Peningkatan kejadian
Peningkatan kejadian Jumlah penderita baru dalam
kesakitan terus-
Timbulnya suatu penyakit kesakitan dua kali atau lebih periode waktu 1 (satu) bulan
menerus selama 3 (tiga)
menular tertentu yang dibandingkan dengan periode menunjukkan kenaikkan dua kali
kurun waktu dalam
sebelumnya tidak ada atau tidak sebelumnya dalam kurun atau lebih dibandingkan dengan
jam, hari atau minggu
dikenal pada suatu daerah waktu jam, hari, atau minggu angka rata-rata jumlah per bulan
berturut-turut jenis
menurut jenis penyakitnya. dalam tahun sebelumnya.
penyakitnya.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem
Informasi Kesehatan Terintegrasi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
Permendagri No 100 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, Permenkes No 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Strategi Penguatan Surveilans
• Kemampuan deteksi dini, verifikasi,
investigasi, notifikasi, dan respon
• Penguatan koordinasi dan jejaring
kerja
Pengembangan sistem
✔ Pencegahan
Penguatan Sumber Daya KLB, KKMMD - Jml Kasus minimal
Sustaina
bility ✔ Pencegahan - Jml Kematian minimal
Penguatan Jejaring Perluasan - Daerah terjangkit minimal
KLB, KKMMD
Penguatan Peraturan
a. Promosi kesehatan;
b. Surveilans kesehatan;
c. Pengendalian faktor risiko;
d. Penemuan kasus;
e. Penanganan kasus;
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
g. Pemberian obat pencegahan secara massal
Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (skdr)
Memonitor trend Deteksi dini
penyakit potensial penyakit potensial
KLB KLB
Sebagai trigger untuk Menilai dampak program
verifikasi dan pencegahan dan
melakukan respons pengendalian penyakit
cepat potensial KLB
Meminimalkan
kesakitan/ kematian
akibat KLB
Indikator SKDR
kelengkapan laporan
ketepatan laporan
sinyal/alert yang direspon
Penyakit Dalam SKDR
Peningkatan Kapasitas
PMK 1501
Masa Transisi menuju Endemi
Risiko penularan COVID-19 masih bisa terjadi sehingga tetap waspada dan meningkatkan ketahanan mandiri agar tidak tertular COVID-19
Penggunaan Masker
a. pada keadaan kerumunan dan Penggunaan aplikasi
keramaian Selalu cuci tangan dengan
PeduliLindungi untuk
b. di dalam gedung/ruangan sabun atau menggunakan hand
memasuki/menggunakan
tertutup dan sempit (termasuk sanitizer setiap mulai/selesai
fasilitas publik termasuk
dalam transportasi publik); beraktivitas
bagi pelaku perjalanan
c. Bagi yang bergejala penyakit dalam negeri yang akan
pernafasan (seperti batuk, menggunakan transportasi
pilek, dan bersin); publik
d. Orang yang terkonfirmasi
positif atau menjadi kontak erat
orang yang terkonfirmasi
18
Virus Polio dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi.
19
Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphtheria (C.diphtheria)
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Toksin yang dihasilkan dapat menyebabkan
komplikasi pada jantung, ginjal dan sistem saraf.
Penularan dari orang ke orang melalui percikan
ludah (droplet) pada saat batuk/bersin atau
kontak langsung dengan secret pernafasan atau
kulit terinfeksi.
Masa inkubasi terjadi 2-5 hari.
Faktor Risiko difteri
1. Tidak kebal, (imunisasi mencegah penyakit, bukan memutus transmisi)
1. Tidak imunisasi samasekali
2. Imunisasi dasar tidak lengkap (kurang dari 3x)
3. Imunisasi dasar tanpa/ tidak booster (hanya 3x)
2. Tatalaksana kasus dan Kontak yang kurang memadai, membiarkan transmisi
• Penderita tidak bisa di isolasi
• Profilaksis /antibiotika kontak erat tidak terlaksana
• Imunisasi kontak dan penderita tidak di lakukan
3. Penanggulangan tidak optimal
1. Tidak ada pernyataaan klb
2. Tidak ada ORI
4. Pengendalian terlupakan
1. Menutup immunity gap
2. Cakupan Imunisasi rutin lengkap diatas 90%
KLB DIFTERI Strategi Penanggulangan KLB Difteri:
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri
Definisi KLB Difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan
kasus secara adekuat
b. Penemuan & Pengobatan kasus
tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat
erat dari kasus suspek difteri
3. Komunikasi risiko tentang difteri dan
• *Selama masa pandemi, penentuan status KLB dikonsultasikan dengan pencegahannya kepada masyarakat
komite ahli difteri nasional
4. Pelaksanaan Outbreak Response
• KLB ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas
kesehatan provinsi atau menteri kesehatan Immunization (ORI) di daerah KLB
difteri
Respon KLB Difteri :
(1) Penemuan kasus dan manajemen klinis,
(2) Pelacakan kontak dan pemberian profilaksis +
vaksin,
(3) Pencarian kasus aktif,
(4) Outbreak response Immunization
01
PRINSIP DASAR
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat dua
Timbulnya atau meningkatnya orang atau lebih yang menderita sakit
kejadian kesakitan/kematian yang dengan gejala-gejala yang sama atau
bermakna secara epidemiologis pada hampir sama setelah mengkonsumsi
suatu daerah dalam kurun waktu sesuatu dan berdasarkan analisis
tertentu epidemiologi, makanan tersebut
terbukti sebagai sumber keracunan
Wabah
Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu
suatu kegiatan penyelidikan atau
penyakit menular dalam masyarakat
survey yang bertujuan untuk
yang jumlah penderitanya
mendapatkan gambaran terhadap
meningkat secara nyata melebihi
masalah kesehatan atau penyakit
dari pada keadaan yang lazim pada
secara lebih menyeluruh.
waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
Timbulnya suatu penyakit
kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau lebih
menular tertentu yang
selama 3 (tiga) kurun waktu dibandingkan dengan periode
sebelumnya tidak ada atau
dalam jam, hari atau sebelumnya dalam kurun
tidak dikenal pada suatu waktu jam, hari, atau minggu
minggu berturut-turut jenis
daerah menurut jenis penyakitnya.
penyakitnya.
Kepala dinas kesehatan
Jumlah penderita baru dalam
Rata-rata jumlah kejadian kabupaten/kota, kepala
kesakitan perbulan selama 1
dinas kesehatan provinsi,
periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikkan dua kali KRITERIA (satu) tahun menunjukkan
kenaikkan dua kali atau lebih atau Menteri dapat
atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per KLB dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan menetapkan daerah dalam
bulan dalam tahun sebelumnya.
perbulan pada tahun berkutnya.
keadaan KLB, apabila suatu
daerah memenuhi salah
Angka kematian kasus suatu Terdapat dua orang atau lebih satu kriteria KLB.
penyakit (Case Fatality Rate) Angka proporsi penyakit yang menderita sakit dengan
dalam 1 (satu ) kurun waktu (Propotional Rate) penderita gejala-gejala yang sama atau
tertentu menunjukkan baru pada satu periode hampir sama setelah
kenaikkan 50 % atau lebih menunjukkan kenaikkan dua kali mengkonsumsi sesuatu dan
dibandingkan dengan angka atau lebih disbanding satu berdasarkan analisis
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam epidemiologi, makanan tersebut
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. terbukti sebagai sumber
kurun waktu yang sama. keracunan.
Prinsip Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan PE
Pengkajian
01 Mengetahui Besaran Masalah
Sistem Surveilans
yang ada
02 Mengetahui Gambaran Klinis
Faktor Risiko
Evaluasi 03 Mengetahui gambaran epidemiologi
Program
KLB
Kesehatan
11
Diseminasi Laporan
11. Diseminasi Hasil PE
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada kasus potensial Kejadian Luar biasa (KLB) dan
atau wabah sangat penting karena mampu mencegah penyebaran dan pengendalian penyakit
Kejadian penyakit infeksi yang menular dapat terjadi di rumah sakit, fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas) dan di masyarakat
Kegiatan utama PPI adalah menerapkan Kewaspadaan Isolasi ( Standar dan Transmisi )
Dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh tim yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan
33
KONSEP DASAR PENYAKIT
INFEKSI
PEJAMU AGEN LINGKUNGAN
orang yang menjadi Mikrorganisme Tempat dimana agen
tempat atau proses penyebab infeksi infeksi dapat hidup,
terjadi infeksi seperti bakteri, virus, tumbuh dan
( usia, status gizi, status jamur, dan parasite berkembang biak dan
imunisasi, penyakit pengaruh dari adaptasi siap untuk ditularkan ke
kronis, jenis kelamin, terhadap lingkungan orang lain
ekonomi, herediter ) dan penjamu
.
34
PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT
▸ KERJA
Pengukuran suhu ▸ Bersihkan meja / area kerja sebelum
▸ Skrining tanda gejala dan setelah digunakan
▸ Menjaga jarak dengan rekan kerja
▸ Lakukan kebersihan tangan
minimal 1 meter
▸ Gunakan siku atau alat utk
▸ Usahakan aliran udara dan sinar
menyentuh tombol lift
matahari masuk ke ruang kerja
▸ Gunakan masker kecuali makan
▸ Hindari kontak fisik seperti bersalaman
dan minum
dan berpelukan
▸ Tidak berkerumunan, jaga jarak
saat absensi
▸
35
KEWASPADAAN ISOLASI
• PPI di fasyankes
• Kewaspadaan Standar harus diterapkan oleh petugas dan masyarakat
secara rutin dan konsisten di pelayanan fasilitas kesehatan dan
masyarakat
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi terdiri dari kontak, droplet,
airborne, vehikulum (vehicle), dan vektor
36
37
KEWASPADAAN STANDAR
▸ Kebersihan tangan (hand ▸ Kesehatan karyawan
hygiene) ▸ Penempatan pasien
▸ Alat pelindung diri ▸ Hygiene respirasi/Etika batuk
▸ Peralatan perawatan pasien ▸ Praktek menyuntik yang aman
▸ Pengendalian lingkungan ▸ Praktek pencegahan untuk
▸ Penatalaksanaan linen prosedur lumbal punksi
▸ Pengelolaan Limbah dan
benda tajam
38
HAND HYGIENE
5 MOMENT FOR
HAND HYGIENE
ENAM
LANGKAH
KEBERSIHAN TANGAN
CARA
HAND RUB HAND WASH
( berbasis alkohol) ( dengan air mengalir dan antiseptik)
Jika tangan tidak terlihat kotor Jika tangan terlihat kotor
WAKTU
20 – 30 detik 40 – 60 detik
LANGKAH
6 LANGKAH
MOMENT
5 MOMEN
ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
▸ Merupakan Alat Pelindung yang dipakai petugas
untuk melindungi kulit , mukosa mata, hidung dan
mulut terhadap darah dan cairan tubuh infeksius
▸ Perhatikan cara memakai dan melepas APD
▸ Lakukan fit tes dan tes segel pada pemakaian
masker respirator partikulat
TATA LAKSANA LINEN
1. Semua linen pasien PIE infeksius
2. Dibagi menjadi linen kotor bernoda dan tidak
3. Ganti linen tiap hari, atau jika kotor sesuai SOP
4. Gunakan APD saat penanganan linen
5. Pengiriman linen kotor gunakan troli tertutup
6. Tempatkan linen bersih dalam lemari tertutup dan tidak tercampur
dengan alat lain
Komite PPI
KESEHATAN KARYAWAN
• Nutrisi / gizi adekuat
• Lakukan pemeriksaan berkala
• Monitoring suhu pada saat datang dan pulang bekerja
• Imunisasi/vaksinasi
• Fasilitasi Alat Pelindung Diri
• Monitor Kepatuhan karyawan
• Tatalaksana pajananan
• No Presenteeism
43
PENEMPATAN PASIEN
• Terpisah antar Pasien Infeksius dengan Non Infeksius
• Sesuaikan dengan pola transmisi infeksi
• Single room atau kohorting
• Tekanan negatif atau natural air flow
• ACH 12 kali/jam
44
PENATALAKSANAAN LIMBAH
Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
WADAH
Tahan bocor dan
tusukan
Ada pegangan
Ada tutup
Dibuang setelah terisi
2/3 bagian
PENYUNTIKAN AMAN
1. Tempat kerja bersih
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
4. Wadah steril untuk obat dan pelarut
5. Pembersih dan anti sepsis kulit
6. Pengambilan benda tajam sebagaimana
mestinya
7. Pembuangan limbah yang sesuai
46
KEWASPADAAN TRANSMISI
▸ Transmisi kontak
▸ Transmisi droplet
▸ Transmisi air borne
▸ Transmisi vehicle
▸ Transmisi vector
47
1. Persiapan Pengambilan Spesimen
8
a. Prinsip – prinsip Biosafety dan Biosecurity Penanganan
Spesimen Bahaya resiko di laboratorium
Biosafety (WHO) : Prinsip
penyimpanan, teknologi dan praktek
yg dilaksanakan dlm rangka
melindungi pekerja laboratorium dari
paparan bahan-2 berbahaya
potensial (patogen & toxin) serta
tidak mencemari lingkungan
sekitarnya
11
Penentuan Bahan Pengambilan dan jenis spesimen
17
JENIS SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN
• Spesimen Darah
• Spesimen luka, jaringan, abses,
• Spesimen Tinja/ Rectal swab
• Spesimen Cerebrospinal fluid
• Spesimen Saluran pernapasan
• Spesimen dahak / sputum
• Spesimen urin
• Spesimen lingkungan,
Makanan, Minuman
Jenis Spesimen Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Potensi Wabah
Difteri Pertusis Legionella
Chikunga/Dengue/
Zika Hepatitis A Flu Burung
Steril Steril