Edisi Pertama
Copyright @ 2023
ISBN 978-623-09-5382-8
14,8 x 21 cm
113 h.
cetakan ke-1, 2023
Penulis
Penerbit
Manggala Jaya Technology
Kantor: Jl. Dinarmas Selatan IV. No.29 Kec.Tembalang Kota
Semarang
official@mediamanggala.com
www.mediamanggala.com
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi dengan cara apapun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotocopy tanpa izin sah
dari penerbit.
ii || MEKANIKA TEKNIK
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah
SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Buku Mekanika Teknik
Penulis
BAB 6 TRUSS...................................................................................... 82
iv || MEKANIKA TEKNIK
BAB 1
KONSEP DASAR MEKANIKA
MEKANIKA TEKNIK || 1
Prinsip Dasar Statika
K1
K2
-----------------------------
-------------
2 || MEKANIKA TEKNIK
Gambar 1.1 Gambaran Kesetimbangan
2. Paralelogram Gaya
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat
digantikan dengan satu gaya (gaya resultan) yang
diperoleh dengan menggambarkan diagonal jajaran
genjang dengan sisi kedua gaya tersebut. Hal ini dapat
ditunjukkan seperti pada Gambar 1.2.
3. Hukum Superposisi
Aksi suatu sistem gaya-gaya tertentu pada sebuah benda
kaku tidak akan berubah jika pada sistem gaya tersebut
ditambahkan dan dikurangi sistem gaya-gaya yang lain
yang setimbang. Gambaran umum tentang hukum ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 1.3.
MEKANIKA TEKNIK || 3
Gambar 1.3 Gambaran Hukum Superposisi
4. Hukum I Newton :
5. Hukum II Newton :
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak
sama dengan nol partikel tersebut akan memperoleh
percepatan sebanding dengan besarnya gaya resultan dan
dalam arah yang sama dengan arah gaya resultan tersebut.
4 || MEKANIKA TEKNIK
ΣF=m.a
Aksi = Reaksi
Prinsip Satuan
Mengacu pada Sistem Internasional (SI)
• Kecepatan : m/s
• Gaya :N
• Percepatan : m/s2
• Momen : N m atau Nmm
• Massa : kg
• Panjang : m atau mm
• Daya :W
• Tekanan : N/m2 atau pascal (Pa)
• Tegangan : N/mm2 atau Mpa
• Dll
Simbol Satuan
MEKANIKA TEKNIK || 5
Sistem Gaya
Resultan Gaya
6 || MEKANIKA TEKNIK
Sebuah gaya yang menggantikan 2 gaya atau lebih yang
mengakibatkan pengaruh yang sama terhadap sebuah benda,
dimana gaya-gaya itu bekerja disebut dengan resultan gaya.
MEKANIKA TEKNIK || 7
Gambar 1.7 Resultan Gaya Metode Poligon
Komponen Gaya
8 || MEKANIKA TEKNIK
Gambar 1.6 Penguraian Gaya
RX = Σ FX
RY = Σ FY
1.1 Rangkuman
Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan
kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya yang
bereaksi pada benda tersebut. Mekanika sendiri dapat dibedakan
menjadi mekanika benda tegar (mechanics of rigid bodies),
mekanika benda berubah bentuk (mechanics of deformable) dan
mekanika fluida (mechanics of fluids).
MEKANIKA TEKNIK || 9
1.2 Referensi
Beer, Ferdinand P. E. Russell Johnston, Jr. Mechanics of
Materials. Second Edition. McGraw-Hill Book Co.
Singapore. 1985.
Beer, Ferdinand P., E. Russell Johnston. Vector Mechanics for
Engineers: STATICS. 2nd edition. McGraw Hill. New York.
1994.
El Nashie M. S. Stress, Stability and Chaos in Structural
Analysis: An Energy Approach. McGraw-Hill Book Co.
London. 1990.
Ghali. A. M. Neville. Structural Analysis. An Unified Classical
and Matrix Approach. Third Edition. Chapman and Hall.
New York. 1989.
Kamarwan, Sidharta S. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik.
Edisi ke-2. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 1995.
Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of Machine Design. S.I.
Units. Eurasia Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi.
2004.
Khurmi, R.S. trength Of Materials. S. Chand & Company Ltd.
New Delhi. 2001.
Popov, E.P. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 1984
10 || MEKANIKA TEKNIK
1.3 Latihan Soal
1. Tentukan resultan dari gaya-gaya berikut dengan metode
grafis dan analisis.
MEKANIKA TEKNIK || 11
Jawaban
1. a. N
b. lb
2. c. Fx= lb, Fy= lb, R= lb
d. Fx= N, Fy= N, R= N
12 || MEKANIKA TEKNIK
BAB 2
STATIKA BENDA TEGAR
Kopel
Kombinasi 2 buah gaya yang sama besar, garis aksi sejajar arah
saling berlawanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Momen
Kecendurungan suatu gaya untuk memutar benda tegar sekitar
sebuah sumbu diukur oleh momen gaya terhadap sumbu tersebut.
Misal seperti pada Gambar 2.2:
MEKANIKA TEKNIK || 13
Gambar 2.2 Gambaran Momen Gaya
MA = F . d
Dengan:
F = Gaya (N)
14 || MEKANIKA TEKNIK
Momen Kopel
Pada Gambar 2.3 diketahui bahwa jumlah M disebut momen dari
kopel. M tidak tergantung pada pemilihan A sehingga momen M
suatu kopel adalah tetap besarnya sama dengan F.d dimana F
besar gaya dan d adalah jarak antara ke dua garis aksinya.
F = F’ F → M.A (+)
d = d1 – d2 F’ → M.A (-)
M = F.d1 – F.d2
M = F (d1 – d2)
M = F.d
MEKANIKA TEKNIK || 15
Gambar 3.3 Momen Kopel
M = (P + S) p = Pp + Sp = R.p
16 || MEKANIKA TEKNIK
Teorema Varignon
Momen sebuah gaya terhadap setiap sumbu, sama dengan jumlah
momen komponen gaya (Fx, Fy), terhadap sumbu yang
bersangkutan.
➢ Momen dihitung dengan cara mengalikan gaya jarak
terhadap satu pusat momen.
➢ Gaya harus tegak lurus terhadap sumbu momen.
➢ Jika tidak tegak lurus, maka harus dicari komponen gaya
tegak lurus, baik Fx maupun Fy.
Contoh Soal
1. Sebuah gaya F : 800 N bekerja di braket seperti pada
gambar. Tentukan momen terhadap B.
MEKANIKA TEKNIK || 17
Penyelesaian:
18 || MEKANIKA TEKNIK
Makan Jumlah Momen di B adalah:
2.3 Rangkuman
1. Kombinasi 2 buah gaya yang sama besar, garis aksi
sejajar arah saling berlawanan, disebut kopel.
2. Kecendurungan suatu gaya untuk memutar benda tegar
sekitar sebuah sumbu diukur oleh momen gaya terhadap
sumbu tersebut, disebut Momen.
2.4 Referensi
MEKANIKA TEKNIK || 19
Rochim, T., 2001, Spesifikasi, Metrologi, dan Kontrol Kualitas
Geometrik, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Sidi, P., 2009, Modul Ajar Teori Teknologi Mekanik, Jurusan
Teknik Pemesinan Kapal-PPNS, Surabaya.
20 || MEKANIKA TEKNIK
2.5 Soal Latihan
1. Sebuah gaya 300 N bekerja pada ujung tuas yang
panjangnya 3 m. Tentukan momen gaya tersebut terhadap
O.
MEKANIKA TEKNIK || 21
komponen sepanjang AB dan yang berarah tegak lurus
terhadap AB.
Jawaban
1. 300,8 N.m
2. N.m
22 || MEKANIKA TEKNIK
BAB 3
KONSEP KESETIMBANGAN
MEKANIKA TEKNIK || 23
➢ Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa benda
tidak bergerak dalam arah translasi atau arah rotasi
(diam).
1. Tumpuan sendi
2. Tumpuan bidang datar
3. Tumpuan rol
4. Tumpuan tali
5. Tumpuan jepit
6. Pendel
7. Tumpuan gesek
8. Tumpuan titik
24 || MEKANIKA TEKNIK
1. Tumpuan Rol
Sifat-sifat pada tumpuan rol adalah sebagai berikut:
MEKANIKA TEKNIK || 25
Contoh aplikasi tumpuan rol adalah pada stuktur bawah
jembatan seperti pada Gambar 3.1.
26 || MEKANIKA TEKNIK
Gambar 3.1 Aplikasi Tumpuan Rol Pada Stuktur Atas Jembatan
2. Tumpuan Sendi/Engsel
Adapun sifat-sifat dari tumpuan sendi antara lain:
28 || MEKANIKA TEKNIK
3. Tumpuan Jepit
Adapun sifat-sifat dari tumpuan jepit adalah sebagai
berikut:
c) momen (M)
MEKANIKA TEKNIK || 29
Beban (muatan)
Merupakan aksi/gaya/beban yang mengenai struktur. Beban dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan cara bekerja dari
beban tersebut.
1. Beban titik/beban terpusat.
Beban yang mengenai struktur hanya pada satu titik tertentu
secara terpusat.
30 || MEKANIKA TEKNIK
3. Beban momen.
Beban momen dapat berupa adanya beban titik pada
konstruksi menimbulkan momen atau momen yang
memang diterima oleh konstruksi seperti momen punter
(torsi) pada poros transmisi.
MEKANIKA TEKNIK || 31
➢ Dalam konstruksi mekanika teknik yang sesungguhnya,
beban yang dialami oleh struktur merupakan beban
gabungan. Misalnya sebuah jembatan dapat mengalami
beban titik, beban bergerak, beban terbagi merata, beban
angin dll.
➢
➢ Semua beban harus dihitung dan menjadi komponen
AKSI, yang akan diteruskan ke tumpuan/peletakan,
dimana tumpuan akan memberikan REAKSI, sebesar
aksi yang diterima, sehingga terpenuhi :
AKSI = REAKSI
Kasus Sederhana
1. Balok Sederhana
32 || MEKANIKA TEKNIK
b) Σ Fy = 0 → RVA + RVB – F = 0
c) Σ MA = 0 → F . a - RVB . L = 0
d)
a) Σ MA = 0 diperoleh RVB
b) Σ MB = 0 diperoleh RVA
c) Σ Fy = 0 untuk pengecekan hasil perhitungan
d) Σ Fx = 0 → RHA = 0 (tidak ada aksi)
MEKANIKA TEKNIK || 33
3. Balok sederhana dengan beban merata.
➢ Beban terbagi merata Q (N/m)
Total beban = Q x L dengan L panjang beban.
➢ Beban terbagi merata dapat diwakili oleh satu beban titik
yang posisinya berada ditengah-tengah (titik berat beban),
digambarkan oleh FR = Q x L
a) Σ MA = 0
RVB = ½ QL = ½ FR
b) Σ MB = 0
RVA = ½ QL = ½ FR
c) Σ FH = 0, RHA = 0 (tidak ada gaya horisontal)
34 || MEKANIKA TEKNIK
4. Balok sederhana dengan beban overhang.
MEKANIKA TEKNIK || 35
6. Balok Kantilever
36 || MEKANIKA TEKNIK
Contoh Soal
1.
2.
MEKANIKA TEKNIK || 37
Penyelesaian:
38 || MEKANIKA TEKNIK
Penyelesaian:
Fbeban = 2400 kg x 10 m/s2 (percepatan gravitasi)
= 24000 N = 24 kN
Fderek = 1000 kg = 10000 N = 10 kN
MEKANIKA TEKNIK || 39
Diagram Benda Bebas
40 || MEKANIKA TEKNIK
3.3 Rangkuman
Keseimbangan suatu benda tegar secara analitis adalah :
1. jumlah gaya arah x (horizontal) = 0 ( ΣFx = 0 atau ΣH
=0)
2. jumlah gaya arah y (vertical) = 0 ( ΣFy = 0 atau ΣV =
0)
3. jumlah momen = 0 ( ΣM = 0 )
3.4 Referensi
Beer, Ferdinand P. E. Russell Johnston, Jr. Mechanics of
Materials. Second Edition. McGraw-Hill Book Co.
Singapore. 1985.
Beer, Ferdinand P., E. Russell Johnston. Vector Mechanics for
Engineers: STATICS. 2nd edition. McGraw Hill. New
York. 1994.
El Nashie M. S. Stress, Stability and Chaos in Structural
Analysis: An Energy Approach. McGraw-Hill Book Co.
London. 1990.
Ghali. A. M. Neville. Structural Analysis. An Unified Classical
and Matrix Approach. Third Edition. Chapman and Hall.
New York. 1989.
Kamarwan, Sidharta S. STATIKA Bagian Dari Mekanika Teknik.
edisi ke-2. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 1995.
MEKANIKA TEKNIK || 41
Khurmi, R.S. J.K. Gupta. A Textbook of Machine Design. S.I.
Units. Eurasia Publishing House (Pvt) Ltd. New Delhi.
2004.
Khurmi, R.S. Strenght Of Materials. S. Chand & Company Ltd.
New Delhi. 2001.
Popov, E.P. Mekanika Teknik. Terjemahan Zainul Astamar.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 1984.
42 || MEKANIKA TEKNIK
3.5 Latihan Soal
1. Tentukan gaya reaksi yang bekerja pada struktur
sederhana seperti gambar di bawah ini dengan cara
analitis!
MEKANIKA TEKNIK || 43
3.
4.
44 || MEKANIKA TEKNIK
Jawaban
1. VA = 10 kN
VB = 10 kN
2. RVB = 21 kN
RVA = 6 kN
RHB = 0
3. Ftotal= 40 kN
Σ MA = 0
RVB = 23,4 kN ( ↑ )
RVA = 39,6 kN ( ↑ )
RHA = 0
4.
MEKANIKA TEKNIK || 45
➢ Tegangan tali (T) = 150 kN
TX = T sin 36,87º = 150 sin 36,87º = 90 kN
Ty = T cos 36,87º = 150 cos 36,87º = 120 kN
➢ Σ FX = 0
RHE – TX = 0
RHE = TX = 90 kN ( ← )
➢ Σ Fy = 0
RVE – Ty – 20 – 20 – 20 – 20 = 0
RVE = 200 kN ( ↑ )
➢ Σ ME = 0
ME + 20(7,5) + 20(5,4) + 20 (3,6) + 20(1,8) – Ty(4,5) = 0
ME = 174 kN.m ( BJJ )
5. RHA = 5 – (1)(3) = 5 – 3 = 2 kN ( ← )
RVB= 7,94 kN ( ↑ )
RVA= -0,94kN ( ↓ )
46 || MEKANIKA TEKNIK
BAB 4
GAYA DALAM
A NX
P P
Gambar 4.1 Gaya Normal bekerja sepanjang sumbu batang
48 || MEKANIKA TEKNIK
MX
A
P`
LX
M`
X
P
P
B
Gambar 4.2. Gaya Lintang dan Momen Lentur pada jarak X dari
B.
Gaya dalam yang menahan aksi P` dan momen M` adalah LX dan
MX. Gaya dalam yang tegak lurus terhadap sumbu batang
dinamakan Gaya Lintang/Geser (Shear Force) diberi notasi LX
dan momen yang mendukung lentur dinamakan Momen
Lentur/Lengkung (Bending Moment) bernotasi MX.
M ki
- Mka
M ki +
Mka
c. Momen Lentur
Gambar 4.3. Perjanjian tanda gaya-gaya dalam
50 || MEKANIKA TEKNIK
Misal sebuah kantilever mendapat beban P1 = 10 ton dengan tg
= 4/3 pada titik A, dan P2 = 12 ton pada titik C, seperti gambar
3.4. Tentukan besarnya gaya normal, gaya lintang dan momen
lentur dititik I dan II.
Langkah 1.
Mencari keseimbangan gaya luar. P1 diuraikan menjadi X1 = P
cos = 10 x 3/5 = 6 ton dan Y1 = P sin = 10 x 4/5 = 8 ton,
sehingga didapat reaksi
HB = 6 ton (), VB = 20 ton (), dan MB = 96 Tm.
P1 P2
Y1
I II MB
X1 A C B HB
1m 1m 2m 2m
6m VB
Langkah 2.
Mencari keseimbangan gaya dalam. Kita lihat pada titik I, dengan
menganggap A-I sebagai freebody yang seimbang, maka akan
tampak gaya-gaya dalam yang harus mengimbangi gaya luar
(lihat Gambar 4.5).
X1 NI
L I P2
MI L I
II MB
NI
C B HB
VB
52 || MEKANIKA TEKNIK
Y1 P2
M II
N II
X1 C
L II
L II
MB
N II
B HB
M II
VB
0 -6T -8T 0
1 -6T -8T - 8 Tm
2 -6T -8T - 16 Tm
MB
A C B HB
4m 2m
6m
VB
q 2
M = q.x.dx = q x.dx = x = (q.x) 1 2 x
2
54 || MEKANIKA TEKNIK
q = 10 T/m
MC
C
A
x LC
dx
LC
MC MB
C B
VB
M MB
A B
Gambar 4.9. Kantilever dengan beban momen
Maka gaya dalam yang ada hanya momen lentur bernilai negatif
(batang cekung ke bawah).
56 || MEKANIKA TEKNIK
P=2T
A B
6 4
VA VB
q = 2 T/m
A B
3
C 4
D 3
VA VB
58 || MEKANIKA TEKNIK
Keseimbangan gaya dalam (ditinjau dari titik A) lihat Gambar
4.12:
Untuk 0 x 3, MX = VA . x dan LX = VA → LA = VA = LC
M0 = 0, M3 = 4 . 3 = 12 Tm dan L0 = 4 T dan L3 = 4 T
L A
L B
MA
A B
C D
MB
VA VB
MC MD
L C
L D
M = 10 Tm
A B
6 4
VA VB
60 || MEKANIKA TEKNIK
M0 = 0
M6 = -1 . 6 = - 6 Tm
L0 = -1 T
L6 = -1 T
6 x 10, MX = VB . (10 – x) dan LX = - VB
M6 = 1 (10 – 6) = 4 Tm, M10 = 1 (0) = 0, dan L6 = - 1 T, L10 = - 1
T
P=4T
A B
10 m 2m
VA VB
Gambar 4.14. Balok Pinggul dengan Beban Terpusat
62 || MEKANIKA TEKNIK
q = 2 T/m
A B
6m 4m 2m
VA VB
Gambar 4.15. Balok Berpinggul dengan Beban Terbagi Merata
Keseimbangan dalam:
0 x 6, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 1,2 . 0 = 0
M6 = 1,2 . 6 = 7,2 Tm
L0 = 1,2 T
L6 = 1,2 T
6 x 10, MX = VA . x – (q/2)(x - 6)2 dan LX = VA – q (x – 6)
M6 = 1,2 . 6 – (2/2) (6 – 6)2 = 7,2 Tm, M8 = 1,2 . 8 – (2/2) (8 – 6)2
= 5,6 Tm,
M10 = 1,2 . 10 – (2/2) (10 – 6)2 = - 4 Tm, dan L6 = 1,2 – 2 (6 – 6)
= 1,2 T, L7 = 1,2 – 2 (7 – 6) = - 0,8 T, L10 = 1,2 – 2 (10 – 6) = -
6,8 T
10 x 12, MX = – (q/2)(12 - x)2 dan LX = q/2 . (12 – x)
M = 24 Tm
A B
10 m 2m
VA VB
Gambar 4.16. Balok Berpinggul dengan Beban Momen
Keseimbangan luar:
VA = - M/L = - 24/10 = - 2,4 T, dan VB = M/L = 24/10 = 2,4 T
Keseimbangan dalam:
0 x 10, MX = VA . x dan LX = VA
M0 = 2,4 . 0 = 0, M10 = 2,4 . 10 = 24 Tm, dan L0 = L6 = 2,4 T
10 x 12, MX = – M dan LX = 0
M10 = - 24 Tm = M12 dan L10 = L12 = 0
64 || MEKANIKA TEKNIK
4.3. Rangkuman
Dalam Suatu Konstruksi ada beberapa gaya dalam yang
bekerja, yaitu:
1. Momen
2. Gaya Lintang
3. Gaya Normal
4.4. Referensi
Ferdinand P. Beer, E. Russell Johnston, Jr, [1981], Mechanics of
Materials, Student edition, McGraw-Hill Kogakusha, Ltd.
Hibbler, R.C., [2000], Mechanics of Materials, Fourth Edition,
New Jersey, Prentice Hall.
Timoshenko, S.P., Gere, J.M., [1984], Mechanics of Materials,
Second SI Edition, PWS Egineering, Boston,
Massachusetts.
2.
66 || MEKANIKA TEKNIK
Jawaban
1.
2.
68 || MEKANIKA TEKNIK
Gambar 5.1 Bahan yang elastis akan bertambah panjang saat
diberi gaya.
Ada tiga besaran yang perlu diperhatikan pada sifat ini yaitu
seperti penjelasan berikut.
a. Regangan atau strain
b. Tegangan atau stress
c. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas adalah besaran yang menggambarkan
tingkat elastisitas bahan. Modulus elastisitas disebut juga
MEKANIKA TEKNIK || 69
modulus Young yang didefinisikan sebagai perbandingan
stress dengan strain.
Tegangan (Stress)
70 || MEKANIKA TEKNIK
Gambar 5.2 (a) memperlihatkan sebuah batang yang penampang
lintangnya uniform dan luasnya A. Batang ini pada masing–
masing ujungnya mengalami gaya tarik F yang sama besarnya
dan berlawanan arahnya. Dikatakanlah bahwa batang itu dalam
keadaan tertegang.
Tegangan didefinisikan sebagai:
(5.1)
MEKANIKA TEKNIK || 71
2. Tegangan geser adalah gaya yang bekerja pada benda
sejajar dengan penampang.
3. Tegangan volume adalah gaya yang bekerja pada suatu
benda yang menyebabkan terjadinya perubahan volume
pada benda tersebut tetapi tidak menyebabkan bentuk
benda berubah.
72 || MEKANIKA TEKNIK
adalah perubahan panjang Δl dibagi dengan panjang awal benda l
.
Secara matematis dapat ditulis:
atau e = Δl / l
(5.2)
Modulus Elastisitas
MEKANIKA TEKNIK || 73
(5.3)
atau (5.4)
Contoh Soal 1
Kawat logam panjangnya 80 cm dan luas penampang 4 cm2.
Ujung yang satu diikat pada atap dan ujung yang lain ditarik
dengan gaya 50 N. Ternyata panjangnya menjadi 82 cm.
Tentukan:
a. regangan kawat,
b. tegangan pada kawat,
c. modulus elastisitas kawat!
74 || MEKANIKA TEKNIK
Penyelesaian:
l0 = 80 cm
l = 82 cm
Δl = 82 - 80 = 2 cm
A = 4 cm2 = 4.10- 4 m2
F = 50 N
Hukum Hooke
MEKANIKA TEKNIK || 75
dipengaruhi bahan dari bendanya. Dapat kita ambil contoh grafik
keelastisitasan suatu logam kenyal pada Gambar 5. 4.
76 || MEKANIKA TEKNIK
dengan pertambahan panjang pegas. Konstanta perbandingannya
dinamakan konstanta pegas dan disimbulkan k. Sehingga dapat
dituliskan persamaan:
(5.5)
Dengan:
F = gaya (N)
Δx = pertambahan panjang pegas (m)
k = konstanta pegas (N/m)
MEKANIKA TEKNIK || 77
Contoh Soal
78 || MEKANIKA TEKNIK
5.1 Rangkuman
Ada tiga besaran yang perlu diperhatikan pada sifat
elastisitas bahan, yaitu seperti penjelasan berikut.
a. Regangan atau strain
b. Tegangan atau stress
c. Modulus elastisitas
5.2 Referensi
Ferdinand P. Beer, E. Russell Johnston, Jr [1981], Mechanics of
Materials, Student edition, McGraw-Hill Kogakusha,Ltd.
Hibbler, R.C., [2000], Mechanics of Materials, Fourth Edition,
New Jersey, Prentice Hall.
Timoshenko, S.P., Gere, J.M., [1984], Mechanics of Materials,
Second SI Edition, PWS Egineering, Boston, Massachusetts.
William Nash, Strength of Materials, 1999, Strength of Materials
(Schaum’s Outlines), McGraw-Hill International Book
Company.
MEKANIKA TEKNIK || 79
5.3 Latihan Soal
1. Batangan seperti gambar berikut ini direkatkan untuk
menopang gaya 50 kN. Bagian atas terbuat dari baja dan
memiliki panjang 10 m, berat jenis 7.7 x 104 Nm-3 dan
luas 6000 mm2, bagian bawah terbuat dari kuningan dan
memiliki berat jenis 8.25 x 104 Nm-3, panjang 6 m serta
luas 5000 mm2. Modulus elastisitas baja adalah 200 GNm-
2
dan modulus elastisitas kuningan 90 GNm-2, carilah
tegangan maksimum yang terjadi!
80 || MEKANIKA TEKNIK
3. Tabung antara batang perunggu dan batang baja diikat
secara kaku seperti diperlihatkan pada gambar. Beban
aksial bekerja pada kedudukan seperti diperlihatkan pada
gambar. Carilah tegangan pada setiap beban!
Jawaban
1. 9.5 Mpa
2. dan
3. σb = 28.6 Mpa
σa = 5 Mpa
σs = 12.5 Mp
MEKANIKA TEKNIK || 81
BAB 6
TRUSS
82 || MEKANIKA TEKNIK
➢ Pembahasan dibatasi pada: statis tertentu atau rangka
batang sederhana.
MEKANIKA TEKNIK || 83
Gambar 6.2 Aplikasi Rangka Batang Sederhana
84 || MEKANIKA TEKNIK
Kekakuan Rangka Batang
MEKANIKA TEKNIK || 85
➢ Berlaku Hukum III Newton : Aksi = reaksi (gaya besar
sama tetapi arah berlawanan).
➢ Digunakan untuk menghitung gaya pada semua.
Contoh Soal
1. Cari reaksi di tumpunan dari konstruksi rangka batang
sederhana berikut dan hitung gaya masing-masing batang
serta tentukan gaya tarik atau tekan.
Penyelesaian:
Pengecekan stabilitas :
Jumlah simpul (S) = 4
Jumlah batang (B) = 5
Jumlah reaksi (R) = 3
2S – B – R = 2(4) – 5 – 3 = 0 Rangka batang stabil
Σ MB = 0
RVC (3,5) – 70 (1,2) – 24 (7) = 0
RVC = 72 kN (↑)
Σ MC = 0
86 || MEKANIKA TEKNIK
RVB (3,5) + 70 (1,2) + 24 (3,5) = 0
RVB = - 48 kN (↓)
Pengecekan :
Σ FV = 0 = 72 – 24 – 48 = 0 perhitungan benar
• Σ FHB = 0
RHB - 70 = 0
RHB = 70 kN (←)
Untuk menghitung besar gaya pada tiap simpul, maka
digunakan prinsip polygon gaya tertutup. Analisis tiap
simpul dapat dibuat dalam bentuk diagram yang dikenal
dengan Diagram Maxwell.
MEKANIKA TEKNIK || 87
88 || MEKANIKA TEKNIK
Hasil Akhir
MEKANIKA TEKNIK || 89
4. Batang yang akan dihitung gaya batangnya dianggap
mengalami tarikan dan diberi nilai positif (+). Hal ini
dimaksudkan sebagai asumsi awal untuk mempermudah
analisis.
5. Maksimum jumlah batang yang dapat/boleh dipotong
adalah: 3 batang.
6. Analogi pernyataan prinsip dasar tersebut ditunjukkan
pada Gambar 6.3.
Jika diinginkan untuk mencari harga gaya pada batang BD, BE,
BC maka dapat
90 || MEKANIKA TEKNIK
dilakukan pemotongan pada tersebut ditunjukkan dengan garis (n
– n ).
FBE dapat diuraikan arah x dan y (vertikal dan horisontal)
Untuk menyelesaikan :
➢ FBD dengan Σ ME = 0
➢ FCE dengan Σ MB = 0
➢ FBE dengan Σ Fy = 0
➢ Di cek dengan Σ FX = 0 , Σ Fy = 0 , Σ M = 0
Contoh Soal
Cari gaya pada bagian EF dan GI pada rangka batang berikut.
Apakah rangka batang seimbang/stabil ? Gunakan metode
potongan.
MEKANIKA TEKNIK || 91
Penyelesaian:
Potongan n – n untuk mencari FEF
Potongan m – m untuk mencari FGI
➢ Σ MB = 0
RVJ (32) – 28(8) – 28(24) – 16(10) = 0
RVJ = 33 kN ( ↑ )
➢ Σ MJ = 0
RVB (32) + 16 (10) – 28 (24) – 28 (8) = 0
RVB = 23 kN ( ↑ )
➢ Σ FX = 0
RHB – 16 = 0
RHB = 16 kN ( ← )
Mencari FEF / FDF / FEG
92 || MEKANIKA TEKNIK
Asumsikan :
FEG , FEF , FDF = gaya tarik
➢ Σ Fy = 0
FEF + 28 – 23 = 0
FEF = - 5 kN (tekan)
➢ Σ ME = 0
FDF (10) + 28 (8) – 16 (10) = 0
FDF = - 6,4 kN (tekan)
➢ Σ MX = 0
FEG – 16 – 6,4 = 0
FEG = 22,4 kN (tarik)
Mencari FGI
Σ MH = 0
FGI (10) + 33 (8) – 16 (10) = 0
FGI = - 10,4 kN (tekan)
MEKANIKA TEKNIK || 93
6.3. Rangkuman
1. Rangka batang terdiri dari batang-batang lurus yang
berhubungan pada titik-titik kumpul (SIMPUL) yang
terletak di setiap ujung batang.
2. Untuk menganalisi struktur rangka batang, dilakukan 2
langkah, yaitu:
➢ Memeriksa kekakuan rangka, untuk statis tertentu
harus memenuhi: 2S – B – R = 0.
➢ Menghitung keseimbangan gaya dalam.
Σ FX = 0 , Σ Fy = 0 , Σ M = 0
6.4. Referensi
MEKANIKA TEKNIK || 95
Jawaban
1. RVC = 60 kN (←), RVA = - 60 kN (→), RHA = 105 kN
(↑), FAB = 65 kN (tarik di simpul), FHAC = 80 kN (tarik
di simpul), FBC = 100 kN (tekan di simpul)
96 || MEKANIKA TEKNIK
2. RVC = 19 kN (↑),RVC = 19 kN (↑),FVDA = 7 kN ( tekan
di simpul A), FBD = 25,5 kN (tekan di simpul D), FHDE
= 22,5 kN (tarik di simpul D)
MEKANIKA TEKNIK || 97
98 || MEKANIKA TEKNIK
BAB 7
TEGANGAN GESER
MEKANIKA TEKNIK || 99
Gambar 7.1 Diagram Tegangan Geser
Sebagai suatu contoh dapat dilihat pada sambungan baut seperti
pada Gambar 7.2. Tegangan geser pada baut diciptakan olah aksi
langsung dari gaya-gaya yang mencoba mengiris bahan.
Tegangan geser dapat diperoleh dengan membagi gaya geser
terhadap luas.
(7.1)
Dimana, τ = Gaya geser (MPa)
A = luas bidang geser
τ = G⏀ (7.2)
Dimana,
τ = Tegangan geser (MPa)
G = Modulus geser (N/m2)
⏀ = Regangan geser (rad)
Regangan
Ketika suatu penampang mendapat dua gaya yang sama besar dan
berlawanan arah dan bekerja secara tangensial pada penampang
tersebut, akibatnya benda tersebut cendrung robek melalui
(7.3)
atau
atau (7.4)
Dimana:
(7.5)
Misalkan tegangan geser ini bekerja pada sisi AB, CD, CB dan
AD. Kita tahu bahwa akibat dari tegangan ini akan berupa
tegangan tarik pada diagonal BD dan tegangan tekan pada
diagonal AC. Maka regangan tarik pada diagonal BD karena
tegangan tarik pada diagonal BD:
(7.6)
(7.7)
(7.8)
Dengan Menyamakan persamaan 7.5 dan 7.8, maka:
(7.9)
Dimana,
m = modulus rigiditas
E = modulus elastisitas
Contoh Soal
1. Sebuah sambungan terlihat seperti gambar, jika P= 30 kN
carilah tegangan geser yang terjadi pada a-a.
7.2 Referensi
2. 19.3MPa
3.