id
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
Periapikal kronis merupakan lesi dasar inflamasi periapikal yang disebabkan
oleh iritan pada pulpa nekrotik yang masuk ke jaringan periapikal. Di bidang ilmu
Kedokteran Gigi kasus yang melibatkan periapikal kronis pada pulpa nekrosis dapat
secepat mungkin disembuhkan melalui perawatan saluran akar. Paparan iritan yang
terus menerus pada jaringan periapikal akan menghasilkan suatu pertahanan inang
berupa granuloma periapikal. Proses penyembuhan granuloma periapikal
dimungkinkan terjadi kekambuhan setelah perawatan saluran akar atau berkembang
menjadi kista radikular,yang semakin sulit untuk disembuhkan. Mengingat hal ini, bila
proses perjalanan menuju granuloma dapat dicegah maka berbagai kesulitan proses
penyembuhan granuloma periapikal dapat diatasi. Sejauh ini imunopatobiogenesis
granuloma periapikal yang berkembang dari periapikal kronis karena gigi karies belum
dapat dijelaskan.
Saat ini secara imunopatobiogenesis granuloma periapikal masih belum jelas,
karena masih banyak peneliti yang membahas tentang penyebab gigi yang mengalami
nekrosis pulpa. Penelitian yang berkonsep patobiologik secara univariat telah
dilakukan, misalnya TNF α (tumor necrosis factor α) dan IL-6 (interleukin-6) pada lesi
periapikal (Pršo et al., 2007). Beberapa penelitian yang berkonsep imunopatobiologik
juga telah dilakukan, namun hal ini belum menjelaskan secara tuntas, khususnya
mengenai mekanisme kejadian granuloma periapikal yang disebabkan oleh gigi karies.
Selain itu bila ditinjau dari jumlah kasus gigi nekrosis pulpa yang banyak terjadi pada
pasien gigi karies, maka masih diperlukan penelitian yang mendalam tentang
mekanisme kejadian granuloma periapikal. Di Indonesia data mengenai penyakit gigi
dan mulut diderita oleh 90% penduduk, penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi,
sumber dari kedua penyakit tersebut akibat kebersihan rongga mulut yang tidak baik
sehingga terjadi akumulasi plak. Data ini sesuai dengan hasil survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) 2004 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI (Balitbangkes,
2004). Survei itu menyebut prevalensi karies gigi di Indonesia adalah 90,05 %. Di
Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta tercatat data pasien dari bulan Januari 2007
1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sampai dengan Desember 2007 yang berkunjung ke poli Gigi adalah 7656 orang. Dari
keseluruhan pasien yang datang, 46,7 % adalah pasien dengan diagnosis gigi karies
sedangkan 53,3% adalah dengan diagnosis yang lain. Di antara penderita gigi karies,
maka 26,3 % adalah pasien dengan diagnosis nekrosis pulpa, yang sebagian besar sudah
terdapat lesi periapikal. Secara teoritis diketahui bahwa granuloma periapikal gigi
karies disebabkan karena invasi bakteri.
Gigi karies yang tidak dilakukan perawatan lambat laun akan berlanjut mencapai
bagian pulpa dan mengakibatkan keradangan pada pulpa. Keradangan pada pulpa oleh
Walton diklasifikasikan sebagai berikut: pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel,
degeneratif pulpa dan nekrosis pulpa. Proses keradangan pulpa yang berlanjut dapat
menyebabkan kelainan jaringan periapikal, yaitu lesi periapikal yang dikelompokkan
menjadi: periodontitis simptomatik apikalis, periodontitis asimptomatik apikalis dan
abses periapikal. Nobuhara dan del Rio dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
59,3% dari lesi periapikal merupakan granuloma periapikal, 22% kista periapikal, 12%
jaringan parut periapikal dan 6,7% lainnya (Torabinejad and Walton , 2008).
Perubahan histologis pada jaringan periapikal oleh invasi bakteri akan ditandai
dengan keberadaan jaringan granulasi yang berisi makrofag, limfosit, sel plasma,
netrofil, dan elemen fibrovaskular dalam jumlah bervariasi. Pada saat bersamaan akan
terjadi kerusakan jaringan periapikal dan resorpsi tulang (Radics, 2004). Granuloma
periapikal terdiri dari jaringan granulasi yang dikelilingi oleh dinding sel berupa
jaringan ikat fibrous. Pada keadaan yang kronis, cenderung memberikan gambaran
keberadaan limfosit, sel plasma, neutrofil, histiosit dan eusinofil serta sel epithelial rests
of Mallessez (Garcia et al., 2007). Limfosit merupakan tipe sel yang predominan (50%),
jumlahnya berkaitan erat dengan jumlah keseluruhan (sel T CD4 dan sel T CD8). Pada
lesi kronik akan terjadi peningkatan jumlah sel T CD8. Semua struktur tersebut
dikelilingi oleh kapsul jaringan ikat fibrus yang terdiri dari limfosit T CD8 (Radics,
2004). Granuloma periapikal diinduksi oleh infeksi bakteri pada pulpa gigi dan
mengakibatkan kerusakan pada tulang alveolar di sekelilingnya, keadaan ini terutama
disebabkan oleh IL-1, IL-12 yang diekspresikan oleh makrofag (Graves et al., 2000;
Sasaki et al., 2004). Pulpa nekrosis merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa
dan kematian pulpa, hal ini sebagai akibat kegagalan jaringan pulpa dalam
mengusahakan pemulihan/ penyembuhan (Grossman, 1988; Simon, 1994). Pada
2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kondisi patologis granuloma periapikal sering dijumpai dan pada umumnya merupakan
akibat dari gigi karies (Pršo et al., 2007). Proses karies merupakan proses patologis
yang kronis, dapat menimbulkan berbagai perubahan pada jaringan pulpa, antara lain
berupa respons imun. Mikroorganisme yang terdapat pada jaringan gigi yang karies
merupakan imunogen yang potensial untuk memicu respons imun (Morse, 1977;
Trowbridge, 1990). Bakteri merupakan faktor penting pada perkembangan dan
pertumbuhan gigi karies. Bakteri berkoloni di sistem saluran akar, membuat akses ke
jaringan pulpa melalui tubulus dentinalis atau ramifikasi apikal dan pergerakan cairan
dentin pada gigi yang karies, sehingga akan menimbulkan respons imun. Pemeriksaan
kultur bakteri dari jaringan periapikal gigi nekrosis ditemukan bakteri anaerob jenis
Porphyromonas sp., Peptostreptococcus sp., dan Prevotella intermedia (Baumgartner,
1997; Garcia et al., 2007). Namun sampai saat ini penjelasan mengenai
imunopatobiogenesis granuloma periapikal belum terungkap dengan jelas.
Berdasar berbagai hasil penelitian yang telah ada dan hasil ekstrapolasi serta
sintesis maka dideduksikan mekanisme kejadian granuloma periapikal melalui gigi
karies yang disebabkan invasi bakteri sebagai berikut: diawali bakteri yang masuk
melalui gigi karies selanjutnya akan masuk sampai ke jaringan periapikal melalui
saluran akar. Bakteri sampai di jaringan periapikal akan ditangkap dan dihancurkan oleh
histiosit. Keberadaan bakteri yang merupakan patogen memicu perkembangan histiosit
menjadi makrofag (angry macrophage) dan APC (Antigent precenting cell) yang
mendorong kejadian granuloma. Di sisi lain histiosit berkembang menjadi fagosit
sehingga tidak terjadi granuloma.
Pada Angry macrophage, LPS dari bakteri menginduksi reaksi inflamasi melalui
TLR-4 di permukaan makrofag, dengan perantaraan CD-14 akan memicu sinyal
transduksi intraseluler sehingga terjadi aktivasi IRAK (Interleukin-1 Receptor
Associated Kinase). Interleukin-1 receptor associated kinase akan mengaktifkan
TRAF-6 (TNF-α Receptor Associated Factor-6), dan TRAF6 ini akan mengaktivasi
TAK (TGF-β Activated Kinase). Kemudian TAK akan mengativasi Iκ-β kinase,
selanjutnya Iκ-β kinase (IKK) menghambat Iκ-β. Molekul Hsp60 diproduksi melalui
jalur non klasik yang diperlukan sebagai chaperone untuk memicu sitokin dan
memfungsionalkan protein (IFN-γ dan nuclear factor kappa beta/NFκ-β). Hsp60 ini
akan menghambat Iκ-β, selanjutnya Hsp60 dan Iκ-β akan mengaktivasi NFκ-β, sehingga
3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
akan mengalami translokasi ke inti dan memicu faktor transkripsi pada inti untuk
menghasilkan IL-12. Selain menghambat Iκ-β, Hsp60 akan mengapoptosis sel Thelper2
(Th2) sehingga mengakibatkan peningkatan sel Th1. Peningkatan sel Th1 juga
diinduksi oleh IL-12, yang mengakibatkan produksi sel penghasil IFN-γ meningkat.
Molekul IFN-γ yang meningkat akan memicu limfosit CD-8 untuk proliferasi, sehingga
terjadi peningkatan limfosit CD-8 dan limfosit CD-8 yang aktif akan mensekresi IFN-γ,
sehingga terjadi peningkatan IFN-γ. Molekul IFN-γ (dari angry macrophage & limfosit
CD-8) akan memicu pembentukan granuloma (Doyle and O’neill, 2006; Hayden et al.,
2006; Stolzing et al., 2006; Siqueira and Roqas, 2007, Abbas et al., 2007; Amorim and
Moseley, 2010).
Di dalam proses APC, Hsp60 sebagai chaperone berperan dalam alur fraksi
protein yang terlibat dalam APC. Sel host yang mengalami distress akibat paparan
imunogen yang terus menerus, akan menghasilkan Hsp60. Hsp60 yang disintesis dalam
exosome dan digunakan untuk membantu sintesis dan maturasi sehingga menjadi
protein yang fungsional. Dengan demikian pemrosesan epitop berjalan sehingga akan
ditampilkan ke permukaan sel dan dikenal oleh CTL/limfosit CD-8 yang selanjutnya
akan mensekresikan IFN-γ (Clancy, 1998; Abbas et al., 2009).
Berdasarkan dua jalur ini, maka IFN-γ yang dilepas oleh Th-1 maupun oleh
CTL/ CD-8 akan menginduksi aktivitas makrofag (IFN-γ bersifat MCF/Macrophage
chemotactic factor). Makrofag tersebut akan migrasi mengelilingi sel histiosit yang
mengandung bakteri intraseluler, sehingga terbentuk granuloma. Apabila bakteri yang
difagositosis oleh makrofag dan memicu reaksi inflamasi akan menghasilkan IL-12.
Sitokin ini akan merangsang Th-1 untuk mensekresi IFN-γ, namun IFN-γ yang
dihasilkan oleh Th-1 dan limfosit CD-8 tidak terlalu tinggi, sehingga kemampuan untuk
mengaktivasi makrofag berkurang, maka tidak terjadi pembentukan granuloma
(Goldsby et al., 2000).
Solusi konseptual di atas masih memerlukan suatu penelitian yang lebih lanjut
untuk menjelaskan imunopatobiogenesis granuloma periapikal pada gigi karies,
sehingga memunculkan suatu permasalahan yang selanjutnya akan diuraikan dan
dibahas pada buku ini.
4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
11
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
nekrosis, stimulasi thermal juga akan menunjukkan repons yang negatif (Crawford,
2008). Secara klinis granuloma periapikal tidak dapat dibedakan dengan lesi keradangan
periapikal lainnya. Untuk membedakan dengan lesi periapikal lainnya diperlukan
pemeriksaan radiografik, ukurannya bervariasi mulai dari diameter kecil yang hanya
beberapa milimeter hingga 2 centimeter. Pada gambaran radiografik tampak area
radiolusen dengan batas yang jelas atau difus menempel pada apeks akar gigi dan
terlihat hilangnya lamina dura dengan atau tanpa keterlibatan kondensasi tulang
(Gambar 2.1) ( Lia et al., 2004).
12
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
41
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
3
Gambar 3.1 Jaringan granuloma ditemukan sel datia (1), limfosit (2),
makrofag (3), Fibroblas (4) dan Sel plasma (5)(HPA 400X).
2
3
42
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
Karies merupakan salah satu penyakit tertua yang telah ada sejak 14.000 tahun
yang lalu. Sesuai hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 2004 yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan menyebutkan bahwa prevalensi karies gigi di Indonesia
adalah 90,05 persen. Karies yang berlanjut lambat laun akan mencapai bagian pulpa dan
mengakibatkan peradangan pada pulpa. Walton mengklasifikasikan keradangan pada
pulpa terdiri dari pulpitis reversibel, pulpitis irreversibel, degeneratif pulpa dan nekrosis
pulpa. Proses peradangan pulpa yang berlanjut dapat menyebabkan kematian pulpa
disertai dengan kelainan periapikal. Lesi periapikal dikelompokkan menjadi:
simptomatik apikal periodontitis, asimptomatik apikal periodontitis dan abses
periapikal. Nobuhara & del Rio dalam penelitiannya menunjukkan bahwa 59.3% dari
lesi periapikal merupakan granuloma periapikal, 22% kista periapikal, 12% jaringan
parut periapikal dan 6.7% lainnya (Torabinejad & Walton, 1997).
Penyakit periapikal berkaitan erat dengan penyakit jaringan pulpa. Pengaruh
tidak langsung dari bakteri, produk metabolitnya, toksin, enzim dan produk sisa
jaringan pulpa serta jaringan periapikal dapat berperan sebagai antigen sehingga
memicu respons imunologis tipe seluler dan humoral (Ckaljac-Staudt et al., 2001).
Keberadaan bakteri pada saluran akar merupakan penyebab utama dari granuloma
periapikal, dan umumnya berupa bakteri anaerob gram negatif yang akan invasi ke
jaringan periapikal dan dapat menyebabkan kerusakan. Proses ini dapat terjadi karena
inflamasi yang diperankan oleh respons imun yaitu oleh sel imunokompeten, sitokin,
mediator lainnya dan enzim. Bakteri yang berperan sebagai imunogen akan
menimbulkan suatu respons imun, dan respons imun merupakan interaksi seluler yang
bersifat kompleks karena ada rangsangan dan merupakan usaha tubuh untuk
mempertahankan kondisi homeostasis, sehingga mekanisme kejadian suatu keadaan
patologis yang berdasarkan respons imun ini diartikan sebagai imunopatogenesis
(Mooduto, 2004). Berdasarkan istilah tersebut imunopatobiogenesis granuloma
periapikal diartikan sebagai genesis dari granuloma periapikal yang merupakan
perubahan biologis akibat dari suatu jejas oleh bakteri (patogen), yang dalam keadaan
ekstrem akan menimbulkan granuloma.
57
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB 5
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada jaringan granuloma periapikal gigi karies jumlah sel komponen imunitas
NFκ-β, Hsp60, limfosit CD-8 dan IFN-γ lebih tinggi dibandingkan pada jaringan
non granuloma periapikal.
2. Imunopatobiogenesis granuloma periapikal pada gigi karies dijelaskan sebagai
berikut: keberadaan bakteri (patogen) memicu perkembangan histiosit menjadi
makrofag (angry macrophage) dan APC yang mendorong kejadian granuloma.
Disisi lain histiosit berkembang manjadi fagosit sehingga tidak terjadi
granuloma.
3. Histiosit yang berkembang menjadi angry macrophage banyak menghasilkan
Hsp60 yang mempunyai efek memicu apoptosis limfosit CD-4 (sel Th2),
sehingga keseimbangan bergeser ke arah limfosit CD-8 (sel Th1), pergeseran ini
dicerminkan oleh peningkatan sel penghasil IFNγ. Sel penghasil IFN-γ akan
semakin meningkat oleh induksi IL-12 yang diproduksi oleh angry macrophage
sehingga memicu pembentukan granuloma.
Saran
Berdasarkan pada hasil dan pembahasan penelitian ini, maka dapat diajukan
saran, baik yang terkait dengan pengembangan keilmuan maupun secara praktis, yaitu
untuk penelitian lebih lanjut diharapkan mendapatkan korelasi antara jumlah sel
penghasil IFN-γ dengan IFN-γ dalam darah, sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengembangan diagnostik penentuan granuloma tanpa pencabutan gigi.
66
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abbas AK; Lichtman AH; Pillai S, 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th ed.
W.B. Saunders Company. USA.
Alberto JL; Macario MD and Everly Conway de Macario. 2005. Sick Chaperon,
Cellular Stress and Disease. NEJM. October (6) No. 14. Vol. 353: 1489 -1501.
Amorim F and Moseley PL, 2010. Heat Shock Protein and Inflammation in Asea AAA
& Pedersen BK. Heat Shock Proteins & Whole Body Physiology. Spinger
Science-Business Media. BV: 57 – 83.
Bagatell R and Whitesell L., 2000. Altered Hsp90 Function in Cancer:a Unique
Therapeutic Opportunity.Departement of Pediatrics and Hematology/Oncology,
Arizona Health Sciences Center, Room 5341, 1501 North Campbell Avenue,
Tucson, AZ 85724, USA.
Basu S, Binder RJ, Suto R, Anderson KM and Srivastava PK. 2000. Necrotic but not
Apoptotic Cell Death Releases Heat Shock Proteins, Which Deliver a Partial
Maturation Signal To Dendritic Cells and Activate The NF-kappa B Pathway.
Int. Immunol. Nov. 12(11):1539 - 1546.
Blasé Billack. 2006. Macrophage Activation: Role of Toll-like Receptor, Nitric Oxide
and Nuclear Factor Kappa β. American Journal of Pharmaceutical Education:
70(5) Article 102.
Bletsa A, Heyeraas KJ, Haug SR, & Berggreen E., 2004. IL-1 α and TNF- α Expression
in Rat Periapical Lesions and Dental Pulp After Unilateral Sympathectomy.
Neuroimmunomodulation, 11:376 - 384.
Bletsa A, 2006. Expression and effects of IL-1 and TNF-α in different experimental
models of dental inflammation. Dissertation for the degree philosophiae doctor
(PhD) at the University of Bergen.
67
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Brasier AR. 2006. The NFκ-β regulatory network. Cardiosvacs. Toxicol. 6(2): 111 -
130.
Bratawidjaja KG, 2006. Imunologi Dasar. Edisi kelima. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Bratawidjaja KG, dan Rengganis I, 2009. Imunologi Dasar. Edisi ketujuh. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Breloer M, More SH, Osterloh A, Stelter F, Jack RS, and Bonin AV. 2002.
Macrophages as main inducers of IFN-g in T cells following administration of
human and mouse heat shock protein 60. Int. Immunol, Nov. 14(11): 1247 -
1253.
Brook I., and Frazier E.H., 2005. Bacteriology of chronic maxillary sinusitis associated
with nasal polyposis. J Med Microbiol 54: 595 - 597.
Cox JS, Chapman RE, and Walter P., 1997. The Unfolded Protein Response
Coordinates The Production of Endoplasmic Reticulum Protein and
Endoplasmic Reticulum Membrane. Mol. Biol. Cell 8:1805 - 1814.
Crawford WH. 2008. Oral and Maxillofacial Pathology in Teeth and Jaws: Dental
Caries, Inflamatory Pulp, and Inflamatory Periapical Conditions.
Doyle SL and O’Neill LA, 2006. Toll-like Receptors From The Discovery of NFκβ to
New Insight Into Transcriptional Regulations in Innate Immunity. Biochem
Pharmacol. 72(9): 1102 - 1113.
68
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Dybdahl B, Slordabl SA, Waage A, Kierulf P, Espevik T and Sundan A. 2004. On-
pump Versus off-pump Corony Artery Bypass Grafting: More Heat Shock
Protein 70 is Released After on-pump Surgery, Eur J.Cardiothorac Surg. Jun.
25(6): 985 – 992.
Faried A., 2003. Heat Shock Proteins dan kanker: Antara harapan dan Tantangan,
Postdoctoral Fellow Departemen of General Surgical Science, Graduate School
of Medicine, Gunma University, Japan 1- 4.
Garcia CC; Sempere, FV; Diago MP; Bowen EM., 2007. The Post-endodontic
Periapical Lesion: Histologic and Etiopathogenic Aspects. Med Oral Patol Oral
Cir Bucal. Dec 1;12 (8): 585 - 590.
Goetz MP; Toft, DO; Ames MM and Erlichman C., 2003. The Hsp90 Chaperone
Complex as a Novel Target for Cancer Therapy. Annals of Oncology 14:1169 -
1176.
Goldsby RA; Kindt TJ; Osborne BA, 2000. Immunology, 4th ed. W.H. Freeman and
Company. New York.pp. 432 - 434.
Gomes BP; Pinheiro, GT; Gade- Neto, CR, Sousa EL, Ferraz CC; Zaia AA; Teixeira,
FB; Sousa-Filho, Fj. 2004. Microbiological Examination of Infected Dental Root
Canals. Oral Microbiol Immunol, Apr, 19(2)71 - 76.
Graves DT; Chen CP; Douville C; and Jiang Y., 2000. Interleukin-1 Receptor
Signaling Rather than That of Tumor Necrosi Factor Is Critical in Protecting the
Host from the Severe Consequences of a Polymicrobe Anaerobic Infection. J.
Infect Immun. August; 68 (8): 4746-4751.
Grossman LI., Oliet S., dan Del Rio CE., 1998 . Ilmu Endodontik dalam Praktik (terj),
ed ke-11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Gupta RS. 1995. Evolution of Chaperonin Families (Hsp60, Hsp10 and TCP-1) of
Proteins and The origin of Eukaryotic Cells. Molecular Microbiology, 15, 1-11.
Habich C; Burkart V. 2007. Heat shock Protein 60: Regulatory Role on Innate Immune
Cells. Cell Mol. Life Sci. 64, 742-751.
Haniastuti T, Nunez P, Djais, AA., 2006. Dental Pulp Immune Response to Bacterial
Invasion in Carious Lesion. Indonesian Journal of Dentistry; 13 (1):36 - 42.
Hayden MS; West AP & Ghosh S., 2006. NFκ-β and the immune response. Oncogene.
October, 25(51): 6758 - 6780.
69
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Hume D.A., Underhill D.M., Sweet M.J., Ozinsky A.O., Liew F.Y. and Aderem A.
2001. Macrophages exposed continuously to lipopolysaccharide and other
agonists that act via toll-like receptors exhibit a sustained and additive activation
state. BMC Immunology, 2 (11): 1-12.
Jacobs MD & Harrison SC, 1998. Structure of an Iκβalpha/NFκ-β complex. Cell 95(6):
749 - 758.
Katie FW, David FL, Keiso T, Joyce H, Gordon DM & Denis FK., 2000. Cytokine
Expression in Periapical Granulation Tissues as Assessed by
Immunohistochemistry. European Journal of Oral Sciences. June 108(3): 195 -
207.
Khan AU, Qayyum Z, and Farooq MU, 2008. Characteristics and etiology of radicular
cyst. Pakistan Oral & Dental Journal 27(1) (online),
(http://www.podj.net/web/Articles/18-Podj.pdf, diakses 17 april 2008).
70
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Lia RCC, Garcia JMQ, and Sousa-Neto MD. 2004. Clinical, radiographic and
histological evaluation of chronic periapical inflammatory lesions. J Appl Oral
Sci.
Melcher A, Todryk S, Hardwick N, Ford M, Jacobson M and Vile RG. 1998. Tumor
Immunogenicity is Determined by The Mechanism of Cell Death Via Induction
of Heat Shock Protein Expression. Nat Med. May. 4(5): 561 – 587.
Menezes R, Garlet TP, Letra A, Bramante CM, Campanelli AP, Figueira RC, Sogayar
MC, Granjeiro JM, and Garlet GP. 2008. Differential Patterns of Receptor
Activator of Nuclear Factor Kappa B Ligand/ Osteoprotegerin Expression in
Human Per apical Granulomas: Possible Association with Progressive or Stable
Nature of The Lesions. J. Endod, August 34(8): 932 - 938.
Nair PNR, 2004. Pathogenesis of Apical Periodontitis and The Causes of Endodontic
Failures. International and American Associations for Dental Research 15(6):
348 - 381.
71
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Pascon EA, Pitt Ford TR, Langeland K, 2006. Epithelium and Bacteria in Periapical
Lesions. J. Endodontology. February. 101 (2).
Perkins ND, 2007. Integrating cell-signalling pathways with NFκ-β and IKK function.
Nat. Rev. Mol. Cell Biol. 8(1): 49 - 62.
Pfau EA and Avilla MJ. 2005 Prevotella Intermedia and Porphyromonas Gingivalis
Isolated From Osseointegrated Dental Implants: Colonization and Antimicrobial
Susceptibility. Brazillian Journal of Microbiology (36): 281- 285.
Putra ST, 2000. Peran Paradigma dan Konsep Patobiologi Terhadap Perkembangan
IPTEK Kedokteran Era Milenium, Surabaya, Ceramah pada Kongres Nasional
Patobiologi I.
Ranford JC, Coates AR, and Hendersons B, 2000. Chaperonins are Cell-signalling
Proteins: The Unfolding Biology of Molecular Chaperones. Expert Reviews in
Molecular Medicine. 1 - 17.
Ricucci D, Pascon EA, Pitt Ford TR and Langeland K, 2006. Epithelium and Bacteria in
Periapical Lesions. J. Endodontology. February. 101 (2).
Ricucci D, Mannocci F, and Ford TR, 2006. A Study of Periapical Lesions Correlating
The Presence of a Radiopaque Lamina with Histological Findings. Oral Surg
Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. Mar, 101(3): 389 - 394.
Robbins SL and Cotran RS, 1980. Pathologic Basis of Disease, 2nd ed. WB Saunders
Co., Philadelphia.
72
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Silva TA, Garlet GP, Fukada SY, Silva JS and Cunha FQ, 2007. Chemokines in Oral
Inflammatory Diseases: Apical Periodontitis and Periodontal Disease. J. Dent.
Res 86(4): 306 - 319.
Simon JHS, 1994. Periapical Pathology In Cohen S, Burns RC. Pathways of the Pulp.
P. 337 - 343.
Siqueira JF and Roqas IN, 2007. Bacterial Pathogenesis and Mediators in Apical
Periodontitis. Braz. Dent. J. 18(4). Ribeirao Preto.
Stanley L, Stephen KL, Dibyo P dan Hari K, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian
Kesehatan. Gadjah Mada University Press.
Steel RGD and Torrie JH, 1980. Principle and Procedures of Statistic, Biometrical
Approach, 2nd ed., Sao Paolo Singapore Sydney Tokyo. Mc Grow-Hill Book
Company: 68 - 120.
Stern MH, Dreizen S, Mackler BF, Selbst AC and Levy BM, 1981. Quantitative
Analysis of Cellular Composition of Human Periapical Granuloma. J. Endod.
7(3): 117.
Stolzing A, Sethe S, and Scutt AM, 2006. Stressed Stem Cells: Temperature Response
in Aged Mesenchymal Stem Cells. Stem Cells and Development 15: 478-487.
Sudiana IK, 1999. Perbedaan produktivitas limfosit B yang diambil dari kelenjar getah
bening dan limfa pada pembuatan antibodimonoklonal Toxocara cati. Disertasi.
Universitas Airlangga. Surabaya.
Theze J, 1999. The Cytokine Network and Immune Functions. 1st ed. Oxford University
Press. UK. P. 257.
73
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Torabinejad M and Walton RE., 1997. Penyakit Jaringan Pulpa dan Jaringan sekitar
Akar (Walton & Torabinejad). Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi. Ed. Ke-2.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta. 52 - 58.
Torneck CD and Torabinejad M, 1997. Biologi Jaringan Pulpa dan Jaringan Sekitar
Akar (Walton & Torabinejad). Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsi. Ed. Ke-2.
Penerbit buku kedokteran. EGC. Jakarta. 35 – 37.
Van Winkelhoff AJ, Van Steenbergen TJ and de Graaff J, 1988. The Role of black-
pigmented Bacteroides in Human Oral Infection. J. Clin Periodontol 15(3): 145
- 55.
Wei J, and Hendershot LM, 1996. Protein Folding and Assembly in The Endoplasmic
Reticulum. EXT 77: 41- 55.
Widmann FK, 1979. Pathology. How disease happens, 1st ed. Little Brown and Co.,
Boston.
Yang LC, Tsai CH, Huang FM, Liu CM, Lai CC and Chang YC., 2003. Induction of
Interleukin-6 Gene Expression by Pro-inflammatory Cytokines and Black-
74
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75