Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa.
Hal ini dapat dilihat dari terjadinya beberapa gempa besar di
Indonesia seperti gempa Aceh (2004) dan gempa Yogyakarta
(2006). Dari kedua gempa tersebut telah menelan banyak korban
jiwa dan kerugian material. Oleh karena itu diperlukan sistem
struktur yang tepat terutama pada zone gempa kuat yang
mempunyai resiko kerusakan yang besar.
Pada saat terjadi gempa, struktur gedung mengalami
gerakan vertikal dan gerakan horisontal. Gaya gempa, baik dalam
arah vertikal maupun horisontal, akan timbul di titik-titik pada
massa struktur. Dari kedua gaya ini, gaya dalam arah vertikal
hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang bekerja pada
struktur, sedangkan struktur biasanya direncanakan terhadap gaya
vertikal dengan faktor keamanan yang memadai. Oleh karena itu,
struktur umumnya jarang sekali runtuh akibat gaya gempa
vertikal. Sebaliknya, gaya gempa horisontal menyerang titik-titik
lemah pada struktur yang kekuatannya tidak memadai dan akan
langsung menyebabkan keruntuhan (Muto,1973).
Seperti hasil penelitian pada gedung-gedung yang
mengalami gempa di Yogyakarta, disimpulkan bahwa struktur
gedung banyak mengalami kerusakan akibat gagal geser pada
ujung kolom di tingkat dasar dan kolom-kolom tepi. Kerusakan
juga terjadi karena kurangnya penerapan strong coloumn weak
beam dan kurangnya pengekangan pada beam coloumn joint pada
gedung-gedung yang dibangun sebelum tahun 1991
(Widodo,2007).
Meninjau permasalahan tersebut, maka perlu ditegaskan
penerapan peraturan SNI 03-1726 dan SNI 03-2847. Terutama
ketentuan tentang beam coloumn joint dan strong coloumn weak
beam. Sistem struktur juga harus ditentukan sesuai dengan zona
gempanya. Pada zona gempa kuat, dapat digunakan Sistem
2

Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Sistem Rangka


Gedung dan Sistem Ganda. Karena biaya perancangan struktur
gedung cukup mahal, maka diperlukan suatu perbandingan antara
beberapa sistem struktur untuk mengetahui efisiensi serta hasil
penulangannya. Seperti studi yang pernah dilakukan Yosafat
(2006) tentang perbandingan SRPMK dan SRPMM, diketahui
bahwa perbedaan biaya model struktur yang direncanakan dengan
SRPMK dan SRPMM kurang dari 1%.
Pada Tugas akhir ini, akan dilakukan studi perbandingan
biaya struktur gedung dengan SRPMK dan dual system pada
zone gempa kuat. Gedung Diagnostic Center RSU dr Soetomo
akan dijadikan objek dalam studi ini. Gedung tersebut akan
didesain dengan SRPMK dan dual system dan lantainya juga
ditambah menjadi 11 lantai.
Sistem ganda merupakan sistem struktur yang terdiri dari
rangka ruang lengkap berupa SRPM dan dinding struktur. Pada
sistem ganda beban gravitasi dipikul oleh rangka ruang,
sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding struktur dan rangka
ruang, dimana dinding struktur sedikitnya harus memikul 25 %
beban lateral. Sedangkan pada SRPMK, tidak terdapat dinding
geser sehingga semua beban baik beban gravitasi maupun beban
lateral dipikul oleh rangka ruang (Purwono,2005).
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini
adalah :
1.Bagaimana menganalisa gaya gempa dinamik dengan
respons spektrum menggunakan software ETABS?
2.Bagaimana menentukan dimensi dan penulangan balok,
kolom, dinding geser pada dual system?
3.Bagaimana menentukan dimensi dan penulangan balok dan
kolom dengan SRPMK?
4.Bagaimana perbandingan volume beton dan volume
tulangan pada struktur SRPMK dan dual system.
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :
3

1.Mendapatkan gaya gempa dinamik dengan respons


spektrum menggunakan ETABS.
2.Mendapatkan dimensi dan penulangan balok, kolom,
dinding geser dengan sistem ganda.
3.Mendapatkan dimensi dan penulangan balok dan kolom
dengan SRPMK.
4.Mendapatkan perbandingan volume beton dan volume
tulangan pada struktur SRPMK dan dual system.
1.4 .Lingkup Pembahasan
Untuk mencapai tujuan pembahasan, maka perlu adanya
penentuan pokok bahasan masalah, identifikasi permasalahan
akan diperjelas dengan batasan - batasan sebagai berikut:
1.Tidak menggunakan pushover analisis.
2.Tidak membahas metoda pelaksanaan.
3.Studi hanya dilakukan pada struktur atas.
4.Perhitungan gaya gempa dinamis dan gaya-gaya dalam
menggunakan software ETABS.
5.Hanya meninjau volume struktur balok, kolom, dan dinding
geser dalam perbandingan volume bahan.
6.Tidak merencanakan ruang cobalt dan ruang liniear
accelerator.
7.Tidak ditinjau dari segi arsitektur.
4

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai