PEMBAHASAN
Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel
terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di
dalam rongga mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor
tersebut meliputi faktor gigi, mikroorganisme, substrat dan waktu (Walton, 2008).
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit
2008).
Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan
rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah faktor waktu,
terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling mendukung
yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang kariogenik, substrat yang
yang disebabkan faktor host, agen, substrat dan waktu (Walton, 2008).
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi,
misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
(Walton, 2008).
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa
sel jaringan mulut, leukosit, limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini
mula-mula terbentuk, agak cair yang lama kelamaan menjadi lengket dan menjadi
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa (gula)
dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang berubah
menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang
akan menyebabkan demineralisasi email yang berlanjut menjadi karies gigi
(Walton, 2008).
Gangren Pulpa adalah keadaan gigi dimana jarigan pulpa sudah mati
sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga
jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian
besar ruang pulpa. Sel-sel pulpa yang rusak tersebut akan mati dan menjadi
antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup (Walton, 2008).
inflamasi. Iritan dapat berupa iritan mekanis, kimia, namun yang paling sering
2008).
inflamasi yang terjadi. Bakteri dan produk toksin nya masuk ke pulpa melalui
tubulus dentin. Ketika pulpa terpapar oleh bakteri dan produk toksinnya, jaringan
area nekrosis liquefaksi. Bakteri dapat mengkolonisasi dan bertahan pada area
nekrosis. Jaringan pulpa akan tetap mengalami inflamasi untuk jangka waktu yang
lama dan nekrosis cepat atau lambat dapat terjadi. Hal ini bergantung pada
beberapa faktor, antara lain: (1) virulensi dari bakteri, (2) kemampuan untuk
peningkatan tekanan jaringan. Pulpa terletak di dalam dinding yang kaku, dimana
tidak terdapat sirkulasi kolateral, maka dari itu peningkatan kecil dari tekanan
dan limfe secara total di sekitar lokasi iritasi pulpa berlangsung. Kolapsnya
pembuluh venul dan limfe akibat peningkatan tekanan jaringan, serta kurangnya
diabsorbsi atau didrainase, sehingga proses nekrosis dapat terjadi (Walton, 2008).
Pulpa biasanya tidak mampu mengeliminasi iritan yang terjadi, yang dapat
yang lebih luas. Namun, jika iritan ini tetap ada dan tidak diatasi, maka kerusakan
Gejala yang didapat dari pulpa yang gangren bisa terjadi tanpa keluhan
sakit, dalam keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat
berwarna kecoklatan atau keabu-abuan. Pada gangrene pulpa dapat disebut juga
gigi non vital dimana pada gigi tersebut sudah tidak memberikan reaksi pada
iritasi yang berdifusi dari nekrosis pulpa ke jaringan periapikal seperti bakteri,
toksin bakteri, obat disinfektan, dan debris. Selain itu, iritasi fisik seperti restorasi
(Mustaqimah, 2009).
saat mengigit. Sensitiv terhadap perkusi merupakan tanda penting dari tes
diagnostik. Tes palpasi dapat merespon sensitif atau tidak ada respon. Jika
respon respon terhadap tes vitalitas. Jika disebakkan oleh nekrosis pulpa maka
gigi tidak akan memberikan respon terhadap tes vitalitas. Gambaran radiografi
sel-sel inflamasi dari pembuluh darah ke jaringan periapikal. Hal ini menyebabkan
kerusakan pada ligamen periodontal dan resopsi tulang alveolar (Torabinejad,
2009).
akut atau abses apikalis. Peridontitis apikalis kronis merupakan proses inflamasi
yang berjalan lama dan lesi berkembang dan membesar tanpa ada tanda dan gejala
subyektif. Tes vitalitas tidak memberikan respon karena secara klinis pulpa yang
terlibat telah nekrosis. Tes perkusi memberi respon non-sensitif, sedangkan untuk
tes palpasi memberikan respon non sensitif. hal ini menunjukkan keterlibatan
tulang kortikal dan telah terjadi perluasan lesi ke jaringan lunak (Mustaqimah,
2009).
ligamentum periodontal dan resopsi lamina dura kemudian terjadi destruksi tulang
terbentuk sebagai respon jaringan periapikal yang kronis terhadap inflamasi dan
granulasi akibatnya sel yang berada di tengah masa epitel tidak mendapatkan
suplai nutrisi. Tekanan dalam jaringan granulasi membesar dan menekan jaringan
sehat serta tulang di sekitarnya, sehingga terjadi resopsi tulang yang terlihat secara
dengan bakteri. Bakteri yang terdapat pada jaringan pulpa akan mengakibatkan
pulpa adalah karies. Bakteri pada karies akan memproduksi toksin yang akan
terinflamasi secara lokal pada basis tubulus yang terkena karies terutama oleh sel-
sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Jika pulpa terbuka,
jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonukleus untuk
membentuk suatu daerah nekrosis pada lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa
bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama sampai akhirnya menjadi nekrosis
masuknya bakteri, serta produknya dari saluran akar gigi yang terinfeksi. Abses
periapikal akut ditandai dengan nyeri yang spontan, adanya pembentukan nanah,
atau palatal tergantung lokasi apeks gigi yang tekena. Abses apikialis akut juga
dan malaise. Tes perkusi abses periapikal akut akan mengahasilkan respon yang
sangat sensitif, tes palpasi akan merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak
dari nekrosis yang mengandung banyak leukosit PMN yang rusak, debris, dan sel
(Mustaqimah, 2009).
Abses periapikal kronis merupakan keadaan yang timbul akibat lesi yang
periapikal, dapat juga disebabkan oleh abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses
adalah kumpulan pus yang terbentuk dalam jaringan. Pus ini merupakan suatu
kumpulan sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme
penyebab infeksi atau benda asing dan racun yang dihasilkan oleh orgnisme dan
sel darah. Abses periapikal kronis merupakan reaksi pertahanan yang bertujuan
adanya fistula didaerah sekitar gigi yang terkena. Fistula merupakan ciri khas dari
Abses periapikal kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak memberikan
(ekstraksi gigi)
1. Alveolitis
alveolar)
3. Infeksi