Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu geologi, batuan merupakan objek utama. Geologi struktur merupakan

cabang ilmu geologi yang mepelajari deformasi atau perubahan bentuk batuan di kerak

bumi. Pada geologi struktur hal yang paling menjadi perhatian bukanlah jenis batuan

ataupun mineral penyusunnya, melainkan struktur pada batuan tersebut. Pada prinsipnya,

struktur batuan atau yang sering disebut struktur geologi mudah dipelajari dengan melihat

perubahan ciri fisik dari suatu perlapisan batuan, akan tetapi pada kenyataan dan

penerapan di lapangan penggambaran struktur geologi tidak sedemikian prinsipnya,

kerena tidak selamanya struktur geologi dapat dilihat dengan bentuk utuh. Untuk

mempermudah meneliti dan menganalisa suatu struktur dilakukan penggambaran secara

proyeksi baik itu struktur garis maupun struktur bidang baik pada struktur yang terlihat

maupun struktur semu. Oleh karena itu, perlu diadakan praktikum Geologi Struktur agar

dapat mengenali dan memahami struktur geologi dengan metode proyeksi stereonet.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum Geologi Struktur adalah agar praktikan mampu

mengetahui aplikasi dari proyeksi stereografi pada keadaan sebenarnya.

Adapun maksud dari praktikum geologi struktur yaitu:

a. Mengetahui cara penggunaan software Stereonet.


b. Mengetahui jenis struktur yang terjadi berdasarkan data struktur yang didapatkan

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan dari praktikum geologi struktur ini yaitu:

1. Kertas HVS A4

2. Alat tulis menulis

3. Kertas Kalkir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk

(arsitektur) batuan akibat proses deformasi serta menjelaskan proses pembentukannya.

Proses deformasi adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan akibat gaya (Force)

yang terjadi di dalam bumi..

2.1.1 Sesar

Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran

yang berarti, melalui bidang rekahnya. Suatu sesar dapat berupa Bidang Sesar (Fault

Plane), atau rekahan tunggal. Tetapi lebih sering berupa jalur sesar (Fault Zone), yang

terdiri lebih dari satu sesar. Jalur sesar atau jalur penggerusan (Shear Zone), mempunyai

dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala minor sampai puluhan kilometer.

Kekar yang memperlihatkan pergeseran dapat pula dikatakan sebagai sesar minor.

Shear zone adalah suatu zona yang berbentuk tabular sampai melembar dan planar

(datar) sampai bergelombang yang terbentuk pada batuan yang cenderung memiliki

tingkat keterakan yang lebih besar daripada batuan sekitarnya, dengan intensitas yang

terkadang lebih tinggi. Shear Zone memiliki ciri – ciri yang dapat dikenali di lapangan.

Karakteristiknya berbeda tergantung dimana Shear Zone terbentuk , dapat dibedakan

sebagai berikut:
a. Brittle shear zone, yaitu jalur penggerusan pada batuan yang getas.

b. Ductile shear zone, yaitu jalur penggerusan pada batuan yang lentur.

c. Semi Brittle shear zone.

d. Semi ductile shear zone.

Zona patahan adalah suatu jalur penggerusan pada kondisi brittle. Sedangkan bila

jalur penggerusan terbentuk pada daerah ductile, maka akan menghasilkan metamorfisme

juga menghasilkan pula batuan dengan foliasi, lineasi dan lipatan

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur

(Gambar 2.1) sebagai berikut :

a. Bidang sesar, yaitu bidang sepanjang rekahan dalam batuan yang tergeserkan.

b. Dip sesar, sudut antara bidang sesar dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus

jurus sesar. Strike dan dip sesar menunjukkan kedudukan dari bidang sesar.

c. Pitch, arah gelinciran yang membentuk sudut pada bidang sesar, diukur terhadap
bidang horizontal.
d. Hade, sudut antara garis vertikal dengan bidang sesar dan merupakan penyiku dari dip
sesar.
e. Throw, komponen vertikal dari slip/ separation diukur pada vertikal yang tegak lurus
terhadap jurus sesar.
f. Heave, komponen horisontal yang tegak lurus dari slip/ separation diukur pada bidang
vertikal yang tegak lurus jurus sesar.
g. Slip (pergeseran relatif), merupakan pergeseran titik – titik yang sebelumnya berimpit,
diukur dari blok satu ke blok yang lain.
.

Gambar 2.1 Unsur-unsur struktur sesar

2.1.2 Pemodelan Patahan Anderson ( 1951 )

Berdasarkan uji ketahanan batuan, Anderson mengetahui bahwa kondisi

tegasan yang menyebabkan terjadinya patahan pada suatu tubuh batuan, mengikuti

hukum Coulomb mengenai batas ketahanan suatu massa terhadap tekanan (Coulomb

law of failure) seperti terlihat pada gambar 2.2 A,B. Coulomb failure envelope

biasanya lurus, dengan kemiringan rata – rata sekitar 30°. Sudut kemiringan (φ)

adalah sudut geser dalam (angle of internal friction) suatu material. Ketika envelope

terproyeksikan pada sumbu σs pada diagram Mohr (Gambar 2.2 C), juga

berpotongan dengan sumbu pada nilai 0 (σ0), titik ini dinamakan kekuatan kohesif (

cohesive strength ) batuan. Adapun hukum Coulomb adalah sebagai berikut :

σc =-σ0 + tan φ (σn )


dimana,

σc = Titik kritis dimana besarnya tegasan mampu menyebakan batuan

terpatahkan

σ0 = Kekuatan kohesif ( cohesive strength )

σn = Tegasan normal

Anderson berpendapat bahwa sudut geser dalam ( φ ) menentukan sudut antara


bidang patahan dan arah dari tegasan utama ( σ1 ). Berdasarkan geometri dari failure
envelope, mendapatkan :

φ = 90° - 2θ Atau,

2θ = 90° - φ

Gambar 2 (A.) Pengeplotan nilai σ1 dan σ3 di 3 percobaan. Menunjukkan pola failure


envelope yang melewati tiga titik pecah pada setiap pecobaan. (B) Menggunakan failure
envelope untuk menunjukkan besarnya tegasan (stress) yang mampu mematahkan batuan
dengan σs ( confining pressure ) 1,85 Mpa. (C)Persamaan Coulomb law failure dalam
hubungannya dengan diagram Mohr.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut antara bidang

patahan dengan arah tegasan utama harus lebih kecil dari 45° atau dengan kata lain

arah tegasan utama harus diapit oleh dua bidang conjugate yang membentuk sudut

lancip ( kurang dari 90° ). Oleh karena itu kita dapat menentukan arah dari tegasan

utama bila didapatkan 2 bidang conjugate. Dari hasil tersebut Anderson membuat

suatu pemodelan yang menjelaskan hubungan antara pola tegasan dan bidang patah

yang terbentuk, dengan kesimpulan :

1. Sesar normal terbentuk bila σ1 vertikal.

2. Sesar mendatar terbentuk bila σ2 vertikal.

3. Sesar naik terbentuk bila σ3 vertikal.

2.1.3 Klasifikasi Sesar

Klasifikasi sesar telah banyak dikemukakan oleh para ahli terdahulu.

Mengingat struktur sesar adalah rekahan di dalam bumi yang ditimbulkan karena

pergeseran sehingga untuk membuat analisis strukturnya diusahakan untuk dapat

mengetahui arah pergeseran tersebut.

Mengingat arah dari “net slip” yang memiliki beberapa kemungkinan,

“pitch” yang berkisar dari 00 – 900 maka Rickard (1972) membuat pengelompokkan

sesar yang termasuk “strike slip” dan “dip slip”.

Penamaan sesar berdasarkan nomor yang ada pada tabel 2.2. A adalah

sebagai berikut :

1. Sesar naik dengan dip < 45° ( Thrust slip fault )

2. Sesar naik dengan dip > 45° ( Reverse slip fault ).

3. Sesar naik dekstral dengan dip < 45° ( Right thrust slip fault ).

4. Sesar dekstral naik dengan dip < 45° ( Thrust right slip fault ).

5. Sesar naik dekstral dengan dip > 45° ( Right reverse slip fault ).
6. Sesar dekstral naik dengan dip > 45° ( Reverse right slip fault ).

7. Sesar dekstral ( Right slip fault ).

8. Sesar dekstral normal dengan dip < 45° ( Lag right slip fault ).

9. Sesar normal dekstral dengan dip < 45° ( Right lag slip fault )

10. Sesar dekstral normal dengan dip > 45° ( Normal right slip fault ).

11. Sesar normal dengan dip < 45° ( Lag slip fault ).

12. Sesar normal dengan dip > 45° ( Normal slip fault ).

13. Sesar normal sinistral dengan dip < 45° ( Left lag slip fault ).

14. Sesar sinistral normal dengan dip < 45° ( Lag left slip fault ).

15. Sesar sinistral normal dengan dip > 45° ( Normal left slip fault ).

16. Sesar normal sinistral dengan dip < 45° ( Left normal slip fault ).

17. Sesar sinistral ( Left slip fault ).

18. Sesar sinistral naik dengan dip < 45° ( Thrust left slip fault ).

19. Sesar naik sinistral dengan dip < 45° ( Left thrust slip fault ).

20. Sesar naik sinistral dengan dip > 45° ( Left reverse slip fault ).

21. Sesar sinistral naik dengan dip > 45° ( Reverse left slip fault ).

2.1.4 Kekar

Kekar adalah suatu rekahan yang sedikit atau tidak mengalami pergeseran,

terjadi oleh gejala tektonik maupun non tektonik.

Secara kejadiannya,kekar akibat gejala tektonik dapat dibedakan menjadi dua

jenis yaitu:

1. Shear (Kekar Gerus), terjadi akibat adanya tegasan

2. Tension (Kekar Tarikan).


Kekar tarikan dapat dibedakan sebagai

a. Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahnya searah dengan tegasan.
Kekar jenis inilah yang biasanya terisi oleh cairan hidrothermal yang kemudian
berubah menjadi vein.
b. Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau
pengurangan tekanan, orientasinya tegaklurus terhadap gaya utama. Struktur ini
biasa disebut dengan “stylolite”.
Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar

dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya

suatu lipatan. Kesulitan lainnya adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari

kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau

sesudahnya.

Walaupun demikian, di dalam analisis, kekar dapat dipakai untuk membantu

menentukan pola tegasan, dengan anggapan bahwa kekar-kekar tersebut pada

keseluruhan daerah terbentuk sebelum atau pada saat pembentukan sesar. Dalam

penentuan jenis sesar cara ini sangat lemah dan data yang dipakai tidak hanya kekar,

tetapi juga jalur sesar yang dapat diamati dari peta topografi, foto udara dan citra

landsat.

Pemodelan patahan mendatar oleh Harding dkk ( 1971 )

Harding, Wilcox dan seely (1971) mendesain beberapa percobaan

menggunakan adonan lempung (clay cake), untuk mengevaluasi pola struktur yang

berkembang di atas patahan mendatar. Adonan lempung diletakkan diatas panel

metal yang dapat digerakkan berlawanan arah secara bersamaan. Lingkaran –

lingkaran diletakkan agar keterakannya dapat terlihat. Pergerakan awal dari patahan

mendatar pada panel metal menghasilkan gangguan pada lempung yang ditunjukan
oleh perubahan lingkaran menjadi elips. Kemudian lempung mulai patah di daerah

yang paralel di dalam zona pergerakan utamanya. Seiring dengan kejadian yang

terus menerus, lingkaran – lingkaran ini secara perlahan terpatahkan.

Patahan-patahan atau rekahan-rekahan yang dihasilkan dari percobaan

menggambarkan geometri dan kinematik dari Riedel Shearing atau dikenal pula

dengan simple shear yaitu karakteristik hubungan geometri dari pasangan patahan

mendatar, dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Sesar mendatar Riedel ditandai dengan adanya sepasang Riedel Shear (R dan R’)

yang berarah 300 terhadap tegasan maksimum (σ1). Pergerakan dalam Riedel

Shear terhadap R di sebut sebagai synthetic faults yang relatif sejajar dengan

patahan utama (Major Faults . R’ merupakan arah berikutnya setelah terjadi R

yang disebut sebagai antithetic faults dengan pergerakan memotong major faults.

Dalam suatu sistem yang lain akan timbul pula synthetic P dan X sebagai

antithetic faults membentuk sudut 10° terhadap patahan utama.

2. Tegasan utama σ1 membentuk sudut 450 terhadap major faults.

Gambar 2.3 Pemodelan Riedel Shear


Teori Sistem Sesar Mendatar Moody dan Hill ( 1956 )

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Moody dan Hill yang meneliti

hubungan tegasan utama terhadap unsur – unsur struktur yang terbentuk maka

muncul teori pemodelan sistem Sesar Mendatar Moody dan Hill atau dikenal pula

dengan pure shear sebagai berikut :

1. Jika suatu materi isotropic yang homogen dikenai oleh suatu gaya kompresi akan

menggerus (shearing) pada sudut ±300 terhadap arah tegasan maksimum yang

mengenainya. Penyimpangan maksimum dari sudut antara gaya kompresi dan

bidang penggerusan adalah kurang dari 45°, hal ini diyakini akibat adanya

internal friksi atau sudut geser dalam pada batuan.

2. Suatu kompresi stres yang mengenai suatu materi isotropik yang seragam, pada

umumnya dapat dipecahkan ke dalam tiga arah tegasan (sumbu tegasan

maksimum, menengah dan minimum) dan salah satu dari tiga arah tegasan

tersebut akan berarah vertikal.

3. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde pertama,

sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan seterusnya dari

orde pertama, kedua, dan orde ketiga. Akibatnya tidak akan muncul jumlah tak

terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan ke dalam delapan arah shear

utama, empat antiklinal utama dan arah patahan naik untuk segala province

tektonik. Dalam kenyataan kenampakan orde pertama dan orde kedua dapat kita

bedakan dengan mudah, namun kenampakan orde ketiga dan orde-orde

selanjutnya pada umumnya sulit sekali untuk ditemukan.


Gambar 2.4 Pemodelan sesar mendatar Moody dan Hill (1956)

Jika bidang gerus akibat pure shear I membentuk suatu en echelon (berjajar)

sehingga membentuk koridor – koridor, maka sistem Riedel I atau simple shear I

akan bekerja. Dalam koridor dimana sistem Riedel bekerja akan membentuk pula

pola tegasan utama yang membentuk sistem pure shear II, demikian seterusnya

sampai gaya berhenti.

Selain dari dua pemodelan di atas banyak pula pemodelan – pemodelan

struktur geologi yang telah di buat. Untuk membandingkan hasil pemodelan –

pemodelan tersebut, maka dibuatlah tabel hubungan sudut antara sesar utama dengan

struktur penyerta dari hasil penelitian


Tabel 3 Hubungan sudut antara sesar utama dengan unsur penyertanya, dari beberapa
ahli.

Keterangan :

δ → Sudut antara sesar utama dengan lipatan utama.

ρ→ Sudut antara sesar utama ( S ) dengan R dan R1 ( subsidiary shear fracture ).

η→ Sudut antara σ1 akibat pure shear I dengan σ1 akibat pure shear II atau simple
shear I.

θ = β→ Sudut antara σ1 /kekar tensional ( vein ) akibat pure shear 1 dengan sesar

utama akibat pure shear 1.


γ = δ→ Sudut antar sesar utama dengan dengan σ1 akibat pure shear II atau vein

akibat simple shear I.

ξ = β→ Sudut antara sesar utama dengan sumbu lipatan subsidiary / drag fold.

2.2 Proyeksi Streografi

Proyeksi stereografi merupakan suatu aplikasi dalam geometri yang

memproyeksikan poin bola dari lingkup utara ketitik dalam bidang bersinggungan

dengan kutub selatan. Secara intuitif, proyeksi stereografi adalah cara

membayangkan sebuah bola sebagai bidang datar sesuai dengan aturan yang telah

ditetapkan. Poyeksi Stereografi dalam prakteknya sering dilakukan menggunakan

komputer atau dengan tanggan menggunkan jenis khusus dari kertas grafik yang

biasa disebut Stereonet atau Wulff Net dan juga Schmidtt Net.

Gambar 2.5 Proyeksi Stereografi

Proyeksi steriografi merupakan cara pendekatan deskripsi geometri yang

efisien untuk menggambarkan hubungan sudut antara garis dan bidang secara

langsung.Pada proyeksi sterio grafi , unsur struktur geologi digambarkan dan


dibatasi didalam suatu permukaan bola (sphere). Bidang proyeksi ini akan

berbentuk suatu lingkaran primitif dan juga merupakan proyeksi dari struktur

bidang yang kedudukannya horizontal ( dip= 0), maka kedudukan bidang miring

pada Wulf net dan Schmidt net, 0(nol) di lingkaran primitip dan 90 terletak pada

pusat lingkaran.

2.3 Macam-Macam Proyeksi Stereografi

Proyeksi stereografi ada beberapa macam, yaitu :

a. Equal Angle Projection

Proyeksi ini memproyeksikan setiap titik pada permukaan bola ke bidang

proyeksi pada tutuh zinith yang letaknya pada sumbu vertikal melalui pusat bola

bagian puncak. Sudut yang sama digambarkan semakin rapat ke arah pusat. Hasil

pengambaran pada bidang proyeksi disebut stereogram sedangkan hasil dari equal

angle projection adalah Wulff Net.

Wulf net dibuat berdasarkan pembagian sama sudut dari garis yang ditarik

melalui Zenith ke setiap titik pada lingkaran besar , yang proyeksinya pada bidang

equator berupa stereogram. Dengan memproyeksikan berbagai bidang dengan

jurus Utara – Selatan dengan arah kemiringan ke Barat dan ke Timur akan di

dapat berbagai jaring meridian. Lingkaran kecil merupakan perpotongan antara

permukaan bola dengan bidang yang tidak melalui pusat bola. Bila arah U – S

merupakan kedudukan pusat lingkaran kecil dengan jari-jari berbeda dan

lingkaran kecil bagian bawah bola diproyeksikan ke titik zinith, maka akan

dihasilkan steriogram yang disebut garis lengkung lingkaran kecil. Cara

menggunakan Wulf net adalah untuk proyeksi struktur bidang dengan jurus U – S
struktur bidang berupa lingkaran besar dan dip nya diukur pada arah E – W

sterionet, dengan 0 pada tepi lingkaran dan 90 di pusat lingkaran.

Gambar 2.6Wulff Net

b. Equal Area Projection

Dasar geometri dari proyeksi ini adalah suatu bidang diametral vertikal

dibatasi dalam kerangka permukaan bola dengan jari-jari lingkaran kerangka

dibuat sama. Cara menggambarkan sama dengan Wulf net, hanya perbedaannya

lingkaran besar dan kecil tidak diproyeksikan sebagai garis lengkung busur.

Didalam proyeksi steriografi suatu bidang dapat direpleksikan sebagai titik, yang

merupakan proyeksi kutubnya. Untuk mendapatkan kutub dari suatu bidang ,

cukup dengan menggambarkan titik proyeksi pada jaring sebesar 90 dari

kemiringan bidangnya, sebaliknya steriogram bidang dapat digambarkan dari

proyeksi titik kutubnya. Penggunaan proyeksi bidang maupun kutub kedua jaring

tersebut dapat digunakan, tetapi untuk analisa struktur lebih lanjut akan lebih baik

menggunakan jaring Schmidt.


Proyeksi ini digunakan dalam analisi data statistik karena karapatan ploting

menunjukan suatu keadaan yang sebenarnya. Proyeksi ini merupakan poyeksi

yang menghasilkan jarak titik pada bidang proyeksi yang sama dan sebanding

dengan sebenarnya. Hasil dari proyeksi ini adalah stereogram yang disebut

Schmidt Net.

Gambar 2.7 Schmidt Net

c. Orthogonal Projection

Proyeksi ini merupakan kebalikan dari equal angle projection karena pada

proyeksi ortogonal, titik-titik pada permukaan bola akan diproyeksi tegak lurus

pada bidang proyeksi dan lingkaran hasil proyeksinyaakan semakin renggang ke

arah pusat. Stereogram dari proyeksi ini disebut Orthographic Net.

d. Polar Projection

Pada proyeksi ini baik unsur garis maupun bidang tergambar suatu titik.

Stereografi dari proyeksi ini adalah Polar Net. Stereogrfi dari proyeksi ini

didapatkan dari equal are projection, sehingga untuk mendapatkan proyeksi

bidang dari suatu titik pada Polar Net harus menggunakan Schmidts Net.
Gambar 2.8 Polar Net
BAB III
DATA KEKAR

Adapun data kekar dari praktikum geologi struktur yaitu:

1. N 50/65o E 26. N 175/55 o \E


2. N 100/70o E 27. N 175/65 o \E
3. N 100/75o E 28. N 175/70 o \E
4. N 105/80 o E 29. N 180/80 o \E
5. N 110/600 o E 30. N 180/65 o \E
6. N 110/65 o E 31. N 180/75 o \E
7. N 115/65o E 32. N 185/60 o \E
8. N 115/75 o E 33. N 185/75 o \E
9. N 115/70 o \E 34. N 190/30 o \E
10. N 120/70 o \E 35. N 195/45 o \E
11. N 120/60 o \E 36. N 200/50 o \E
12. N 125/75 o \E 37. N 200/50 o \E
13. N 125/70 o \E 38. N 200/55 o \E
14. N 125/85 o \E 39. N 200/45 o \E
15. N 130/75 o \E 40. N 210/43 o \E
16. N 135/85 o \E 41. N 215/45 o \E
17. N 150/45 o \E 42. N 215/40 o \E
18. N 155/45 o \E 43. N 215/40 o \E
19. N 160/55 o \E 44. N 220/50 o \E
20. N 160/70 o \E 45. N 220/40 o \E
21. N 165/60 o \E 46. N 225/60 o \E
22. N 165/27 o \E 47. N 230/40 o \E
23. N 170/50 o \E 48. N 230/55 o \E
24. N 170/60 o \E 49. N 235/45 o \E
25. N 170/50 o \E 50. N 255/55 o
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Metode

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data kekar menggunakan

aplikasi stereonet window, yaitu sebagai berikut :

1. Buka Aplikasi stereonet window kemudian pilih new blank window maka

akan muncul tampilan seperti di bawah.

Gambar 4.1 aplikasi stereografi

2. Pilih planes pada New Data Set. Plane merupakan lembar kerja untuk

menginput data kekar yang didapatkan.


Gambar 4.2 cara memasukkan data ke dalam proyeksi stereografi

3. Masukkan semua data kekar pada table kemudian Save.

Gambar 4.3 proyeksi stereografi yang telah dimasukkan data kekar

4. Klik Calculation pada menu bar dan pilih poles. Hapus tanda centang (√)
Gambar 4.4 cara memasukkan poles ke proyeksi stereografi

5. Klik plot Countur kemudian pilih 1% area. Kik dan tahan pada dua kontur

dengan populasi tertinggi. Catat strike dan dip.

Gambar 4.5 plot kontur pada proyeksi streografi

6. Klik file pada menu bar kemudian pilih new

7. Pilih planes pada new data set

8. Masukkan data strike dan dip yang di ambil dari data dua titik tertinggi pada

kontur tadi. Perpotongan antara kedua bidang tersebut merupakan 𝜎2 (N


329ᵒE/71ᵒ). Klik dan tahan pada titik perpotongan kedua bidang tersebut

kemudian catat.

9. Masukkan strike dan dip dari data di atas. Titik pertengahan yang di bentuk

dari bidang di atas merupakan 𝜎3 (N 157ᵒE/19ᵒ).

10. Klik dan tahan pada pertengahan bidang tersebut dan catat kembali. 𝜎1

merupakan tegasan utama yang membentuk sudut 90ᵒ dari 𝜎3.

Gambar 4.6 cara memplot 𝜎1, 𝜎2 dan 𝜎3 pada proyeksi streografi

4.2 Analisi Sesar

Berdasarkan teori anderson yang dimana jika 𝜎2 nya berada dekat dengan

titik pusat nya dan 𝜎1 𝑑𝑎𝑛 𝜎3 nya berada pada satu bidang maka didapatkan

sesar geser yang dimana data yang telah di masukkan pada aplikasi streonet

didapatkan hasil seperti yang dijelaskan di atas.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum geologi struktur ini yaitu:

a. Cara mernggunakan aplikasi stereonet untuk mengetahui jenis sesar ialah

dengan memasukkan data kekar yang didapatkan, kemudian dengan

sendirinya akan membentuk garis kekar. Setelah itu dengan mengklik

calculation poles akan muncul titik-titik penanda pole di setiap data kekar.

Kemudian gunakan garis bantuk untuk menentukan 𝜎1, 𝜎2 dan 𝜎3 . Jika telah

didapatkan data 𝜎1, 𝜎2 dan 𝜎3 , maka telah dapat ditentukan jenis sesarnya.

b. Adapun jenis sesar berdasarkan data kekar dan nilai 𝜎1, 𝜎2 dan 𝜎3, maka

jenis sesarnya adalah sesar geser.

5.2 Saran

Adapun saran yang diajukan kepada asisten agar kiranya asisten juga ada

pihak dari perempuan, agar kiranya praktikan perempuan bisa leluasa melakukan

tanya jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.M, 1951, The Dynamics ofFaulting. Oliver and Boyd, Edinburgh,

241 pp.

McClay, K.R, 1987, The Mapping ofGeological Structures. Geological Society of

London Handbook. Open University Press, Keynes, 161 pp.

Moody, J.D. and Hill, M.J. 1956, WrenchFault Tectonics. Bulletin Geological

Society of America, 67, pp. 1207-1246.11

Rickard, M. J, 1971, A Classification Diagram for Fold Orientations.Geological

Magazine, 108, pp. 23-26.

Sapiie, B., Harsolumakso, A.H., 2001,Buku Panduan Praktikum GeologiStruktur,

Teknik Geologi, FIKTM– ITB, Bandung

Anda mungkin juga menyukai