Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya beberapa gempa besar di Indonesia seperti gempa Aceh (2004) dan gempa Yogyakarta (2006). Dari kedua gempa tersebut telah menelan banyak korban jiwa dan kerugian material. Oleh karena itu diperlukan sistem struktur yang tepat terutama pada zone gempa kuat yang mempunyai resiko kerusakan yang besar. Pada saat terjadi gempa, struktur gedung mengalami gerakan vertikal dan gerakan horisontal. Gaya gempa, baik dalam arah vertikal maupun horisontal, akan timbul di titik-titik pada massa struktur. Dari kedua gaya ini, gaya dalam arah vertikal hanya sedikit mengubah gaya gravitasi yang bekerja pada struktur, sedangkan struktur biasanya direncanakan terhadap gaya vertikal dengan faktor keamanan yang memadai. Oleh karena itu, struktur umumnya jarang sekali runtuh akibat gaya gempa vertikal. Sebaliknya, gaya gempa horisontal menyerang titik-titik lemah pada struktur yang kekuatannya tidak memadai dan akan langsung menyebabkan keruntuhan (Muto,1973). Seperti hasil penelitian pada gedung-gedung yang mengalami gempa di Yogyakarta, disimpulkan bahwa struktur gedung banyak mengalami kerusakan akibat gagal geser pada ujung kolom di tingkat dasar dan kolom-kolom tepi. Kerusakan juga terjadi karena kurangnya penerapan strong coloumn weak beam dan kurangnya pengekangan pada beam coloumn joint pada gedung-gedung yang dibangun sebelum tahun 1991 (Widodo,2007). Meninjau permasalahan tersebut, maka perlu ditegaskan penerapan peraturan SNI 03-1726 dan SNI 03-2847. Terutama ketentuan tentang beam coloumn joint dan strong coloumn weak beam. Sistem struktur juga harus ditentukan sesuai dengan zona gempanya. Pada zona gempa kuat, dapat digunakan Sistem 2
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Sistem Rangka
Gedung dan Sistem Ganda. Karena biaya perancangan struktur gedung cukup mahal, maka diperlukan suatu perbandingan antara beberapa sistem struktur untuk mengetahui efisiensi serta hasil penulangannya. Seperti studi yang pernah dilakukan Yosafat (2006) tentang perbandingan SRPMK dan SRPMM, diketahui bahwa perbedaan biaya model struktur yang direncanakan dengan SRPMK dan SRPMM kurang dari 1%. Pada Tugas akhir ini, akan dilakukan studi perbandingan biaya struktur gedung dengan SRPMK dan dual system pada zone gempa kuat. Gedung Diagnostic Center RSU dr Soetomo akan dijadikan objek dalam studi ini. Gedung tersebut akan didesain dengan SRPMK dan dual system dan lantainya juga ditambah menjadi 11 lantai. Sistem ganda merupakan sistem struktur yang terdiri dari rangka ruang lengkap berupa SRPM dan dinding struktur. Pada sistem ganda beban gravitasi dipikul oleh rangka ruang, sedangkan beban lateral dipikul oleh dinding struktur dan rangka ruang, dimana dinding struktur sedikitnya harus memikul 25 % beban lateral. Sedangkan pada SRPMK, tidak terdapat dinding geser sehingga semua beban baik beban gravitasi maupun beban lateral dipikul oleh rangka ruang (Purwono,2005). 1.2. Perumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah : 1.Bagaimana menganalisa gaya gempa dinamik dengan respons spektrum menggunakan software ETABS? 2.Bagaimana menentukan dimensi dan penulangan balok, kolom, dinding geser pada dual system? 3.Bagaimana menentukan dimensi dan penulangan balok dan kolom dengan SRPMK? 4.Bagaimana perbandingan volume beton dan volume tulangan pada struktur SRPMK dan dual system. 1.3. Maksud dan Tujuan Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah : 3
1.Mendapatkan gaya gempa dinamik dengan respons
spektrum menggunakan ETABS. 2.Mendapatkan dimensi dan penulangan balok, kolom, dinding geser dengan sistem ganda. 3.Mendapatkan dimensi dan penulangan balok dan kolom dengan SRPMK. 4.Mendapatkan perbandingan volume beton dan volume tulangan pada struktur SRPMK dan dual system. 1.4 .Lingkup Pembahasan Untuk mencapai tujuan pembahasan, maka perlu adanya penentuan pokok bahasan masalah, identifikasi permasalahan akan diperjelas dengan batasan - batasan sebagai berikut: 1.Tidak menggunakan pushover analisis. 2.Tidak membahas metoda pelaksanaan. 3.Studi hanya dilakukan pada struktur atas. 4.Perhitungan gaya gempa dinamis dan gaya-gaya dalam menggunakan software ETABS. 5.Hanya meninjau volume struktur balok, kolom, dan dinding geser dalam perbandingan volume bahan. 6.Tidak merencanakan ruang cobalt dan ruang liniear accelerator. 7.Tidak ditinjau dari segi arsitektur. 4
Makalah Perancangan Struktur Gedung Pada Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) Ditinjau Dengan Analisa Pengaruh Beban Gempa Statik Ekuivalen (Arf)