Anda di halaman 1dari 4

Flare-up dapat disebabkan karena trauma mekanik dan kimiawi yang baisanya sering

dikaitkan dengan faktor iatrogenik. Selain itu, mikroba juga merupakan faktor penyebab dari
flare-up dan dirasa menjadi penyebab utama dan yang paling sering ditemukan dapat
menyebabkan flare-up. Awal infeksi flare-up terkadang dapat terjadi saat sedang
dilakukannya prosedur perawatan saluran akar, walaupun prosedurnya telah dilakukan
dengan baik dan benar. Prevalensi nyeri pasca PSA pada banyak penelitian menyebutkan
suatu insiden nyeri post-PSA setelah perawatan endodontik dilaporkan dari 3% menjadi 58%.
Terjadinya flare-up memiliki dampak yang signifikan pada pasien dan dokter. Sebuah
pemahaman etiologi menyeluruh tentang flare-up diperlukan untuk mencegah, mendiagnosa
dengan benar, dan mengelola pasien nyeri atau bengkak secara efektif (Priyanka & Veronika,
2013).

8.1 Faktor mikroba

Mikroorganisme dalam saluran akar dapat berperan sebagai pathogen dari aimtomatik
periodontitias apikalis dan bersama dengan faktor virulen dapat menembus jaringan
periradikular. Berbagai macam spesies mikroorganisme berproliferasi pada daerah apikal
saluran akar. Densitas bakteri pada daerah 5mm apikal akar dapat mencapai 106 bakteri,
dengan bakteri yang dominan yaitu jenis bakteri anaerob. Karena bentuk anatominya yang
rumit (accessory canals, apical deltas) dan tingginya densitas bakteri, membuat daerah kanal
apikal akar menjadi tempat yang berbahaya bagi bakteri patogen, host, dan dokter gigi
(Sipaviciute & Maneliene, 2014).

Tujuan utama yang paling penting dari perawatan saluran akar adalah untuk
meminimalkan jumlah mikroorganisme dan debris yang patogen dalam saluran akar untuk
mencegah infeksi, yang sering terjadi adalah periodontitis apikalis. Banyak gigi yang
mengalami infeksi dan nyeri setelah dilakukan PSA karena terdapat sisa bakteri yang
tertinggal. Mikroorganisme berperan penting dalam terjadinya inflamasi periradikular, baik
secara preoperative PSA dan postoperative PSA. Terdapat banyak mekanisme dari
mikroorganisme yang dapat menimbulkan terjadinya flare-up (Priyanka & Veronika, 2013).

Kegagalan PSA yang menimbulkan terjadinya flare-up dapat disebabkan oleh


mikroba dalam keadaan patogen dengan jumlah yang banyak dan mendapat akses ke dalam
jaringan periradikular. Saluran akar memiliki lingkungan yang cocok untuk tempat hidup
beberapa spesies mikroorganisme. Lingkungan ini dirusak saat PSA, dengan dilakukan
desinfeksi, debridement, dan intracanal medicament. Untuk dapat bertahan hidup dalam
lingkungan yang berubah di mana dengan tingkat gizi yang rendah, maka bakteri harus
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan (Priyanka &
Veronika, 2013).

Setelah kanal dilakukan seal, bakteri-bakteri tersebut dibunuh atau dicegah untuk
mendapatkan akses ke jaringan periradikular dengan dilakukannya pengisian saluran akar.
Namu, beberapa bakteri masih dapat bertahan hidup dengan nutrisi yang berasal dari sisa-sisa
jaringan. Seal yang tidak adekuat pada pengisian saluran akar dapat memungkinkan
terjadinya rembesan cairan jaringan dan menyediakan substrat untuk pertumbuhan bakteri.
Bakteri akhirnya memperoleh akses ke daerah periradikular dan menyebabkan peradangan.
Banyak patogen endodontik menunjukkan virulensi yang meningkat ketika dalam hubungan
engan spesies patogen lainnya (Priyanka dan Veronika, 2013). Kemudian, sebagian besar
bakteri patogen tersebut menunjukkan virulensinya ketika mereka berhubungan dengan
spesies lain dan berkumpul sesama bakteri. Hal ini terjadi karena adanya interaksi yang
sinergis antar bakteri sehingga dapat menyebabkan terjadinya gejala-gejala dari flare-up
(Jayakodi, 2012).

Terdapat beberapa isu yang menjadi perhatian dalam penyebab terjadinya flare-up,
dan bakteri memang menjadi fokus utamanya. Keberadaan debris dalam foramen apikal
adalah masalah yang paling sering dijumpai. Hal ini biasanya terjadi karena faktor iatrogenik
disebabkan overinstrumentation atau sebagai hasil dari teknik step-back yang tidak baik
dalam preparasi saluran akar saat dilakukan PSA. Namun, apapun penyebabnya, hasil yang
disebabkan yaitu inflamasi akut karena foramen apikal terganggu keseimbangannya dalam
fungsi agresi dan defense akibat keberadaan bakteri tersebut. Untuk mengembalikan
keseimbangan agresi dan defens, perlu dimulainya kembali perawatan endodontik (Singh,
2016)

8.2 Faktor Host

Setiap individu memiliki pola resistensi yang berbeda terhadap infeksi dan perbedaan-
perbedaan tersebut terlihat jelas selama masa hidup seseorang. Individu yang kemampuan
bertahannya terhadap infeksi telah berkurang, lebih rentan untuk mengalami perkembangan
dari gejala klinis flare-up setelah dilakukan prosedur endodontik dalam saluran akar yang
terinfeksi. Contohnya pada penderita herpes karena virus herpes memiliki kemampuan untuk
mengurangi resistensi host terhadap infeksi (Kamma & Slots, 2003) Terdapat beberapa
situasi selama perawatan endodontik yang dapat memudahkan mikroorganisme menyebabkan
rasa nyeri saat atau setelah dilakukan perawatan, meliputi meningkatnya debris dalam apikal,
instrumentasi yang mengarah pada perubahan mikroba endodontik atau dalam kondisi
lingkungan, dan infeksi intraradikular sekunder (Jayakodi, 2012).

Penumpukan debris pada jaringan periradikular selama preparasi saluran akar secara
kemo-mekanik mrupakan penyebab dari terjadinya nyeri post-PSA. Pada lesi periradikular
kronik asimtomatik dengan gigi yang infeksi, terdapat keseimbangan antara agresi mikroba
dari bakteri-bakteri penyebab infeksi endodontic dan pertahaan dari host pada jaringan
periradikular. Selama tahap preparasi kemo-mekanik, apabila mikroorganisme menumpuk
pada jaringan periradikular, host akan menghadapi keadaan dimana terdapat banyak iritan
yang lebih dari sebelumnya. Akibatnya, akan terjadi ketidakseimbangan sementara antar
agresi dan defense yang menyebabkan respon inflamasi akut dikeluarkan dan dapat
menyeimbangkan kembali (Jayakodi, 2012).

Adapun beberapa hal dalam tubuh yang merupakan faktor host dan memiliki peran
dalam peningkatan insiden flare-up pada pasien. Dalam sebuah penelitian dilakukan
pengamatan pada rasa sakit yang dialami oleh pasien selama perawatan endodontik dengan
memperhatikan faktor usia, jenis kelamin, diagnosis, kelainan periapikal, dan lain-lain.
(Priyanka dan Veronika, 2013).

8.3 Prosedur perawatan

a. Faktor Mekanik

Preparasi kavitas yang dalam tanpa pendinginan yang memadai, dampak trauma,
adanya trauma oklusal, tindakan kuretase yang dalam, dan gerakan tekanan ortodonsi yang
berlebihan merupakan iritan yang berperan terhadap kerusakan jaringan pulpa. Preparasi
kavitas mendekati pulpa dan dilakukan tanpa pendinginan akan menyebabkan iritasi yang
meningkat karena daerah yang mendekati pulpa diameter tubulus dentin semakin besar.

Pengaruh trauma yang disertai atau tanpa fraktur mahkota dan akar juga dapat
menyebabkan kerusakan pulpa. Keparahan trauma dan derajat penutupan apeks merupakan
faktor penting dalam perbaikan jaringan pulpa. Selain itu, aplikasi gaya yang melalui batas
toleransi fisiologis ligamen periodontal pada perawatan ortodonsi akan mengakibatkan
gangguan pada pasokan darah dan saraf jaringan pulpa. Scaling yang dalam ddna kuretase
juga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan saraf di daerah apeks gigi
sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan pulpa (Yuanita, 2020).

b. Faktor Kimia

Iritan pulpa mencakup berbagai zat yang digunakan untuk desentisasi, sterilisasi,
pembersih dentin, dentin conditioner, dentin bonding, basis, dan tumpatan sementara maupun
permanen. zat antibakteri seperti silver nitrat, fenol dengan atau tanpa camphor, dan egenol
dapat menyebabkan perubahan inflamasi pada jaringan pulpa. Material restoratif yang dapat
menyebabkan reaksi pada pulpa adalah (1) tingkat keasaman dari suatu material, (2) absorbsi
air selama proses setting, dan (3) adaptasi marginal restorasi yang kurang baik (Yuanita,
2020).

DAFTAR PUSTAKA

Priyanka, S.R. dan Veronica. 2013. Flare-Ups in Endodontics–A Review. IOSR Journal of Dental and Medical
Sciences (IOSR-JDMS). Volume 9(4). pp. 26- 31. Retrivied from http://www.iosrjournals.org on
November, 7th 2016.

Yuanita, T. 2020. Flare-Up Endodontic. Airlangga University Press.

Sipaviciute, E., dan Manelienė, R. 2014. Pain and flare-up after endodontic treatment procedures. Stomatologija,
16(1). pp: 25-30.

Jayakodi, H., Kailasam, S., Kumaravadivel, K., Thangavelu, B. dan Mathew, S., 2012. Clinical and
pharmacological management of endodontic flare-up. Journal of pharmacy & bioallied sciences, 4(2),
pp.294-298.

Singh, H. 2016. Endodontic Flare ups: The Bacteriological Aspect. Dent Oral Health J. 2(3). pp:1-2.
http://www.scientonline.org [diakses pada 8 Mei 2020)

Kamma, JJ., Slots J. 2003. Herpes viral-bacterial interactions in aggressive periodontitis. J Clin Periodontol.
30(2). pp: 420–426.

Anda mungkin juga menyukai