Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI RELATIVITAS

Di susun

AGOK SETYOMONO

NIM 22 543 0018

Prodi. Teknik Elektro

Kelas : B/Sore

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Teori Relativitas ini
tepat pada waktunya. Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang kecepatan dan percepatan yang
diukur secara berbeda melalui kerangka acuan, Saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi semua
pihak dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang kurang berkenan.

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................... 2


BAB I ..................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2. Tujuan ................................................................................................ 4
BAB II ................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
2.1. Teori Relativistik.....................................................................................5
2.2. Percobaan Michelson-morley.................................................................5
2.3. Transformasi Galileo..............................................................................8
2.4. Dilatasi Waktu.......................................................................................11
2.5. Massa Relativistik................................................................................ 12
2,6. Momentum Relativistik..........................................................................12
2.7. Energi Relativistik..................................................................................13
BAB III ................................................................................................................. 15
PENUTUP ........................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan ....................................................................................... 15
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori Relativitas adalah sebutan untuk kumpulan dua teori fisikaya itu relativitas
umum dan relativitas khusus. Kedua teori ini diciptakan untuk menjelaskan bahwa
gelombang elektromagnetik (cahaya) tidak sesuai dengan teori gerakan Newton.
Gelombang elektromagnetik dibuktikan bergerak pada kecepatan yang konstan, tanpa
dipengaruhi gerakan sang pengamat. Inti pemikiran dari kedua teori ini adalah bahwa dua
pengamat yang bergerak relative terhadap masing – masing akan mendapatkan waktu dan
interval ruang yang berbeda untuk kejadian yang sama, namun isi hokum fisika akan terlihat
sama oleh keduanya.
Teori Relativitas Einstein adalah teori yang sangat terkenal, tetapi sangat sedikit
yang kita pahami. Utamanya, teori relativitas ini merujuk pada dua elemen berbeda yang
bersatu kedalam sebuah teori yang sama: relativitas umum dan relativitas khusus. Theori
relativtas khusus telah diperkenalkan dulu, dan kemudian berdasaratas kasus - kasus yang
lebih luas diperkenalkan teorir elativitas umum.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui konsep teori relativitas khusus

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Relativitas Khusus


Teori relativitas khusus yang diperkenalkan Albert Einstein ialah tingkah laku benda yang
diposisikan dalam kerangka acuan inersia, umumnya hanya berlaku pada kecepatan yang
mendekati kecepatan cahaya. Sedangkan Teori relativitas umum Einstein ialah Teori yang lebih
luas. Dimana dengan memasukkan gravitasi sebagai fenomena geometris dalam sistem koordinat
ruang dan waktu yang melengkung, juga dimasukkan kerangka acuan noninersia (misalnya,
percepatan).Relativitas klasik (yang diperkenalkan pertama kali oleh Galileo Galilei dan
didefinisikan ulang oleh Sir Isaac Newton) mencakup transformasi sederhana diantara benda yang
bergerak dan seorang pengamat pada kerangka acuan lain yang diam (inersia).
Permasalahan dengan relatifitas ini terjadi ketika diaplikasikan pada cahaya, pada akhir 1800-an,
untuk merambatkan gelombang melalui alam semesta terdapat substansi yang dikenal dengan
eter, yang mempunyai kerangka acuan. Eksperimen Michelson- Morley, bagaimanapun juga telah
gagal untuk mendeteksi gerak bumi relatif terhadap eter, dan tidak ada seorangpun yang bisa
menjelaskan fenomena ini. Ada sesuatu yang salah dalam interpretasi klasik dari relatifitas jika
diaplikasikan pada cahaya, kemudian muncullah pemahaman baru yang lebih matang setelah
Einstein datang untuk menjelaskan fenomena ini.

2.2. Percobaan Michelson-Morley


Pada mulanya sesuai dengan teori gelombang dari Huygens bahwa gelombang
memerlukan medium rambatannya untuk mencapai suatu tempat dan setelah Maxwell
menyatakan bahwa cahaya tidak lain adalah gelombang elektromagnetik, maka para pakar fisika
abad ke-19 segera melakukan berbagai usaha untuk mempelajari sifat zat perantara sebagai
rambatan gelombang elektromagnetik. Para pakar mengajukan hipotesis medium yang
dinamakan eter yang terdapat meskipun di ruang hampa .Pada tahun 1887, Michelsone dan
Morley dua orang ilmuwan Fisika berkebangsaan Amerika mengukur kelajuan eter dengan
menggunakan interferometer. Hakekat percobaan ini membandingkan kelajuan cahaya sejajar
dan tegak lurus pada gerak bumi mengelilingi matahari. Kitaikan eter itu diam di alam semesta ini

5
diharapkan ada kelajuan relatif eter terhadap bumi yang bergerak mengelilingi matahari.
Percobaan ini berdasarkan prinsip penjumlah vektor, dengan menggunakan penalaran gerak
perahu yang menyeberangi sungai sebagai berikut.

Gambar 2.1 Gerak perahu menyeberangi sungai, perahu A bergerak tegak lurus arus
sungai dan perahu B sejajar dengan arus sungai

Perahu A bergerak menyeberangi sungai dalam lintasan tegak lurus sungai dan
perahu B bergerak dengan lintasan sejajar arus sungai. Dengan membandingkan waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak pulang pergi dalam lintasan tegak lurus arus
sungai dan waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan yang sejajar arus sungai
dalam jarak yang sama yaitu d seperti pada gambar diatas. Jika kecepatan perahu itu c,
dan kecepatan aliran sungai adalah v.

Kecepatan sesungguhnya perahu A menempuh lintasan adalah c 2  v 2 , sehingga


waktu yang diperlukan untuk menempuh lintasan A adalah :

d
2
2d c
tA   ..................................................................................... (1)
c v
2 2
v2
1 2
c
tA
Apabila kecepatan perahu c diketahui dan dapat diukur, maka v dapat dihitung.
tB

Michelson dan Morley adalah perintis yang menggunakan contoh sederhana


tersebut di atas untuk mencoba mengukur kecepatan aliran eter, bila memang eter itu

6
ada. Perahu A dan perahu B diganti dengan pasangan berkas cahaya yang berasal dari satu
sumber, yang satu dipantulkan dan yang lain diteruskan oleh gelas setengah cermin
seperti tampak pada gambar dibawah.

Gambar 2.2 Percobaan interferometer Michelson – Merley


Masing-masing berkas cahaya itu dipantulkan oleh cermin C 1 dan C2 yang letaknya
terhadap gelas setengah cermin. Berkas-berkas cahaya ini menggantikan peran perahu A
dan B. Apabila kecepatan cahaya itu sebesar 3 × 10 8 m/s dan kecepatan eter relatif
terhadap bumi sama dengan kecepatan tangensial bumi mengelilingi matahari yaitu
sebesar 3 × 104 m/s sehingga diharapkan ada selisih waktu antara t A dan tB. Adanya selisih
waktu itu diharapkan antara gelombang cahaya yang berasal dari pantulan cermin C1 dan
C2 akan timbul perubahan pola-pola hasil interferensi yang terjadi pada layar pengamatan.
Akan tetapi selama percobaan tidak pernah teramati adanya perubahan pola-pola
interferensi yang terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan waktu antara tA
dan tB. Berdasarkan percobaan ini Michelson dan Morley menyimpulkan bahwa :

7
1. Hipotesa tentang eter itu tidak benar, eter itu tidak ada.
2. Kecepatan cahaya adalah sama untuk ke segala arah, tidak tergantung pada
kerangka acuan inersial.

2.3. Transformasi Galileo

Hendrik Antoon Lorentz (1853 – 1928) seorang fisikawan asal Belanda mencoba
mentransformasikan kuantitas elektromagnetik Maxwell dari suatu kerangka acuan ke
kerangka acuan yang lainnya yang bergerak relatif terhadap kerangka acuan pertama.
Rumusannya ini sekarang kita kenal dengan Transformasi Lorentz. Transformasi Lorentz
memberi akibat pada penciutan ruang dan waktu. Panjang sebuah benda yang sedang
bergerak akan berkurang jika diukur oleh pengamat yang diam relatif terhadap benda yang
bergerak tersebut. Namun demikian, Lorentz seperti halnya Maxwell dan ilmuan fisika
lainnya masih memiliki kepercayaan akan adanya eter hingga kemudian Albert Einstein
mengungkapkan Teori Relativitas Khususnya.
Transformasi Galileo hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang digunakan tidak
bersifat relativistik, yaitu jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, c. Sebagai contoh, pada
persamaan 6 transformasi Galileo berlaku untuk kecepatan cahaya, karena cahaya yang
bergerak di S' dengan kecepatan ux' = c akan memiliki kecepatan c + v di S. Sesuai dengan
teori relativitas bahwa kecepatan cahaya di S juga adalah c. Sehingga, diperlukan
persamaan transformasi baru untuk bisa melibatkan kecepatan relativistik.
Berdasarkan teori relativitas, S' yang bergerak ke kanan relatif terhadap s ekivalen
dengan S yang bergerak ke kiri relatif terhadap S'.

Gambar 2.3

8
Kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan v relatif terhadap kerangka S.
Berdasarkan Gambar 1, kita asumsikan transformasi bersifat linier dalam bentuk:
x = γ (x' + vt') .................................................. (1)
y = y' ................................................................(2)
z = z' ................................................................ (3)
Kita asumsikan bahwa y dan z tidak berubah karena diperkirakan tidak terjadi
kontraksi panjang pada arah ini.
Persamaan invers harus memiliki bentuk yang sama di mana v diganti dengan -v,
sehingga diperoleh:
x' = γ (x - vt) .................................................. (4)
Jika pulsa cahaya meninggalkan titik acuan S dan S' pada t = t' = 0, setelah waktu t
menempuh sumbu x sejauh x = ct (di S ), atau x' = ct' (di S').
Jadi, dari persamaannya
c.t = γ (ct' + vt') = γ (c + v) t' ............................. (5)
c.t' = γ (ct - vt) = γ (c - v) t ................................ (6)
dengan mensubstitusikan t' persamaan (6) ke persamaan (7) akan diperoleh:
c.t = γ (c + v) γ (c - v)(t/c) = γ2 (c2 - v2) t/c
Dengan mengalikan 1/t pada tiap ruas diperoleh nilai γ :

Untuk menentukan hubungan t dan t', kita gabungkan persamaan (1) dan (4),
sehingga diperoleh:
x' = γ (x - vt) = γ { γ (x' + vt') - vt}
Diperoleh nilai t = γ (t' + vx'/c2). Sehingga secara keseluruhan didapatkan:

9
yang menyatakan persamaan transformasi Lorentz.
Untuk transformasi kecepatan relativistik dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan (6), yaitu:

Dengan cara yang sama maka disimpulkan:

10
Pembahasan : Dengan adanya transformasi Lorentz, maka masalah perbedaan pengukuran
panjang, massa, dan waktu, antara di Bumi dan di luar angkasa dapat terpecahkan. Jadi
semua yang terjadi baik diluar angkasa maupun dibumi itu dapat kita hitung kecepatan,
panjang, massa, dan waktu sehingga kita mengerti akan konsep transformasi lorentz ini.

2.4. Dilatasi Waktu

Akibat penting postulat Einstein dan transformasi Lorentz adalah bahwa selang
waktu antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang sama dalam suatu kerangka
acuan selalu lebih singkat daripada selang waktu antara kejadian sama yang diukur dalam
kerangka acuan lain yang kejadiannya terjadi pada tempat yang berbeda. Pada dua
kejadian yang terjadi di x0' pada waktu t1' dan t2' dalam kerangka S ', kita dapat
menentukan waktu t1 dan t2 untuk kejadian ini dalam kerangka S dari persamaan (9). Kita
peroleh:

Sehingga, dari kedua persamaan tersebut diperoleh:

t2 - t1 = γ (t2' – t1') ............................................. (13)

Waktu di antara kejadian yang terjadi pada tempat yang sama dalam suatu
kerangka acuan disebut waktu patut, tp. Dalam hal ini, selang waktu Δtp = t2' – t1' yang
diukur dalam kerangka S' adalah waktu patut. Selang waktu Δt yang diukur dalam
kerangka sembarang lainnya selalu lebih lama dari waktu patut. Pemekaran waktu ini
disebut dilatasi waktu, yang besarnya:
Δt = γ.Δtp ..................................................... (14)

11
2.5. Massa Relativistik

Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran waktu dan


pengukuran panjang adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v. Lalu, bagaimana dengan
massanya? Menurut teori relativitas khusus bahwa massa relativistik m dari sebuah
partikel yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat dinyatakan:

Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila partikel tersebut
berada dalam keadaan diam (v = 0) dalam suatu kerangka acuan, dan m disebut massa
relativistik partikel.

2.6. Momentum Relativistik

Momentum suatu partikel didefinisikan sebagai perkalian massa dan


kecepatannya. Berdasarkan hukum kekekalan momentum linier dalam relativitas umum,
maka didefinisikan kembali momentum sebuah partikel yang massa diamnya m0 dan
lajunya v adalah:

12
2.7. Energi Relativistik

Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja pada partikel
sama dengan perubahan pada energi kinetik partikel tersebut. Sebagaimana dalam
mekanika klasik, kita akan mendefinisikan energi kinetik sebagai kerja yang dilakukan oleh
gaya dalam mempercepat partikel dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan
tertentu. Jadi,

dengan v = ds/dt, jadi:

Kemudian, persamaan tersebut disubstitusikan ke persamaan (2), maka diperoleh:

13
Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan disebut energi
diam partikel E0, yang merupakan perkalian massa diam dengan c2 .

E0 = m0 . c2 ....................................................... (4)

Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi relativistik, yaitu :

14
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
a. Transformasi Lorentz

Transformasi lorentz digunakan untuk menentukan masalah perbedaan pengukuran


panjang, massa, dan waktu, antara di Bumi dan di luar angkasa dapat terpecahkan dengan
menggunakan kecepatan relativistik. Jadi semua yang terjadi baik diluar angkasa maupun
dibumi itu dapat kita hitung kecepatan, panjang, massa, dan waktu sehingga kita mengerti
akan konsep transformasi lorentz ini.
Untuk menentukan selang waktu antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang
sama dalam suatu kerangka acuan selalu lebih singkat daripada selang waktu antara
kejadian sama yang diukur dalam kerangka acuan lain yang kejadiannya terjadi pada
tempat yang berbeda dinamakan dilatasi waktu.Secara sistematis, dilatasi waktu dapat
dirumuskan sebagai berikut:

Dari persamaan tersebut jika suatu kejadian terjadi pada tempat yang sama dalam
suatu kerangka acuan disebut waktu patut . Selang waktu t yang diukur dalam kerangka
sembarang lainnya selalu lebih lama dari waktu patut.

Untuk menentukan perbedaan pengukuran massa antara dua kejadian yang terjadi pada
tempat yang sama dinamakan dilatasi massa..Secara sistematis, dilatasi waktu dapat
dirumuskan sebagai berikut:

dilatasi waktu dua pengamat yang saling bergerak dengan kelajuan konstan relatif satu
terhadap lainnya akan mengukur selang waktu berbeda diantara dua kejadian. Selang
15
waktu adalah jarak dibagi kelajuan. Karena kelajuan relatif pangamat satu terhadap
pengamat lainnya adalah sama menurut kedua pengamat itu, maka supaya selang waktu
berbeda jarak menurut kedua pengamat harus berbeda. ternyata panjang benda atau
jarak antara duat titik yang diukur oleh pengamat yang bergeak relatif terhadap benda
selalu lebih pendek daripada panjang yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap
benda. Pemendekan ini dikenal dengan sebutan kontraksi panjang

Untuk kontraksi panjang dapat menggunakan persamaan berikut:

16
Daftar Pustaka

http://atophysics.wordpress.com
http://einstein.stanford.edu/Library/images/rotors_on_blue.jpg

http://horology.jpl.nasa.gov/h_maser.html

http://en.wikipedia.org/wiki/File:A_maglev_train_coming_out,_Pudong_International_Airport,_Sh
anghai.jpg

17

Anda mungkin juga menyukai