Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin terlihat

nyata. Dengan kesadaran ini, pemerintah dan masyarakat, terutama pendidik,

mencurahkan sebagian besar tenaga, dana dan pikirannya untuk meningkatkan

mutu pendidikan. Misalnya melakukan perubahan kurikulum, perubahan

teknik pengajaran dan penyelenggaraan kerja sama antara lembaga pendidikan

dengan lembaga lain (Kadir dan Ma’sum, 1982). Untuk meningkatkan mutu

pendidikan, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain, (1)

menerbitkan suplemen kurikulum 1994 yang berisi tentang materi pelajaran

mana yang masih tetap diajarkan pada kelas-kelas tertentu dan materi mana

yang tidak perlu lagi diajarkan serta materi yang wajib diajarkan (Depdikbud,

1994), (2) mendirikan sekolah-sekolah baru, dan (3) meningkatkan perbaikan

proses belajar mengajar dan hasil belajar melalui pelatihan-pelatihan guru-

guru.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bentuk satuan

pendidikan menengah yang mempersiapkan siswanya agar dapat bekerja baik

secara mandiri, mampu bekerja di dunia usaha dan industri sesuai dengan

program keahlian yang dimiliki. Oleh karena itu SMK memuat program

produktif yang berfungsi membekali siswa agar memiliki kompetensi atau

kemampuan pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan dengan

tuntutan dan permintaan dunia kerja. Program produktif berbasis kompetensi


2

yang menekankan pada pembekalan penguasaan kompetensi kepada siswa

yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan tata nilai secara tuntas

dan utuh.

Salah satu program produktif pada bidang keahlian Teknik Mesin

yaitu mata diklat Gambar Teknik Mesin. Gambar Teknik Mesin merupakan

salah satu mata diklat yang diberikan kepada seluruh siswa jurusan Teknik

Mesin. Gambar Teknik Mesin mendidik dan mempersiapkan siswa untuk

mampu menuangkan ide dan gagasan keteknikannya (terutama dalam bidang

teknik pemesinan) ke dalam bentuk gambar agar mudah dipahami dan

dimengerti.

Pada umumnya Gambar Teknik Mesin dirasakan lebih sulit untuk

dipahami dari pada mata diklat lainnya terutama dibandingkan dengan mata

diklat praktikum. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya kesesuaian

antara kemampuan siswa dengan cara penyajian materi sehingga Gambar

Teknik Mesin dirasakan sebagai mata diklat yang sulit untuk diterima.

Seorang guru harus dapat menentukan strategi pengajaran yang sesuai dengan

kemampuan siswanya sehingga mudah dipahami. Dengan kata lain Gambar

Teknik Mesin merupakan bahasa teknik dimana orang-orang teknik dapat

berinteraksi dalam proses pegerjaan benda kerja hanya dengan bahasa gambar.

Dari gambar-gambar Teknik Mesin tersebut diperoleh petunjuk atau informasi

tentang ukuran, proses pengerjaan, dan benda kerja yang akan dibuat. Jika

orang teknik tidak menguasai Gambar Teknik Mesin maka ia tidak akan
3

mampu menterjemahkan maksud dari ide-ide yang akan dituangkan ke dalam

benda nyata (produk yang diinginkan).

Dari hal di atas terlihat bahwa pentingnya Gambar Teknik Mesin bagi

siswa karena dengan Gambar Teknik Mesin siswa akan mampu dalam

melakukan penuangan ide-ide atau gagasan dalam merancang suatu benda

kerja yang dapat dipahami oleh orang-orang teknik lainnya sehingga dapat

diperoleh suatu benda kerja yang sesuai dengan rancangannya, begitu juga

sebaliknya jika siswa dihadapkan pada suatu rancangan benda kerja yang

diberikan oleh orang lain maka ia juga dapat membuat benda kerja tersebut

sesuai dengan rancangan yang diberikan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa jika siswa tidak mampu menguasai Gambar Teknik Mesin maka siswa

tersebut tidak akan mampu bersaing dalam dunia kerja (dalam bidang industri

dan teknik) ketika ia telah dihadapkan dengan dunia kerja yang nyata, karena

siswa tersebut tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa teknik. Maka dari

itu setiap siswa sangat dituntut untuk menguasai konsep Gambar Teknik

Mesin secara utuh dan menyeluruh.

Namun pada kenyataannya masih banyak siswa yang belum menguasai

konsep Gambar Teknik Mesin secara menyeluruh seperti yang terjadi di kelas

X Mesin SMK 1 Sumbar, hasil belajar Gambar Teknik Mesin siswa masih

banyak yang belum memenuhi harapan dan tuntutan sesuai dengan nilai

Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yaitu 75, dimana siswa tersebut

sekarang sudah duduk dibangku kelas XI Mesin SMK 1 Sumbar. Hal ini dapat

dilihat dari presentase nilai harian siswa pada tabel 1.1 berikut:
4

Tabel 1 Persentase Nilai Semester Siswa Kelas XI pada kelas X Semester II


2018/2019 SMK 1 Sumbar.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase

1. 0 – 25 0 0%

2. 26 – 50 14 40 %

3. 51 – 74 7 20 %

4. 75 – 100 14 40 %

Sumber: Rekapitulasi Nilai Guru Mata Diklat

Dari tabel di atas terlihat bahwa hanya 40% dari siswa di Kelas XI

Mesin yang hasil belajarnya telah mencapai ketuntasan belajar pada kelas X

Semester II 2018/2019 SMK 1 Sumbar. Hal ini menunjukan masih rendahnya

hasil belajar yang diperoleh siswa Kelas XI.

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa di atas tidak adanya

kesesuaian antara kemampuan siswa dengan cara penyajian materi sehingga

Gambar Teknik Mesin dirasakan sebagai mata diklat yang sulit untuk

diterima. Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang monoton

kepada siswa dengan latar belakang siswa yang rata-rata dalam belajar tanpa

dibekali keinginan untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru.

Sehingga yang terjadi mereka kebingungan dan selanjutnya menyelesaikan

soal seenaknya sendiri.

Dari pengamatan peneliti, pada beberapa materi/pokok bahasan

Gambar Teknik Mesin yang disajikan di kelas XI Mesin SMK 1 Sumbar

adalah pokok bahasan gambar proyeksi, guru hanya menggunakan metode

konvensional dalam menyampaikan materi pembelajaran tanpa menerangkan


5

aplikasi dari konsep Gambar Teknik Mesin tersebut ke dalam dunia nyata dan

menjelaskan betapa pentingnya Gambar Teknik Mesin dalam dunia kerja,

sehingga siswa kurang bergairah mengikuti pelajaran, siswa sering datang

terlambat, siswa sering keluar masuk kelas, malas membuat tugas, siswa

kurang aktif dan kurang termotivasi untuk bertanya atau mengemukakan

pendapatnya di kelas. Dalam proses pembelajaran, siswa lebih cenderung

mencatat dan menyalin dari pada memahami materi yang diajarkan. Dalam

mengerjakan tugas Gambar Teknik Mesin kebanyakan siswa menyalin dan

mencontoh pekerjaan temannya yang pandai tanpa diiringi oleh rasa ingin tahu

bagaimana cara/proses untuk mendapatkan jawabannya. Siswa tidak berani

bertanya dengan alasan mereka takut dan malu dikatakan bodoh, sehingga

tugas yang diberikan guru banyak yang tidak dikerjakan dan siswa yang

mendapat nilai rendah merasa tidak punya beban sehingga kurang peduli

terhadap hasil yang diperolehnya. Hal ini dapat berdampak pada hasil belajar

Gambar Teknik Mesin siswa kelas XI Mesin yang cenderung masih rendah.

Langkah yang ditempuh guru untuk mengantisipasi hal tersebut bisa

dilakukan dengan berbagai macam strategi belajar mengajar yang sesuai

dengan materi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga upaya

untuk memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran (tatap muka) terwujud. Salah satunya dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual/Contextual Teaching and Learning

(CTL). Pendekatan ini dapat memberikan motivasi siswa untuk

memperhatikan dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan


6

baik dan mendorong mereka mengorganisasikan materi pelajaran, dengan

Pendekatan ini siswa dapat melihat dan memahami aplikasi Gambar Teknik

Mesin di dunia nyata sehigga siswa dapat melihat secara langsung konsep-

konsep Gambar Teknik Mesin yang ada di dunia nyata dan konsep-konsep

abstrak Gambar Teknik Mesin dapat terlihat lebih konkrit karena pada

dasarnya siswa dapat lebih mudah dan lebih cepat mengerti dalam memahami

materi yang disajikan oleh guru secara konkrit dari pada disajikan secara

abstrak.

Pendekatan kontekstual/Contextual Teaching and Learning (CTL)

membantu guru mengkaitkan pembelajaran yang diharapkan lebih bermakna

dan lebih menarik bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah di

dalam dunia nyata, bukan hanya tranfer pengetahuan dari pendidik ke peserta

didik saja, sehingga mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi

hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri

yang memerlukan suatu bekal untuk terjun di dunia kerja nanti. Dengan

kasadaran yang telah ada di dalam dirinya, siswa akan termotivasi lebih tinggi

lagi dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam proses belajar.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis sangat tertarik untuk

menyusun penelitian mengenai penerapan pendekatan kontekstual/Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi

dan untuk terlibat langsung dalam aktifitas belajar siswa, dimana yang pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar yang ingin diperoleh siswa pada

pembelajarannya. Tindakan Penerapan pendekatan kontekstual/Contextual


7

Teaching and Learning (CTL) ini dilakukan dalam pembelajaran Gambar

Teknik Mesin pada siswa yang mengambil mata diklat Gambar Teknik Mesin

pada Semester Juli-Desember tahun 2011 maka penelitian ini penulis beri

judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Pendekatan

Contextual Teaching And Learning Pada Mata Diklat Gambar Teknik

Mesin Kelas XI Mesin di SMK 1 SUMBAR” .

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Banyak siswa kurang aktif dan tidak berani mengeluarkan pendapat

maupun bertanya ketika proses pembelajaran berlangsung.

2. Kurangnya motivasi siswa belajar Gambar Teknik Mesin dan dalam

mengerjakan tugas.

3. Siswa sering datang terlambat saat pembelajaran Gambar Teknik Mesin

berlangsung.

4. Pada saat materi pembelajaran disampaikan siswa sering minta izin keluar

masuk dengan berbagai macam alasan.

5. Nilai hasil belajar sebagian besar masih dibawah standar.

6. Guru hanya menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan

materi pembelajaran
8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang

menggambarkan bahwa siswa tidak termotivasi dalam gambar teknik mesin

karena guru hanya menggunakan metode konvensional dalam menyajikan

pelajaran maka penulis membatasi permasalahan dalam penelitian pada upaya

meningkatkan hasil belajar siswa dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dalam mata diklat Gambar Teknik Mesin kelas XI Mesin di

SMK 1 Sumbar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang, identifikasi masalah dan

batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

“Apakah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI Mesin di SMK 1

Sumbar pada mata diklat Gambar Teknik Mesin?”

E. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa kelas XI Mesin di SMK 1 Sumbar pada mata diklat Gambar Teknik

Mesin melalui pendekatan kontekstual/Contextual Teaching and Learning

(CTL).
9

F. Manfaat

Penelitian yang dilaksanakan kelas XI Mesin di SMK 1 Sumbar ini

memiliki beberapa manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Siswa

Dengan penelitian ini diharapkan siswa termotivasi untuk aktif

dalam pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri yang pada akhirnya

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru

Dengan penelitian ini diharapkan guru dapat menerapkan

pendekatan pembelajaran kontekstual/Contextual Teaching and Learning

(CTL) sebagai usaha dalam memperbaiki dan menyempurnakan proses

pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa agar tercapainya hasil

belajar yang lebih baik.

3. Sekolah

Memberikan gambaran tentang aktivitas dan hasil belajar mata

diklat Gambar Teknik Mesin siswa kelas XI Mesin melalui pendekatan

Contextual Teaching and Learning.


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Hakekat Belajar

Belajar merupakan kegiatan setiap orang. Seseorang dikatakan

belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses

kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Kegiatan atau

usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku sendiri merupakan hasil

belajar. Ausebel dalam Hudoyo, 1990:138 mengemukakan bahwa belajar

dikatakan bermakna bila informasi yang akan dipelajari siswa sesuai

dengan struktur kognitif yang dimilikinya, sehingga siswa dapat

mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang dimiliki.

Dalam teori belajar Robert M. Gagne yang diungkapkan

Ruseffendi (1980:138) mengatakan bahwa:

“Dalam belajar ada dua obyek yang dapat diperoleh siswa, objek tak
langsung dan objek langsung. Obyek tak langsung antara lain:
kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri
(belajar, bekerja dan lain-lain), bersikap positif terhadap matematika
dan mengerti bagaimana seharusnya belajar. Objek langsung adalah
sebagai berikut :
a. Fakta : Contoh fakta ialah angka/lambang bilangan, sudut, ruas
garis, simbol dan notasi.
b. Keterampilan : kemampuan memberikan jawaban yang benar dan
cepat.
c. Konsep : suatu ide yang digeneralisasikan dari pengalaman.
Konsep terdiri dari :
1) Konsep konkrit, yang meliputi konsep yang berhubungan
dengan objek atau situasi nyata.
2) Konsep lanjut, yang meliputi konsep yang merupakan konsep
lain, tetapi membutuhkan bahasa seperti konsep besar perlu
memahami ukuran dan lain-lain.
11

3) Sistem konsep yang merupakan konsep yang saling


berhubungan seperti masssa, berat, dan massa jenis yang dapat
dihubungkan dengan volume.
d. Aturan : Aturan ialah obyek yang paling abstrak, yang dapat
berupa sifat, dalil dan teori.”

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila

tidak belajar responnya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne

belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi

lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru

(Dimyati, 2002-10).

Sedangkan menurut (Purwadarminta : 109) kamus umum bahasa

Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih, dsb) supaya mendapat suatu

kepandaian. Belajar lebih dari sekedar mengingat, tapi belajar adalah suatu

proses yang kompleks dengan bermacam-macam kegiatan. Menurut

Dymiati dan Mudjiono (1999) belajar merupakan tindakan dan prilaku

siswa yang kompleks. Sedangkan menurut Dewi Rahmad H (1998) belajar

merupakan susatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

pengalaman untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Belajar tidak lagi ditekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan

saja, namun diartikan sebagai perubahan dalam diri seseorang berupa

adanya pola baru yang dapat dilihat pada perubahan aspek kognitif, efektif

dan psikomotor. Ciri-ciri penting belajar adalah perubahan bersifat

fungsional, perbuatan yang di sadari malalui pengalaman yang bersifat

individual, menyeluruh dan terintegrasi kearah yang lebih kompleks.


12

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan belajar adalah proses

perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan

kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut

pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek

kehidupan siswa. Kegiatan belajar mengajar seperti menorganisasi

pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses

dan hasil belajar. Jadi, hakekat belajar adalah perubahan.

2. Mata Diklat Gambar Teknik Mesin

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu

didasari pada apa yang telah diketahui orang. Karena Gambar Teknik

Mesin merupakan ide-ide yang abstrak yang diberi simbol-simbol maka

konsep-konsep Gambar Teknik Mesin harus dipahami lebih dahulu

sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Karena itu untuk mempelajari

suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu akan mempengaruhi

proses belajar materi selanjutnya. Sebagai contoh, untuk dapat memahami

materi Gambar Potongan siswa harus memahami terlabih dahulu materi

Gambar Proyeksi, karena itu Materi Gambar Proyeksi harus dipelajari

lebih dahulu dari materi Gambar Potongan. Dengan demikian apabila

belajar Gambar Teknik Mesin terputus-putus akan menganggu terjadinya

proses belajar, proses belajar Gambar Teknik Mesin akan lancar jika

dilakukan secara kontinyu.

Dalam proses belajar Gambar Teknik Mesin terjadi proses berfikir.

Seseorang dikatakan berfikir bila melakukan kegiatan mental dan orang


13

yang belajar Gambar Teknik Mesin selalu melakukan kegiatan mental.

Sehingga dalam berfikir, seseorang dapat menyusun hubungan-hubungan

antar bagian-bagian informasi sebagai pengertian, kemudian dapat disusun

kesimpulan. Dalam proses itu juga melibatkan bagaimana bentuk kegiatan

mengajarnya.

Mengajar adalah suatu kegiatan dimana pengajar menyampaikan

pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Tujuan

mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami

peserta didik, sehingga mengajar bisa dikatakan baik, apabila hasil belajar,

peserta didik juga baik. Apabila terjadi proses belajar mengajar itu baik,

maka dapat diharapkan bahwa hasil belajar peserta didik akan baik pula.

Dengan demikian siswa sebagai subyek akan dapat memahami Gambar

Teknik Mesin, selanjutnya mampu mengaplikasikan pada situasi yang

baru, seperti masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar Gambar Teknik Mesin merupakan salah satu proses belajar

yang menggunakan sistim belajar tuntas. Belajar tuntas adalah suatu

sistem yang mengharapkan sebagian besar peserta didik dapat

menyelesaikan tujuan instruksional umum dari satuan atau unit-unit diklat

secara tuntas. Mengenai ketuntasan, peserta didik yang memperoleh nilai

ulangan harian kurang dari 7,5 perlu diberikan remidi dengan

menitikberatkan pada materi yang belum dikuasai (Ahmad, 1995:20).

Ngadiono (1980:1) menjelaskan bahwa maksud utama belajar tuntas

adalah memungkinkan pencapaian minimal 60% untuk ketrampilan dan


14

75% untuk konsep. Pada belajar tuntas, peserta didik diharapkan mencapai

tingkat penguasaan tertentu terhadap tujuan instruksional dari satuan

pelajaran tertentu sebelum melanjutkan ke satuan diklat berikutnya.

3. Materi Gambar Teknik Mesin Kelas XI

Materi pembelajaran Gambar Teknik Mesin pada kelas XI dapat

dikelompokan sebagai berikut :

a. Proyeksi Piktorial

 Proyeksi Isometris

 Proyeksi Miring

 Proyeksi dimetris

 Proyeksi persepektif

b. Proyeksi Orthogonal

 Proyeksi Eropa

 Proyeksi Amerika

c. Gambar Potongan

d. Ukuran

Bidang yang penting dalam gambar proyeksi adalah bidang tegak

dan bidang mendatar. Bidang-bidang tersebut mempunyai sudut siku-siku

atau sudut 900 antara satu sisi dengan sisi yang lain.

Bukaan dari semua bidang tidak terbatas, tetapi untuk menggambar

yang tepat dan mempermudah pengertian pembaca, dalam teori biasanya

diberikan batasan-batasan tertentu. Bidang proyeksi dibuat sedemikian


15

rupa terang atau jelas dan tipis. Untuk menyatakan wujud suatu benda

dalam bentuk gambar diperlukan suatu cara yang disebut proyeksi.

Gambar proyeksi adalah gambar dari suatu benda nyata atau

khayalan, yang dilukiskan menurut garis-garis pandangan pengamat pada

suatu bidang datar (bidang gambar).

Ada beberapa macam cara menggambar proyeksi. Cara-cara

tersebut di sini akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu proyeksi

piktorial dan orthogonal seperti ditunjukkan diagram kotak pada gambar 1

Gambar 1.1 Beberapa macam cara proyeksi


16

a. Proyeksi Piktorial (Proyeksi pandangan tunggal)

Proyeksi piktorial (pictorial drawing) adalah suatu cara

menampilkan gambar benda yang mendekati bentuk dan ukuran

sebenarnya secara tiga dimensi, dengan pandangan tunggal. Dulu

dikenal dengan istilah gambar bagan atau gambar satu pandangan.

Gambar piktorial sering disebut juga gambar ilustrasi teknik,

karena sering digunakan sebagai gambar ilustrasi pada buku-buku

keteknikan atau pada katalog dari produk industri mesin, dan

sebagainya. Tetapi perlu dibedakan, bahwa tidak setiap gambar

ilustrasi teknik merupakan gambar piktorial. Gambar piktorial

menampilkan wujud benda hanya dengan goresan garis-garis,

sedangkan gambar ilustrasi teknik meliputi aneka ragam gambar, baik

gambar hasil seni grafis atau pun fotografis. Cara proyeksi yang

termasuk ke dalam kelompok proyeksi piktorial terdiri atas proyeksi

aksonometri, proyeksi miring, dan proyeksi perspektif.

Gambar 1.2 Proyeksi piktorial


17

b. Proyeksi Ortogonal

Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda tiga

dimensi dengan gambar proyeksi ortogonal, biasanya memerlukan

lebih dari satu bidang proyeksi.

a. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di depan benda disebut

pandangan depan.

b. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di atas benda disebut

pandangan atas.

c. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di sebelah kanan benda

disebut pandangan samping kanan.

Gambar 1.3 Macam-macam pandangan

c. Aspek Penilaian Pada Pembelajaran Gambar Teknik Mesin

1) Kebersihan

2) Garis

3) Proyeksi piktorial dan orthogonal


18

4. Pengertian Hasil Belajar.

Dalam suatu proses pembelajaran yang sengaja diciptakan baik

oleh pendidik yang membimbing peserta didiknya dalam pencapaian

tujuan pembelajaran maupun oleh peserta didik itu sendiri dan inti dari

tujuan pembelajaran itu sendiri adalah untuk meningkatkan hasil belajar

peserta didik. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, tetapi

perubahan terhadap tingkah laku. Hal ini diperkuat oleh Hamalik Oemar

(2001:27) yang mengemukakan bahwa belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Dari hasil

belajar ini dapat dilihat seberapa jauh penguasan dan penerapan materi

pembelajaran yang telah diterimanya.

Jadi hasil belajar merupakan proses pembelajaran bukan hanya

suatu penguasaan hasil latihan, tatapi juga mengukur perubahan tingkah

laku peserta didik.

5. Kemampuan Tenaga Pendidik

Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan

sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar

kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu

turut menentukan lingkungan yang membantu keiatan belajar siswa.

Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan

merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan


19

kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Disinilah peranan tenaga

pendidik dibutuhkan.

Salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik

yang baik adalah memiliki kemampuan dasar dan sikap serta terampil

(Dikmenum, 2003 : 12) antara lain: menguasai kurikulum yang berlaku,

menguasai materi pelajaran, menguasai metode, menguasai teknik

evaluasi, memiliki komitmen terhadap tugas, disiplin dalam pengertian

luas. Mana metode yang tepat untuk mengajar.

Dari paparan tersebut metode atau strategi yang dipikirkan

pendidik, berpijak pada atmosfir kelas dan kondisi peserta didik, tidak lagi

atas dasar petunjuk dari atasan atau atas dasar kesukaan kita dalam

pembelajaran. Banyak metode atau strategi mengajar seperti: Ceramah,

diskusi informasi, cerita, tanya jawab, debat, sosio- drama, demonstrasi

dan eksperimen serta metode belajar lainnya. Sheal, Pater (1989) dalam

Depdiknas, (2004 : 23) mengatakan bahwa kita belajar :

a. Dari apa yang kita baca 10 %


b. Dari apa yang kita dengar 20 %
c. Dari apa yang kita lihat 30 %
d. Dari apa yang kita lihat dan dengar 50 %
e. Dari apa yang kita katakan 70 %
f. Dari apa yang kita katakan dan lakukan 90 %.
20

6. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)

a. Pengertian

Kontekstual berasal dari kata dasar konteks yang berarti

berbagai bidang kehidupan atau hal-hal yang diperlukan agar orang

dapat melaksanakan sesuatu. Definisi pendekatan kontekstual

(Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah model pembelajaran

yang membantu tenaga pendidik mengkaitkan antara materi yang

diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong

peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota

keluarga dan masyarakat.

Dalam (Depdiknas, 2002) mengungkapkan bahwa:

“Dengan konsep ini, hasil materi yang diajarkan dengan


situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
kontruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic
Assesment).”

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and

Learning/CTL) adalah model pembelajaran yang membantu tenaga

pendidik mengkaitkan pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi

peserta didik. Proses pembelajaran berlangsung alamiah, bukan tranfer

pengetahuan dari pendidik ke peserta didik. Strategi pembelajaran

lebih dipentingkan dari pada hasil. Dalam konteks itu, peserta didik
21

perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa

mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang

mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka

memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal

untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi

dirinya dan berupaya menanggapinya.

Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah

dan pembimbing. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah

membantu peserta didik mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih

banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi,

seperti guru lebih menekankan pemahaman pada peserta didik bahwa

proses belajar akan lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,

menemukan sendiri, dan mengkontruksi pengetahuan dan

keterampilan dari pada menekankan pada pencapaian target materi

pelajaran dalam satu semester. Tugas guru mengelola kelas sebagai

sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang

baru bagi anggota kelas (peserta didik). Sesuatu yang baru datang dari

‘menemukan sendiri’, bukan dari ‘apa kata guru’. Begitulah peran

guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya

strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan

tujuan agar pembelajaran berjalan konduktif dan bermakna.

Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah


22

kurikulum, dalam bidang studi apa saja, dan tidak diperlukan biaya

yang mahal.

Secara garis besar penerapan pendekatan kontekstual, dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih


bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
(2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
(3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
(4) Ciptakan ‘masyarakat belajar’ (belajar dalam kelompok-
kelompok).
(5) Hadirkan ‘model’ sebagai contoh pembelajaran.
(6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
(7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

b. Tujuh Komponen Pendekatan Kontekstual

Tujuh komponen pendekatan yaitu:

(1) Kontruktivisme (Constructivisme), kontruktivisme merupakan

landasan berfikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa

pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak

sekonyong-konyong. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

bergelut dengan ide-ide,

(2) Menemukan (Inquiri), menemukan merupakan bagian inti dari

kegiatan pembelajaran kontekstual, yaitu pengetahuan dan


23

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil

mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan

sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan,

(3) Bertanya (Questioning), pengetahuan yang dimiliki seseorang,

selalu bermula dari ‘bertanya’. Bertanya merupakan strategi

utama pembelajaran ini. Bertanya dalam pembelajaran

dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,

membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa,

(4) Masyarakat belajar (Learning Community), konsep masyarakat

belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari

kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

‘sharing’ antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu

ke yang belum tahu. Di kelas ini, di sekitar sini, juga orang yang

di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar,

(5) Pemodelan (Modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa

ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahas akan gagasan yang

dipikirkan, mendemontrasikan bagaimana guru menginginkan

pada siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang

diinginkan guru bagi siswa-siswanya. Pemodelan dapat

berbentuk demontrasi, pemberian contoh tentang konsep atau

aktifitas belajar,
24

(6) Refleksi (Reflection), dalam cara berfikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

dilaksanakan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon

terhadap kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru

diterima. Misalnya ketika pelajaran berakhir siswa merenungkan

apa yang baru diterimanya,

(7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment), adalah

prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual dengan

prinsip dan ciri-ciri penilaian autentik. Assessment adalah

proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

gambaran perkembangan belajar siswa.

c. Strategi Pemebelajaran Kontekstual.

Pendekatan atau strategi yang berasosiasi dengan pembelajaran

kontekstual memiliki kesamaan ciri dalam hal:

Pengajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran

yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan

pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk

merangsang daya fikir siswa dalam situasi berorientasi masalah,

termasuk di dalam belajar dan bagaimana belajar. Tugas guru adalah


25

menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi

penyelidikan dan dialog.

Pada dasarnya siswa lebih mudah belajar pada sesuatu yang

kongkrit karena memahami konsep abstrak sulit untuk diterima. Oleh

karena itu diperlukan benda-benda konkrit (riil) sebagai perantara atau

visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tingkat belajar yang

berbeda-beda. Konsep abstrak yang dipahami siswa akan mengendap,

melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan

pengertian, bukan hanya melalui teori belaka.

Dalam belajar Gambar Teknik Mesin diperlukan alat peraga

yang berfungsi agar :

1. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru,

terutama siswa minatnya akan timbul. Mereka akan senang,

terangsang, tertarik dan akan bersikap positif terhadap

pengajaran Gambar Teknik Mesin.

2. Konsep abstrak Gambar Teknik Mesin tersajikan dalam bentuk

konkrit maka lebih dapat dipahami dan dimengerti, serta dapat

dikembangkan.

3. Hubungan antara konsep abstrak Gambar Teknik Mesin dengan

benda-benda di alam sekitar akan lebih dapat dimengerti.

4. Konsep-konsep abstrak yang disajikan dalam bentuk konkrit

yaitu dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai


26

sebagai obyek penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti

ide-ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.

Selain itu penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dengan

beberapa hal berikut ini :

1. Pembentukan konsep

2. Pemahaman konsep

3. Latihan dan penguatan.

4. Pelayanan terhadap perbedaan individual, termasuk

pelayanan terhadap siswa yang lemah dan siswa berbakat.

5. Pengukuran, alat peraga dipakai sebagai alat ukur.

6. Pengamatan dan penemuan sendiri ide-ide dan relasi baru

serta penyimpulan secara umum, alat peraga sebagai obyek

peneliti maupun sebagai alat untuk meneliti.

Alat peraga dapat berupa benda riil, gambar atau diagram.

Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda-benda itu dapat

dipindah-pindahkan (dimanipulasi), sedangkan kelemahannya tidak

dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk

tulisan dibuat gambar atau diagram, tetapi kelemahannya ialah tidak

dapat dimanipulasi.

7. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) .

Penelitian yang penulis lakukan adalah classroom action research

atau yang biasa disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian

tindakan ini bersifat partisipatori dan kolaboratif, yang dilakukan karena


27

ada kepedulian bersama terhadap situasi pembelajaran kelas yang perlu

ditingkatkan. Guru sebagai peneliti bersama pihak-pihak (sejawat dan

siswa) mengungkapkan kepedulian akan peningkatan situasi tersebut,

saling menjajaki apa yang dipikirkan, dan bersama-sama berusaha mencari

cara untuk meningkatkan situasi pembelajaran. Guru/peneliti bersama

kolaborator (sejawat yang berkomitmen) menentukan fokus strategi

peningkatannya. Singkatnya, guru secara bersama-sama (1) menyusun

rencana tindakan bersama-sama, (2) bertindak dan (3) mengamati secara

individual dan bersama- sama dan (4) melakukan refleksi bersama-sama

pula. Kemudian, guru/peneliti bersama-sama merumuskan kembali

rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan lebih kritis. Itulah

empat aspek pokok dalam penelitian tindakan (Kemmis dkk, 1982; Burns,

1999). Penelitian ini adalah penelitian tindakan, dimana siswa dalam

proses belajar mengajar disuguhkan materi pelajaran dan cara pengajaran

yang menarik sehingga nantinya akan memotivasi siswa dalam belajar dan

akhirnya dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam materi Gambar

Teknik Mesin. Suharsimi, (2007) memberikan batasan tentang PTK yaitu

suatu bentuk penelitian yang bersifat refleksif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu, agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional.


28

Menurut Suharsimi, (2007) secara umum setiap siklus perbaikan

mutu dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri atas:

a. Rencana, yaitu membuat rencana tindakan untuk melakukan perbaikan

mutu atau pemecahan masalah. Penyusunan Rencana PTK merupakan

tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi definisi

harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan

memperhitungkan peristiwa-peristiwa tidak terduga sehingga

mengandung sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar

dapat diadaptasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan

kendala yang sebelumnya tidak terlihat. Tindakan yang telah

direncanakan harus disampaikan dengan dua pengertian. Pertama,

tindakan kelas mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan

dinamika kehidupan kelas dan mengakui adanya kendala nyata, baik

yang bersifat material namun bersifat non-meterial dalam kelas.

Kedua, tindakan-tindakan pilih karena memungkinkan guru untuk

bertindak secara lebih efektif dalam tahapan-tahapan pembelajaran,

secara lebih bijaksana dalam memperlakukan murid, dan cermat

dalam mengamati kebutuhan dan perkembangan belajar murid.

b. Tindakan, yaitu melakukan kegiatan sesuai dengan perencanaan yg

telah dibuat. Pelaksanaan tindakan - tindakan hendaknya dituntun oleh

rencana yang telah dibuat, tetapi perlu diingat bahwa tindakan itu

tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana, mengingat dinamika

proses pembelajaran di kelas, yang menuntut penyesuaian. Oleh


29

karena itu, guru yang juga sebagai peneliti perlu bersikap fleksibel dan

siap mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada.

Semua perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak

harus dilaporkan. Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter

perjuangan materiil, sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin

negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi kompromi harus juga

dilihat dalam konteks strateginya. Nilai tambah taraf sedang mungkin

cukup untuk sementara waktu, dan nilai tambah ini kemudian

mendasari tindakan berikutnya.

c. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap efek dari tindakan

yang diberikan. Observasi tindakan di kelas berfungsi untuk

mendokumentasikan pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi

itu berorientasi ke depan, tetapi memberikan dasar bagi refleksi

sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran atau siklus terkait masih

berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1) direncanakan agar (a)

ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b) fleksibel dan

terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga; (2) dilakukan secara

cermat karena tindakan Anda di kelas selalu akan dibatasi oleh

kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak

terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pandangan dan pikirannya. Apa

yang diamati dalam PTK adalah (1) proses tindakannya, (b) pengaruh

tindakan (yang disengaja dan tak sengaja), (c) keadaan dan kendala

tindakan, (d) bagaimana keadaan dan kendala tersebut menghambat


30

atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan

pengaruhnya, dan (e) persoalan lain yang timbul.

d. Refleksi, yaitu mereflesikan hasil tindakan tersebut, sebagai dasar

perencanaan berikutnya. Refleksi memiliki aspek evaluatif; dalam

melakukan refleksi, guru hendaknya menimbang-nimbang

pengalaman menyelenggarakan pembelajaran di kelas, untuk menilai

apakah pengaruh (persoalan yang timbul) memang diinginkan, dan

memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan

pekerjaan. Tetapi dalam pengertian bahwa refleksi itu deskriptif,

guru/peneliti meninjau ulang, mengembangkan gambaran agar lebih

hidup (a) tentang proses pembelajaran kelas, (b) tentang kendala yang

dihadapi dalam melakukan tindakan di kelas, dan yang lebih penting

lagi, (c) tentang apa yang sekarang mungkin dilakukan untuk para

peserta didik agar mencapai tujuan perbaikan pembelajaran. PTK

merupakan proses dinamis, dengan empat momen dalam spiral

perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Proses dasar tersebut

dapat diringkas sebagai berikut (Keamis dkk. 1982). Dalam praktik,

proses PTK guru/peneliti mulai dengan ide umum bahwa guru

menginginkan perubahan atau perbaikan pembelajaran di kelas. Inilah

keputusan tentang letak di mana dampak tindakan itu mungkin

diperoleh. Setelah memutuskan medannya dan melakukan peninjauan

awal, guru bersama kolaborator sebagai peneliti tindakan memutuskan

rencana umum tindakan. Dengan menjabarkan rencana umum ke


31

dalam langkah-langkah yang dapat dilakukan, guru memasuki langkah

pertama, yakni perubahan dalam strategi yang ditujukan bukan saja

untuk mencapai perbaikan, tetapi juga pemahaman lebih baik tentang

apa yang mungkin dicapai kemudian. Sebelum mengambil langkah

pertama, harus lebih berhati-hati dan merencanakan cara untuk

memantau pengaruh langkah tindakan pertama, keadaan kelas, dan

apa yang mulai dilihat oleh strategi dalam praktik. Jika mungkin

mempertahankan pencarian fakta dengan memantau tindakannya,

langkah pertama diambil. Pada waktu langkah itu dilaksanakan, data

baru mulai masuk, dan keadaan, tindakan, dan pengaruhnya dapat

dideskripsikan dan dievaluasi. Tahap evaluasi ini menjadi peninjauan

yang segar yang dapat dipakai untuk menyiapkan cara untuk

perencanaan baru (Keamis dkk., 1982: 6-7).

Setelah pembelajaran atau tindakan pada siklus I berakhir, guru,

kolaborator dan siswa mengadakan diskusi dan refleksi untuk menemukan

berbagai kelemahan ataupun kelebihan. Temuan pada siklus I dijadikan

pertimbangan untuk memperbaiki rancangan pembelajaran Siklus II.

B. Kerangka Konseptual

Pendekatan Kontekstual merupakan salah satu model pembelajaran

yang mengarah pada model pembelajaran yang bernuansa PAIKEM yaitu

model Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.

Kondisi ini diharapkan mampu meningkatkan penguasaan belajar siswa


32

Jurusan Teknik Mesin SMK 1 Sumbar pada Pembelajaran Gambar Teknik

Mesin sehingga dapat pula meningkatkan hasi belajar siswa.

PROSES BELAJAR MENGAJAR


GAMBAR TEKNIK MESIN

PENGGUNAAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA


DALAM PEMBELAJARAN GAMBAR
TTEKNIK MESIN

Bagan 1. Kerangka Konseptual Penelitian

C. Hipotesis

Pada penelitian ini akan dikemukakan hipotesis yang berfungsi untuk

jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di lapangan.

Adapun rumusan hipotesis sebagai berikut:

Ha : Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and learning

pada mata diklat gambar teknik mesin akan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

H0 : Pembelajaran menggunakan pendekatan contextual teaching and learning

pada mata diklat gambar teknik mesin tidak dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.
33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian.

Peneliti melakukan tindakan dengan pembelajaran kontekstual agar

peserta didik belajar dengan penuh makna dan motivasi belajar tinggi.

Dengan memperhatikan prinsip kontekstual, yaitu proses pembelajaran yang

diharapkan dapat mendorong atau memotivasi peserta didik untuk menyadari

dan menggunakan pemahamannya, mengembangkan diri dan menyelesaikan

berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari yang pada

akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik tersebut.

Sedangkan jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah

classroom action research atau penelitian tindakan kelas (PTK). Pemilihan

jenis PTK karena peneliti terlibat langsung dan sudah merupakan tugas

peneliti sebagai pendidik yang harus selalu berusaha meningkatkan mutu

pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan kajian tentang

situasi sosial dan pandangan untuk meningkatkan mutu tindakan yang ada di

dalamnya. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk memberikan

pertimbangan praktis dalam situasi nyata ( Elliot dalam Wahyudi, 1997:46)

Dalam penelitian ini prosedur penelitian dimulai dengan siklus I

setelah dilaksanakan observasi awal. Hasil dari observasi awal ini diteliti dan

diketahui kesulitan siswa dalam memahami konsep Gambar Teknik Mesin.

Penelitian ini akan mengungkap persoalan yang terjadi dalam pembelajaran

Gambar Teknik Mesin dengan pendekatan kontekstual.


34

B. Subjek Penelitian.

Kegiatan penelitian ini dilakukan kelas XI Mesin di SMK 1 Sumbar

pada siswa yang mengambil mata diklat Gambar Teknik Mesin semester Juli -

Desember tahun 2018 dengan jumlah siswa 35 orang.

C. Perencanaan Penelitian.

Perencanaan penelitian dibuat agar meningkatkan strategi

pembelajarannya dibuat semenarik mungkin yaitu dengan menggunakan

pendekatan kontekstual agar nantinya siswa dapat termotivasi

mengembangkan pengetahuannya sehingga siswa menyukai pelajaran Gambar

Teknik Mesin pada umumnya dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pembelajaran Gambar Teknik Mesin. Penelitian ini dilaksanakan

selama 4 minggu di semester Juli – Desember tahun 2018.

D. Siklus Penelitian

Penelitian ini terdiri dari empat kegiatan dalam setiap siklus, yaitu

perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan

sebanyak dua siklus selama 4 minggu, yang mana dalam 1 siklus terdiri atas 2

kali pertemuan dan dalam 2 minggu 2 kali pertemuan tatap muka. Untuk

kelancaran penelitian, diperlukan prosedur dalam penelitian yang

berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dalam bentuk persiapan

penelitian. Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang digunakan untuk

memperoleh data dari sumber yang diteliti mulai dari awal sampai akhir untuk

disajikan dalam bentuk penelitian. Jalannya penelitian yang dilakukan sampai

dengan penyusunan penelitian ini adalah melalui dua tahap yaitu:


35

1. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan usaha untuk mempersiapkan penelitian,

dalam hal ini yang dipersiapkan antara lain:

a. Mengadakan koordinasi dengan guru yang mengajar mata diklat

Gambar Teknik Mesin.

b. Menetapkan obyek penelitian yaitu siswa yang mengambil mata diklat

Gambar Teknik Mesin semester Juli – Desember tahun 2018.

c. Menetapkan seorang guru untuk mengajar mata diklat Gambar Teknik

Mesin.

d. Menyusun seperangkat kurikulum atau silabus, RPP dan handout,

sistem penilaian, buku pegangan, soal-soal evaluasi

e. Merencanakan waktu untuk pelaksanaan tindakan

f. Menyusun serangkaian tindakan kegiatan secara menyeluruh

g. Menyiapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Direncanakan penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Rencana umum

tindakan meliputi pelaksanaan diskusi strategi pembelajaran serta

menyusun rencana tindakan dalam siklus I dan siklus II. Langkah-langkah

yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebegai berikut :


36

a. Siklus I.

1) Perencanaan

a) Menyusun dan mempersiapkan kurikulum, silabus, dan RPP.

b) Mempersiapkan materi pembelajaran yang disertai dengan

wawasan tentang aplikasinya di lingkungan sekitar.

c) Menyiapkan benda tiga dimensi untuk dijadikan sebagai model

seperti roda gigi, bermacam-macam kunci, tang.

d) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang dapat merangsang

sifat ingin tahu peserta didik.

e) Merencanakan sistim pemberian nilai/skor terhadap latihan

yang diberikan.

f) Menyusun dan menyiapkan soal untuk tes.

2) Tindakan

a) Guru mengadakan absensi, apersepsi, dan motivasi sebelum

menjelaskan materi pembelajaran.

b) Guru menjelaskan uraian Gambar proyeksi dan memberikan

wawasan tentang aplikasi gambar proyeksi yang berada di

lingkungan sekitar.

c) Guru memberikan contoh-contoh aplikasi gambar proyeksi

pada benda tiga dimensi yang telah disiapkan dan

menginstruksikan siswa untuk mengamati benda tersebut satu

per satu.
37

d) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang

rasa ingin tahu siswa sehingga siswa berusaha untuk mencari

jawabannya di lingkungan nyata.

e) Guru menugaskan siswa untuk menggambar 3 gambar

pandangan (gambar pandang depan, atas, dan samping) secara

proyeksi amerika dan eropa dari benda tiga dimensi yang telah

mereka amati sebelumnya.

f) Guru membimbing siswa dalam menggambar 3 gambar

pandangan dari benda tiga dimensi tersebut.

g) Guru mengevaluasi hasil kerja siswa terhadap tugas yang telah

dikerjakannya sebagai pengumpulan data.

h) Untuk mempertajam konsep, Guru memberikan penjelasan

sehubungan dengan kesalahan-kesalahan yang banyak

dijumpai pada saat mengerjakan tugas.

i) Penarikan kesimpulan, ringkasan atau rangkuman.

3) Observasi

Dalam penelitian tindakan kelas ini, pengamatan dilaksanakan

terhadap peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa, disamping

itu pengamatan juga dilakukan terhadap beberapa aspek

pendukung sebagai berikut :

1. Keberanian siswa mengajukan pertanyaan dan meminta

guru menjelaskan kembali materi-materi yang belum

dimengertinya.
38

2. Aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

ketika materi dijelaskan.

3. Kesungguhan, ketekunan, dan kedisiplinan siswa dalam

mengerjakan tugas.

4) Refleksi

Setelah tindakan selesai dilakukan pada akhir siklus diadakan

refleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan dimana nantinya

dilakukan perenungan apakah tindakan yang telah dilaksanakan

dapat mencapai tujuan atau tidak yang akan dijadikan dasar untuk

menyusun rencana tindakan pada siklus berikutnya sampai

tercapainya ketuntasan belajar. Dari refleksi ini diperoleh

kekurangan dan hambatan yang menyebabkan keberhasilan

tindakan belum tercapai pada siklus pertama serta langkah atau

usaha untuk mengatasi kekurangan dan hambatan tersebut.

b. Siklus II.

1) Perencanaan

a) Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan

refleksi pada siklus I.

b) Merencanakan skenario baru dengan perbaikan metode dan

meningkatkan keaktifan.

c) Menyusun dan menyiapkan lembar observasi untuk siswa

d) Merencanakan dan menyiapkan benda-benda tiga dimensi

(seperti poros, roda gigi, kunci dan elemen-elemen mesin


39

lainnya) yang dapat dijadikan sebagai model dalam latihan

menggambar proyeksi.

e) Merencanakan sistim pemberian nilai/skor terhadap latihan

yang diberikan.

f) Menyusun dan menyiapakan soal tes.

2) Implementasi Tindakan

a) Melaksanakan skenario yang telah disusun dengan perbaikan

metode.

b) Peran pendidik dalam siklus dua ini sebagai motivator dan

moderator.

c) Memberikan arahan pemahaman konsep secara individu dan

memantau tugas yang dikerjakan siswa.

d) Melakukan memberikan soal-soal evaluasi untuk mengetahui

efektifitas keberhasilan dan hambatan terhadap tindakan yang

dilakukan.

e) Menjelaskan kembali konsep yang kurang dipahami.

3) Pengamatan ( Observasi )

Kegiatan pengamatan dilakukan untuk mengadakan pendataan

ulang untuk mengetahui hasil dari tindakan siklus II.

4) Analisis dan Refleksi

Guru menganalisis semua tindakan pada siklus I dan II. Pada

akhir siklus II, Guru melakukan refleksi dengan adanya penerapan


40

tipe pendekatan pemberian kuis yang dilakukan dalam tindakan

kelas ini. Bila hasilnya meningkat artinya model pembelajaran

yang diterapkan dalam tindakan ini berhasil meningkatkan

motivasi belajar peserta didik.

SIKLUS I Kondisi Awal

Perencanaan

Observasi Tindakan

Refleksi

Perencanaan
SIKLUS II
yang direvisi

Observasi Tindakan

Refleksi

Ketuntasan
Laporan
tercapai

Bagan 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas


41

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes yang diberikan

di setiap akhir siklus. Pengamatan terhadap kegiatan siswa dilakukan pada

waktu proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Pemantauan Data

Teknik pemantauan yang diterapkan pada PTK ini adalah :

1. Teknik wawancara secara bebas, dilakukan untuk mengungkap data yang

diungkapkan dengan kata-kata secara lisan tentang sikap, pendapat,

wawasan maupun kolaborator mengenai baik buruknya proses

pembelajaran yang telah berlangsung.

2. Teknik pemanfaatan data dokumen meliputi: silabus dan sistem penilaian,

catatan guru, hasil nilai unjuk kerja dan hasil tugas siswa.

Pada penelitian ini data yang didapatkan itu belum berarti apa-apa

sebab data tersebut masih merupakan data mentah. Untuk itu diperlukan

teknik menganalisa data agar bisa ditafsirkan hasilnya sesuai dengan

rumusan masalah. Dalam penelitian ini digunakan penafsiran skor acuan

kriteria (Criterion Reference Test).

Penafsiran skor acuan kriteria adalah pemberian skor berdasarkan

kemampuan siswa menyelesaikan evaluasi atau ulangan harian. Jawaban

yang benar dari siswa yang bersangkutan dapat dinyatakan dalam bentuk

persentase.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟


Tingkat penguasaan = 𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑠𝑜𝑎𝑙
42

Dari skor bisa ditafsirkan tentang ketuntasan belajar siswa sesuai

dengan standar kompetensi kurikulum sebagai berikut:

a. Ketuntasan Perorangan

Seorang peserta didik dikatakan berhasil (mencapai ketuntasan),

jika telah mencapai taraf penguasaan minimal 75%. siswa yang taraf

penguasaannya kurang dari 75% diberikan remidi pokok bahasan yang

belum dikuasai, sedang siswa yang telah mencapai penguasaan 75%

atau lebih dapat melanjutkan ke pokok bahasan berikutnya.

b. Ketuntasan Klasikal.

Klasikal atau suatu kelas dikatakan telah berhasil (mencapai

ketuntasan belajar), jika paling sedikit 85% dari jumlah dalam

kelompok atau kelas tersebut telah mencapai ketuntasan perorangan.

Apabila sudah terdapat 85% dari banyaknya siswa yang mencapai

tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat

melanjutkan pada satuan pembelajaran berikutnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian

besar berupa analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk

mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang berhubungan dengan

keberhasilan proses maupun hasil pembelajaran. Adapun data yang bersifat

kuantitatif seperti nilai unjuk kerja (hasil diskusi dan tugas) akan dianalisis

dengan teknik penafsiran skor acuan kriteria (Criterion Reference Test).


43

Analisis data yang akan dilakukan meliputi empat tahap, antara lain:

 Tahap pertama, data yang terkumpul dari berbagai instrumen seperti

catatan guru, catatan hasil kegiatan wawancara, dan hasil tes unjuk kerja

dikelompokkan menurut pokok permasalahan yang sejenis.

 Tahap kedua, data tersebut disajikan secara deskriptif kuantitatif.

 Tahap ketiga adalah inferensi, yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel

atau diagram.

 Tahap keempat adalah penarikan kesimpulan secara induktif, yaitu

menafsirkan data yang sudah dikelompokkan.

Dari hasil analisis data di atas, akan ditarik kesimpulan secara

keseluruhan dengan menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang telah

ditetapkan. (instrumen pengumpulan data terlampir). Data yang diperoleh

dianalisis dengan teknik analisis deskriptif. Sebelum dianalisis data di

tabulasi dan diinterpretasikan.

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Kriteria keberhasilan tindakan yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Adanya peningkatan perasaan puas pada siswa

b. Adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang telah

disampaikan.

c. Adanya peningkatan kompetensi psikomotor, afektif dan kognitif

siswa dalam pembelajaran yang tergambar dari skor yang

diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai