Anda di halaman 1dari 60

PELATIHAN PENANGGULANGAN

KLB DAN WABAH UNTUK TEAM


GERAK CEPAT DI PUSKESMAS
Bapelkes Gombong , 12- 18 APRIL 2023
dr. Emma Puspita Kartikasari
Sustirowati Amd.Kep
Nugraheni Agustina S.Tr.Kes
• Latar Belakang
• Kebijakan yg Mendasari Pengendalian dan
TOPIK Penanggulangan Penyakit Potensial KLB dan
PEMBAHASAN Wabah
• Strategi Pengendalian dan Penanggulangan
Penyakit Potensial KLB dan Wabah
Penyakit menular Potensial KLB tidak mengenal batas
#1 administrasi; Mobilisasi manusia, hewan, barang, sangat
cepat menyebabkan transmisi penyakit antar wilayah
semakin cepat.
#3
#2
Perubahan Iklim
dapat berdampak
meningkatnya
penyakit infeksi dan
menimbulkan
dampak terhadap
kesehatan manusia
#3
Interaksi/ kontak antara
manusia dan hewan
yang semakin dekat dan
intens berpotensi
menimbulkan penyakit
zoonosis semakin besar
Penyakit Potensial KLB
(PMK 1501/2010)
1. Kholera 10. Avian Influenza H5N1
2. Pes 11. Antraks
3. DBD 12. Leptospirosis
13. Hepatitis
4. Campak
14. Influenza A (H1N1)
5. Polio 15 Meningitis
6. Difteri 16. Yellow Fever
7. Pertusis 17. Chikungunya
8. Rabies
9. Malaria *Plus Penyakit lainnya yang
ditetapkan oleh Menteri
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
PMK 1501 Tahun 2010 dan PMK No 2 Tahun 2013

Peningkatan kejadian
Peningkatan kejadian Jumlah penderita baru dalam
kesakitan terus-
Timbulnya suatu penyakit kesakitan dua kali atau lebih periode waktu 1 (satu) bulan
menerus selama 3 (tiga)
menular tertentu yang dibandingkan dengan periode menunjukkan kenaikkan dua kali
kurun waktu dalam
sebelumnya tidak ada atau tidak sebelumnya dalam kurun atau lebih dibandingkan dengan
jam, hari atau minggu
dikenal pada suatu daerah waktu jam, hari, atau minggu angka rata-rata jumlah per bulan
berturut-turut jenis
menurut jenis penyakitnya. dalam tahun sebelumnya.
penyakitnya.

Angka kematian kasus


Angka proporsi penyakit
suatu penyakit (Case
Rata-rata jumlah kejadian (Propotional Rate) Terdapat dua orang atau lebih yang
Fatality Rate) dalam 1 (satu
kesakitan perbulan selama 1 penderita baru pada satu menderita sakit dengan gejala-
) kurun waktu tertentu
(satu) tahun menunjukkan periode menunjukkan gejala yang sama atau hampir sama
menunjukkan kenaikkan 50
kenaikkan dua kali atau lebih kenaikkan dua kali atau setelah mengkonsumsi sesuatu dan
% atau lebih dibandingkan
dibandingkan dengan rata-rata lebih disbanding satu berdasarkan analisis epidemiologi,
dengan angka kematian
jumlah kejadian kesakitan periode sebelumnya makanan tersebut terbukti sebagai
kasus suatu penyakit
perbulan pada tahun berkutnya. dalam kurun waktu yang sumber keracunan.
periode sebelumnya dalam
sama.
kurun waktu yang sama.
DASAR HUKUM
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 949/Menkes/SK/VIII/ 2004 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/MENKES/PER/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium Diagnosis Penyakit
Infeksi New-Emerging dan Re-emerging
Peraturan Menteri kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 92 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem
Informasi Kesehatan Terintegrasi
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1479/Menkes/SK/ X/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilans Epidemologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Terpadu
Permendagri No 100 tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal, Permenkes No 4 tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
Strategi Penguatan Surveilans
• Kemampuan deteksi dini, verifikasi,
investigasi, notifikasi, dan respon
• Penguatan koordinasi dan jejaring
kerja

Pengembangan sistem
✔ Pencegahan
Penguatan Sumber Daya KLB, KKMMD - Jml Kasus minimal
Sustaina
bility ✔ Pencegahan - Jml Kematian minimal
Penguatan Jejaring Perluasan - Daerah terjangkit minimal
KLB, KKMMD
Penguatan Peraturan

Tanggung jawab: STATUS


✔ Pemerintah Pusat KESMAS
✔ Pemerintah Provinsi MENINGKAT
✔ Pemerintah Kab/Kota
✔ Masyarakat
Prinsip Kerja Pengendalian KLB

Pencegahan Kewaspadaan Respon


Deteksi Respon
Data Faktor Risiko
Kejadian / EBS KLB & Emergensi
Kes. Mas

Inspeksi, screening Dukungan investigasi


Pengawasan Rutin
Informasi dan dan contingency
Sanitasi, alat angkut & muatan ,
verifikasi plans untuk pengendalian
vektor dan rodent

Risk Management Risk Assessment Event Management


Strategi Pengendalian KLB/Wabah
1. Penatalaksanaan kasus pada manusia
2. Perlindungan pada kelompok risiko tinggi
3. Surveilans Epidemiologi pada hewan dan manusia
4. Komunikasi resiko, edukasi dan peningkatan
kesadaran masyarakat
5. Penguatan dukungan peraturan
6. Peningkatan kapasitas
7. Penelitian kaji tindak
8. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan Pengendalian & Pemberantasan

a. Promosi kesehatan;
b. Surveilans kesehatan;
c. Pengendalian faktor risiko;
d. Penemuan kasus;
e. Penanganan kasus;
f. Pemberian kekebalan (imunisasi)
g. Pemberian obat pencegahan secara massal
Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon (skdr)
Memonitor trend Deteksi dini
penyakit potensial penyakit potensial
KLB KLB
Sebagai trigger untuk Menilai dampak program
verifikasi dan pencegahan dan
melakukan respons pengendalian penyakit
cepat potensial KLB

Meminimalkan
kesakitan/ kematian
akibat KLB
Indikator SKDR

kelengkapan laporan
ketepatan laporan
sinyal/alert yang direspon
Penyakit Dalam SKDR
Peningkatan Kapasitas

1.Penguatan Surveilans  Pelatihan Petugas Kab/Kota,


Pembentukan/Refreshing TGC, Joint outbreak Investigation,
Pendidikan tenaga epidemiologi lapangan (FETP), Simulasi KK-
MMD di POE dll
2.Penguatan Laboratorium  Maping kesiapan laboratorium,
Pelatihan Petugas Laboratorium dalam melakukan biosafety dll
3.Peningkatan RS  Maping kesiapan RS,
Penguatan TGC

A S I  DIKLAT (PENINGKATAN KOMPETENSI)


I FI K I
RT E N S  RESPONS ALERT/ RUMOR
S E T
TGC
TGC M
TGC P E
 JOINT OUTBREAK INVESTIGATION
NASIONAL/GLOBAL
KO TGC  ASISTENSI TEKNIS
 PENDAMPINGAN

PMK 1501
Masa Transisi menuju Endemi
Risiko penularan COVID-19 masih bisa terjadi sehingga tetap waspada dan meningkatkan ketahanan mandiri agar tidak tertular COVID-19

Penggunaan Masker
a. pada keadaan kerumunan dan Penggunaan aplikasi
keramaian Selalu cuci tangan dengan
PeduliLindungi untuk
b. di dalam gedung/ruangan sabun atau menggunakan hand
memasuki/menggunakan
tertutup dan sempit (termasuk sanitizer setiap mulai/selesai
fasilitas publik termasuk
dalam transportasi publik); beraktivitas
bagi pelaku perjalanan
c. Bagi yang bergejala penyakit dalam negeri yang akan
pernafasan (seperti batuk, menggunakan transportasi
pilek, dan bersin); publik
d. Orang yang terkonfirmasi
positif atau menjadi kontak erat
orang yang terkonfirmasi

18
Virus Polio dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan permanen, terutama pada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi.

1 Penyakit polio disebabkan oleh virus Polio

2 Penularan terutama melalui faecal- oral

Lingkungan atau air yang terkontaminasi oleh tinja


yang mengandung virus polio.

3 Virus yang masuk, akan berkembang di dalam


saluran pencernaan

4 Virus kemudian menyerang sistem saraf

Masa inkubasi 7-21 hari untuk onset gejala


5 kelumpuhan

19
Difteri
 Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphtheria (C.diphtheria)
yang dapat dicegah dengan imunisasi.
 Toksin yang dihasilkan dapat menyebabkan
komplikasi pada jantung, ginjal dan sistem saraf.
 Penularan dari orang ke orang melalui percikan
ludah (droplet) pada saat batuk/bersin atau
kontak langsung dengan secret pernafasan atau
kulit terinfeksi.
 Masa inkubasi terjadi 2-5 hari.
Faktor Risiko difteri
1. Tidak kebal, (imunisasi mencegah penyakit, bukan memutus transmisi)
1. Tidak imunisasi samasekali
2. Imunisasi dasar tidak lengkap (kurang dari 3x)
3. Imunisasi dasar tanpa/ tidak booster (hanya 3x)
2. Tatalaksana kasus dan Kontak yang kurang memadai, membiarkan transmisi
• Penderita tidak bisa di isolasi
• Profilaksis /antibiotika kontak erat tidak terlaksana
• Imunisasi kontak dan penderita tidak di lakukan
3. Penanggulangan tidak optimal
1. Tidak ada pernyataaan klb
2. Tidak ada ORI
4. Pengendalian terlupakan
1. Menutup immunity gap
2. Cakupan Imunisasi rutin lengkap diatas 90%
KLB DIFTERI Strategi Penanggulangan KLB Difteri:
1. Penyelidikan epidemiologi KLB difteri
2. Pencegahan penyebaran KLB difteri
Definisi KLB Difteri dengan:
a. Perawatan dan Pengobatan
kasus secara adekuat
b. Penemuan & Pengobatan kasus
tambahanan
c. Tatalaksana terhadap kontak erat
erat dari kasus suspek difteri
3. Komunikasi risiko tentang difteri dan
• *Selama masa pandemi, penentuan status KLB dikonsultasikan dengan pencegahannya kepada masyarakat
komite ahli difteri nasional
4. Pelaksanaan Outbreak Response
• KLB ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala dinas
kesehatan provinsi atau menteri kesehatan Immunization (ORI) di daerah KLB
difteri
Respon KLB Difteri :
(1) Penemuan kasus dan manajemen klinis,
(2) Pelacakan kontak dan pemberian profilaksis +
vaksin,
(3) Pencarian kasus aktif,
(4) Outbreak response Immunization
01
PRINSIP DASAR
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Pengertian
KLB Keracunan Pangan
KLB Penyakit Menular Suatu kejadian dimana terdapat dua
Timbulnya atau meningkatnya orang atau lebih yang menderita sakit
kejadian kesakitan/kematian yang dengan gejala-gejala yang sama atau
bermakna secara epidemiologis pada hampir sama setelah mengkonsumsi
suatu daerah dalam kurun waktu sesuatu dan berdasarkan analisis
tertentu epidemiologi, makanan tersebut
terbukti sebagai sumber keracunan

Wabah
Penyelidikan Epidemiologi
kejadian berjangkitnya suatu
suatu kegiatan penyelidikan atau
penyakit menular dalam masyarakat
survey yang bertujuan untuk
yang jumlah penderitanya
mendapatkan gambaran terhadap
meningkat secara nyata melebihi
masalah kesehatan atau penyakit
dari pada keadaan yang lazim pada
secara lebih menyeluruh.
waktu dan daerah tertentu serta
dapat menimbulkan malapetaka.
Kriteria & Penetapan KLB dan Wabah
Peningkatan kejadian Peningkatan kejadian
Timbulnya suatu penyakit
kesakitan terus-menerus kesakitan dua kali atau lebih
menular tertentu yang
selama 3 (tiga) kurun waktu dibandingkan dengan periode
sebelumnya tidak ada atau
dalam jam, hari atau sebelumnya dalam kurun
tidak dikenal pada suatu waktu jam, hari, atau minggu
minggu berturut-turut jenis
daerah menurut jenis penyakitnya.
penyakitnya.
Kepala dinas kesehatan
Jumlah penderita baru dalam
Rata-rata jumlah kejadian kabupaten/kota, kepala
kesakitan perbulan selama 1
dinas kesehatan provinsi,
periode waktu 1 (satu) bulan
menunjukkan kenaikkan dua kali KRITERIA (satu) tahun menunjukkan
kenaikkan dua kali atau lebih atau Menteri dapat
atau lebih dibandingkan dengan
angka rata-rata jumlah per KLB dibandingkan dengan rata-rata
jumlah kejadian kesakitan menetapkan daerah dalam
bulan dalam tahun sebelumnya.
perbulan pada tahun berkutnya.
keadaan KLB, apabila suatu
daerah memenuhi salah
Angka kematian kasus suatu Terdapat dua orang atau lebih satu kriteria KLB.
penyakit (Case Fatality Rate) Angka proporsi penyakit yang menderita sakit dengan
dalam 1 (satu ) kurun waktu (Propotional Rate) penderita gejala-gejala yang sama atau
tertentu menunjukkan baru pada satu periode hampir sama setelah
kenaikkan 50 % atau lebih menunjukkan kenaikkan dua kali mengkonsumsi sesuatu dan
dibandingkan dengan angka atau lebih disbanding satu berdasarkan analisis
kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam epidemiologi, makanan tersebut
periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. terbukti sebagai sumber
kurun waktu yang sama. keracunan.
Prinsip Penyelidikan Epidemiologi

Tujuan PE

Pengkajian
01 Mengetahui Besaran Masalah
Sistem Surveilans
yang ada
02 Mengetahui Gambaran Klinis

Faktor Risiko
Evaluasi 03 Mengetahui gambaran epidemiologi
Program
KLB
Kesehatan

04 Mengetahui Faktor Risiko


02
LANGKAH-LANGKAH
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
Langkah-Langkah PE
Penerimaan informasi indikasi KLB 01 06 Penemuan kasus

Penetapan KLB 02 07 Analisis epidemiologi deskriptif

Persiapan turun lapangan 03 08 Menentukan sumber &


cara penularan

Verifikasi diagnosis 04 09 Rekomendasi penanggulangan

Penetapan kasus 05 10 Pembuatan Laporan

11
Diseminasi Laporan
11. Diseminasi Hasil PE

Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi


yang tepat dan beralasan

Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah;


kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara
ilmiah

Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis,


bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan,
latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan,
dan saran)

Merupakan dasar ilmiah untuk mengambil tindakan

Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari aspek


legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal
yang sama di masa datang
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PADA KASUS POTENSIAL KEJADIAN LUAR BIASA
. ( KLB ) DAN WABAH
MPI. 3
Pasien tidak hanya dilayani di rumah sakit dan Puskesmas lainnya, tetapi di rumah atau di
masyarakat

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) pada kasus potensial Kejadian Luar biasa (KLB) dan
atau wabah sangat penting karena mampu mencegah penyebaran dan pengendalian penyakit

Kejadian penyakit infeksi yang menular dapat terjadi di rumah sakit, fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas) dan di masyarakat

Kegiatan utama PPI adalah menerapkan Kewaspadaan Isolasi ( Standar dan Transmisi )
Dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan oleh seluruh tim yang terlibat dalam pelayanan
kesehatan

33
KONSEP DASAR PENYAKIT
INFEKSI
PEJAMU AGEN LINGKUNGAN
orang yang menjadi Mikrorganisme Tempat dimana agen
tempat atau proses penyebab infeksi infeksi dapat hidup,
terjadi infeksi seperti bakteri, virus, tumbuh dan
( usia, status gizi, status jamur, dan parasite berkembang biak dan
imunisasi, penyakit pengaruh dari adaptasi siap untuk ditularkan ke
kronis, jenis kelamin, terhadap lingkungan orang lain
ekonomi, herediter ) dan penjamu
.

34
PROTOKOL KESEHATAN DI TEMPAT
▸ KERJA
Pengukuran suhu ▸ Bersihkan meja / area kerja sebelum
▸ Skrining tanda gejala dan setelah digunakan
▸ Menjaga jarak dengan rekan kerja
▸ Lakukan kebersihan tangan
minimal 1 meter
▸ Gunakan siku atau alat utk
▸ Usahakan aliran udara dan sinar
menyentuh tombol lift
matahari masuk ke ruang kerja
▸ Gunakan masker kecuali makan
▸ Hindari kontak fisik seperti bersalaman
dan minum
dan berpelukan
▸ Tidak berkerumunan, jaga jarak
saat absensi

35
KEWASPADAAN ISOLASI
• PPI di fasyankes
• Kewaspadaan Standar harus diterapkan oleh petugas dan masyarakat
secara rutin dan konsisten di pelayanan fasilitas kesehatan dan
masyarakat
• Kewaspadaan berdasarkan transmisi terdiri dari kontak, droplet,
airborne, vehikulum (vehicle), dan vektor

36
37
KEWASPADAAN STANDAR
▸ Kebersihan tangan (hand ▸ Kesehatan karyawan
hygiene) ▸ Penempatan pasien
▸ Alat pelindung diri ▸ Hygiene respirasi/Etika batuk
▸ Peralatan perawatan pasien ▸ Praktek menyuntik yang aman
▸ Pengendalian lingkungan ▸ Praktek pencegahan untuk
▸ Penatalaksanaan linen prosedur lumbal punksi
▸ Pengelolaan Limbah dan
benda tajam

38
HAND HYGIENE

5 MOMENT FOR
HAND HYGIENE

ENAM
LANGKAH
KEBERSIHAN TANGAN

CARA
HAND RUB HAND WASH
( berbasis alkohol) ( dengan air mengalir dan antiseptik)
Jika tangan tidak terlihat kotor Jika tangan terlihat kotor

WAKTU
20 – 30 detik 40 – 60 detik

LANGKAH
6 LANGKAH

MOMENT
5 MOMEN
ALAT PELINDUNG DIRI
(APD)
▸ Merupakan Alat Pelindung yang dipakai petugas
untuk melindungi kulit , mukosa mata, hidung dan
mulut terhadap darah dan cairan tubuh infeksius
▸ Perhatikan cara memakai dan melepas APD
▸ Lakukan fit tes dan tes segel pada pemakaian
masker respirator partikulat
TATA LAKSANA LINEN
1. Semua linen pasien PIE infeksius
2. Dibagi menjadi linen kotor bernoda dan tidak
3. Ganti linen tiap hari, atau jika kotor sesuai SOP
4. Gunakan APD saat penanganan linen
5. Pengiriman linen kotor gunakan troli tertutup
6. Tempatkan linen bersih dalam lemari tertutup dan tidak tercampur
dengan alat lain

Komite PPI
KESEHATAN KARYAWAN
• Nutrisi / gizi adekuat
• Lakukan pemeriksaan berkala
• Monitoring suhu pada saat datang dan pulang bekerja
• Imunisasi/vaksinasi
• Fasilitasi Alat Pelindung Diri
• Monitor Kepatuhan karyawan
• Tatalaksana pajananan
• No Presenteeism

43
PENEMPATAN PASIEN
• Terpisah antar Pasien Infeksius dengan Non Infeksius
• Sesuaikan dengan pola transmisi infeksi
• Single room atau kohorting
• Tekanan negatif atau natural air flow
• ACH 12 kali/jam

44
PENATALAKSANAAN LIMBAH

Kuning:sampah Infeksius
Hitam:non infeksius/ domestik
Merah:Radioaktif
Ungu :Cytotoksik
WADAH
Tahan bocor dan
tusukan
Ada pegangan
Ada tutup
Dibuang setelah terisi
2/3 bagian
PENYUNTIKAN AMAN
1. Tempat kerja bersih
2. Lakukan kebersihan tangan
3. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
4. Wadah steril untuk obat dan pelarut
5. Pembersih dan anti sepsis kulit
6. Pengambilan benda tajam sebagaimana
mestinya
7. Pembuangan limbah yang sesuai
46
KEWASPADAAN TRANSMISI
▸ Transmisi kontak
▸ Transmisi droplet
▸ Transmisi air borne
▸ Transmisi vehicle
▸ Transmisi vector

47
1. Persiapan Pengambilan Spesimen

8
a. Prinsip – prinsip Biosafety dan Biosecurity Penanganan
Spesimen Bahaya resiko di laboratorium
Biosafety (WHO) : Prinsip
penyimpanan, teknologi dan praktek
yg dilaksanakan dlm rangka
melindungi pekerja laboratorium dari
paparan bahan-2 berbahaya
potensial (patogen & toxin) serta
tidak mencemari lingkungan
sekitarnya

Biosecurity : Upaya perlindungan


perorangan dan institusi
(laboratorium) thd usaha pencurian,
penyalahgunaan, pengalihan,
pelepasan dengan sengaja dari bahan
biologi berbahaya (patogen &
toxin) dan sabotage
KONSEP DASAR PENGELOLAAN SPESIMEN
• Pengelolaan spesimen:
• Pengambilan: sesuai jenis spesimen dan prosedur
operasional standar (POB)
• Penanganan: sesuai jenis spesimen dan POB
• Penyimpanan: secepatnya dikirim atau disimpan
sesuai POB bahan
• Pengiriman: pelabelan dan pengemasan

11
Penentuan Bahan Pengambilan dan jenis spesimen

• Identifikasi jenis pemeriksaan dan bahan yang akan digunakan


• Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengambilan spesimen
harus sesuai dengan jenis parameter pemeriksaan dan diagnosis
penyakit potensi wabah sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan
• Spesimen untuk pemeriksaan bakteriologi dan virologi harus diambil
secara aseptis : Wadah dan alat yang digunakan harus steril
• Tipe spesimen, Medium Transport, waktu dan teknik pengambilan harus
menjadi hal yang diperhatikan.
• Kecukupan jumlah atau volume spesimen juga menjadi pertimbangan

17
JENIS SPESIMEN UNTUK PEMERIKSAAN

• Spesimen Darah
• Spesimen luka, jaringan, abses,
• Spesimen Tinja/ Rectal swab
• Spesimen Cerebrospinal fluid
• Spesimen Saluran pernapasan
• Spesimen dahak / sputum
• Spesimen urin
• Spesimen lingkungan,
Makanan, Minuman
Jenis Spesimen Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Potensi Wabah
Difteri Pertusis Legionella

Swab Nasopharing; Swab Nasopharing; Swab Nasopharing;


Swab Tenggorok, Swab Tenggorok, Swab Tenggorok, BAL
dalam medium dalam medium amies Sampel Lingkungan
Amies
Anthrax Leptospira Demam tifoid

Usap kulit, Usap dubur,


Tinja, Sputum, Darah 3- 5 mL /Serum 1 Darah (Non EDTA &EDTA
mL , ), Darah kultur,
Bakteriologi Darah/Serum

Diare Kolera Keracunan Pangan

Feses, rectal Swab


Feses, rectal Swab
Tinja 2-3 gr , rectal dalam medium Carry
medium Carry &
Swab dalam carry &blair , Muntahan,
blair, Muntahan,
&blair atau medium Sampel Lingkungan,
Hanks, Muntahan Sampel Lingkungan,
Makanan
Makanan
Jenis Spesimen Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Potensi
Wabah
HFMD (Penyakit Kuku
Polio dan Mulut Campak/Rubella

Faeses dan Usap Dubur, usap Serum 1-2 mL, Swab


Tinja selang 24 jam tenggorok, usap vesikel Tenggorok dalam hanks,
dalam medium hanks Urine 50 mL

Chikunga/Dengue/
Zika Hepatitis A Flu Burung

Virologi Darah 3- 5 mL /Serum 1 mL ,


Darah 3-5 mL (non EDTA Swab Hidung; Swab
, sampel lingkungan air, swab Tenggorok dalam
&EDTA ) dubur (hanks ) Hanks, serum, BAL

MERS-Cov EBOLA COVID-19

Swab Hidung; Swab Swab Nasopharing; Swab


Tenggorok dalam medium Darah dalam Vaccutainer Tenggorok dalam VTM
hanks , & Dahak Sputum, Faeses
Transport Medium
Transport Virus Vs Transport Bakteri
Medium Transport Virologi Medium Transport Bakteriologi

Steril Steril

Mengandung Anti Bakteri & Anti Mengandung Zat diperkaya


Fungal (Enrichment Media)

Berupa Cairan (VTM) Biasanya berupa Gel (Agar-agar)


atau Slicagel packed
Selalu disimpan dalam kondisi Sebaiknya disimpan dalam kondisi
Dingin Dingin
Hanks BSS, Virocult, dll Amies, Silica Gel Packed 🡪 Difteri
Carry and Blair 🡪 Swab Dubur
4 unsur yang harus dipatuhi terkait
Penggunaan APD
Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan (APD) antara lain :
DOKUMENTASI KEGIATAN PELATIHAN
PENGHARGAAN PESERTA TERBAIK
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai