Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Bahan-bahan kedokteran gigi memiliki sifat-sifat yang berbeda dalam


komponennya, diantaranya adalah sifat mekanis. Semua sifat mekanik diukur dari
ketahanan bahan terhadap deformasi, retak, atau patah karena gaya atau tekanan
yang diterima dan tegangan yang diinduksi. Suatu faktor penting dalam
merancang bahan kedokteran gigi adalah kekuatan yaitu sifat mekanis bahan yang
menjamin agar bahan berfungsi secara efektif, aman, dan tahan untuk jangka
waktu tertentu. Secara umum, kekuatan mengacu pada kemampuan bahan untuk
menahan gaya-gaya yang ada tanpa mengalami patah atau berubah bentuk secara
berlebihan. Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan daya dan
energi serta efeknya pada benda. Dengan mengenal sifat mekanis kita dapat
mengetahui standar perbandingan ukuran dan bentuk suatu bahan, dapat juga
membandingkan sifat dari masing-masing bahan serta memprediksi perilaku
komponen-komponen dari suatu bahan. Inti dari sifat mekanis dari suatu bahan
dapat diketahui berdasarkan dari tegangan dan regangan. (Anusavice, kenneth J.,
2013).
Salah satu faktor penting dalam desain protesa gigi adalah kekuatan, suatu
sifat mekanis dari bahan, yang menjamin bahwa prostesa memberikan fungsi yang
diinginkan secara efektif dan aman selama waktu yang lama. Dalam pengertian
umum, kekuatan adalah kemampuan prostesa untuk melawan stres yang diinduksi
tanpa fraktur atau deformasi permanen (strain plastis). Deformasi plastis terjadi
ketika batas tegangan elastis (batas proporsional) dari bahan prosthesis
terlampaui.
Kebanyakan aplikasi bahan kedokteran gigi memiliki batas standar
minimum sifat mekanis. Contohnya, beberapa bahan harus cukup kuat dan kaku
untuk menahan gaya kunyah tanpa fraktur. Bahan lainnya harus cukup keras untuk
mempertahankan bentuknya di bawah beban tekanan. Sifat-sifat bahan pada
umumnya dikarakteristikkan dengan hubungan tegangan dan regangan. (McCabe,
Walls, 2008)

1
BAB II
SIFAT-SIFAT MEKANIS BAHAN KEDOKTERAN GIGI

2.1 Definisi Sifat Mekanis


Hukum Mekanis adalah ilmu fisika mempelajari gaya (forces) yang
bekerja pada benda, serta gerakkan yang dihasilkan, deformasi, atau tegangan
yang dialami benda. Hukum mekanis merupakan ukuran resistensi bahan terhadap
deformasi, keretakkan, atau fraktur di bawah gaya atau tekanan, dan tegangan
yang dihasilkan. Dengan kata lain, ukuran ini mengukur respon saat menerima
gaya, distribusi gaya, atau tekanan, baik elastis (reversibel saat reduksi gaya)
maupun plastis (ireversibel, non elastis). Sifat mekanis dihitung dalam tegangan
dan/atau regangan. (Annusavice, Shen, Rawls, 2013)
Sifat mekanis dibatasi oleh hukum-hukum mekanika, yaitu ilmu fisika
yang berhubungan dengan daya dan energi serta efeknya pada benda. Sifat
mekanis adalah respon yang terukur, baik elastis (reversible atau dapat kembali ke
bentuk semula bila gaya dilepaskan) dan plastis (irreversible atau tidak dapat
kembali ke bentuk semula atau tidak elastis) dari bahan bila terkena gaya atau
distribusi gaya atau tekanan. (Anusavice, kenneth J., 2013)
Kelompok sifat mekanis yang nampak, paling sering dinyatakan dalam
unit tegangan dan regangan. Unit-unit tersebut mewakili pengukuran :
1. Perubahan bentuk elastis atau reversible, yaitu:
a. Batas Kesetimbangan atau Proportional Limit
b. Gaya Lenting atau Gaya Pegas atau Resilience
c. Modulus Elastisitas
2. Perubahan bentuk plastis atau irreversible, misalnya persentase elongasi
3. Gabungan perubahan elastis dan plastis, yaitu:
a. Kekerasan atau Hardness
b. Titik Luluh atau Yield point. (Anusavice, kenneth J., 2013)
Untuk membahas sifat-sifat ini, mula-mula diperlukan konsep tegangan dan
regangan.
2.2 Tegangan dan Regangan (Stress and Strain)

2
Bila suatu bahan diberikan beban maka akan terjadi tegangan dan
regangan. Oleh sebab itu tegangan dan regangan saling berhubungan. Pengertian
dari tegangan adalah gaya per unit daerah yang bekerja pada berjuta-juta atom
atau molekul pada bidang tertentu suatu bahan. (Anusavice, kenneth J., 2013).
Tegangan diukur dalam satuan gaya per satuan luas permukaan. Sehingga
tegangan S = F / A dimana F adalah beban atau aplikasi gaya, dan A adalah luas
penampang dari bahan yang diberi beban. (Combe, E.C., 1992)

Tabel hubungan antara gaya, luas, dan tegangan yang terjadi

Bila suatu gaya eksternal bekerja pada benda padat, terjadi reaksi untuk
melawan gaya tadi yang besarnya setara tetapi arahnya berlawanan dengan gaya
eksternal. Gaya yang diaplikasikan dibagi dengan daerah dimana gaya tersebut
bekerja pada benda itu adalah nilai tegangan yang dihasilkan pada struktur
tersebut. (Anusavice, kenneth J., 2013)

Jumlah garis pada model plastik gigi diobservasi


dalam cahaya polarisasi menggambarkan
besarnya tegangan yang terjadi. A. Gaya
didistribusi dengan baik, B. Gaya terkonsentrasi
pada beberapa titik. Jadi, besarnya tegangan
yang terjadi berbanding terbalik dengan luasnya
daerah aplikasi gaya

3
Distribusi tegangan pada restorasi dukungan implan. A, Tegangan pada
bahu badan implan yang muncul akibat beban oklusal dari arah oblik. B,
Tegangan dalam abutment implant dan tulang alveolar.

Berdasarkan arah aplikasi gaya, dapat diklasifikasikan 3 jenis tegangan sederhana,


yaitu:
1. Tegangan Tarik / Tensile Stress
Tegangan tarik disebabkan oleh suatu beban yang cenderung meregangkan
atau memperpanjang suatu benda. Tegangan tarik selalu disertai dengan
regangan tarik (Anusavice, kenneth J., 2013), lihat gambar 1. (Combe, E.C.,
1992)

4
(a) Tegangan tarik pada ismus restorasi amalgam dua dinding. (b) pada
permukaan oklusal tambalan amalgam yang dibevel (c) pada batas lengan
cengkram (d) tegangan Tarik dan tekan pada mahkota jembatan yang disolder.
F = tekanan; A = luas area

2. Tegangan Kompresi.
Bila suatu benda ditampatkan dibawah beban yang cenderung menekan atau
memendekkannya, ketahanan internal terhadap beban tersebut disebut
tegangan kompresi. Suatu tegangan kompresi biasanya disertai dengan
regangan kompresi (Anusavice, kenneth J., 2013), lihat gambar 1. (Combe,
E.C., 1992)
3. Tegangan Geser
Suatu tegangan geser cenderung menahan pergeseran dari satu bagian suatu
benda ke yang lain. Tegangan geser dapat juga dihasilkan dengan gerak
memutar atau memilin suatu bahan. Misalnya, bila suatu gaya diaplikasikan
sepanjang permukaan email gigi oleh suatu instrumen berujung tajam, sejajar
terhadap pertemuan antara email dan braket ortodonsi, braket tersebut bisa
terlepas karena kegagalan tegangan geser dari bahan perekat resin. Tegangan
geser searah terhadap arah gaya (Anusavice, kenneth J., 2013), lihat gambar
1. (Combe, E.C., 1992)

5
Gb.1. Tipe-tipe dari tekanan

4. Tegangan fleksural
Tegangan kompleks dihasilkan oleh gaya fleksural atau tegangan tekuk.
Ketika suatu benda dibengkokkan, satu sisi ditekan sementara sisi yang
berlawanan diregangkan, lihat gambar 2. Disamping ini gaya tekan dan
gaya tarik, gaya geser juga dapat terjadi dalam benda tersebut. (Gladwin,
Marcia, and Bagby, Michael, 2000)

Gb. 2. Tegangan tekuk adalah gabungan dari tekanan dan tarikan

5. Torsion stress
Torsion stress adalah gaya memilin. Berikut ini adalah diagram yang
menggambarkan skema tipe-tipe stress dan deformasinya.

6
Kapan pun terjadi suatu tegangan, akan menyebabkan perubahan atau
regangan. (Anusavice, kenneth J., 2013). Definisi dari regangan adalah perubahan
panjang atau deformasi per satuan panjang, ketika suatu bahan dikenakan gaya.
Lihat gambar 3. (Craig, robert G., et all, 2012). Bila gaya eksternal atau beban
diberikan kepada suatu material maka fenomena regangan akan muncul, hal ini
mengubah dimensi dari material tersebut, biasanya diukur dari perubahan dari
panjang (bertambah/berkurang tergantung dari bahan ditegangkan atau ditekan)
per unit panjang. Jadi regangan adalah e/L, dimana e adalah perubahan panjang
dan L adalah panjang aslinya sebelum diberi gaya. (Combe, E.C., 1992)

Skema gambaran tegangan dan regangan

Regangan dapat bersifat elastis atau plastis atau kombinasi keduanya.


Regangan elastis adalah bahan yang dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya
dilepaskan. Sedangkan regangan plastis merupakan perubahan permanen suatu

7
bahan yang tidak dapat kembali ke bentuk semula bila gaya dibebaskan.
(Anusavice, kenneth J., 2013)

Contoh regangan elastis dan plastis

Jika tegangan digambarkan berlawanan dengan regangan untuk suatu material


dibawah tekanan atau kompresi dapat dihasilkan gambar seperti ini:

Gambar 4. Hubungan tegangan dan regangan

8
Bagan hubungan tegangan dan regangan yang terjadi pada alloy emas.

2.3 Perubahan Bentuk Elastis (Deformasi Elastis)


Tegangan dan regangan berbanding lurus dengan beban/gaya yang diberikan, pada
luas cross sectional yang sama. Jika gaya diberikan dua kali lipat lebih besar pada
benda yang sama, maka tegangan dan regangan yang terjadi menjadi dua kali
lebih besar. Elastisitas merupakan ratio konstan antara stress dengan strain,
dimana konstanta ratio tesebut disebut modulus elastisitas. Maka dari itu, modulus
elastisitas sifatnya non dependen terhadap struktur, yaitu sifatnya tidak berubah
meskipun terjadi perubahan mikrostruktur bahan, seperti saat bahan dipanaskan,
mengalami work hardening, atau kondisi apapun.
Ada beberapa sifat dan parameter mekanis penting yang mengukur sifat
perubahan elastis atau reversible bahan kedokteran gigi, yaitu:
1. Batas Kesetimbangan (Proportional Limit) dan Batas Elastis (Elastic limit)
Batas kesetimbangan adalah tegangan terbesar dimana tegangan berada pada
posisi seimbang terhadap regangan. Dapat dilihat pada gambar 4, dimana titik
A menunjukkan batas kesetimbangan. Suatu bahan masih dapat ditegangkan
di atas batas kesetimbangannya dan masih bersifat elastis dimana jika gaya
dilepaskan maka akan kembali ke panjang semula. (Combe, E.C., 1992). Jadi
batas elastis suatu bahan didefinisikan sebagai tegangan terbesar yang dapat
diterima suatu bahan dimana bahan tersebut masih bisa kembali ke dimensi

9
semula ketika beban diangkat. (Anusavice, kenneth J., 2013). Ditunjukkan
pada titik B gambar 4.

Diagram tarikan tegangan dan regangan

Sejauh tegangan tidak lebih besar dibandingkan dengan batas


kesetimbangannya, energi ini dikatakan bersifat resilien. Resilien adalah
besarnya energi yang diserap oleh struktur bila ditekan sampai batas
kesetimbangannya. Bahan dengan daerah elastis lebih besar berarti bahan
tersebut lebih resilien (Anusavice, kenneth J., 2013). Energi yang diperlukan
suatu bahan untuk patah disebut toughness. (Craig, robert G., et all, 2012)

Tabel tegangan, regangan, resilien dan toughness

2. Gaya Lenting atau Gaya Pegas (Resilience) dan Toughness


Sejauh tegangan tidak lebih besar dibandingkan dengan batas
kesetimbangannya, energi ini disebut resilien atau bisa dihubungkan dengan
kepegasan. Jadi resilien dapat didefinisikan sebagai besarnya energi yang
diserap oleh suatu struktur bila ditekan sampai batas kesetimbangannya.
Bahan dengan daerah elastis yang lebih besar, mempunyai resilien lebih
tinggi. (Anusavice, kenneth J., 2013). Lihat gambar 5, pada gambar tersebut
dapat dilihat bahwa resilien merupakan suatu energi yang diperlukan untuk
mengubah bentuk suatu bahan secara permanen, sedangkan energi yang

10
diperlukan suatu bahan untuk patah disebut toughness. (Craig, robert G., et
all, 2012)

Gb. 5. Kurva tegangan – regangan ilustrasi daerah, A menggambarkan


ukuran dari resilien, dan B toughness

3. Modulus Elastisitas
Istilah modulus elastisitas menggambarkan kekerasan atau kekakuan
relatif suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas, semakin kaku bahan
tersebut. Modulus elastisitas suatu bahan adalah konstan dan tidak
terpengaruh oleh besarnya tegangan elastis atau plastis yang mengenai suatu
bahan. Karenanya, nilai tersebut tidak bergantung pada dapat
dibengkokkannya suatu bahan dan bukan ukuran plastis atau kekuatan.
(Anusavice, kenneth J., 2013)
Modulus elastisitas mewakili rasio tegangan elastis terhadap regangan
elastis, semakin rendah regangan untuk tegangan tertentu, semakin besar nilai
modulus. Sebagai contoh, bila suatu kawat lebih sulit dibengkokkan
dibandingkan kawat lain dengan bentuk dan ukuran yang sama, tegangan
yang lebih tinggi harus diberikan sebelum regangan atau deformasi yang
diinginkan dapat terjadi pada kawat yang lebih kaku. Bahan ini mempunyai
nilai modulus elastisitas yang cukup tinggi. (Anusavice, kenneth J., 2013)

Jadi, E = =

11
Pada gambar 6 menunjukkan grafik tegangan – regangan dari dua bahan.
Bahan I mempunyai modulus elastisitas 200MN/m2 dan bahan II modulus
elastisitasnya 100MN/m2. Untuk tegangan 200MN/m2, bahan I diregangkan
0,1% dan bahan II 0,2%. Berarti bahan I, dengan modulus yang lebih tinggi,
bahan lebih kaku atau rigid, sedangkan bahan II lebih lentur atau flexible.
(Combe, E.C., 1992)

Porsi dari grafik tegangan – regangan dari dua bahan dibawah batas
kesetimbangan

Konsep modulus elastisitas itu digambarkan seperti pegas. Pegas yang satu
bersifat lebih kaku dari pegas kedua, memiliki modulus elastisitas rendah.
Pegas yang lebih kaku dikatakan memiliki modulus elastistas tinggi. Ketika
kedua pegas diberi beban yang sama, maka perubahannya akan berbeda.
Ketika beban diberikan dua kali lipat, maka pegas memanjang dua kali lipat
pula. Beban yang diberikan disebut tegangan, jumlah perubahan panjang
pegas adalah regangan, kekakuan pegas disebut modulus elastisitas.

12
Konsep modulus elastisitas

Tabel tingkat modulus elastisitas bahan kedokteran gigi.

2.4 Kekuatan (Strength)


Sebelumnya perlu kita ketahui kekuatan suatu benda atau bahan untuk bisa
berubah menjadi plastis dan atau batas kekuatan suatu bahan sebelum bahan
tersebut fraktur. Jadi kekuatan (strength) adalah tegangan maksimal sebelum
bahan tersebut fraktur.

13
Kekuatan suatu bahan dapat digambarkan dengan satu atau lebih sifat
berikut:
1. Batas kesetimbangan (proportional limit)
Yaitu tegangan yang bila melebihi nilai ini tidak lagi seimbang dengan
regangannya.
2. Batas elastis (elastic limit)
Yaitu tegangan maksimal yang dapat ditahan suatu bahan sebelum bahan
tersebut mengalami deformasi plastis.
3. Kekuatan luluh (yield strength)
Yaitu suatu sifat dimana terjadi regangan yang berlebih dari suatu bahan
yang dikenakan gaya yang tidak diikuti dengan pertambahan tegangannya.
Yield strength biasanya lebih besar dibandingkan batas kesetimbangan.
Nilai-nilai ini adalah penting dalam mengevaluasi bahan kedokteran gigi,
karena mewakili tegangan dimana perubahan permanen dari struktur mulai
terjadi. Bila nilai tersebut terlewati oleh tegangan pengunyahan, restorasi,
atau piranti tidak lagi berfungsi seperti rancangan awalnya.

Tabel tingkat yield strength beberapa bahan kedokteran gigi.

4. Kekuatan tarik puncak (ultimate tensile strength)


Kekuatan puncak adalah tegangan maksimum yang dapat dikeluarkan oleh
suatu benda pada saat benda itu patah atau rusak total. Bila bahan tersebut
memberikan tegangan maksimal sebelum putus karena suatu gaya tarik
maka disebut Ultimate Tensile Strength, demikian juga dengan gaya-gaya
lainnya: gaya tekan (ultimate compressive strength), gaya geser (ultimate
shear strength), dan gaya tekuk (ultimate flexural strength), dimana

14
masing-masing adalah ukuran tegangan yang diperlukan untuk
mematahkan suatu bahan.

Tabel tingkat kekuatan tarik puncak beberapa bahan kedokteran gigi.

5. kekuatan kompresi (compressive strength)


6. kekuatan geser (shear strength)
7. kekuatan tekuk (flexural strength)

2.5 Perubahan Bentuk Plastis (Deformasi Plastis)


Kemampuan suatu bahan untuk bertahan terhadap tegangan di atas batas
kesetimbangannya sebelum patah namun bahan tersebut tidak kembali ke bentuk
semula bila gaya dilepaskan, disebut dengan deformasi plastis. Jadi bahan tersebut
tidak kembali ke dimensi semula bila gaya dibebaskan. Bahan tersebut tetap
tertekuk, teregang, terkompresi atau mengalami perubahan plastis lainnya.
(Anusavice, kenneth J., 2013). Pada gambar 7 dimana kurva dimulai menyimpang
dari jalan garis lurus, menunjukkan bahwa bahan tersebut telah melampaui batas
elastisnya dan mulai berubah bentuk secara permanen. Jika tegangan dilepaskan,
bahan tersebut tidak akan kembali ke bentuk semula. (Noort, Richard Van, 2007)

15
Kurva tegangan – regangan untuk deformasi plastis

Sketsa model atom yang menunjukkan


A. posisi awal atom, B. posisi atom setelah deformasi plastis.

2.6 Gabungan Perubahan Elastis dan Plastis


Berikut ini sifat dan parameter mekanis penting yang mengukur gabungan
sifat deformasi elastis dan plastis bahan kedokteran gigi, yaitu:
1. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah kemampuan permukaan suatu bahan untuk bertahan
terhadap goresan atau identasi. Identasi dihasilkan pada permukaan suatu
bahan dari gaya yang diaplikasikan dari ujung tajam atau partikel abrasif yang
berasal dari interaksi sejumlah sifat. Sifat-sifat yang berhubungan dengan
kekerasan suatu bahan adalah kekuatan kompresif, batas kesetimbangan, dan
kelenturan. (Anusavice, kenneth J., 2013)
Pengetahuan mengenai kekerasan bahan berguna untuk memberikan
informasi untuk dokter gigi. Kekerasan dari bahan kedokteran gigi dilaporkan
oleh Knoop, yang dapat dilihat dari tabel 1. Pada tabel tersebut menunjukkan

16
email lebih keras daripada dentin dan sementum. Untuk bahan kedokteran
gigi yang memiliki kekerasan paling tinggi adalah porcelain dan yang paling
rendah adalah akrilik. (Craig, robert G., et all, 2012)

Indentasi dentin lebih besar dari sementum.

Untuk bahan resin komposit, ukuran knoop hardness ditentukan


berdasarkan ukuran partikel filler. Resin komposit tradisional yang memiliki
ukuran filler relatif besar, sekitar 8-12 μm, knoop hardness number (KHN)
sebesar 55 kg/mm2. Resin komposit pengisi partikel kecil mempunyai ukuran
filler 1-5 μm, KHN sebesar 50-60 kg/mm2. Resin komposit mikrofil
mempunyai ukuran filler 0,04-0,4 μm, KHN sebesar 5-30 kg/mm2. KHN resin
komposit hybrid sebesar 50-60 kg/mm2. (Tarigan, I.H., 2011)

17
Tabel. 1. Hardness Knoop untuk bahan-bahan dental

2. Titik Luluh (Yield Point), Proof Stress, dan Puncak Kekuatan Tarik (Ultimate
Tensile Strength)
Yield point adalah titik bertahan dimana suatu benda saat terjadi
peningkatan pada regangan tanpa disertai penambahan pada tegangannya dan
terjadi perubahan secara plastik, lihat pada gambar 9. Perubahan tersebut
ditentukan dengan proof stress-nya. Contohnya, 0,1% proof stress adalah
tegangan berkoresponden dengan 0,1% regangan permanen atau plastis. Lihat
pada gambar 8, konstruksi garis menggambarkan dari 0,1% regangan pada
sumbu horizontal, paralel terhadap garis lurus bagian dari kurva tegangan-
regangan. 0,1% proof stress adalah titik persimpangan suatu garis pada grafik
tegangan-regangan. (Combe, E.C., 1992)

18
Gb. 8. 0,1 % proof stress

Suatu bahan masih dapat ditarik melewati batas ketahanannya sampai


batas puncak kekuatan atau yang disebut juga dengan ultimate strength. Jadi
Ultimate strength adalah kekuatan maksimal sampai pada titik patah.
(Anusavice, kenneth J., 2013). Lihat pada gambar 9 menggambarkan
pengujian mekanis suatu benda yang ditarik pada tingkat yang konstan,
terlihat tegangan tertingginya atau ultimate strength dan kemudian tegangan
menurun sebelum benda tersebut patah atau rusak. (Gladwin, Marcia, and
Bagby, Michael, 2000)

Gb. 9. Tipe tegangan – regangan dari pengujian sifat mekanis.

Ketika bahan mengalami siklus loading and unloading (seperti pada siklus
mastikasi), maka bahan bisa hancur meskipun tegangan yang diterima di
bawah puncak kekuatan tarik. Hal ini terjadi karena proses fatigue. Keretakan
kecil pada permukaan atau di dalam benda akan terbentuk dan lama kelamaan
berkembang sehingga pada akhirnya terjadi pecah/rupturnya struktur bahan.

19
Kurva fatigue pada glass-filled resin composite menunjukkan jumlah siklus
kegagalan struktur bahan pada berbagai tingkat tegangan. Semakin tinggi
frekuensi terjadinya tegangan pada benda, maka semakin sedikit siklus yang
diperlukan untuk terjadinya kegagalan.

2.7 Sifat-Sifat Mekanis Lainnya


Sifat-sifat mekanis lainnya yang juga berguna dalam bahan-bahan
kedokteran gigi yang perlu kita ketahui, yaitu:
1. Kerapuhan (Brittleness)
Brittleness adalah ketidakmampuan suatu bahan untuk berubah secara
plastis sebelum bahan tersebut menjadi patah. Misalnya, amalgam, komposit,
dan keramik, bahan-bahan tersebut menahan sedikit atau tidak sama sekali
perubahan secara plastis sebelum patah. Bahan rapuh akan patah pada atau
dekat batas kesetimbangan. Meskipun demikian, bahan yang rapuh tidak
selalu lemah tergantung tegangan pada bahan tersebut. (Anusavice, kenneth
J., 2013). Contoh grafik untuk bahan brittle keramik pada gambar 10, bahan
keramik sering patah di daerah garis lurus pada grafik. (Combe, E.C., 1992)

20
Gb. 10. Diagram tipe tarikan tegangan-regangan untuk bahan brittle
contoh keramik

Perbedaan tipe deformasi antara bahan brittle (kaca) dan ductile (tembaga)

2. Kelenturan dan Kemampuan Tempa (Ductility and Malleability)


Bila suatu struktur ditegangkan sampai batas kesetimbangan, struktur
tersebut menjadi berubah bentuk secara permanen. Bila suatu bahan menahan
tegangan tarik dan mengalami perubahan permanen tanpa pecah, bahan itu
dapat dikatakan lentur. Kelenturan menunjukkan kemampuan suatu bahan
untuk menahan perubahan permanen yang cukup besar di bawah beban tarik
tanpa menjadi pecah. Suatu logam yang dapat dibuat dengan mudah menjadi
kawat dikatakan lentur. Jadi kelenturan atau ductility adalah perubahan plastis
maksimal yang dapat ditahan suatu bahan bila diregangkan pada temperatur
kamar. (Anusavice, kenneth J., 2013)
Contoh dari tiga bahan yang mempunyai kelenturan berbeda-beda (persen
pemanjangan) dapat dilihat pada gambar 11. Bahan A adalah yang paling

21
lentur seperti terlihat dari kisaran regangan plastis yang terpanjang (daerah
kurva). Bahan C adalah bahan rapuh yang khas karena tidak mungkin
mengalami perubahan plastis dan fraktur dapat terjadi pada batas
kesetimbangan. (Anusavice, kenneth J., 2013)

Gb. 11. Tegangan – regangan dari bahan-bahan yang menggambarkan


perbedaan sifat mekanis. Puncak kekuatan tarik ; Batas
kesetimbangan.

Kemampuan bahan untuk menahan perubahan permanen tanpa pecah di


bawah beban kompresi, seperti pada menumbuk atau menggiling menjadi
lembaran dinamakan kemampuan tempa atau malleability. Hal ini tidak selalu
bergantung pada kekuatan seperti pada kelenturan. Emas adalah logam murni
yang paling lentur dan dapat ditempa, perak adalah yang kedua. Dari logam-
logam yang digunakan dalam kedokteran gigi, platinum menempati urutan
ketiga dalam kelenturan, dan tembaga menempati urutan ketiga dalam
kemampuan tempa. (Anusavice, kenneth J., 2013)

22
BAB III
SIFAT MEKANIS BAHAN PROSTODONSIA

Gigi tiruan berfungsi untuk mengganti bagian gigi yang hilang maupun
rusak dan diharapkan dapat berfungsi seperti pada saat pertama digunakan,
khususnya pada kekerasan yang merupakan sifat mekanik gigi. Pembuatan bahan
gigi tiruan keramik terus dilakukan dan dikembangkan dengan tujuan agar gigi
tiruan tersebut memenuhi standar dan memiliki kriteria yang mendekati gigi asli.
Keramik berasal dari kata keramikos yang berarti bahan yang terbakar
(dalam bahasa Yunani), Secara umum keramik bersifat keras dan rentan terhadap
fraktur karena sifat brittleness. Keramik adalah senyawa anorganik dari logam
atau non logam, dengan ikatannya ionik atau kovalen dan 2 biasanya terbentuk
pada suhu yang tinggi. Sifat keramik didapat melalui pencampuran feldspar,
kaolin dan kuarsa pada proses heat treatment yang terjadi pada suhu tinggi (firing)
Penggunaan aloi logam sebagai basis gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan
cekat menjadi populer. Aloi Cobalt-Chromium (Co-Cr) adalah salah satu aloi
logam terbaik di kedokteran gigi dengan beragam aplikasi klinis. Sifatnya adalah

23
strength yang tinggi, tidak menyerap noda, tahan panas, non magnet, resistensi
terhadap penggunaan, korosi dan tarnish, serta terdapat bahan Molybdenum dan
Tungsten sebagai penguat aloi. Tingkat modulus elastisitas yang tinggi
memberikan strength dan kekakuan tanpa penampang yang besar, sehingga bahan
logam ini ringan.
Aloi dengan dasar Co-Cr-paling sering digunakan dalam konstruksi gigi
tiruan kerangka logam, dan akhir-akhir ini sebagai alternatif dari aloi Ni-Cr dalam
pembuatan restorasi PFM, karena bahan ini bebas resiko respon alergi terhadap
Nickel. Berikut ini adalah tabel komposisi aloi Cobalt Chromium pada gigi tiruan
sebagian yang disediakan oleh pabrik.

Dapat dilihat dalam tabel bahwa Co aloi memiliki karakteristik nilai yield
strength yang tinggi, tingkat work hardening yang tinggi, fatigue terbatar terhadap
siklus stress, dan kemampuan untuk menyerap stress. Cr adalah elemen aloi
primer yang ditambahkan untuk meningkatkan strength karena adanya
pembentukan carbide dan solid solution strengthening dan memperkuat resistensi
terhadap korosi dan oksidasi. Namun, adisi Cr harus diperhatikan untuk mencegah
pembentukan fase Cr-rich sigma yang bersifat hard dan brittle. Mo ditambahkan
untuk memberi tambahan strength pada solid solution strengthening, yang terlibat
dalam pembentukan carbide yang mendukung presipitasi M6 C, sehingga
menambah resistensi korosi pada aloi. Berikut ini adalah sifat mekanis dan syarat
ISO untuk bahan cobalt chromium gigi tiruan sebagian.

24
Pada tabel ini terlihat beberapa sifat mekanis dari aloi komersil, bersama
dengan syarat ISO. Untuk desain gigi tiruan sebagian lepasan, lengan retentif
harus dapat tertekuk, dan menjaga bentuk aslinya dan memberi retensi gigi tiruan.
Cengkram yang terbuat dari aloi dengan nilai yield strength tinggi menunjukkan
resistensi tinggi terhadap deformasi plastis cengkram sebelum fraktur. Berikut ini
adalah tabel yang menunjukan komposisi dari logam Co-Cr terhadap aloi
keramik.

Pada tabel terlihat komponen logam baru seperti Ce, Ga, dan Nb, yang
memberi fluidity, mengendalikan ekspansi termal, dan modifikasi karakteristik
oksidasi dari aloi-aloi ini untuk mendapatkan ikatan logam keramik. Berikut ini
adalah tabel sifat mekanis dari aloi Co-Cr terhadap aloi keramik.

25
Hanya yield strength dan elongasi terspesifikasi sebagai syarat untuk aloi logam
keramik. Yield strength adalah penting dari sisi klinis, karena semakin tinggi nilai
sifat ini akan melindungi sistem logam keramik dari inisiasi deformasi plastik dan
maka dari itu muncul porcelain debonding, terutama pada area servikal yang tipis.
Pentingnya persentasi elongasi dipertanyakan, karena hanya sebagian kecil
deformasi permanen yang bisa menyebabkan fraktur porselen.

26
BAB IV
KESIMPULAN

Sifat mekanis adalah ilmu fisika yang berhubungan dengan daya dan energi
serta efeknya pada benda. Tujuan kita mempelajari sifat mekanis dari bahan-bahan
kedokteran gigi agar kita dapat mengetahui standar perbandingan ukuran dan
bentuk suatu bahan, dapat juga membandingkan sifat dari masing-masing bahan
serta memprediksi perilaku komponen-komponen dari suatu bahan.
Kelompok sifat mekanis yang nampak, paling sering dinyatakan dalam unit
tegangan dan regangan. Unit-unit tersebut mewakili pengukuran :
1. Perubahan bentuk elastis atau reversible, yaitu:
a. Batas Kesetimbangan atau Proportional Limit
b. Gaya Lenting atau Gaya Pegas atau Resilience
c. Modulus Elastisitas
2. Perubahan bentuk plastis atau irreversible, misalnya persentase elongasi
3. Gabungan perubahan elastis dan plastis, yaitu:
a. Kekerasan atau Hardness
b. Titik Luluh atau Yield point.
Adapun sifat-sifat mekanis lainnya yang juga berguna dalam bahan-bahan
kedokteran gigi, yaitu kerapuhan (Brittleness) serta kelenturan dan kemampuan
tempa (Ductility and Malleability).
Berdasarkan arah aplikasi gaya, dapat diklasifikasikan 3 jenis tegangan
sederhana, yaitu: tegangan tarik, tegangan kompresi, dan tegangan geser. Dan
tegangan kompleks yang dihasilkan oleh gaya fleksural atau tegangan tekuk.
Kapan pun terjadi suatu tegangan, akan menyebabkan deformasi atau regangan.
Regangan dapat bersifat elastis, plastis, atau kombinasi keduanya.
Kekuatan suatu bahan dalam menerima suatu gaya dapat digambarkan
dengan satu atau lebih sifat berikut:
1. Batas Kesetimbangan, tegangan yang bila melebihi nilai tersebut tidak lagi
seimbang dengan regangan.
2. Batas Elastis, tegangan maksimal yang dapat ditahan suatu bahan sebelum
bahan tersebut mengalami perubahan plastis.

27
3. Kekuatan Luluh (Yield Strength), tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu regangan plastis tertentu.
4. Kekuatan Puncak dari kekuatan tarik, geser, kompresi, dan fleksural,
masing-masing adalah ukuran tegangan yang diperlukan untuk
mematahkan suatu bahan.

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

28
Anusavice, Kenneth J. 2013. Phillips Science of Dental Materials. USA :
Saunders Elsevier Science.
Combe, E.C. 1992. Notes on Dental Materials. London : Churchill Livingstone.
Craig, Robert G., et all. 2012. Dental Materials Properties & Manipulation. St.
Louis, Missouri : Mosby.
F. McCabe and A. W. G. Walls, Applied Dental Materials, Blackwell Publishing,
Malden, Mass, USA, 2008.
O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd ed. Chicago: Quintessence
Publishing Co, Inc.; 2002.
Alla R.K. 2013. Dental Materials Science. India: Jaypee Brothers Medical
Publishers.
Yulismawati. 2015. Pengaruh rendaman Gigi Tiruan dalam larutan Jeruk Nipis
(Citrus Aurantifolia) terhadap Sifat Mekaniknya. [Skripsi]. Makassar:
Fakultas MIPA Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin.
Sinarwati. 2015. Pembuatan dan Pengujian Sifat Mekanik Gigi Tiruan dalam
Larutan The Hitam (Camelia sinensis) [Skripsi]. Makassar: Fakultas MIPA
Jurusan Fisika Universitas Hasanuddin.
Peskersoy C., Culha O. Comparative Evaluation of Mechanical Properties of
Dental Nanomaterials. Hindawi, Journal of Nanomaterials, vol.2017, 2017.
Chun K.J., Lee J.Y. Comparative study of mechanical properties of dental
restorative materials and dental hard tissues in compressive loads. Journal
of Dental Biomechanics, vol.5. 2014.
Anggraini N., Hasratiningsih Z., Subrata G. Composition, tensile strength, and
elastic modulus of Orden as cast post alloy. Padjadjaran Journal of
Dentistry. 2010;22(1):31-36.
Wang L., etc. Mechanical Properties of Dental Restorative Materials: Relative
Contribution of Laboratory Tests. J Appl Oral Sci. 2003; 11(3): 162-7.
Astudillo-Rubio D, Delgado-Gaete A, Bellot-Arcı ´s C, Montiel-Company JM,
PascualMoscardo ´ A, Almerich-Silla JM (2018) Mechanical properties of
provisional dentalmaterials: A systematic review and meta-analysis. PLoS
ONE. 2018
Jabbari Y.S. Physico-mechanical properties and prosthodontic applications of Co-
Cr dental alloys: a review of the literature. J Adv Prosthodont 2014; 6: 138-
45

29

Anda mungkin juga menyukai