DISUSUN OLEH:
CITRA VEONY FINASTIKA
NIM. G1G012034
dua hari yang lalu. Pencabutan gigi 46 dilakukan dengan prosedur ekstraksi
sederhana. Tidak ditemukan kelainan sistemik pada pasien. Vital sign dalam
batas normal. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat soket gigi terlihat kosong
tanpa adanya jendalan darah yang menutupi. Terlihat debris di sekitar soket
gigi.
B. ANALISIS KASUS SKENARIO
1. Identitas Pasien:
a. Jenis Kelamin
: Laki-laki
b. Usia
: 27 tahun
2. Pemeriksaan Subyektif
a. Keluhan Utama (CC): nyeri yang luar biasa hebat pada gigi 46 yang
telah anda cabut dua hari yang lalu.
b. Riwayat Penyakit Saat ini (PI): nyeri yang luar biasa hebat pada gigi
46.
c. Riwayat Sistemik (PMH): pasien tidak diindikasikan memiliki riwayat
penyakit sistemik.
d. Riwayat Dental (PDH): telah melakukan pencabutan gigi 46 dua hari
yang lalu dengan prosedur ekstraksi sederhana.
e. Riwayat Keluarga (FH): tidak ada keterangan.
f. Riwayat Sosial (SH): tidak ada keterangan.
3. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan Vital Sign: dalam batas normal.
b. Pemeriksaan Intra Oral: terlihat soket gigi 46 kosong tanpa adanya
jendalan darah yang menutupi dan debris di sekitar soket gigi.
4. Diagnosis
Diagnosis pasien ini adalah komplikasi ekstraksi berupa dry socket.
C. RENCANA PERAWATAN (PENATALAKSANAAN)
a. Pemantuan
b. Apabila pasien tidak dapat menahan rasa sakit, maka dapat dilakukan
anestesi topikal atau lokal.
a. Irigasi pada bagian yang mengalami alveolitis dengan larutan salin
yang hangat dan kuretase semua bekuan darah degenerasi, kemudian
diperiksa. Soket yang diirigasi dengan larutan salin sebaiknya disedot
dengan hati-hati agar bagian yang utuh dapat dipertahankan.
b. Penghalusan tulang yang tajam dengan bone file.
Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi hingga akhir minggu
ketiga yang ditandai dengan peningkatan proliferasi fibroblas,
sehingga disebut juga dengan fase fibroplasia. Fibroblas memproduksi
matriks ekstraseluler, kolagen primer dan fibronektin untuk migrasi
dan proliferasi sel. Proses angiogenesis terjadi ditandai dengan
terbentuknya pembuluh darah baru dan pertumbuhan saraf pada ujung
luka. Keratinosit berproliferasi dan bermigrasi dari tepi luka untuk
melakukan epiteliasasi menutup permukaan luka dan membentuk
barier alami terhadap kontaminan serta infeksi dari luar. Sel basal dari
epitel luka, terlepas dan bermigrasi mengisi permukaan luka. Tempat
sebelumnya akan diisi oleh sel baru yang terbentuk dari proses mitosis.
Fase ini akan terhenti saat sel epitel saling menyentuh dan menutup
seluruh permukaan luka. Selanjutnya, terjadi fase remodelling
(Lawrence, 2002 dalam Suryadi, 2013).
c. Fase remodelling/ pematangan
Fase ini berlangsung dari minggu ketiga hingga enam bulan atau dua
tahun. Pada fase ini terjadi perubahan bentuk, kepadatan dan kekuatan
luka. Proses ini menghasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas
dan mudah digerakkan dari dasarnya. Fase ini berakhir saat semua
tanda inflamasi telah hilang (Lawrence, 2002 dalam Suryadi, 2013).
Penyembuhan luka pada soket pencabutan hampir sama dengan
penyembuhan luka secara umum. Tahap penyembuhan soket setelah
pencabutan, yaitu:
a. Sesaat setelah pencabutan terjadi pembentukan bekuan darah pada
soket alveolar. Selanjutnya, 24-48 jam kemudian terjadi dilatasi
pembuluh darah, migrasi leukosit dan pembentukan fibrin.
b. Minggu pertama setelah pencabutan, bekuan darah akan membentuk
tahanan sementara bersamaan dengan migrasi sel-sel inflamasi. Epitel
mulai terbentuk di tepi luka dan osteoklas menumpuk pada puncak
tulang alveolar yang akan menyebabkan resorbsi tulang, serta terjadi
angiogenesis pada sisa ligamen periodontal.
c. Minggu kedua setelah pencabutan, pembuluh darah yang baru
terbentuk mulai masuk ke dalam bekuan darah, trabekula osteoid
5. Pencegahan
Salep benzocaine
Benzocaine 6%
Minyak cengkeh 6%
Hyd. wool fat 25%
Petrolatum 63%
Salep acrithesin
Eugenol 5%
Chrolobutanol 8%
Benzocaine 4%
Aquaphor 83%
Pasta BIPP
Benzocaine 1%
Bismuth subnitrate
20%
Iodoform 40%
Pertrolatum 39%
Preparat komersial:
a. Pasta Sultans Dry Socket: guaiacol, balsam Peru, eugenol, dan
chlorobutanol.
b. Pembalut Dry Socket: kasa radiopak dijenuhkan dengan
10
DAFTAR PUSTAKA
Birn, H., 1973, Etiology and pathogenesis of fibrinolytic alveolitis (dry socket),
Int J Oral Surg, 2: 215-263.
Bowe, D. C., Rogers, S., Stassen L. F. A., 2011, The Management of Dry Socket/
Alveolar Osteitis, Journal of the Irish Dental Association, 57 (6): 305310.
Cadoso, C. L., Rodrigues, M. T., Ferreira, J. O., Garlet, G. P., de Carvalho, P. S.,
2010, Clinical Concepts of Dry socket. J Oral Maxillofac Surg,
68:1922-1932.
Catellani, J. E., Harvey, S., Erickson, H., Cherkin, D., 1980, Effect of Oral
Contraceptive Cycle on Dry Socket (Localised Alveolar Osteitis).
Journal of the American Dental Association, 101 (5): 777-780.
Larsen, P. E., 1992, Alveolar Osteitis After Surgical Removal of Impacted
Mandibular Third Molars. Identification of The Patient at Risk. Oral
Surg Oral Med Oral Pathol, 73 (4): 393-397.
11
Meechan, J. G., Macgregor, I. D. M., Rogers, S. N., Hobson, R. S., Bate, J. P. C.,
Dennison, M., 1988, The Effect of Smoking on Immediate PostExtraction Socket Filling with Blood and on The Incidence of Painful
Socket. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 26 (5):
402-409.
Nitzan, D. W., 1983, On The Genesis of Dry Socket. J Oral Maxillofac Surg, 41:
706-710.
Pedersen, G. D., 2013, Buku Ajar Bedah Mulut (Oral Surgery), EGC, Jakarta.
Suryadi, I. A., Asmarajaya, A. A. G. N., Maliawan, S., 2013, Proses
Penyembuhan Luka, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar.
Sweet, D. B., Butler, D. P., 1978, Predisposing and Operative Factors: Effect on
The Incidence of Localized Osteitis in Mandibular Third Molar
Surgery. Oral Surg Oral Med Pathol, 46(2):206-213.
Torres-Lagares D., Serera-Figallo M. A., Romero-Ruiz M. M., Infante-Cossio P.,
Garcia M., Gutierez-Perez J. L., 2005, Update on Dry Socket: a
Review of The Literature, Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 10:81-85.
12