Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KOTA PANGKAPINANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG
Jl. Usman Ambon Pangkalpinang 33123
Telp. (0717) 424963 : Pos-el puskes-kcpedang@pangkalpinangkota.go.id

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG
Nomor : /SK/UKP/UPTD.Pusk-KP/II/2023
TENTANG
KEBIJAKAN PENANGANAN DAN KRITERIA OUTBREAK PENYAKIT INFEKSI
UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA UPTD PUSKESMAS KACANG PEDANG,

Menimbang : a. bahwa Puskesmas sebagai salah satu sarana Kesehatan


yang memberikan pelayanan Kesehatan kepada
Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat;
b. bahwa dalam rangka sebagai antisipasi terjadinya ledakan
kasus penyakit infeksi di Puskesmas Kacang Pedang;
c. bahwa sehubungan dengan butir 1 dan 2 diatas perlu
ditetapkan melalui suatu Surat Keputusan Kepala
Puskesmas;
Mengingat : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
949/Menkes/SK/VIII/2004 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar
2. Biasa;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Kepala Puskesmas Kacang Pedang tentang
Kebijakan Penanganan dan kriteria Outbreak Penyakit
Infeksi Puskesmas Kacang Pedang.
KEDUA : Kriteria outbreak infeksi terkait dengan pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Kacang Pedang adalah sebagai
Berikut :
1. Terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak
ada atau sejak lama tidak pernah muncul yang
diakibatkankan oleh kegiatan pelayanan Kesehatan
yang berdampak risiko infeksi, baik di Puskesmas
maupun di wilayah kerja Puskesmas.
2. Peningkatkan kejadian sebanyak dua kali lipat atau
lebih jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
3. Kejadian dapat meningkatkan secara luas dalam
kurun waktu yang sama.
4. Kejadian infeksi ditetapkan sebagai outbreak oleh
pemerintah.

KETIGA : Penanganan dan kriteria outbreak penyakit infeksi di


Puskesmas Kacang Pedang sebagaimana tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini.
KEEMPAT : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Pangkalpinang
Pada tanggal : 01 Februari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS
KACANG PEDANG,

Agus Susanto
Lampiran
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KACANG PEDANG
NOMOR : 440.1/063/PKM-AD/2023
TENTANG KEBIJAKAN PENANGANAN OUTBREAK
PENYAKIT INFEKSI DI PUSKESMAS KACANG PEDANG
TAHUN 2023

PANDUAN PENANGANAN OUTBREAK


PUSKESMAS KACANG PEDANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang di sebabkan oleh suatu
penyakit menular di suatu wilayah tertentu. Secara umum kejadian ini disebut dengan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dapat menimbulkan suatu wabah yang menyerang
Masyarakat dalam waktu singkat yang di akibatkan oleh penyakit menular. Dalam
menemukan outbreak perlu batasan yang jelas. Untuk dapat di katakan outbreak, jumlah
kasus tidak harus luar biasa banyak dalam arti absolut melainkan luar biasa dalam arti
relative Ketika di bandingkan dengan insidensi biasa pada masa sebelum di sebut
tingkat endemis.
Outbreak atau epidemic merupakan peningkatan melebihi level yang didapatkan
dari suatu penyakit dalam area geografik tertentu; terdapat satu kasus penyakit dari
sebelumnya tidak pernah ada.
Endemic merupakan level biasa suatu penyakit pada area geografis tertentu
(misalnya rumah sakit). Outbreak adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi
ekspektasi normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas,
misalnya kelurahan, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah,
tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mengetahui penyebab outbreak
b. Menghentikan outbreak sekarang dan mencegah outbreak di masa mendatang
2. Tujuan Khusus
a. Agen kasus outbreak
b. Cara transmisi
c. Carrier
d. Populasi berisiko
e. Paparan yang menyebabkan penyakit (factor risiko).
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini di buat sebagai acuan untuk semua petugas yang berada di lingkungan
Puskesmas, terutama dukungan dari Kepala Puskesmas, manajemen, dan merupakan
suatu upaya kegiatan penanganan kasus outbreak di Puskesmas Kacang Pedang.
2. Panduan ini dapat diterapkan kepada semua petugas yang berada dilingkungan
Puskesmas Kacang Pedang.
BAB III
PENANGANAN OUTBREAK / WABAH

Langkah pencegahan kasus dan pengendalian outbreak dapat dimulai sedini mungkin,
setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi outbreak telah memberikan
fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang kasus outbreak, sumber agen infeksi,
dan cara transmisi yang menyebabkan outbreak, maka Upaya pengendalian dapat
segera dimulai tanpa perlu menunggu pengujian hipotesis oleh studi analitik yang lebih
formal.
A. Identifikasi Outbreak
Outbreak adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak daripada
ekspektasi normal di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu, selama suatu
periode waktu tertentu. Informasi tentang potensi outbreak biasanya datang dari
sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus indeks), keluarga pasien,
kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi informasi tentang potensi outbreak
bisa juga berasal dari petugas Kesehatan, hasil analisis data surveilans, laporan
kematian, laporan hasil pemeriksaan laboratorium, atau media local (surat kabar dan
televisi).
B. Investigasi Kasus
Definisi Kasus
Peneliti melakukan verifikasi apakah kasus-kasus yang dilaporkan telah didiagnosis
dengan benar (valid). Peneliti outbreak mendefinisikan kasus dengan menggunakan
seperangkat kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria klinis (gejala, tanda, onset);
2. Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu terjadinya
outbreak);
3. Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan) dengan menggunakan
definisi kasus, maka individu yang diduga mengalami penyakit akan dimasukkan
dalam salah satu klasifikasi kasus. Berdasarkan tingkat ketidakpastian diagnosis,
kasus dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Kasus suspek (suspected case, syndromic case)
b. Kasus mungkin (probable case, presumptive case)
c. Kasus pasti (confirmed case, definite case)

Klasifikasi Kasus
Kasus suspek Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat
(suspected case, bukti epidemiologi, tetapi tidak terdapat bukti
syndromis case) laboratorium yang menunjukkan tengah atau telah terjadi
infeksi (bukti laboratorium negative, tidak ada, atau
belum ada)

Kasus mungkin Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit, terdapat
(probable case, bukti epidemiologis, terdapat bukti laboratorium yang
presumptive case) mengarah tetapi belum pasti, yang menunjukkan Tengah
atau telah terjadi infeksi (misalnya, bukti dari sebuah tes
serologis Tunggal)
Kasus pasti Terpadat bukti pasti laboratorium (serologis, biokimia,
(confirmed case, bakteriologis, virologis, parasitologis) bahwa Tengah
definite case) atau telah terjadi infeksi, dengan atau tanpa kehadiran
tanda, gejala klinis, atau bukti epidemiologis.

Penemuan Kasus
Kasus pertama yang dilaporkan (kasus indeks) belum tentu sama dengan kasus
primer, yaitu kasus pertama dalam kominutas. Kasus pertama yang datang ke
fasilitas pelayanan Kesehatan biasanya hanya merupakan sebagian kecil dari
seluruh jumlah kasus yang ada (“tip of the iceberg”, puncak gunung es). Karena
itu, setelah mendefinisikan kasus, Langkah investigasi selanjutnya adalah
mencari kasus (case finding).
Tujuan penemuan kasus :
a. Mengetahui luas outbreak
b. Mengetahui populasi berisiko
c. Mengidentifikasi kasus sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang)
d. Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi
e. Mengidentifikasi kontak dengan kasus terinfeksi

C. Investigasi Kasus
Wawancara dengan Kasus
Tujuan wawancara dengan kasus dan narasumber terkait kasus adalah untuk
menemukan kasus outbreak. Dengan menggunakan kuesioner dan formular baku,
peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan
dokumentasi untuk memperoleh informasi berikut :
a. Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada)
b. Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan)
c. Kemungkinan sumber, paparan, dan kasus
d. Faktor-faktor risiko
e. Gelaja klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala untuk
membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit).
f. Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil
investigasi). Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang
meragukan atau tidak didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan
pemeriksaan laboratorium)

Prinsip intervensi untuk menghentikan outbreak sebagai berikut :


a. Mengeliminasi sumber pathogen
b. Memblokade proses transmisi
c. Mengeliminasi kerentanan
Sedang eliminasi sumber pathogen mencakup :
a. Eliminasi atau inaktivasi pathogen
b. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction)
c. Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau Binatang terinfeksi
(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya)
d. Perubahan perilaku penjamu dan / atau sumber (hygiene perorangan, memasa
daging dengan benar, dan sebagaimananya);
e. Pengobatan kasus.

Melakukan Studi Analitik (jika perlu)


Dalam investigasi outbreak, tidak jarang peneliti dihadapkan kepada teka-teki
menyangkut sejumlah kandidat agen penyebab. Fakta yang diperoleh dari
investigasi kasus dan investigasi kasus kadang belum memadai untuk
mengungkapkan sumber dan kasus outbreak. Jika situasi itu yang terjadi, maka
peneliti perlu melakukan studi analitik yang lebih formal. Desain yang digunakan
lazimnya adalah studi kasus control atau studi kohor retrospektif. Seperti desain
studi epidemiologi analitik lainnya, studi analitik untuk investigasi outbreak
mencakup:
a. Pernyataan penelitian
b. Signifikan penelitian
c. Desain studi
d. Subjek
e. Variabel-variabel
f. Pendekatan analisis data
g. Interprestasi dan kesimpulan.

D. Mengkomunikasikan Temuan
Temuan dan kesimpulan investigasi outbreak dikomunikasikan kepada berbagai
pihak pemangku kepentingan Kesehatan Masyarakat. Dengan tingkat rincian yang
bervariasi, pihak yang perlu diberitahu tentang hasil penyelidikan outbreak mencakup
pejabat Kesehatan Masyarakat setempat, Direktur pembuat kebijakan dan pengambil
keputusan Kesehatan, petugas fasilitas pelayanan kesehatan, pemberi informasi
peningkatan kasus, keluarga kasus, toko Masyarakat, dan media.
Penyajian hasil investigasi dilakukan secara lisan maupun tertulis (laporan awal
dan laporan akhir). Pejabat dinas kesehatan yang berwewenang hendaknya hadir pada
penyajian hasil investigasi outbreak. Temuan-temuan disampaikan dengan bahas yang
jelas, objektif dan ilmiah dengan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat di
pertanggungjawabkan.
E. Mengevaluasi dan Meneruskan Surveilans
Pada tahap akhir investigasi outbreak, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten dan
peneliti outbreak perlu melakukan evaluasi kritis untuk mengidentifikasi berbagai
kelemahan program maupun defisiensi infrastruktur dalam system kesehatan. Evaluasi
tersebut memungkinkan dilakukannya perubahan yang lebih mendasar untuk
memperkuat Upaya program, system Kesehatan, termasuk surveilans itu sendiri.
Investigasi outbreak memungkinkan identifikasi populasi-populasi yang terabaikan atau
terpinggirkan, kegagalan strategi intervensi, mutase agen infeksi, ataupun peristiwa
yang terjadi di luar kelaziman dalam program kesehatan. Evaluasi kritis terhadap
kejadian outbreak memberi kesempatan kepada penyelidik untuk mempelajari
kekurangan-kekurangan dalam investigasi outbreak yang telah dilakukan, dan
kelemahan-kelemahan dalam system kesehatan, untuk diperbaiki secar sistematis di
masa mendatang, sehingga dapat mencegah terulangnya outbreak.
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL PUSKESMAS KACANG PEDANG
OUTBREAK

SEVERITY = ( MAGNITUDE – MITGATION )


Kemungkinan
Dampak Dampak Dampak Bisnis Kesiapan Tanggapan Tanggapan Resiko
oubreak
manusia Properti Internal Eksternal
KEJADIAN
Kemungkinan Kemungkinan Kerugian dan Terhentinya Perencanaan Waktu Efektivitas, Staf dan Ancaman
hal ini akan kematian atau kerusakan fisik layanan awal sumber daya persediaan relatif
terjadi cedera Bantuan
Masyarakat/
Gotong Royong

0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0=N/A 0 – 100%


Nilai 1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = High 1 = High 1 = High
2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
3 = High 3 = High 3 = High 3 = High 3 = Low 3 = Low 3 = Low

PNEUMONIA 0 0 0 0 0 0 0 0%

DIARE 0 0 0 0 0 0 0 0%

AFP 0 0 0 0 0 0 0 0%

FILARIASIS 0 0 0 0 0 0 0 0%

DIFTERI 0 0 0 0 0 0 0 0%
DBD 0 0 0 0 0 0 0 0%

POLIO 0 0 0 0 0 0 0 0%

PERTUSIS 0 0 0 0 0 0 0 0%

RABIES 0 0 0 0 0 0 0 0%

MALARIA 0 0 0 0 0 0 0 0%

COVID-19 0 0 0 0 0 0 0 0%

SARS 0 0 0 0 0 0 0 0%

FLU BURUNG 0 0 0 0 0 0 0 0%

FLU BABI 0 0 0 0 0 0 0 0%

CAMPAK 0 0 0 0 0 0 0 0%

AVERAGE SCORE 0 0 0 0 0 0 0 0%

*Threat increases with percentage

RISK = PROBABILITY * SEVERITY


0 0 0

Anda mungkin juga menyukai