DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG
Jl. Usman Ambon Pangkalpinang 33123
Telp. (0717) 424963 : Pos-el puskes-kcpedang@pangkalpinangkota.go.id
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG
Nomor : /SK/UKP/UPTD.Pusk-KP/II/2023
TENTANG
KEBIJAKAN PENANGANAN DAN KRITERIA OUTBREAK PENYAKIT INFEKSI
UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG
Ditetapkan di : Pangkalpinang
Pada tanggal : 01 Februari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS
KACANG PEDANG,
Agus Susanto
Lampiran
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KACANG PEDANG
NOMOR : 440.1/063/PKM-AD/2023
TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN OUTBREAK
PENYAKIT INFEKSI DI PUSKESMAS KACANG PEDANG
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang di sebabkan oleh suatu
penyakit menular di suatu wilayah tertentu. Secara umum kejadian ini disebut dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang
Masyarakat dalam waktu singkat yang di akibatkan oleh penyakit menular. Dalam
menemukan outbreak perlu batasan yang jelas. Untuk dapat di katakan outbreak, jumlah
kasus tidak harus luar biasa banyak dalam arti absolut melainkan luar biasa dalam arti
relative Ketika di bandingkan dengan insidensi biasa pada masa sebelum di sebut
tingkat endemis.
Outbreak atau epidemic merupakan peningkatan melebihi level yang didapatkan
dari suatu penyakit dalam area geografik tertentu; terdapat satu kasus penyakit dari
sebelumnya tidak pernah ada.
Endemic merupakan level biasa suatu penyakit pada area geografis tertentu
(misalnya rumah sakit). Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi
ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas,
misalnya kelurahan, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah,
tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui penyebab outbreak
b. Menghentikan outbreak sekarang dan mencegah outbreak di masa mendatang
2. Tujuan Khusus
a. Agen kasus outbreak
b. Cara transmisi
c. Carrier
d. Populasi berisiko
e. Paparan yang menyebabkan penyakit (factor risiko).
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Panduan ini di buat sebagai acuan untuk semua petugas yang berada di lingkungan
Puskesmas, terutama dukungan dari Kepala Puskesmas, manajemen, dan merupakan
suatu upaya kegiatan penanganan kasus outbreak di Puskesmas Kacang Pedang.
2. Panduan ini dapat diterapkan kepada semua petugas yang berada dilingkungan
Puskesmas Kacang Pedang.
BAB III
PENANGANAN OUTBREAK / WABAH
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian outbreak dapat dimulai sedini mungkin,
setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi outbreak telah memberikan
fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang kasus outbreak, sumber agen infeksi,
dan cara transmisi yang menyebabkan outbreak, maka Upaya pengendalian dapat
segera dimulai tanpa perlu menunggu pengujian hipotesis oleh studi analitik yang lebih
formal.
A. Identifikasi Outbreak
Outbreak adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada
ekspektasi normal di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu, selama suatu
periode waktu tertentu. Informasi tentang potensi outbreak biasanya datang dari
sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien,
kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi outbreak
bisa juga berasal dari petugas Kesehatan, hasil analisis data surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media local (surat kabar dan
televisi).
B. Investigasi Kasus
Definisi Kasus
Peneliti melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis
dengan benar (valid). Peneliti outbreak mendefinisikan kasus dengan menggunakan
seperangkat kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria klinis (gejala, tanda, onset);
2. Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu terjadinya
outbreak);
3. Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan) dengan menggunakan
definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami penyakit akan dimasukkan
dalam salah satu klasifikasi kasus. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis,
kasus dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kasus suspek (suspected case, syndromic case)
b. Kasus mungkin (probable case, presumptive case)
c. Kasus pasti (confirmed case, definite case)
Klasifikasi Kasus
Kasus suspek Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat
(suspected case, bukti epidemiologi, tetapi tidak terdapat bukti
syndromis case) laboratorium yang menunjukkan tengah atau telah terjadi
infeksi (bukti laboratorium negative, tidak ada, atau
belum ada)
Kasus mungkin Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat
(probable case, bukti epidemiologis, terdapat bukti laboratorium yang
presumptive case) mengarah tetapi belum pasti, yang menunjukkan Tengah
atau telah terjadi infeksi (misalnya, bukti dari sebuah tes
serologis Tunggal)
Kasus pasti Terpadat bukti pasti laboratorium (serologis, biokimia,
(confirmed case, bakteriologis, virologis, parasitologis) bahwa Tengah
definite case) atau telah terjadi infeksi, dengan atau tanpa kehadiran
tanda, gejala klinis, atau bukti epidemiologis.
Penemuan Kasus
Kasus pertama yang dilaporkan (kasus indeks) belum tentu sama dengan kasus
primer, yaitu kasus pertama dalam kominutas. Kasus pertama yang datang ke
fasilitas pelayanan Kesehatan biasanya hanya merupakan sebagian kecil dari
seluruh jumlah kasus yang ada (“tip of the iceberg”, puncak gunung es). Karena
itu, setelah mendefinisikan kasus, Langkah investigasi selanjutnya adalah
mencari kasus (case finding).
Tujuan penemuan kasus :
a. Mengetahui luas outbreak
b. Mengetahui populasi berisiko
c. Mengidentifikasi kasus sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang)
d. Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi
e. Mengidentifikasi kontak dengan kasus terinfeksi
C. Investigasi Kasus
Wawancara dengan Kasus
Tujuan wawancara dengan kasus dan narasumber terkait kasus adalah untuk
menemukan kasus outbreak. Dengan menggunakan kuesioner dan formular baku,
peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan
dokumentasi untuk memperoleh informasi berikut :
a. Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada)
b. Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan)
c. Kemungkinan sumber, paparan, dan kasus
d. Faktor-faktor risiko
e. Gelaja klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk
membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit).
f. Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil
investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang
meragukan atau tidak didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan
pemeriksaan laboratorium)
D. Mengkomunikasikan Temuan
Temuan dan kesimpulan investigasi outbreak dikomunikasikan kepada berbagai
pihak pemangku kepentingan Kesehatan Masyarakat. Dengan tingkat rincian yang
bervariasi, pihak yang perlu diberitahu tentang hasil penyelidikan outbreak mencakup
pejabat Kesehatan Masyarakat setempat, Direktur pembuat kebijakan dan pengambil
keputusan Kesehatan, petugas fasilitas pelayanan kesehatan, pemberi informasi
peningkatan kasus, keluarga kasus, toko Masyarakat, dan media.
Penyajian hasil investigasi dilakukan secara lisan maupun tertulis (laporan awal
dan laporan akhir). Pejabat dinas kesehatan yang berwewenang hendaknya hadir pada
penyajian hasil investigasi outbreak. Temuan-temuan disampaikan dengan bahas yang
jelas, objektif dan ilmiah dengan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat di
pertanggungjawabkan.
E. Mengevaluasi dan Meneruskan Surveilans
Pada tahap akhir investigasi outbreak, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan
peneliti outbreak perlu melakukan evaluasi kritis untuk mengidentifikasi berbagai
kelemahan program maupun defisiensi infrastruktur dalam system kesehatan. Evaluasi
tersebut memungkinkan dilakukannya perubahan yang lebih mendasar untuk
memperkuat Upaya program, system Kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.
Investigasi outbreak memungkinkan identifikasi populasi-populasi yang terabaikan atau
terpinggirkan, kegagalan strategi intervensi, mutase agen infeksi, ataupun peristiwa
yang terjadi di luar kelaziman dalam program kesehatan. Evaluasi kritis terhadap
kejadian outbreak memberi kesempatan kepada penyelidik untuk mempelajari
kekurangan-kekurangan dalam investigasi outbreak yang telah dilakukan, dan
kelemahan-kelemahan dalam system kesehatan, untuk diperbaiki secar sistematis di
masa mendatang, sehingga dapat mencegah terulangnya outbreak.
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL PUSKESMAS KACANG PEDANG
OUTBREAK
PNEUMONIA 0 0 0 0 0 0 0 0%
DIARE 0 0 0 0 0 0 0 0%
AFP 0 0 0 0 0 0 0 0%
FILARIASIS 0 0 0 0 0 0 0 0%
DIFTERI 0 0 0 0 0 0 0 0%
DBD 0 0 0 0 0 0 0 0%
POLIO 0 0 0 0 0 0 0 0%
PERTUSIS 0 0 0 0 0 0 0 0%
RABIES 0 0 0 0 0 0 0 0%
MALARIA 0 0 0 0 0 0 0 0%
COVID-19 0 0 0 0 0 0 0 0%
SARS 0 0 0 0 0 0 0 0%
FLU BURUNG 0 0 0 0 0 0 0 0%
FLU BABI 0 0 0 0 0 0 0 0%
CAMPAK 0 0 0 0 0 0 0 0%
AVERAGE SCORE 0 0 0 0 0 0 0 0%