DISUSUN OLEH :
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
LATAR BELAKANG 1
TUJUAN 2
BAB II
HASIL HAIs 3
BAB III
KESIMPULAN 4
SARAN 4
ii
BAB I
A. Latar Belakang
Infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang terjadi akibat perpindahan
mikroorganisme melalui petugas kesehatan dan alat yang dipergunakan saat
melakukan tindakan. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau
cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi
yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai
menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah
sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan
bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit,
dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada
dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. Healthcare Associated Infections
(HAIs) banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara
miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi penyebab utama. Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam
tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah
ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection,
sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme
yang berasal dari Klinik dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan Klinik. Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan
kesehatan dihadapkan pada risiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan
kewaspadaan untuk mecegah terjadinya infeksi. Selain itu, petugas kesehatan
yang melayani mereka dan staf pendukung (seperti staf rumah tangga,
pembuang sampah dll) Semuanya dihadapkan kepada risiko. HAIs dan infeksi
dari tempat pekerjaan merupakan masalah yang penting di seluruh dunia dan terus
meningkat. Kegiatan surveilans HAIs merupakan komponen penunjang penting
dalam setiap program pencegahan dan pengendalian infeksi. Informasi yang
dihasilkan oleh kegiatan surveilans berguna untuk mengarahkan strategi
1
program baik pada tahap perencanaa.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Klinik Pratama Biddokkes
Polda Jabar sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan
,pasien, dan masyarakat dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
2. Tujuan Khusus:
a. Tersedianya informasi tentang situasi dan kencenderungan kejadian
HAIs di Klinik Pratama Biddokkes Polda Jabar dan faktor risiko yang
mempengaruhinya
b. Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya
fenomena abnormal (penyimpangan) pada hasil pengamatan dan
dampak HAIs di Klinik Pratama Biddokkes Polda Jabar
c. Terselenggaranya investigasi dan pengendalian kejadian
penyimpangan pada hasil pengamatan dan dampak HAIs di Klinik
Pratama Biddokkes Polda Jabar
2
BAB II
Dari hasil pemantauan tim PPI ditemukan kejadian HAI's sebagai berikut :
Januari 2023
NO NAMA UMUR TINDAKAN GIGI HAIS
1 DHIA 9 TH CABUT GIGI TIDAK
2 KENZIE 15 TH CABUT GIGI TIDAK
3 YULI 30 TH CABUT GIGI TIDAK
4 ALGHANI 25 TH CABUT GIGI TIDAK
5 AYESHA 10 TH CABUT GIGI TIDAK
6 KEANDRA 9 TH CABUT GIGI TIDAK
7 ELIS 35 TH CABUT GIGI TIDAK
8 ISMAWATI 40 TH CABUT GIGI TIDAK
9 SUSANTO 38 TH CABUT GIGI TIDAK
10 YULI 22 TH CABUT GIGI TIDAK
11 OKI 16 TH CABUT GIGI TIDAK
N INSIDEN RATE
BULAN
O ABSES
1 JANUARI 0
Analisis
Incidence Rate Abses Klinik Pratama Biddokkes Polda Jabar Bulan Januari
2023 = 0 /11 x 1000 = 0
3
BAB III
A. KESIMPULAN
Incidence Rate Abses di Klinik Pratama Biddokkes Polda Jabar pada Bulan
Januari 2023 adalah sebesar 0%
B. SARAN
1. Tetap Meningkatkan pengawasan dalam tindakan pencabutan gigi 2. Tetap
mengawasi tenaga keperawatan dalam bekerja sesuai SOP yang berlaku
2. Menggalakkan program cuci tangan sesuai SOP yang berlaku
3. Tetap mengawasi dalam hal menjaga kesterilan melakukan tindakan invasif