Anda di halaman 1dari 8

TUGAS RESUME METODE PELAKSANAAN PROYEK

“KEGAGALAN DEFLEKSI PADA GIRDER”

Disusun oleh :

Prima Indriani (1553010066)


Rafie Aldo H. (1553010072)
Adlan Ghofar H. (1553010073)
Desvian Zaki F. (1553010082)
Radhian Febi Dwi P. (1553010083)
Fathurrahman A. N. (1553010085)
Andre Maghful Fahri (1553010089)
Faisal Evan (1553010090)
Aprilia Gita Permata (1653010002)
Enggar Ika Winahyu (1653010003)

TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang Deformasi pada balok secara
sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok dari posisinya sebelum mengalami
pembebanan. Defleksi diukur dari permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi
deformasi. Konfigurasi yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal
sebagai kurva elastis dari balok. Gambar 1(a) memperlihatkan balok pada posisi awal
sebelum terjadi deformasi dan Gambar 1(b) adalah balok dalam konfigurasi terdeformasi
yang diasumsikan akibat aksi pembebanan

(a) (b)

Gambar: (a)Balok sebelum terjadi deformasi, (b)Balok dalam konfigurasi terdeformasi

Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan, kadang


kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok. Hubungan ini dapat
ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut persamaan defleksi kurva (atau kurva
elastis) dari balok.
Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di peruntukkan
memikul beban lateral,yaitu beban yang bekerja tegak lurus sumbu aksial batang (Binsar
Hariandja 1996). Beban semacam ini khususnya muncul sebagai beban gravitasi,seperti
misalnya bobot sendiri,beban hidup vertical,beban keran (crane) dan lain-lain. Contoh
system balok dapat di kemukakan antara lain,balok lantai gedung, gelagar jembatan,balok
penyangga crane ,dan sebagainya.Sumbu sebuah batang akan terdeteksi dari kedudukannya
semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan
mengalami pembebanan transversal baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan
mengalami defleksi.

Unsure-unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan dan
mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung ,balok lantai
tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak
diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah denganbahan-bahan jadi
yang rapuh. Begitu pun kekuatan mengenai karateristik deformasi dari bangunan struktur
adalah paling penting untuk mempelajari getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan
stasioner dan penerbangan.dalam menjalankan fungsinya,balok meneruskan pengaruh beban
gravitasi keperletakan terutama dengan mengandalakan aksi lentur,yang berkaitan dengan
gaya berupa momen lentur dan geser.kalaupun timbul aksi normal,itu terutama di timbulkan
oleh beban luar yang relative kecil,misalnya akibat gaya gesek rem kendaraan pada gelagar
jembatan,atau misalnya akibat perletakan yang di buat miring.

Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya defleksi yaitu :

1. Kekakuan batang
Semakin kaku suatu batang maka lendutan batang yang akan terjadi pada
batang akan semakin kecil

2. Besarnya kecil gaya yang diberikan


Besar-kecilnya gaya yang diberikan pada batang berbanding lurus dengan
besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain semakin besar beban yang dialami
batang maka defleksi yang terjadi pun semakin kecil
3. Jenis tumpuan yang diberikan
Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda. Jika karena itu
besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidaklah sama.
Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka defleksi
yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak) dan defleksi
yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.

4. Jenis beban yang terjadi pada batang


Beban terdistribusi merata dengan beban titik,keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi pada
bagian batang yang paling dekat lebih besar dari slope titik. Ini karena sepanjang
batang mengalami beban sedangkan pada beban titik hanya terjadi pada beban titik
tertentu saja (Binsar Hariandja 1996).

Pada umumnya lendutan/defleksi balok perlu ditinjau agar tidak melampaui nilai
tertentu, karena dapat terjadi dalam perancangan ditinjau dari segi kekuatan balok masih
mampu menahan beban, namun lendutannya cukup besar sehingga tidak nyaman lagi.
Perancangan yang mempertimbangkan batasan lendutan dinamakan perancangan berdasarkan
kekakuan (design for stiffness). Selain didesain untuk menahan beban yang bekerja, suatu
struktur juga dituntut untuk tidak mengalami lendutan yang berlebihan (over deflection) agar
mempunyai kemampuan layan (serviceability) yang baik. Lendutan yang terjadi harus masih
dalam batas yang diijinkan (permissible deflection). Pembatasan ini ditujukan untuk
mencegah terjadinya retak atau kerusakan.
Kerusakan yang sering terjadi pada struktur girder akibat defleksi yaitu: retak dan
patah pada penopang silang, kerusakan ini sering terjadi sehingga mengganggu operasi;
tingkat pergeseran struktur girder ke bawah yang berlebih sehingga berakibat tingkat defleksi
batang utama yang semakin tinggi.

Masa layan struktur sebuah bangunan beton bertulang sangat ditentukan oleh
besarnya lendutan yang dialami oleh struktur tersebut. Namun seringkali dalam
pengerjaannya struktur dibebani lebih besar dari yang diperkirakan semula. Ditambah lagi
dengan adanya kesalahan dalam pelaksanaan di lapangan misalnya kurangnya jumlah
tulangan yang dipasang, jarak antar sengkang yang lebih besar dari yang direncanakan, mutu
beton yang kurang dari yang direncanakan serta hal-hal lainnya, hal-hal tersebut dapat
mengakibatkan struktur beton (dalam hal ini adalah balok beton bertulang) melendut
melebihi apa yang diperkirakan semula dan mengakibatkan retak pada beton.
Lendutan berlebih disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Beban berlebih
b. Terjadinya tumbukan
c. Pergerakan acuan pada beton saat pengecoraan

Kerusakan ini “berbahaya”. Tingkat kerusakan parah. Karena terjadi getaran yang
sangat besar bila sebuah kendaraan melaluinya.

Beberapa Penyebab Terjadinya Defleksi Pada Girder :

a. Akibat beban berlebih:

Bila lendutan di akibatkan oleh beban yang berlebih, maka diperlukan


pemeriksaan khusus untuk menentukan luas atau volume kerusakan . situasi beban
yang berlebih harus dihindari dengan caraa mengadakan pembatasaan muatan pada
jembatan , bagian yang mengalami gaya yang berlebih harus di perkuat, diganti, dan
di perbaiki

Hal yang dapat dilakukan dengan menggunakan tambahan gelagar memanjang,


gelagar atau pelekatan pelat baja tergantung pada elemen yang diperkuat. Lendutan
yang terjadi pada beton akibat beban yang berlebih sering berhubungan dengan
keretakaan atau pecah elemen tersebut . perbaikan harus di lakukan sebagaimana yang
dispesifikasikan untuk kerusakan 201 atau kerusakan 202.

b. Tumbukan

Kerusakan akibat tumbukan secara normal berhubungan dengan sandaran.


Sandaran yang rusak normalnya harus diganti karena terlalu lemah untuk menahan
tumbukan berikutnya.

Jenis kerusakan lain akibat kecelakaan yang mengakibatkan lendutan, biasanya


diperbaiki sesuai dengan kerusakan akibat beban yang berlebihan (contoh – Beban
yang berat sekali jatuh dari truk pengangkut yang menyebabkan lendutan pada
gelagar dan lantai)
c. Pergerakan Acuan

Jika acuan bergerak mengakibatkan terjadinya keretakan pada elemen yang


bersangkutan maka hal tersebut di masukan dalam masalah beban yang berlebihan.
Jika tidak terlihat adanya lendutan yang berlebihan maka tidak diperlukan perbaikan
atau suatu tindakan.

d. Sambungan lantai yang rusak dan hilang

Cara Penanganaan Apabila terjadi Defleksi :

 Bersihkan dan kasarkan permukaan beton sepanjang daerah yang rusak


 Terapkan perekat epoksi pada permukaan beton yang sudah bersih
 Pasangkan baja siku dengan mortar epoksi sesuai dengan kententuan pabrik.
 Rawat mortar epoksi baru.
Berikut Contoh Studi Kasus Defleksi pada Balok Girder ke-6 Jembatan Suramadu

Pada saat erection girder ke 6 dari rencana 16 girder pada bentang ke 7, yaitu girder-
girder yang menghubungkan pilar P6 dan pilar P7 di sisi Surabaya. Bobot mati masing-
masing PCI-Girder adalah 80 ton, panjang 40 m dan tingginya 2,10 m

Kontraktor pelaksana telah mendudukan girder pada tempatnya sejumlah 6 bentang @16
buah girder per bentang dan 6 buah girder pada bentang ke 7. Erection girder no.6 bentang ke
7 ini salah satu tumpuannya telah duduk tepat di atas balas bearing pad, sedangkan satu
tumpuannya lagi dalam proses akan mendudukkan di atas bearing pad. Girder no. 6 ini
terguling ke sisi barat menimpa girder no. 5 dan seterusnya terjadi efek saling tindih begitu
cepat, sehingga 6 buah girder pada bentang ke-7 jatuh ke dasar laut dan patah menjadi
beberapa bagian. Efek saling tindih ini terjadi karena jarak as ke as girder 1,85m, sedang
tinggi girder 2,10 m. Akumulasi beban girder yang terguling tidak mampu ditahan oleh
kekuatan bracing pada masing-masing girder. Pada saat itu girder tiba-tiba bergoyang
kemudian terjadi goyangan (ketidak seimbangan), sehingga akhirnya balok pelan pelan
terguling menyandar ke balok 5. Karena mendapat gaya lateral akhirnya balok 5 juga
terguling menyandar ke balok 4, demikian seterusnya. Karena balok 1 tidak ada sandaran,
maka berakibat balok secara keseluruhan jatuh ke laut dan patah.
Tinjauan kestabilan Balok Girder

Kestabilan konstruksi pilar P6 dan P7 tidak terganggu pasca jatuhnya 6 buah girder pada
bentang ke-7 dalam menerima beban horisontal Wh (total) = 20 ton.

Apabila gaya resultante Wh (total) disebar merata dengan sudut penyebaran 45º, maka
minimal ada 4 buah tiang yang menerima beban horisontal sebesar 20 t/4 = 5 ton/tiang, masih
lebih kecil dari kemampuan daya dukung horisontal tiang tegak Ha = 8,5 t.

Adanya pergeseran horisontal sebesar 14 mm pada pilecap masih dalam batas wajar sebelum
pelaksanaan evakuasi girder. Prediksi defleksi horisontal tiang dibawah seabed di dekat
virtual fixed level sekitar 5 mm, hal ini menandakan bahwa defleksi tiang masih dibawah
pergeseran normal (= 10 mm).

Mengapa Balok Girder Patah ketika rebah?

Gelagar jembatan Suramadu adalah Girder Beton Pratekan Pracetak Segmental yang
berpenampang I. Pemasangan girder tersebut direncanakan dalam posisi berdiri tegak, apabila
girder tersebut terguling atau dalam posisi tidur maka akan berakibat patah. Berdasarkan
analisa struktur praktis, dengan pembebanan berat sendiri girder yang dikalikan dengan suatu
koefisien kejut ( anggap saja sebesar 1,5), mutu beton K 500, dan beban pratekan sesuai
dengan rencana, maka diperoleh tegangan-tegangan di dalam girder sebagai berikut :

Tegangan tarik yang terjadi pada beton adalah -968,0 kg/cm2, sedangkan kemampuan
tegangan tarik rencana beton yang diijinkan sebesar -10,4 kg/cm2. Tegangan tekan yang
terjadi pada beton adalah 1219,9 kg/cm2, sedangkan kemampuan tegangan tekan beton yang
diijinkan sebesar 194,5 kg/cm2. Dengan dememikian bisa dipastkan dalam kondisi rebah
balok gider akan patah.

Anda mungkin juga menyukai