Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Rancangan Kolam Pengendapan Tambang

Oleh:
Nadhiratur Rahmi (2004108010002)
Zahra Rahna Sukma (2004108010004)
Mahira Adilah Yasmin (2004108010006)
Andrean Ariansya (2004108010010)
Gerissa Balqis Edrin (2004108010012)

Mata kuliah : Penyaliran Pertambangan (12)


Dosen Pengampu : Yoessi Oktarini, S.T., M.T.

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan uraian makalah mengenai
“Rancangan Kolam Pengendapan Tambang”
Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah Penyaliran Tambang.
Kami menyusun makalah ini berdasarkan bahan yang kami teliti dan akan selalu berusaha
menyesuaikan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Kami menyadari makalah ini memiliki banyak kekurangan sehingga kritik dan saran sangat
dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan
sumbangan pikiran, moral, maupun materi dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
uraian makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Aamiin.

Banda Aceh, 2 Oktober 2022

Penyusun
A. Konsep Pengertian Longsoran Guling
Suatu lereng batuan yang kemiringannya berlawanan dengan
kemiringan bidang-bidang lemahnya, dapat menyebabkan terjadinya
longsoran guling. Keadaan tersebut dapat digambarkan dengan balok-balok
yang diletakkan diatas sebuah bidang miring (Hoek & Bray, 1981). Dibawah
ini terdapat grafik yang dibuat oleh yang menggambarkan kapan terjadinya
longsoran tersebut.

Gambar 1.1
Posisi Balok Pada Longsoran Guling

Dari gambar tersebut maka dapat disimpulkan : Jika ψ > φ dan b/h <
Tan φ, maka balok akan meluncur dan mengguling. Namun, jika ψ < φ dan
b/h > Tan φ, maka balok akan langsung mengguling. Longsoran tersebut
dapat berbentuk blok atau bertingkat. Sudut geser dalam dan kemiringan
bidang luncurnya akan menentukan kondisi balok akan menggelincir atau
meluncur. Tinggi balok dan lebar balok terletak pada bidang miring. Namun
demikian, seringkali suatu tipe longsoran yang tidak beraturan (raveling
failure) atau disebut tipe longsoran kompleks merupakan tipe longsoran yang
bergabungan dari beberapa longsoran utama
sehingga seakan-akan membentuk suatu tipe longsoran.

Longsoran guling pada blok fleksibel terjadi jika :


a. β > 90° + φ – α, di mana β = kemiringan bidang lemah, φ = sudut geser
dalam dan α= kemiringan lereng.
b. Perbedaan maksimal jurus (strike) dari kekar joint dengan jurus lereng

(slope) adalah 30°.

Gambar 1.2
Longsoran Guling (Hoek & Bray, 1981)

Jenis-jenis longsoran guling(Rock Slope Engineering, Hoek&Bray)

⚫ Flexural toppling

(continuous columns of rock, which are separated by well developed


steeply dipping discontinuities, break in flexure as they bend forward)
⚫ Block toppling

(occurs when individual columns of hard rock are divided by widely


spaced orthogonal joints)

⚫ Block-flexure toppling

(pseudo-continuous flexure along long columns which are divided by


numerous cross joints)
B. Stabilitas lereng, sifat fisik dan mekanik batuan, serta pengujian
stabilitas lereng.

Secara umum terdapat beberapa faktor yang menetukan stabil atau


tidaknya suatu lereng, antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi
kestabilannya. Apabila lereng memiliki kemiringan dan ketinggian yang
semakin besar, maka kestabilan semakin berkurang.
b. Struktur batuan
Bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan, merupakan struktur batuab
yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai
tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kestabilan lereng antara lain: bobot
isi (density), porositas dan kandungan air. Sedangkan sifat mekanik yang
mempengaruhi kestabilan lereng antara lain: kuat tekan, kuat tarik, kuat geser
dan juga sudut geser dalam batuan.
1) Bobot isi batuan
Semakin besar bobot isi suatu batuan, maka akan menyebabkan gaya
penggerak yang menyebabkan lereng longsor juga semakin besar. Hal
tersebut menyebabkan makin berkurangnya kestabilan lereng.

2) Porositas batuan

Apabila suatu batuan memiliki porositas yang besar maka batuan


tersebut akan banyak menyerap air. Dengan demikian bobot isinya
menjadi lebih besar, sehingga memperkecil kestabilan lereng. Adanya air
dalam batuan juga akan menimbulkan tekanan air pori yang akan
memperkecil kuat geser batuan. Batuan yang mempunyai kuat geser
kecil akan lebih mudah longsor.
Kuat geser batuan dapat dinyatakan sebagai berikut :

τ = c + (σ + μ) tg φ

Dimana :
• τ = kuat geser batuan (ton/m2)
• c = kohesi (ton/m2) • σ = tegangan normal (ton/m2)
• μ = tekanan air pori (ton/m2)
• φ = sudut geser dalam (derajat)

3) Kandungan air dalam batuan


Tekanan air pori dipengaruhi oleh kandungan air dalam batuan.
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat
geser batuannya menjadi semakin kecil, sehingga kestabilannya
berkurang dan lereng akan mudah longsor.
4) Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan
Kuat tekan (confined and unconfined compressive strength), kuat
tarik (tensile strength) dan kuat geser (shear strength) menyatakan
kekuatan batuan. Batuan yang mempunyai kuat tekan, kuat tarik dan
kuat geser besar akan lebih stabil (tidak mudah longsor).
5) Sudut geser dalam (angle of internal friction)
Semakin besar sudut geser dalam, maka kuat geser batuan juga akan
semakin besar. Dengan demikian batuan (lereng) akan lebih stabil.

d. Gaya dari luar


Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi (mengurangi) kestabilan
suatu lereng adalah :
1) Getaran yang diakibatkan oleh gempa, peledakan dan pemakaian
alat-alat mekanis yang berat didekat lereng.
2) Pemotongan dasar (toe) lereng.
3) Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.

C. Metode analisis longsoran guling.

Longsoran guling menurut metode Hoek dan Bray dapat dianalisis


dengan menggunakan suatu model yang sederhana. Oleh sebab itu, model
tersebut hanya berlku untuk kasus-kasus yang sederhana. Untuk keperluan
analisis lereng yang sebenarnya dilakukan analogi dengan
mempertimbangkan variabel-variabel di lapangan.

Model analisis berupa balok-balok yang disusun pada suatu tangga


yang miring. Dengan model tersebut akan dianalisis kemantapan (kestabilan)
batas suatu lereng terhadap longsoran guling. Kemantapan batas adalah suatu
keadaan dimana lereng pada saat akan longsor.

 Asumsi bahwa longsoran guling yang terjadi mempunyai n buah blok


yang berbentuk teratur dengan lebar ∆x dan Yn .

 Penomoran blok dimulai dari bawah (toe) ke atas.Sudut kemiringan


lereng adalah θ dan kemiringan muka atas lereng θu , sedangkan dip
dari bidang-bidang lemah adalah 90-α. Undak-undakan yang terjadi
(akibat longsoran) berbentuk teratur dan mempunyai kemiringan β.

 Konstanta a1, a2, dan b selanjutnya dapat dihitung dengan persamaan


berikut :
a1 = Δx.tan (θ - α )

a2 = Δx.tan (α - θu)

b = Δx.tan (β - α)

 Tinggi blok ke-n (Yn ) dihitung dengan persamaan berikut ini :

o Yn = n (a1 – b )…........(untuk blok dari crest ke bawah)

o Yn = (yn-1 – a2 – b )… (untuk blok di atas crest)

θ
Punca
k

Gaya-gaya yang bekerja pada setiap blok n

Model longsoran guling untuk analisis kesetimbangan batas


(Hoek & Bray, 1981).


Berdasarkan model tersebut, terlihat ada 3 grup blok yang mempunyai
tingkat kemantapan berbeda:

- satu set blok yang akan tergelincir (daerah toe)

- satu set blok yang mantap (bagian atas)

- satu set blok yang akan terguling (bagian tengah)


Lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar pembagian kemantapan menurut
(Hoek & Bray, 1981) berikut:
Kondisi Untuk Tergelincir Atau tergulingnya sebuah blok di atas bidang
miring (Hoek & Bray, 1981)

Dari Gaya-ga G a y a yang bekerja di setiap batas untuk gulingan dan gelinciran
(Hoek & Bray, 1981)

gambar tersebut terlihat bahwa gaya-gaya yang bekerja didasar blok ke n adalah Rn
dan Sn, sedangkan gaya yang bekerja di interface (dengan blok terdekat) adalah Pn, Qn,
Qn-1, dan Pn-1. Konstanta Mn, Ln dan Kn di dapat dari:

 Untuk blok di bawah crest lereng : Mn =Yn ; Ln =Yn-a1 ; Kn= 0

 Untuk blok tepat di crest lereng : Mn =Yn-a2 ; Ln =Yn-a1 ; Kn= 0

 Untuk blok di atas crest lereng : Mn =Yn-a2 ; Ln =Yn ; Kn= 0

Sementara untuk gaya-gaya Qn , Qn-1 , Rn dan Sn dihitung dengan


persamaan berikut ini : Qn = Pn tanø

Qn = Pn-1 tanø
Rn = Wn cosα + (Pn - Pn-1 )tanø

Sn = Wn sinα + (Pn - Pn-1 )

Di mana Wn = yn .∆x

Sedangkan u n t u k g a y a g a y a Pn dan Pn-1 , perhitungannya dibedakan untuk


blok yang terguling dan blok yang tergelincir.

 untuk blok ke-n yang terguling, dicirikan dengan yn / ∆x > cotα bila θ > α ,
maka :

 Pn = 0 (untuk blok teratas dari set yang terguling)

Pn = Pn-1 (untuk blok terguling di bawahnya)

 Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan Sn = Rn tan θ , maka :

 Pn = Pn-1,t (untuk blok teratas dari set yang terguling)


Pn = Pn-1,s (untuk blok terguling di bawahnya)

D. Contoh kasus yang pernah terjadi dan bagaimana solusinya.


 Contoh kasus yang pernah terjadi di antaranya :
- (29 Januari 2016) PT Lembuswana Perkasa, RT 9, Kelurahan Bukit Merdeka,
Samboja Kutai Kartanegara (Kukar). Tiga operator tertimbun longsor tambang
batubara.
- (21 Mei 2013) Tim evakuasi korban para pekerja yang tertimbun terowongan
runtuh tambang PT. Freeport Indonesia di Big Gossan, Papua. Dilaporkan
korban tewas 21 orang, diperkirakan masih tertimbun tujuh orang.
- (8 Maret 2016) Kasus kecelakaan kerja (longsoran) yang terjadi di Lokasi
tambang milik PT Energi Cahaya Mandiri (ECI) di Kelurahan Bukuan,
Kecamatan Palaran, Samarinda.

 Solusi yang dapat di tawarkan, di antaranya :


- Bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada (penggalian, mendorong,
hauling/loading etc).
- Stripping/mining dilakukan jika tinggi lereng sudah memenuhi standar
ketinggian yang ada.
- Batas maksimal dumping di disposal.
- Prosedur dozing di pit, etc.

Amati area sekitar lereng dengan mengacu kepada standar kerja yang ada seperti
di antaranya :
- Tinggi lereng maks 15m (lereng tunggal)
- kemiringan lereng maksimum 45o untuk lereng tunggal dan 30o untuk lereng
keseluruhan
- Sistem drainase
- Retakan
- Pembebanan berlebih dll (faktor keamanan lereng harus > dari 1.2
~ 1.5)
- Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng
- Waspada pada saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama
- Hindari air dari atas dan bawah yang mempengaruhi lereng
- Pembangunan ditch/selokan adalah suatu keharusan.
DAFTAR PUSTAKA

Hoek, & Bray. (1981). Rock Slope Engineering. CRC Press.

Anda mungkin juga menyukai