Anda di halaman 1dari 15

1

KEPOLISIAN DAERAH SULAWESI SELATAN LAMPIRAN PERATURAN KARUMKIT


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN NOMOR : TAHUN 2016
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR TANGGAL : SEPTEMBER 2016

PANDUAN MONITORING OUTBREAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menentukan kejadian luar biasa / epidemi perlu batasan yang jelas tentang
komunitas, daerah, dan waktu terjadinya peningkatan kasus. Untuk dapat dikatakan
kejadian luar biasa/epidemi, jumlah kasus tidak harus luar biasa banyak dalam arti
absolut, melainkan luar biasa banyak dalam arti relatif, ketika dibandingkan dengan
insidensi biasa pada masa yang lalu, disebut tingkat endemis (Greenberg et al., 2005).
Segelintir kasus bisa merupakan epidemi jika muncul pada kelompok, tempat, dan
waktu yang tidak biasa. Ditemukannya dua kasus penyakit yang telah lama absen
(misalnya, variola), atau pertama kali invasi di suatu populasi dan wilayah (misalnya,
HIV/ AIDS), dapat dikatakan epidemi, dan otoritas kesehatan dapat mulai melakukan
penyelidikan dan pengendalian terhadap epidemi itu (Last, 2001).
Konsep epidemi berlaku untuk penyakit infeksi, penyakit non-infeksi, perilaku
kesehatan, maupun peristiwa kesehatan lainnya, misalnya epidemi kolera, epidemi
SARS, epidemi gizi buruk anak balita, epidemi merokok, epidemi stroke, epidemi Ca
paru, dan sebagainya (Gerstman, 1998;Last, 2001; Greenberg et al., 2005; Barreto et
al., 2006). Misalnya ditemukan di kalangan pria homoseksual sejumlah kasus (disebut
“cluster”) radang paru langka, yaitu “pneumonia pneumocystis carinii” (kini
pneumocystis jiroveci pneumonia). Meski hanya menyangkut segelintir kasus (rare
events), peristiwa itu merupakan peristiwa luar biasa (extra-ordinary events) yang dapat
disebut epidemi, karena belum pernah dijumpai sebelumnya. Penyakit itu lalu dikenal
sebagai AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Kejadian luar biasa terjadi jika
terdapat ketidakseimbangan antara penjamu, agen, dan lingkungan:
1. Keberadaan patogen (agen yang menimbulkan penyakit) dalam jumlah cukup untuk
menjangkiti sejumlah individu;
2. Terdapat modus transmisi patogen yang cocok kepada individu-individu rentan;
3. Terdapat jumlah yang cukup individu-individu rentan yang terpapar oleh
patogen(Greenberg et al., 2005).
2

Tujuan panduan kejadian luar biasa adalah sebagai panduan bagi seluruh unit
yang terkait dalam pelaksanaan kejadian kejadian luar biasa.Sasaran dari panduan ini
untuk pengambil kebijakan dan pelaksana kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.
3

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah untuk memberikan
panduan bagi Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar guna berperan
dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke
pasien lainnya) yang diakibatkan karena timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
(infeksi rumah sakit) yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu
Ruang Lingkup Kejadian Luar Biasa (KLB) meliputi :
a. Verifikasi
b. Memastikan kasus dan kontak
c. Analisa data
d. Buat hipotesa tentang sumber penularan dan penyebarannya.
e. Penanggulangan dan pencegahan.
f. Surveilans
g. Komunikasi
4

BAB III
TATALAKSANA

A. Tata Laksana Kejadian Luar Biasa (KLB)


Tujuan Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi dan
mencegah kemungkinan terjadinya KLB serupa dimasa yang akan datang.
Kegiatan penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB) meliputi :
1. Verifikasi
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria
standart untuk definisi kasus yang dipakai.
Bagaimana melakukan Verifikasi Diagnosa:
a. Kumpulkan informasi lebih detail akan gejala klinis dan kriteria yang
digunakan untuk menegakan diagnosa.
b. Kunjungi dan wawancara tanyakan ke dokternya untuk membantu menegakan
diagnosa.
2. Memastikan kasus dan kontak
Cara untuk menentukan Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi bila :
a. Adanya peningkatan jumlah kasus/insidens suatu penyakit adalah KLB dapat
dilakukan dengan cara : membandingkan kasus/insidens dengan jumlah
kasus/insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya dalam
periode waktu yang sama.
b. Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan
periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB.
c. Selain karena KLB peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain :
1) Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.
2) Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih
antusias untuk berobat.
3) Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
3. Pengumpulan Data
a. Tujuan pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi mengenai sumber penularan atau penyebab
KLB, cara penularan,dan population at risk dalam suatu KLB.
5

b. Langkah-langkah dalam pengumpulan data :


1) Tentukan definisi kasus
2) Tentukan Informasi yang akan dikumpulkan
3) Susun kuesioner pengumpulan data
4) Pencarian kasus baru dan kontak
4. Analisa data
Sebelum melaksanakan analisa data, harus melakukan pembersihan data (data
claining) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang dipercaya
kebenarannya, bebas dari salah ketik atau tulis, konsisten.
5. Buat hipotesa tentang sumber penularan dan penyebarannya.
Setelah data dianalisa dilakukan langkah berikutnya adalah membuat hipotesa
mengenai sumber penularan, cara penularan dan population at risk.
6. Penanggulangan dan pencegahan.
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui
diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera.
7. Surveilans
Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan resiko tersebut.
8. Komunikasi
Kejadian Luar Biasa dapat dikomunikasikan dengan jalur komunikasi yang berlaku
di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
6

B. ALUR MONITORING OUTBREAK


Tim Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

Kepala Rumah Sakit

Komite Medik

Jangmed Yanwat IPPRS

Komite PPI Ketua Tim KLB

Anggota:
1. IPCLN dan IPCN
2. IRNA
3. K3
4. Farmasi
5. Laboratorium
7

Uraian tugas pokok Tim Penanggulangan KLB Rumah Sakit Bhayangkara Makassar:

BAGIAN URAIAN TUGAS


1. Melakukan kajian bersama tim terkait tentang KLB dan
Kepala Rumah
merencanakan upaya penanggulangan KLB secara menyeluruh.
Sakit
2. Menentukan saat awal dan berakhirnya KLB.
3. Menyampaikan pernyataan resmi kepada seluruh unit kerja hal-hal
terkait KLB agar tidak menimbulkan keresahan.
Komite medik Membantu tugas Karumkit dalam merencanakan upaya
penanggulangan KLB serta koordinasi dengan stake-holder
Yanwat Melakukan koordinasi lintas bidang dalam perencanaan
penanggulangan KLB
Ketua Tim KLB Melakukan tindakan penanggulangan KLB sesuai alur dan SPO KLB.
IRNA Melakukan penyesuaian/perubahan system pelayanan IRNA sebagai
dampak KLB
Farmasi Menyediakan fasilitas obat-obatan dan disinfektan terkait KLB
K3 Upaya untuk kebersihan dan penyehatan lingkungan
Jangmed Menyediakan seluruh kebutuhan APD yang diperlukan untuk KLB
Laboraturium Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis laboratorium pasien KLB
8

BAB IV
INVESTIGASI OUTBREAK

A. DEFINISI
Kejadian luar biasa adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi
normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas.

B. TUJUAN INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA


Mengetahui penyebab Kejadian luar biasa dan Menyetop Kejadian luar biasa sekarang
dan mencegah Kejadian luar biasa di masa mendatang.

C. LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA


1. Identifikasi Kejadian luar biasa
Kejadian luar biasa adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
dari pada ekspektasi normal di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu.
Faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi Kejadian luar biasa:
a. Keparahan penyakit;
b. Potensi untuk menyebar;
c. Ketersediaan sumber daya.

2. Investigasi kasus
Kejadian luar biasa mendefinisikan kasus dengan kriteria sebagai berikut:
a. Kriteria klinis (gejala, tanda, onset);
b. Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu
terjadinya Kejadian luar biasa);
c. Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan)
9

Tabel
Klasifikasi kasus menurut kriteria pemeriksaan klinis, epidemiologis, dan laboratoris

No Klasifikasi kasus Kriteria


1 Kasus suspek (suspected 1. Tanda dan gejala klinis cocok dengan
case, syndromis case) penyakit, terdapat bukti epidemiologi.
2. Tetapi tidak terdapat bukti laboratorium yang
menunjukkan tengah atau telah terjadi
infeksi (bukti laboratorium negatif, tidak ada,
atau belum ada)

2 Kasus mungkin (probable 1. Tanda dan gejala klinis cocok dengan


case, presumptive case) penyakit, terdapat bukti epidemiologis
2. Terdapat bukti laboratorium yang mengarah
tetapi belum pasti, yang menunjukkan
tengah atau telah terjadi
3. infeksi (misalnya, bukti dari sebuah tes
serologis tunggal
3 Kasus pasti (confirmed Terdapat bukti pasti laboratorium (serologis,
case, definite case) biokimia,bakteriologis, virologis, parasitologis)
bahwa tengah atau telah terjadi infeksi, dengan
atau tanpa kehadiran tanda, gejala klinis, atau
bukti epidemiologis
Sumber: Bres (1986)

Tujuan penemuan kasus:


a. Mengetahui luas Kejadian luar biasa;
b. Mengetahui populasi berisiko;
c. Mengidentifikasi kasus sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang);
d. Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi;
e. Mengidentifikasi kontak dengan kasus terinfeksi.
Untuk menemukan kasus-kasus lainnya, peneliti Kejadian luar biasa dianjurkan untuk
menggunakan sebanyak mungkin sumber informasi:
a. Surveilans aktif dan survei khusus (para peneliti dikirimkan ke daerah yang terkena
Kejadian luar biasa untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi-kondisi
spesifik tertentu dari pelapor potensial, dokter, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain);
10

b. Surveilans pasif (mengandalkan laporan rutin oleh petugas kesehatan tentang penyakit-
penyakit yang harus dilaporkan);
c. Pengembangan informasi kasus yang diperoleh dari media (berita yang dilansir media
ditanggapi dengan mengecek kasus di lapangan).

3. Investigasi kausa
a. Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada);
b. Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan);
c. Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa;
d. Faktor-faktor risiko;
e. Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala
f. untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit);
g. Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil
investigasi).

4. Melakukan pencegahan dan pengendalian


Prinsipnya, makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan
pengendalian. Makin lambat repons pengendalian, makin sulit upaya pengendalian,
makin kecil peluang keberhasilan pengendalian, makin sedikit kasus baru yang bisa
dicegah untuk menghentikan Kejadian luar biasa sebagai berikut:
a. Mengeliminasi sumber patogen;
b. Memblokade proses transmisi;
c. Mengeliminasi kerentanan
Sedang eliminasi sumber patogen mencakup:
a. Eliminasi atau inaktivasi patogen;
b. Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction);
c. Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi
(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya);
d. Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak
daging dengan benar, dan sebagainya);
e. Pengobatan kasus.
11

Blokade proses transmisi mencakup:


a. Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung
tangan, respirator);
b. Disinfeksi;
c. Pertukaran udara/ dilusi;
d. Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara;
e. Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles, pengasapan
nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan
sebagainya).
Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup:
a. Vaksinasi;
b. Pengobatan (profilaksis, presumtif);
c. Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”);
d. Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

KEPALA
RS BHAYANGKARA MAKASSAR

KOMITE PPI

IPCN

IPCLN

KETERANGAN :
Petugas Pelaksana / IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien
yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Tim PPI bisa mengetahui kejadian infeksi
atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana/ IPCN
Melaporkan ke Tim PPI. Kemudian Tim PPI mengecek kebenarannya ke tempat
yang melaporkan setelah itu dilanjutkan ke kemudian dilaporkan ke Karumkit untuk
mendapatkan tindak lanjut hasil investigasi tersebut.
Kejadian Luar Biasa (KLB)
12

1. Di dalam jam kerja


a. Pelaksana harian (IPCLN) segera menghubungi IPCN
b. Kepala unit kerja menghubungi Karumkit.
c. IPCN segera berkoordinasi dengan Tim PPI dalam hal ini Ketua Tim PPI.
d. Ketua Tim PPI melaporkan kejadian KLB kepada Karumkit dan melakukan
tindak lanjut.
e. Membentuk Panitia Adhock untuk Penelusuran masalah dan melaksanakan
Investegasi.

TINDAK LANJUT

Ketua Pelaksana Karumkit

Ketua Tim PPI

IPCLN IPCN

2. Diluar jam kerja :


a. Perawat jaga yang menemukan KLB melaporkan kepada Kepala
Ruangan,/Supervisi
b. Supervisi menuliskan di catatan keperawatan dan melaporkan kepada Kepala
Irna , IPCLN dan juga melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP).
c. IPCLN melaporkan KLB kepada Ketua Tim PPI, Supervisi menyampaikan KLB
kepada Kepala Keperawatan, selanjutnya melaksanakan koordinasi dengan
Tim PPI untuk membentuk Panitia Investigasi.
d. Kemudian hasil investigasi di laporkan kepada Karumkit secara tertulis untuk
dilaksanakan tindak lanjut.

Perawat
Ka. Irna
Jaga

Ka Ruangan DPJP Panitia KEPALA


Perawat Jaga
Investigasi Rumah Sakit

IPCLN Ketua Tim PPI

Tindak Lanjut
13

SKEMA PENANGANAN BENCANA:

KASUS INFEKSI

Perawat

IPCLN

IPCN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

Komite PPI

Umpan balik dan pembahasan situasi


Mengkaji kejadian luar
Biasa dan melakukan dilakukan bersama manajemen rumah
Tindakan/strategi sakit & dokter spesialis

Monitoring pelaksanaan
KLB infeksi
Tindakan/strategi
pencegahan

KLB infeksi teratasi/ dibatasiagar Rencana lebih lanjut dibahas dengan


tidak meluas dokter infeksi dan manajemen rumah sakit
meluas

Pelaksanaan rencana tindakan


Dokumen & Data/
Informasi mengenaiKLBInfeksi
Dilakukan pengawasan terus menerus
dan evaluasi hingga KLB teratasi
14

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
1. Survey aktif dilakukan oleh IPCN dan IPCLN setiap hari, bila ditemukan kasus baru
dicatat dan dilaporkan dalam formulir KLB kepada ketua tim KLB.
2. Perkembangan hasil laboratorium penunjang (Laboratorium) dilaporkan setiap hari
kepada ketua tim KLB.
3. Ketua tim KLB melakukan monitoring terhadap pasien KLB setiap hari dan
dilaporkan kepada Karumkit

B. EVALUASI
1. Tim KLB melakukan analisis rencana tindak lanjut untuk penanggulangan KLB
berkoordinasi dengan Komite PPI
2. Evaluasi penyediaan semua APD, disinfektan, handrub, sabun antiseptik, obat-
obatan.
15

BAB V
PENUTUP

Panduan investigasi kejadian luar biasa merupakan acuan untuk penatalaksanaan


dalam penanggulangan kejadian luar biasa di unit pelayanan terkait di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar . Panduan ini disesuaikan dengan kejadian luar biasa yang terjadi.
dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebijakan dan peraturan yang ada dan
berlaku di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar .Keberhasilan dan ketepatan penemuan
kasus dan penanganan tindak lanjut, sangat tergantung kepada komitmen, kemampuan
dan kecepatan dalam penanggulangan kejadian luar biasa, serta dukungan stake holder
terkait untuk dapat mencapai hasil yang optimal.

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Dr. ARIS BUDIYANTO, Sp.THT


KOMISARIS BESAR POLISI NRP 65040886

Anda mungkin juga menyukai