pada gypsum tipe III maupun gypsum tipe IV maka semakin
kecil setting expansion yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

McCabe, JF and Walls, AWG 2008, Applied Dental Materials 9th ed., Victoria: Blackwell,
Inc., p.32-7, 47-8
Anusavice, KJ. 2013. Philips’ Science of Dental Materials, 12th ed.. Elsevier Inc. St. Louis
Missouri, p.204

Anda mungkin juga menyukai