Anda di halaman 1dari 47

PERAN DISTRIK NAVIGASI DALAM KESELAMATAN

PELAYARAN
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, yang
memiliki 17.504 pulau yang membentang dari Sabang sampai
Meraoke dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000
Km serta luas wilayah laut sekitar 5,9 juta Km². Sebagai negara
kepulauan berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang
pengesahan Negara Kepulauan (Archipelago State) oleh
konfrensi PBB yang diakui oleh dunia Internasional maka
lndonesia mempunyai kedaulatan atas keseluruhan wilayah laut
lndonesia. Indonesia terletak pada posisi silang yang sangat
strategis di antara Benua Asia dan Benua Australia. Peranan laut
sangat penting sebagai pemersatu bangsa serta wilayah
lndonesia dan konsekwensinya Pemerintah berkewajiban atas
penyelenggaraan pemerintahan dibidang penegakan hukum baik
terhadap ancaman pelanggaran terhadap pemanfaatan perairan
serta menjaga dan menciptakan keselamatan dan keamanan
pelayaran.

Indonesia merupakan penghasil berbagai industri maritim seperti


industri perikanan, wisata bahari, industri perkapalan dan jasa
docking, jasa pelabuhan maupun sumberdaya mineral dan
energy, disamping itu Indonesia juga memiliki sumberdaya
alam hayati sangat beragam seperti tumbuh-tumbuhan dan
hewan, terumbu karang dan taman wisata bawah
laut, serta sumberdaya alam non hayati seperti mineral dan
tambang serta harta karun dan kerangka kapal beserta barang
bawaan yang terkubur didalamnya, maka keberaadaannya harus
di pelihara dan dijaga kelestariannya.
Laut sebagai jalur komunikasi (sea lane on
communication) diartikan bahwa pemanfaatan laut untuk
kepentingan lalu-lintas pelayaran antar pulau, antar negara
maupun antar benua baik untuk angkutan penumpang maupun
barang, maka perlu di tentukan alur perlintasan laut kepulauan
Indonesia bagi kepentingan pelayaran lokal maupun
internasional serta fasilitas keselamatan pelayaran seperti Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi Pelayaran,
Kapal Negara Kenavigasian, Bengkel Kenavigasian, Survey
Hidrografi untuk menentukan alur pelayaran yang amam serta
infrastruktur lainnya. Pengaturan alur lalu-lintas dan
perambuannya guna kelancaran dan keselamatan pelayaran
merupakan tanggung jawab pemerintah dan kita bersama sebagai
penguasa, pengelola, serta pengguna atas Laut. Untuk itu maka
perlu ditetapkan fungsi wilayah perairan guna pemanfaatan
sumberdaya alam agar tidak saling menggangu antar kegiatan
pengelolaan laut yang dapat menimbulkan dampak lingkungan
khususnya kecelakaan terhadap transportasi laut dengan
menetapkan alur dan pelintasan melalui pelaksanaan penandaan
terhadap bahaya kenavigasian serta pemutakhiran kondisi
perairan melalui kegiatan survey hidrografi dan kemudian
diumumkan ke dunia pelayaran.

WILAYAH PERAIRAN DI INDONESIA

Deklarasi Juanda menekankan bahwa lndonesia sebagai negara


kepulauan yang merupakan kesatuan wilayah darat, laut
termasuk dasar laut dan tanah dibawahnya serta udara diatasnya
maupun seluruh kekayaannya merupakan suatu kesatuan
wilayah lndonesia. Berdasarkan konvensi PBB tentang hukum
laut 1982 (UNCLOS 1982) yang menempatkan hak dan
kewajiban negara dalam memanfaatkan laut sesuai dengan status
hukum bagian laut yang berbeda. Dalam mengelola potensi laut
ada beberapa jenis laut yang dibedakan atas derajat dan tingkat
kewenangan pemerintah lndonesia terhadap laut-laut tersebut
dan perlu mendapat perhatian serta dikelola baik oleh
pemerintah lndonesia maupun bersama negara tetangga.

Batas maritim lndonesia ditetapkan melalui kebijakan nasional,


bilateral, regional, serta lnternasional namun dalam konteks
bilateral dan regional masih banyak garis batas yang belum
ditetapkan khususnya yang berkaitan dengan berbagai kawasan
laut. Melalui PP Nomor 38 Tahun 2002 tentang penetapan 183
garis pangkal bagi perairan dengan batas laut wilayah 12 mil
dari garis pangkal tersebut. Walaupun Indonesia belum
menetapkan zona tambahan di luar 12 mil laut wilayah namun
telah mengumumkan dan mengundangkan ZEE seluas 200 mil
dari garis pangkal. Untuk negara kepulauan (Archipelago State)
maka penetapan titik dasar (base point) dihitung dari pulau-
pulau terluar ataupun karang yang tenggelam sewaktu air pasang
(low tide elevation) yang diberi penandaan dengan SB. Secara
lnternasional lndonesia telah berhasil menetapkan selat Malaka
yang dapat digunakan sebagai alur lnternasional dan sumbu dari
3 (tiga) alur laut kepulauan lndonesia (ALKI) melintasi perairan
nusantara dan laut teritorial serta penetapan Traffic Separation
Scheme (TSS) di selat Malaka melalui konsultasi yang intensif
dengan negara-negara maritim dan konvensi organisasi maritim
lnternasional.
MAKSUD DAN TUJUAN

Keamanan dan Keselamatan Pelayaran merupakan faktor yang


sangat penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut dan
mencegah terjadinya kecelakaan dimana penetapan alur
pelayaran dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan
keselamatan pelayaran melalui pemberian koridor bagi kapal-
kapal berlayar melintasi perairan yang diikuti dengan penandaan
bagi bahaya kenavigasian. Penyelenggaraan alur pelayaran yang
meliputi kegiatan program, penataan, pembangunan,
pengoperasian dan pemeliharaannya ditujukan untuk mampu
memberikan pelayanan dan arahan kepada para pihak pengguna
jasa transportasi laut untuk memperhatikan kapasitas dan
kemampuan alur dikaitkan dengan bobot kapal yang akan
melalui alur tersebut agar dapat berlayar dengan aman, lancar
dan nyaman.

Pengaturan pemanfaatan perairan bagi transportasi dimaksudkan


untuk menetapkan alur pelayaran yang ada di laut, sungai, danau
serta melakukan survey hidrografi guna pemutakhiran data
kondisi perairan untuk kepentingan keselamatan berlayar. Tujun
penjelasan tentang keselamatan pelayaran disamping
menegaskan konsekwensi untuk menindak lanjuti hasil konvensi
IMO terhadap Pemerintah tentang keselamatan pelayaran
sekaligus mensosialisaikan tentang tugas dan peran Direktorat
Kenavigasian Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
dimaksudkan juga untuk memberikan masukan bagi upaya
mencari solusi kedepan yang diharapkan dapat mengatasi
berbagai permasalahan yang timbul.
Keselamatan maritim merupakan suatu keadaan yang menjamin
keselamatan berbagai kegiatan dilaut termasuk kegiatan
pelayaran, eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya alam dan
hayati serta pelestarian lingkungan hidup. Untuk itu diperlukan
tata kelautan dan penegakkan hukum dilaut dalam menjamin
keselamatan, keamanan, ketertiban dan perlindungan lingkungan
laut agar tetap bersih dan lestari guna menunjang kelancaran lalu
lintas pelayaran. Konsep kriteria dan pengaturan di bidang
kelautan mempunyai implikasi yang luas dan harus
dipertimbangkan dalam pemanfaatan ruang laut Nasional.

PEMANFAATAN PERAIRAN

Kedaulatan negara atas laut dapat diartikan sebagai hak bagi


negara untuk melakukan penguasaan dan pengelolaan atas laut
guna dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Effektivitas kedaulatan negara di laut
sangat tergantung kepada kemampuan dan kapasitas pemerintah
dalam pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
khususnya di laut untuk selanjutnya mendukung aplikasi peran
seluruh komponen bangsa dalam pengelolaan laut.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1960 tentang Perairan


Indonesia menetapkan bahwa kepulauan dan perairan lndonesia
menjadi satu kesatuan sedangkan laut yang menghubungkan
antar pulau yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dan kedaulatan Negara RI mencakup perairan Indonesia, ruang
udara diatasnya, dasar laut dan tanah dibawahnya beserta
sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya serta lebar laut
wilayah dinyatakan 12 mil laut diukur dari garis pangkal menuju
luar.
Posisi geografi lndonesia yang berada dipersilangan jalur
transportasi dunia yang penting, memberikan kedudukan dan
peranan strategis bagi bangsa lndonesia dalam hubungan antar
bangsa. Kondisi geografi ini mensyaratkan semakin
diintensifkannya peranan Perhubungan Laut dalam
penyelenggaraan transportasi dan komunikasi disamping untuk
menjamin terwujudnya kesatuan dan keutuhan yang kokoh bagi
seluruh bangsa dan wilayah Republik lndonesia. Penegakan
kedaulatan di laut ditujukan untuk membela negara secara nyata.
Penegakan hukum merupakan upaya penegakan undang-undang
serta peraturan-peraturan yang menjadi instrumen pengaturan
mengenai wilayah kedaulatan negara, penggunaan laut sebagai
sarana perhubungan laut, udara dan komunikasi serta mengatur
tata tertib pemanfaatan sumberdaya di laut maupun lingkungan
hidup dan ekosistemnya.

PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI

Wilayah laut dan pesisir merupakan kawasan strategis untuk


berbagai aktivitas serta mempunyai karakteristik dan masalah
yang unik dan kompleks yang ditandai dengan keberadaan
berbagai pengguna jasa melakukan aktivitas dalam
memanfaatkan sumberdaya alam menurut cara pandang yang
berbeda. Keanekaragaman aktivitas yang menghasilkan berbagai
produktivitas sumber daya alam menjadi daya tarik bagi
pengguna jasa untuk melakukan pengelolaan dengan
memanfaatkan kemudahan dalam pengelolaannya. Kegiatan ini
dapat menimbulkan berbagai pemusatan pembangunan dan
pengelolaan di wilayah tertentu yang memiliki skala dan
intensitas yang tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa
pertumbuhan ekonomi wilayah meningkat dan untuk
mendukung aneka kegiatan angkutan lalu-lintas laut maka perlu
di alokasikan kawasan tertentu guna difungsikan sebagai alur
pelayaran yang terbebas dari segala aktivitas kelautan.
Dengan memperhatikan keselamatan dan keamanan berlayar di
perairan atupun di alur pelayaran guna menghindari kecelakaan
maka dapat diartikan juga bahwa kapal di dalam melakukan
pelayaran sekaligus menjaga kelestarian lingkungan alur
pelayaran sehingga dapat menghindari terjadinya konflik dalam
pemanfaatan wilayah perairan.Setiap kapal yang berlayar di
wilayah alur pelayaran ataupun pelabuhan harus dilakukan
dengan kecepatan aman serta disesuaikan dengan kondisi
perairan dan dibawah pengawasan Adpel. Hal ini dimaksudkan
agar lalu-lintas angkutan laut berlangsung aman dan mampu
menjaga kondisi perairan serta dapat merangsang pembangunan
yang berbasis pemberdayaan dan kekuatan lokal.
Dalam melakukan berbagai kegiatan di laut dan pesisir
diterapkan berbagai peraturan perundangan-undangan di bidang
kemaritiman Nasional dan lnternasional seperti hasil konvensi
produk lnternasional United Nation, International Maritime
Organization dan lain sebagainya. Penerbitan peraturan lalu-
lintas kapal dimaksudkan agar setiap kapal yang berlayar di
perairan bebas dan menyusuri alur khususnya alur yang sempit
ataupun berada di perairan pelabuhan akan selalu berhati-hati
terhadap bahaya tubrukan. Artinya bahwa kapal akan melakukan
gerakan disesuaikan dengan kondisi perairan sehingga tidak
menimbulkan dampak baik terhadap bahaya kecelakaan maupun
lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai aturan diterbitkan
badan dunia guna mencegah tubrukan di laut dalam rangka
mempertahankan tingkat tinggi keselamatan di laut.

PERAN PERHUBUNGAN LAUT DALAM KESELAMATAN


PELAYARAN

Mengaktifkan sebuah institusi secara menyeluruh yang dikaitkan


dengan tugas dan fungsi Kenavigasian sesuai dengan amanat
Undang-undang Nomor 21 tahun 1992 tentang pelayaran
bukanlah hal yang mudah bahkan tak semudah yang
digambarkan ataupun direncanakan diatas kertas. Hal inilah
yang dirasakan oleh Direktorat Kenavigasian yang sejak awal
sudah menyadari beratnya tanggung jawab dan harapan yang
diamanatkan oleh ketentuan undang-undang ataupun kewajiban
dari mandatori dari hasil konvensi peraturan lnternasional serta
rumitnya masalah bahkan konflik yang dihadapi dilapangan.

Dukungan masyarakat terhadap keselamatan pelayaran dan


fasilitasnya tidak datang dengan sendirinya namun kebutuhan
dan kepercayaan masyarakat akan keselamatan pelayaran serta
sosialisasi lebih berperan. Sesuai dengan PP Nomor 81 tahun
2000 tentang Kenavigasian dimana Direktorat Kenavigasian
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang berperan dan
bertanggung jawab terhadap fungsi keselamatan pelayaran
belum dikenal ataupun diakui berbagai pihak baik instansi
Pemerintah maupun masyarakat pengguna jasa namun untuk
manfaatnya sudah dirasakan.

Persoalannya kepercayaan publik kepada institusi itulah yang


tidak ada selama ini. Masyarakat hanya mengeluh dan
melakukan kritik tentang adanya fasilitas keselamatan pelayaran
yang tidak optimal serta janji-janji pemerintah tentang
pembangunan dan perbaikan bila dalam kerusakan. Yang
diperlukan masyarakat adalah hasil dan bukti pelaksanaan dan
juga banyak masyarakat belum mendukung langkah-langkah
yang dilakukan (SBNP hilang) namun pengelolaan keselamatan
pelayaran tidak boleh berhenti. Sepanjang laporan masyarakat
masih ada yang berarti keberadaan fasilitas masih dibutuhkan
dan sangat mengganggu apabila tidak berfungsi. Bahkan hingga
saat ini setelah banyak langkah yang telah ditempuh masih terus
saja ada pihak yang mengecam kinerja Direktorat Kenavigasian
diantaranya tidak berfungsinya SBNP hingga terjadinya kapal
tubrukan ataupun kandas.

Menurut tugas pokok dan fungsi Direktorat Kenavigasian maka


langkah yang dilaksanakan baru sebagian antara lain kegiatan
penyelenggaraan SBNP dan Telkompel dari tugas Kenavigasian
(sesuai UU no 17). Apabila ditemukan berbagai kendala maka
perlu diambil langkah-langkah maksimum guna mengatasinya
namun sepanjang tidak didasari pertimbangan objektif perlu
diambil langkah darurat.

Melaksanakan fungsi keselamatan pelayaran bukan hal yang


mudah yang harus diikuti oleh semua instansi dan ditunjang
dana yang cukup serta kesadaran semua pihak termasuk
masyarakat pengguna serta pesisir dan kelautan. Untuk itu yang
perlu dilakukan adalah membangun menejemen dan aturannya,
mendorong pemerintah melakukan terobosan atau reformasi,
mewujudkan fasilitas sarana dan prasarana keselamatan
pelayaran serta membangun kepercayaan ataupun kesadaran
masyarakat dan memacu pembentukan payung aturan.
Keselamatan pelayaran merupakan kebutuhan sehingga perlu
segera diwujudkan dan mengaktifkan fungsi-fungsi keselamatan
pelayaran melalui pembentukan lembaga dan menejemen serta
fasilitas sarana dan prasarananya.

FAKTOR YANG MEMEPENGARUHI KESELAMATAN


PELAYARAN

Guna mendapatkan perairan yang aman perlu dipersiapkan


fasilitas prasarana dan sarana yang sesuai dengan rencana dan
persyaratan kapal yang melalui wilayah perairan tersebut seperti
panjang dan dimensi alur, banyak tikungan, kondisi alam dan
teknis perairan, bahaya navigasi dan cuaca serta sistem
perambuan.

Dalam menghadapi iklim teknologi dan era informasi


komunikasi Navigasi khususnya dibidang pelayaran maka
penyelenggaraan Kenavigasian perlu ditingkatkan kapasitas dan
kemampuan melalui pemanfaatan teknologi satelit dengan
penyediaan sistem informasi navigasi yang memenuhi standard
tertinggi guna memastikan ketelitian ataupun peningkatan
akurasi posisi dalam wilayah tertentu. System tersebut dapat
dilakukan dengan menyediakan fasilitas yang segera dapat
menentukan posisi kapal di seluruh dunia serta kapabilitas waktu
dan kecepatan untuk pemakaian multi-moda transportasi.

Melalui penerapan strategi implementasi ketetapan IMO serta


dukungan IALA terhadap pengembangan sarana bantu navigasi
di sektor maritim maka penggunaan teknologi dan informasi
diantaranya dilakukan melalui penyediaan sistem radionavigasi
satelit. Dengan kebijakan dan pemanfaatan teknologi tersebut
diharapkan tingkat keselamatan dan keamanan pelayaran akan
lebih baik oleh karena telah melalui proses penggunaan penentu
posisi tiga dimensi dan sistem penentu kecepatan dan waktu.

KENAVIGASIAN

Berdasarkan UU 17 tahun 2008 tentang pelayaran menyebutkan


bahwa Kenavigasian adalah kegiatan yang berkaitan dengan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP), Telekomunikasi
Pelayaran (Telkompel), Hidrografi dan meteorologi, Alur dan
Pelintasan, Bangunan atau lnstalasi, Pemanduan, penanganan
kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air
(PBA) untuk kepentingan Keselamatan Pelayaran. Untuk
kepentingan keselamatan berlayar dan kelancaran lalu-lintas
kapal pada daerah yang terdapat bahaya navigasi ataupun
kegiatan di perairan yang dapat membahayakan keselamatan
berlayar harus ditetapkan zona keselamatan dengan diberi
penandaan berupa SBNP sesuai ketentuan yang berlaku serta
disiarkan melalui stasiun radio pantai (SROP) maupun Berita
Pelaut lndonesia. Disamping itu perlu diinformasikan mengenai
kondisi perairan dan cuaca seperti adanya badai yang
mengakibatkan timbulnya gelombang tinggi maupun arus yang
tinggi dan perubahannya.

Penyiaran berita disampaikan disiarkan secara luas melalui


stasiun radio pantai (SROP) dan/atau stasiun bumi pantai dalam
jaringan telekomunikasi pelayaran sesuai urutan prioritasnya dan
wajib memenuhi ketentuan penyiaran berita antara lain berita
marabahaya, meteorologi dan siaran tanda waktu sandar bagi
kapal yang berlayar di perairan lndonesia.Pemasangan SBNP
yaitu sarana yang dibangun atau terbentuk secara alami yang
berada diluar kapal dan berfungsi membantu navigator dalam
menentukan posisi dan/atau haluan kapal serta memberitahukan
bahaya dan/atau rintangan pelayaran untuk kepentingan keselamatan
pelayaran dilakukan guna memberi petunjuk terhadap zona terlarang yang tidak boleh dimasuki
oleh setiap kapal yang melewati daerah tersebut.

Pembangunan Telekomunikasi Pelayaran dimaksudkan agar setiap pemancaran, pengiriman atau


penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara dan informasi dalam bentuk apapun melalui sistem
kawat, optik, radio ataupun sistem elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak pelayaran yang
merupakan bagian dari keselamatan pelayaran segera disampaikan kepada pihak atau pemerintah
yang terkait.

Guna ketertiban perairan serta keamanan dan keselamatan navigasi maka setiap perencanaan
kegiatan kelautan harus dikoordinasikan dengan Direktorat Kenavigasian agar tidak terjadi
tumpang tindih penempatan ataupun pembangunan fasilitas kelautan yang dapat mengganggu
kelancaran aktivitas pelayaran. Oleh karenanya penyelenggaraan Kenavigasian perlu ditetapkan:

Penyelenggaraan Kenavigasian dilakukan guna mengatasi terjadinya kecelakaan ataupun


tingginya waktu tunggu kapal melalui penyesuaian fasilitas pengembangan fasilitas pelabuhan
serta keselamatan pelayaran dan fasilitas alur pelayaran terhadap peningkatan kepadatan traffik.

SBNP merupakan fasilitas keselamatan pelayaran yang meyakinkan kapal untuk berlayar dengan
selamat, effisien, menentukan posisi kapal, mengetahui arah kapal yang tepat dan mengetahui
posisi bahaya di bawah permukaan laut dalam wilayah perairan laut yang luas. Fasilitas SBNP
tidak hanya digunakan untuk transportasi laut namun juga digunakan untuk pembangunan
kelautan dan nelayan. SBNP diperlukan sebagai tanda bagi para navigator yang dipergunakan
sejak adanya pelayaran menyeberang laut dan menyusur pantai dalam rangka melakukan
kegiatan niaga ataupun perang.

Pada awalnya tanda visual diwujudkan berupa nyala api diatas bukit yang tinggi untuk malam
hari sedangkan siang hari berupa asap yang mengepul. Dengan berkembangnya teknologi dan
informasi maka akan digunakan berbagai sumber cahaya SBNP antara lain jaringan PLN,
generator (mensu) ataupun solar cell dan untuk dapat dilakukan pemantauan dan pengendalian
dari jarak jauh diarahkan kepada otomatisasi guna effisiensi.

ALUR DAN PERLINTASAN

Penentuan alur pelayaran ditinjau dari aspek keamanan bernavigasi dimaksudkan agar alur
terhindar atau bebas dari gosong ataupun karang yang tenggelam sewaktu air pasang (low
elevation tide), dangkalan ataupun karang tumbuh, pulau-pulau kecil. Disamping itu selat yang
terlalu sempit, perairan yang mempunyai arus atau ombak yang menyulitkan olah gerak kapal
serta halangan navigasi lainnya. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku petunjuk
pelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang kepada dunia maritim.
Mengingat posisi lndonesia yang merupakan persilangan antara dua wilayah yang
menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia dan juga benua Asia dengan
Australia maka kehadiran kapal asing dalam rangka memperpendek jarak pelayarannya dan ini
merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Dengan tetap mengutamakan kepentingan
Nasional pemerintah tetap memberikan kelonggaran tertentu bagi perlintasan kapal-kapal asing
di perairan lndonesia dengan menentukan alur laut kepulauan lndonesia (ALKI – PP 37 tahun
2002) dimaksudkan untuk mengakomodasi kepentingan bangsa lain untuk yang akan
dipergunakan sebagai perlintasan pelayaran lnternasional.

Penetapan ALKI tersebut dilakukan dengan memperhatikan keselamatan berlayar, pertahanan


dan keamanan, jaringan kabel dan pipa dasar laut, tata ruang kelautan, eksplorasi dan eksploitasi
serta konservasi sumberdaya alam, rute yang biasa digunakan pelayaran lnternasional dan
rekomendasi organisasi lnternasional yang berwenang.

Dengan ditentukannya alur pelayaran tersebut yang diikuti persyaratan berjalan terus tanpa henti,
langsung dan secepatnya dimaksudkan juga untuk mempermudah pengawasan terhadap
keberadaan kapal asing selama berada di wilayah lndonesia serta tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan (limbah kapal) ataupun bahaya penyalahgunaan oleh negara pengguna
alur yang dapat mengganggu kestabilan negara. Masalahnya alur pelayaran hanya tergambar di
peta laut dan pemberian beberapa SBNP sebagai tanda alur dimana masyarakat masih awam
terhadap pengertian dan penggunaan SBNP tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi
kepada masyarakat maritim tentang keberadaan alur tersebut agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam pemanfaatan perairan seperti kegiatan nelayan ataupun off shore di alur yang dapat
menimbulkan kecelakaan bagi kapal yang berlayar.

POLA PENENTUAN ALUR PERLINTASAN

Tujuan penetapan alur adalah untuk memperoleh alur pelayaran yang ideal dan memenuhi
berbagai aspek kepentingan keselamatan dan kelancaran berlayar serta effisien dalam
penyelenggraannya.Kawasan alur pelayaran ditetapkan oleh batas-batas yang ditentukan secara
jelas berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran.

Penentuan dan pengaturan alur pelayaran di laut, sungai, danau serta penyelenggaraannya dan
juga pengaturan sistem rute dan tata cara berlalu lintas perlu diprogramkan guna kelancaran dan
keselamatan berlayar. Disamping itu pengaturan terhadap bangunan atau instalasi dan gelaran
kabel atau pipa bawah air di perairan khususnya di alur pelayaran.

Dari aspek keselamatan dan strategis perairan maka pada beberapa lokasi perlu dilengkapi
dengan fasilitas Vessel Traffic lnformation System (VTIS) ataupun Radar Beacon (RACON)
sebagai persyaratan. Dengan dipenuhinya semua persyaratan alur pelayaran kemudian ditetapkan
oleh Menteri dan disiarkan ke dunia maritim melalui lnternational Maritime Organisation (IMO).
Mengacu kepada konvensi IMO pada Mei 1998 telah mengadopsi standard penggunaan suatu
sistem pelaporan kapa-kapal di laut kepada operator di darat pemantau lalu-lintas (Automatic
Identifikasi System-AIS) untuk memantau keselamatan pelayaran seperti menghindari tubrukan
di laut. Peralatan ini dihubungkan VTIS (Vessel traffic Information System) untuk mengetahui
nama, posisi, kecepatan dan haluan kapal yang kemudian informasi ini dimasukkan dalam
system AIS dan dipantau terus-menerus

BANGUNAN DAN INSTANSI

Bangunan dan instalasi adalah instalasi yang berada pada suatu lokasi di perairan Indonesia baik
yang kelihatan di permukaan maupun bawah air dalam jangka waktu sementara atau selamanya
dapat membahayakan pelayaran. Pada area lokasi bangunan dan instalasi perlu ditetapkan daerah
terlarang maupun daerah aman melalui penempatan SBNP, dipetakan dan diumumkan ke dunia
pelayaran.

Dengan tumbuh dan berkembangnya bangunan lepas pantai (offshore) dan semakin
meningkatnya kegiatan lalu-lintas pelayaran di perairan Indonesia perlu dilakukan pengaturan
mengenai penyelenggaraan SBNP dalam rangka membantu keamanan dan keselamatan berlayar.
Tugas pengendalian dan pengawasan bangunan lepas pantai dilakukan oleh BP Migas dan Ditjen
Migas Departemen Energi dan Sumberdaya Energi dan Mineral sedangkan terhadap pengawasan
SBNP dilakukan oleh DJPL Association of Lighthouse Authorities (IALA) yang telah
menetapkan “Recommendation for the making of Offshore Structure” dan Indonesia sebagai
salah satu negara anggota IALA menganggap perlu untuk mengatur lebih lanjut ketentuan
“Recommendation for the making of Offshore Structure”

Pasca operasi adalah masa dimana instalasi minyak dan gas bumi dinyatakan tidak lagi operasi
atau bermanfaat untuk keperluan produksi dan hal ini akan berdampak terhadap kegiatan
pemanfaatan laut lainnya apabila tidak segera dikendalikan yakni melakukan pembongkaran
instalasi atau program decomunisioning sesuai ketentuan yang berlaku dan kewajiban yang telah
diatur dalam kontrak kerja sama Technical Assistance Contract (TAC).

PEMANDUAN

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal dan kerugian lain dalam pelayaran
adalah dengan melaksanakan jasa pemanduan. Karena pandu dianggap seorang navigator yang
sangat mengetahui kondisi dan sifat perairan setempat disamping keahliannya untuk
mengendalikan kapal melalui saran atau komando perintahnya kepada nakhoda sehingga kapal
dapat melayari suatu perairan dengan selamat.

Perairan pandu dialokasikan untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan ketertiban maupun
kelancaran lalu-lintas kapal pada wilayah perairan tertentu. Faktor yang mempengaruhi
penetapan perairan tertentu menjadi perairan pandu antara lain :

POLA PENGELOLAAN ALUR PELAYARAN

Pada dasarnya pengelolaan alur dilakukan guna mendukung kelancaran lalu- lintas laut dengan
memperhatikan aspek keselamatan dan keamanan pelayaran serta aspek lingkungan dimana
setiap tahunnya terjadi peningkatan aktivitas traffik sesuai dengan peningkatan kebutuhan akan
angkutan laut.

Dampak belum terlaksananya pengelolaan alur pelayaran antara lain terjadinya kecelakaan dan
kandasnya kapal di beberapa alur pelayaran yang disebabkan tidak terpantaunya peningkatan
kepadatan traffik dan kondisi fisik perairan (perubahan kondisi perairan dan perilaku gerakan air
laut dan cuaca). Disamping itu adanya beberapa aktivitas di perairan seperti bangunan ataupun
instalasi dan gelaran kabel ataupun pipa yang tidak tertata dan juga perilaku nelayan di dalam
melakukan aktivitasnya yang dapat mengganggu kelancaran lalu-lintas kapal.
Dalam rangka memenuhi kewajiban ketentuan Internasional dalam menjamin keamanan,
ketertiban di wilayah laut dan keselamatan pelayaran di perairan Indonesia maka dikeluarkan
kebijakan tentang peruntukkan wilayah laut Indonesia beserta pengawasannya yang antara lain
berupa : penentuan batas negara, penentuan alur pelayaran, penetapan batas-batas alur pelayaran,
penetapan kawasan khusus antara lain kawasan wisata, pengeboran minyak, pipa/kabel bawah
laut ataupun pelabuhan. Penetapan peruntukan wilayah laut harus diikuti dengan kesiapan
pemberian petunjuk dan pengenalan wilayah laut tersebut dengan Sarana Bantu Navigasi
Pelayaran (SBNP) serta dituangkan pada peta laut. Fungsi SBNP adalah sebagai penentu posisi
kapal dan menunjukan wilayah yang aman bagi kapal yang berlayar dan juga tanda perbatasan
negara serta pemberitahuan tentang adanya bahaya dan rintangan kenavigasian.

KONDISI TRAFFIK

Perkembangan perekonomian selalu diikuti oleh peningkatan traffik serta perkembangan


teknologi kapal dan informasi sehingga hal ini menjadi tantangan bagi penyelenggaraan alur
pelayaran. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi hampir di semua wilayah perlu dicermati
terhadap peningkatan lalu-lintas angkutan laut dan kebutuhan akan alur pelayaran antara lain
selat Malaka atau alur pelabuhan Surabaya yang menunjukkan peningkatan jumlah traffik dan
jenis kapal yang signifikan sehingga perlu mendapat perhatian bagi pengelola alur.
Beberapa kasus kecelakaan kapal baik tubrukan ataupun kandas kapal menunjukkan adanya
kelemahan pada alur pelayaran beserta fasilitasnya sehingga perlu dilakukan penelitian
penyebabnya.

Seperti data traffik alur pelabuhan Surabaya yang menunjukkan bahwa jumlah kunjungan kapal
petikemas lnternasional cenderung menurun namun sebaliknya total GRT kapal cenderung
meningkat yang berarti dimensi kapal yang berkunjungan makin besar. namun untuk jenis
pelayaran lainnya cenderung stabil.

Berbeda dengan data traffik selat Malaka yang menunjukkan jumlah traffik dan dimensi kapal
yang melintasi selat Malaka cenderung meningkat. Selat Malaka dilalui oleh sekitar 300 unit
kapal setiap bulannya termasuk diantaranya kapal super tangker minyak dan gas alam cair
(VLCC) serta super container dengan kapasiatas hingga 5 juta ton. Jalur transportasi strategis
tersebut disamping memberikan manfaat secara ekonomi juga mengandung resiko terhadap
bahaya kerugian dari aspek keselamatan maupun ekologi. Perhitungan terhadap biaya
pemeliharaan alur pelayaran baik dari aspek perairan maupun perawatan fasilitas SBNP belum
ada kritarianya yang dapat dijadikan pedoman dalam mentukan klaim kerugian. Pedoman
tersebut merupakan dokumen yang memuat petunjuk praktis untuk antisipasi terjadinya
kerusakan dan perawatan serta pemeliharaan SBNP mulai dari traffik, identifikasi kerusakan,
rahabilitasi serta melakukan klaim.

POLA PENGEMBANGAN ALUR PELAYARAN

Alur pelayaran merupakan salah satu infrastruktur transportasi laut yang memanfaatkan
sumberdaya kelautan dimana keberadaannya diakui dan kawasannya dibebaskankan dari
aktivitas kelautan lainnya. Pada dasarnya tujuan untuk menetapkan alur adalah untuk
memperoleh alur pelayaran yang ideal dan dapat memenuhi aspek keamanan, keselamatan dan
kelancaran berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya. Kawasan alur pelayaran ditetapkan
oleh batas-batas yang ditentukan secara jelas berdasarkan koordinat geografis serta dilengkapi
dengan fasilitas sarana dan prasarana keselamatan pelayaran. Masalah yang mendasar dalam
penetapan alur pelayaran adalah penentuan kawasan alur yang kurang mempertimbangkan
berbagai aspek teknis dan ekonomis serta keterpaduan aktivitas kelautan sehingga fungsi alur
sebagai jalur transportasi menjadi terganggu sehingga belum menjamin untuk keselamatan
berlayar serta effisien dalam melayarinya.

Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dalam pengembangan potensi laut menimbulkan


keanekaragaman aktivitas di perairan (laut dan pesisir) yang menghasilkan produktivitas
sumberdaya alam dengan memanfaatkan berbagai kemudahan dalam pengelolaannya akan
menimbulkan pemusatan pembangunan dan pengelolaan di wilayah tertentu yang memiliki skala
dan intensitas yang tinggi. Oleh karenanya penetapan alur apabila dilihat dari aspek keselamatan
adalah bertujuan untuk memperoleh jalur pelayaran kapal yang ideal dan dapat memenuhi
perlindungan terhadap berbagai kepentingan aktivitas pengelolaan di laut. Peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah menimbulkan peningkatan jumlah kunjungan
kapal dan dimensi kapal oleh karenanya fasilitas alur pelayaran dan fasilitas sarana bantu
navigasi pelayaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan serta peningkatan teknologi perkapalan.

Guna memenuhi kepentingan keselamatan pelayaran perlu ditetapkan alur laut dan perlintasan
yang keberadaanya diakui secara nasional maupun lnternasional dan dituangkan dalam peta
pelayaran dunia serta kawasannya dibebaskan dari aktivitas kelautan lainnya. Untuk itu perlu di
alokasikan kawasan tertentu guna difungsikan sebagai alur pelayaran yang terbebas dari segala
aktivitas kelautan serta memenuhi persyaratan ukuran dan jumlah kapal yang melewati guna
kelancaran dan keselamatan berlayar serta effisien dalam penyelenggraannya.

Penentuan dan pengaturan alur pelayaran seperti di laut, sungai, danau serta penyelenggaraannya
dan juga pengaturan sistem rute dan tata cara berlalu lintas perlu diprogramkan guna kelancaran
dan keselamatan berlayar disamping mengatur masalah bangunan atau instalasi di perairan
khususnya di alur pelayaran. Penetapan sistem rute dan tata cara berlalu lintas didasarkan kepada
PEMANFAATAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI

Tuntutan terhadap jasa transportasi laut yang cepat, tepat, aman, nyaman, teratur dan terjangkau
oleh para pengguna jasa semakin meningkat namun hal tersebut kurang diimbangi oleh
pemberian pelayanan yang layak dari aparat yang bekerja dilapangan. Peranan jasa transportasi
laut yang effisien dan effektif sangat dominan dalam memperlancar arus barang maupun
penumpang dan oleh karena itu perlu diperhatikan keseimbangan dalam penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana transportasi laut.

Melalui perpaduan unsur teknologi dan informasi yang cukup canggih akan mampu
menghadirkan peralatan kenavigasian bukan hanya sekedar alat pengaman dan komunikasi
namun dapat juga sebagai alat transmisi data. Bagi para pengguna jasa yang mobilitasnya tinggi
hal ini sangat membantu dan dengan adanya perkembangan teknologi dimana masalah jarak dan
tarif sudah bukan merupakan penghalang.

Teknologi dan informasi dapat memberi peluang kepada pengguna jasa untuk mendapatkan
pelayanan yang lebih baik yang dampak lanjutnya akan meningkatkan kelancaran transportasi
laut. Perkembangan demi perkembangan sangat diharapkan dari teknologi dan informasi seperti
munculnya AIS ataupun VTIS yang akan memudahkan kegiatan pengamatan laut dalam
memantau keamanan dan keselamatan laut. Konvergensi teknologi merupakan hal yang tidak
dapat dihindari dan harus dapat diakomodsikan serta dimanfaatkan dan ditanggapi secara positif
dalam bentuk penyesuaian maupun peningkatan menejemen dan peralatan serta SDM.
lnternasional Maritime Organization (IMO) dan Savety of Life at Sea (SOLAS) chapter V
regulation 19 tentang implementasi Automatic ldentification System (AIS) menetapkan setiap
kapal harus dilengkapi oleh peralatan AIS. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui identitas
dan posisi kapal serta dapat menuntun kapal apabila terjadi kondisi darurat (emergency).

Sejalan dengan ketentuan tersebut peralatan AIS dapat dimanfaatkan untuk melakukan
pengawasan dan mengatur cara berlalu-lintas di alur pelayaran maupun di lingkungan pelabuhan
serta di daerah perairan perbatasan ataupun wilayah terpencil dalam rangka mendukung sistem
keamanan dan keselamatan pelayaran. Hal ini dilakukan dengan menempatkan peralatan AIS
tersebut pada lokasi tertentu yang dinilai strategis sebagai fungsi SBNP.

KESIMPULAN

Dalam rangka mewujudkan Keselamatan Pelayaran maka fungsi kegiatan Kenavigasian yang
meliputi kegiatan yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP),
Telekomunikasi Pelayaran (Telkompel), Hidrografi, Alur dan Pelintasan, Bangunan atau
lnstalasi, Pemanduan, penanganan kerangka kapal dan Salvage, dan atau Pekerjaan Bawah Air
(PBA) untuk kepentingan Keselamatan Pelayaran serta harus didukung dengan seperangkat
hukum yang memadai

Untuk menjamin kepentingan Nasional di perairan maka semua fungsi keselamatan pelayaran
harus dapat berjalan dengan tertib, terarah dan mempunyai landasan hukum yang mantap
Kecenderungan masing-masing instansi menerbitkan produk hukum yang tidak terintegrasi yang
mengakibatkan terjadi kesimpang-siuran dan tumpang tindih dalam melaksanakan pemanfaatan
laut

Bahwa sesungguhnya penetapa alur pelayaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tata
ruang Nasionap secara keseluruhan khususnya di perairan sehingga merupakan satu dimensi
yang tidak terpisahkan dari dimensi-dimensi yang lain yang membentuk tataruang nasional.
Keselamatan dan Keamanan Pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan, kepelabuhanan, dan
lingkungan maritim.
Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal,
pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan
Awak Kapal dan kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan
tertentu.
Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi,
bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk
perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah
dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Badan Klasifikasi adalah lembaga klasifikasi kapal yang melakukan pengaturan kekuatan
konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu material marine, pengawasan pembangunan,
pemeliharaan, dan perombakan kapal sesuai dengan peraturan klasifikasi.
Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga
angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya
dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung
yang tidak berpindah-pindah.
Kapal Perang adalah kapal Tentara Nasional Indonesia yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kapal Negara adalah kapal milik negara digunakan oleh instansi Pemerintah tertentu yang
diberi fungsi dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
menegakkan hukum serta tugas-tugas Pemerintah lainnya.
Kapal Asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam
daftar kapal Indonesia.
Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal oleh pemilik atau
operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal sesuai dengan jabatannya yang tercantum
dalam buku sijil.
Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain Nakhoda.
Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran,
Telekomunikasi-Pelayaran, hidrografi dan meteorologi, alur dan perlintasan, pengerukan dan
reklamasi, pemanduan, penanganan kerangka kapal, salvage dan pekerjaan bawah air untuk
kepentingan keselamatan pelayaran kapal.
Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik yang lain dengan aman
dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan/atau rintangan-pelayaran.
Alur-Pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran
lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari.
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran adalah peralatan atau sistem yang berada di luar kapal yang
didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi bernavigasi kapal
dan/atau lalu lintas kapal.
Telekomunikasi-Pelayaran adalah telekomunikasi khusus untuk keperluan dinas pelayaran
yang merupakan setiap pemancaran, pengiriman atau penerimaan tiap jenis tanda, gambar, suara
dan informasi dalam bentuk apa pun melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem
elektromagnetik lainnya dalam dinas bergerak-pelayaran yang merupakan bagian dari
keselamatan pelayaran.
Pemanduan adalah kegiatan pandu dalam membantu, memberikan saran, dan informasi kepada
Nakhoda tentang keadaan perairan setempat yang penting agar navigasi-pelayaran dapat
dilaksanakan dengan selamat, tertib, dan lancar demi keselamatan kapal dan lingkungan.
Perairan Wajib Pandu adalah wilayah perairan yang karena kondisi perairannya mewajibkan
dilakukan pemanduan kepada kapal yang melayarinya.
Pandu adalah pelaut yang mempunyai keahlian di bidang nautika yang telah memenuhi
persyaratan untuk melaksanakan pemanduan kapal.
Pekerjaan Bawah Air adalah pekerjaan yang berhubungan dengan instalasi, konstruksi, atau
kapal yang dilakukan di bawah air dan/atau pekerjaan di bawah air yang bersifat khusus, yaitu
penggunaan peralatan bawah air yang dioperasikan dari permukaan air.
Keselamatan pelayaran
Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan
keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab
kecelakaan kapal laut; karena tidak diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk
diikat (lashing), hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan
gaya lengan stabil.[1] Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat disebutkan secara
pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.

Kelaiklautan kapal

Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan yang harus dipatuhi, dan di
dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada badan independen yang menjadi pengawasnya. Pada saat
kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan selama proses pembangunannya, selain pemilik kapal,
pihak galangan kapal, dan pihak pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini
di Indonesia oleh Biro Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas bagi
kapal yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan melakukan survey
dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus dipenuhi.

[sunting]Penyebab kecelakaan pelayaran

Kedaruratan pelayaran dan penanganannya

Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi silih berganti dalam
beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel. Ada beberapa penyebab yaitu

Faktor manusia

Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi:

 Kecerobohan di dalam menjalankan kapal,

 kekurang mampuan awak kapal dalam menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam
operasional kapal,
 secara sadar memuat kapal secara berlebihan
Faktor teknis

Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan di dalam desain kapal,
penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang
menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal seperti yang dialami Kapal Tampomas
diperairan Masalembo, Kapal Livina.

Faktor alam

Faktur cuaca buruk merupakan permasalahan yang seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam
kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi
oleh musim/badai, arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.

]Aturan international keselamatan pelayaran

Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:

 International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana telah disempurnakan:
Aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

 Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan api, detoktor api dan
pemadam kebakaran);

 Komunikasi radio, keselamatan navigasi

 Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.

 Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan pelayaran


termasuk di dalamnya penerapan of the International Safety Management (ISM) Code dan
International Ship and Port Facility Security (ISPS) Code).

 International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for Seafarers, tahun
1978 dan terakhir diubah pada tahun 1995.

 International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.

 International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam 3 jilid
Perangkat keselamatan kapal

Sekoci

Perangkat keselamatan yang yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal terjadi kebakaran ataupun
kapal tenggelam berupa:
 Baju pelampung

 Perahu sekoci

 Rakit penolong
Perangkat komunikasi

Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang meliputi:

 Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan radio pantai

 Telepon satelit
Jenis kecelakaan

 Bocor

 Hanyut

 Kandas

 Kerusakan Konstruksi

 Kerusakan Mesin

 Meledak

 Menabrak Dermaga

 Menabrak Tiang Jembatan

 Miring

 Orang Jatuh ke Laut

 Tenggelam

 Terbakar

 Terbalik

 Tubrukan
Rujukan

Lihat pula

 Kecelakaan

 Sekoci

 Baju pelampung

 Daftar kecelakaan dan insiden kapal di Indonesia

 Kecelakaan KM Digoel

 International Safety Management Code


Pranala luar

 Totok Siswantara, Akar Masalah Kecelakaan Angkutan Laut, Sering Terjadi Pelanggaran Regulasi

 Uji Model Menjelaskan Penyebab Kecelakaan Kapal

 ITS, Bentuk Tim Pengkaji Kecelakaan Kapal Laut

Kategori:
 Kapal

ALAT PERLENGKAAN KAPAL


JANGKAR KAPAL
0

Jangkar kapal dan perlengkapannya adalah sesuatu bagian yang komplek dari bagian-bagian mekanismenya.
Kegunaan jangkar adalah, untuk membatasi gerak kapal pada waktu labuh di pelabuhan, agar kapal tetap pada kedudukannya, meskipun
mendapat tekanan oleh arus laut, angin, gelombang dan sebagainya. Kecuali itu berguna untuk membantu penambatan kapal pada saat
diperlukan. Ditinjau dari kegunaan, maka jangkar beserta perlengkapannya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Jangkar-jangkar diatas kapal harus memenuhi persyaratan megenai berat, jumlah dan kekuatannya
 Panjang, berat dan kekuaan rantai jangkar harus cukup
 Rantai jangkar harus diikat dengan baik dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat di lepaskan dari sisi luar bak rantainya.
 Peralatan jangkar termasuk bentuknya, penempatannya dan kekuatannya harus sedemikian rupa hingga jangkar itu dengan cepat dan
mudah dilayani
 Harus ada jaminan, agar pada waktu mengeluarkan rantai, dapat menahan tegangan-tegangan dan sentakan-sentakan yang timbul.
Berdasarkan ketentuan di atas maka setiap perlengkapannya jangkar mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Letak, jumlah dan berat jangkar
2. Ukuran dan panjang rantai
3. Mekanismenya
A. JANGKAR
1.JENIS JANGKAR
Menurut bentuknya secara garis besar dapat dibagi menjadi dua golongan :
1. Yang lengannya tak bergerak tetapi dilengkapi dengan tongkat
2. Yang lengannya bergerak tetapi tidak dilengkapi dengan tongkat (stick)
Disamping pembagian tersebut diatas terdapat jenis-jenis lain tetapi pemakaiannya amat jarang dan untuk kebutuhan-kebutuhan tertentu
dan untuk kapal khusus Misalnya :
 Jangkar berlengan banyak
 Jangkar special
Kapal-kapal niaga pelayaran besar pada umumnya dilengkapi dengan jangkar-jangkar sebagai berikut :
 3 (tiga) buah jangkar haluan (satu tidak dipergunakan, hanya sebagai cadangan)
 Sebuah jangkar arus
 Sebuah jangkar cemat
Jangkar Haluan : adalah jangkar utama yang digunakan untuk menahan kapal di dasar laut dan selalu siap terpasang pada lambung kiri
dan kanan haluan kapal, jangkar haluan ini beratnya sama. Jangkar haluan cadangan merupakan jangkar yang selalu siap sebagai
pengganti apabila salah satu hilang, jangkar haluan cadangan ini ditempatkan di bagian muka dekat haluan, agar selalu siap bilamana
diperlukan.
Jangkar Arus : adalah jangkar ini ukurannya lebih kecil kira-kira 1/3 berat jangkar haluan. Tempatnya dibagian buritan kapal digunakan
seperti halnya jangkar haluan yaitu menahan buritan kapal, supaya tidak berputar terbawa arus. Pada kapal-kapal penumpang yang
berukuran besar, kadangkadang jangkar ini ditempatkan di geladak orlop (geladak pendek yang terletak di bawah geladak menerus) apabila
demikian halnya maka jangkar tersebut dinamakan jangkar buritan dan beratnya sama dengan angkar haluan. Oleh karena itu bila ada
jangkar buritan, maka tidak perlu ada jangkar haluan cadangan.
Jangkar Cemat : adalah jangkar ini ukurannya lebih kecil, beratnya 1/6 kali jangkar haluan. Gunanya untuk memindahkan jangkar haluan
apabila kapal kandas (diangkat dengan sekoci).
2. GAYA YANG BEKERJA PADA JANGKAR
Pada waktu kapal berlabuh (membuang jangkar) pada kapal bekerja gaya-gaya sebagai berikut :
 Gaya tekanan angin yang ada pada batas di atas permukaan air, di sini diperhitungkan super structure dan deck house
 Gaya tekanan air pada bagian bawah
 Gaya energi yang ditimbulkan oleh gelombang. System gaya dalam keadaan setimbang bila jumlah gaya luar T yang terdapat pada
lubang rantai jangkar C akan sama besarnya dengan gaya tarik dari jangkar A sebesar TO dengan catatan arah TO terletak di bidang
horizontal. Keseimbangan tidak akan terjadi kalau rantai di titik A membentuk sudut dengan bidang horizontal.
3. UKURAN JANGKAR
Seperti dijelaskan di atas berat jangkar ditentukan oleh peraturan :
a) Dari peraturan BKI berat jangkar dapat ditentukan dari table 24 dengan menentukannya angka petunjuk Z terlebih dahulu yang dibedakan
menurut jenis kapalnya :
1. Kapal barang, kapal penumpang dan kapal keruk : ==> Z = 0,75 L.B.H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumahrumah geladak)
2. Kapal Ikan : ==> Z = 0,65 L.B.H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumahrumah geladak)
3. Kapal tunda : ==> Z = L.B.H + 0,5 (volume ruang bangunan atas dan rumahrumah geladak)
Dengan catatan
 Bila angka petunjuk tersebut ada diantara dua harga table yang berdekatan, maka alat-alat perlengkapan tersebut ditentukan oleh
harga yang terbesar.
 Untuk kapal-kapal di mana geladak lambung timbul adalah geladak kedua maka untuk H dapat diambil tinggi sampai geladak kedua
tersebut.
PERLENGKAPAN ALAT NAVIGASI DAN KOMUNIKASI PADA KAPAL
Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam menentukan arah
kapal, Pada zaman dahulu kala Untuk menentukan arah kapal berlayar tidak jauh dari
benua atau daratan.
alat komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara awak kapal yang beada
pada satu kapal, atau dapat di gunakan untuk komunikasi dengan kapal lain, dan atau
berkomunikasi dengan darat.

zaman dulu navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilakukan dengan melihat posisi
benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, nah lho kira-kira
gimana ya klo langit langit mendung. pasti jadi susah menentukan arah tujuan kapal
untuk zaman sekarang lebih mudah dengan alat-alat navigasi kapal modern.
nah sekarang kapal cargo mau membahas tentang alat navigasi kapal, ini dia alat-alat
navigasi kapal:

1. MARINE RADAR Navigasi kapal


alat navigai Kapal laut modern sekarang dilengkapi dengan alat navigasi kapal berupa
marine radar untuk mendeteksi kapal lain, cuaca/ awan yang dihadapi di depan
sehingga bisa menghindar dari bahaya yang ada di depan kapal.
nah ini dia gambar marine radar kapal
..

ini lagi dia gambar marine radar alat navigasi kapal


RADAR merupakan singkatan dari radio detection and ranging (ini bahasa menurut
bahasa daerah saya).radar merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mendeteksi,
mengukur jarak dan membuat map benda-benda seperti pesawat dan hujan. Istilah
radar pertama kali digunakan pada tahun 1941, menggantikan istilah dari singkatan
Inggris RDF (Radio Directon Finding). Gelombang radio kuat dikirim dan sebuah
penerima mendengar gema yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang
dipantulkan, pemantul gema dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang ditentukan
jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi radio sinyal dapat dengan mudah
dideteksi dan diperkuat.(alat navigasi kapal)
sebagai pelaut kita dapat mengubah kekuatan Gelombang radio radar yang diproduksi
dan mendeteksi gelombang yang lemah, dan kemudian diamplifikasi( diperkuat )
beberapa kali. Oleh karena itu radar digunakan untuk mendeteksi objek jarak jauh yang
tidak dapat dideteksi oleh suara atau cahaya. Penggunaan radar sangat luas, alat ini
bisa digunakan di bidang meteorologi, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan
oleh polisi, dan terutama oleh militer.
Marine radar dengan Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) kemampuan dapat
membuat trek menggunakan kontak radar. Sistem ini dapat menghitung saja tracking,
kecepatan dan titik terdekat pendekatan (CPA), sehingga tahu jika ada bahaya
tabrakan dengan kapal lain atau daratan.
alat navigasi kapal ARPA khusus memberikan presentasi dari situasi navigasi
kapal pada saat iitu dan dapat memprediksi navigasi atu ararah kapal beberapa saat
kemudian dengan menggunakan teknologi komputer. alat navigasi kapal ARPA dapat
memperhitungkan risiko tabrakan kapal, dan memungkinkan operator untuk melihat
manuver kapal.berikut ini adalah fungsi alat navigasi ARPA :
a. dapat menuntukan arah navigasi kapal dengan persentasi RADAR KAPAL
b. Otomatis akuisisi target akuisisi ditambah manual. Digital membaca target diakuisisi
yang menyediakan course kapal speed atau kecepatan kapal, range, bearing, closest
point of approach (CPA, and time to CPA (TCPA).
c. Kemampuan untuk menampilkan informasi tabrakan penilaian langsung pada PPI,
dengan menggunakan vektor (benar atau relatif) atau Prediksi grafis Luas Bahaya
(PAD) layar.
d. Kemampuan untuk melakukan manuver kapal, termasuk perubahan. Tentu saja,
perubahan kecepatan, dan tentu saja gabungan / perubahan kecepatan. Otomatis
stabilisasi tanah untuk keperluan navigasi.
e. ARPA proses informasi radar jauh lebih cepat dari radar konvensional namun masih
tunduk pada keterbatasan yang sama.
f. data ARPA seakurat data yang berasal dari input seperti giro dan log kecepatan kapal
.

2. NAVIGASI SATELIT KAPAL

Satelit alat navigasi kapal adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang
disalurkan ke penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik kapal
dipermukaan bumi atau di lautan. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer
adalah GPS milik Amerika Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila
pandangan antara satelit navigasi kapal dan penerima di tanah tidak ada gangguan,
maka dengan sebuah alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data
posisi kapal di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter dalam waktu nyata.
Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi kapal adalah Global Positioning
Satelite/GPS kapal adalah perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi
secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari satelit. Perangkat GPS
kapal modern menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern dalam
navigasi di darat, kapal di laut, sungai dan danau serta pesawat udara. kapal tanpa alat
navigasi gps bagaikan sayur tanpa garam..
ini dia gampar gps untuk alat navigasi kapal
maaf gambar diatas agak buram

3. PETA alat navigasi kapal


alat navigasi kapal yang ketiga adalah peta, peta merupakan perlengkapan utama
dalam pelayaran kapal bentuk dua dimensi (pada bidang datar) keseluruhan atau
sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala
tertentu. atau dengan kata lain representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi.
Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi.

a.Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :


-Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal
-Proyeksi Kerucut
-Proyeksi Silinder
b. Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :
-Proyeksi normal
-Proyeksi miring
-Proyeksi transversal
c. Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan:
-Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut
-Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya
panjang jarak
-Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas
suatu daerah pada bidang -lengkung
4. KOMPAS NAVIGASI KAPAL
alat navigasi kapal yang ke-4 adalah kompas, Kompas adalah alat navigasi kapal untuk
menentukan arah kapal berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas
memberikan rujukan arah tertentu, sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi.
Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan, timur, dan barat. Apabila
digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat
dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim
dengan membuat perjalanan jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia
masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk menentukan arah navigasi kapal.

keren ya gambar kompas diatas,hehehe...

Penemuan bahwa jarum magnetik selalu mengarah ke utara dan selatan terjadi di Cina
dan diuraikan dalam buku Loven Heng. Di abad kesembilan, orang Cina telah
mengembangkan kompas berupa jarum yang mengambang dan jarum yang
berputar.Pelaut Persia memperoleh kompas dari orang Cina dan kemudian
memperdagangkannya. Tetapi baru pada tahun 1877 orang Inggris, William Thomson,
1st Baron Kelvin(Lord Kelvin) membuat kompas yang dapat diterima oleh semua
negara. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetik
karena meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal.
Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
• Utara (disingkat U atau N)
• Barat (disingkat B atau W)
• Timur (disingkat T atau E)
• Selatan (disingkat S)
• Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)
• Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)
• Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)
• Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)
Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk
arah utara magnetis dari magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai
kompas. Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi dengan jam matahari. Kompas
variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara mengamati
variasi pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.
Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian terakhir
yang dilakukan oleh The Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi
magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah barat laut.menurut jenisnya
kompal sebagai alat navigasi kapal di bagi menjadi 2 yaitu, kompas analog dan digital
(silahkan langsung aja deh tanya mbah google).
nah ini di gambar kompas kapal

5. IRS alat navigasi kapal


alat navigasi kapal modern yang kelima adala IRS(Inertial Reference Sytem). IRS kapal
adalah perangkat yang dapat mengetahui posisi koordinat kapal berdasarkan efek
inertial. Tidak seperti GPS kapal perangkat IRS kapal tidak memerlukan stasiun
sehingga sangat cocok untuk digunakan di bumi maupun di ruang angkasa. Perangkat
IRS modern kapal menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern
sebagai alat navigasi kapal di laut, selain itu IRS juga bisa di gunakan sebagai alat
navigasi di darat , navigasi pesawat udara serta di ruang angkasa.
gambar perangkat IRS(Inertial Reference Sytem).

lihat gambar diatas membingungkan ya,gimana cara pasangx ya???

dari penjelasan diatas kapal cargo telah membahas tentang alat navigasi kapal, giliran
selanjutnya alat komunikasi kapal.

6. TELEGRAF alat komunikasi kapal


alat komunikasi kapal telegraf merupakan sebuah mesin untuk mengirim dan menerima
pesan pada jarak jauh kapal .mengunahkan Kode Morse dengan frekwensi gelobang
radio, kode morse adalah metode dalam pengiriman informasi, dengan menggunakan
standard data pengiriman nada atau suara,cahaya dengan membedakan ketukan dash
dan dot dari pesan kalimat, kata,huruf, angka dan tanda baca. Kode morse dapat
dikirimkan melalui peluit,bendera, cahaya, dan ketukan morse.

eh ternyata gambar telegraf kaya' itu ya bentuknya, jujur saya juga baru tau.
Pesan pada telegraf dikirimkan oleh operator telegraf (telegrapher) menggunakan kode
morse yang dikenal dengan nama “telegram” atau “kabelgram”, dan sering disingkat
dengan pesan kabel atau kawat. Sebelum telepon jarak jauh (interlokal) diperkenalkan
dan digunakan, telegram ini sangat terkenal pemakaiannya.
Kata telegraf yang sering didengar saat ini, secara umum merupakan telegraf elektrik.
Telegraf ditemukan oleh seorang warga Amerika Serikat bernama Samuel F.B. Morse
bersama dengan asistennya Alexander Bain.

7. Marine VHF radio (alat komunikasi kapal)


Marine VHF radio merupakan alat komunikasi kapal yang dipasang untuk memenuhi
tujuan komunikasi kapal yaitu memanggil tim penyelamat dan berkomunikasi dengan
pelabuhan, kunci, bridges and marines, dan marine vhf radio beroperasi di rentang
frekuensi VHF, antara 156-174 MHz. Walaupun secara luas alat komunikasi kapal
marine vhf radio digunakan untuk menghindari tabrakan, satu set marine vhf radio
adalah gabungan pemancar dan penerima dan hanya beroperasi pada standar,
frekuensi internasional dikenal sebagai salurannya.

Channel 16 (156.8 MHz) adalah panggilan internasional. Marine VHF radio kebanyakan
menggunakan "simplex" transmisi, dimana komunikasi hanya dapat terjadi dalam satu
arah pada satu waktu. Sebuah tombol transmisi pada set atau mikrofon menentukan
apakah itu beroperasi sebagai pemancar atau penerima. Mayoritas saluran,
bagaimanapun, adalah sisihkan untuk transmisi "duplex" saluran di mana komunikasi
dapat berlangsung dalam dua arah secara bersamaan [3]. Setiap saluran dupleks
memiliki dua penetapan frekuensi. Hal ini terutama karena, pada hari-hari sebelum
ponsel dan satcomms menjadi luas, saluran dupleks dapat digunakan untuk
menempatkan panggilan pada sistem telepon umum untuk biaya melalui operator laut.
Fasilitas ini masih tersedia di beberapa daerah, meskipun penggunaannya sebagian
besar telah mati. Di perairan AS, Marine VHF radio juga dapat menerima siaran radio
cuaca, di mana mereka yang tersedia, pada saluran, menerima hanya WX1 wx2, dll.
oke sekian dulu tulisan dari kapal cargo tentang alat navigasi kapal dan Alat komunikasi
kapal
Diposkan oleh mohamad wahyuddin
sumber: Pengantar teknologie kapal dan embel-embelnya
http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2012/02/perlengkapan-
alat-navigasi-dan.html
http://kumpulanartikelkelautandanperikanan.blogspot.com/2011/10/alat-navigasi-kapal-
dan-alat-komunikasi.html

Peralatan Navigasi kapal

Saat di sekolah dulu kalau dosen sedang mengajar dan menerangakan sampai sang dosen
berbusa mulutnya. tapi si murid tak memperhatikan apa yg di jelaskan di depan, kita harus
bersyukur juga loh sama dosen dosen yg killer dan streng jadi tak bodo bodo amat sama
hasil lulusannya sedikit banyak ilmu sang dosen menyerap di kepalanya. sbg pelaut adalah
sang navigator di atas kapal, ilmu melayari kapal harus di pahami. apa si ilmu pelayaran
seingat kita, adalag ilmu yg mengajari kita cara membawah sebuah kapal dari satu tempat
ke tempat lain dengan aman. praktis dan ekonomis.

jadi Navigasi adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya atau di
peta, dan oleh sebab itulah pengetahuan tentang kompas dan peta, radar, arpa, GMDSS,
live saving equipment, dan buku buku publikasi serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki
dan dipahami.

Sebelum kompas ditemukan, navigasi dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit
seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, yang tentunya bermasalah kalau langit
sedang mendung. kapal kapal sekarang sudah canggig canggih baik dari system elektronik yg
terus bermunculan sehingga mempermudahkan kita dalam menentukan posisi kapal. tapi alat
alat tradisional yg di ajarkan Bpk. ML Palumian jgn di lupakan karena suatu saat pasti kita
harus mempergunakannya. banyak buku buku yg terbit oleh Captain captain senior kita yg
mengajarkan cara melayari kapal dgn baik. salah satunya adalah perangakat navigasi, semua
pelaut harus mengenal dan dapat menggunakannya semaksimal mungkil agar tercapai
keselamatan dalam rute pelayarannya, apalagi adik adik kita yg masi taruna mereka wajib
hukumnya. salah satu alat alat tersebut sebagai berikut
1.Peta merupakan perlengkapan utama dalam pelayaran penggambaran dua dimensi (pada bidang datar)
keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi yang diproyeksikan dengan perbandingan/skala tertentu atau
dengan kata lain representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta
disebut kartografi.

Proyeksi peta menurut jenis bidang proyeksi dibedakan :

Proyeksi bidang datar / Azimuthal / Zenithal

Proyeksi Kerucut

Proyeksi Silinder

Proyeksi peta menurut kedudukan bidang proyeksi dibedakan :

Proyeksi normal

Proyeksi miring

Proyeksi transversal

Proyeksi peta menurut jenis unsur yang bebas distorsi dibedakan:

Proyeksi conform, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya sudut

Proyeksi equidistant, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya panjang jarak

Proyeksi equivalent, merupakan jenis proyeksi yang mempertahankan besarnya luas suatu daerah pada bidang
lengkung
2. Kompas adalah alat penunjuk arah yang selalu menunjuk kearah Utara, dengan melihat arah Utara-Selatan
pada Kompas dan dengan membandingkannya dengan arah Utara Peta kita sudah dapat mengorientasikan posisi
pada peta Kompas adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas
menyelaraskan dirinya dengan medan magnet bumi secara akurat. Kompas memberikan rujukan arah tertentu,
sehingga sangat membantu dalam bidang navigasi. Arah mata angin yang ditunjuknya adalah utara, selatan,
timur, dan barat. Apabila digunakan bersama-sama dengan jam dan sekstan, maka kompas akan lebih akurat
dalam menunjukkan arah. Alat ini membantu perkembangan perdagangan maritim dengan membuat perjalanan
jauh lebih aman dan efisien dibandingkan saat manusia masih berpedoman pada kedudukan bintang untuk
menentukan arah.

Alat apa pun yang memiliki batang atau jarum magnetis yang bebas bergerak menunjuk arah utara magnetis dari
magnetosfer sebuah planet sudah bisa dianggap sebagai kompas. Kompas jam adalah kompas yang dilengkapi
dengan jam matahari. Kompas variasi adalah alat khusus berstruktur rapuh yang digunakan dengan cara
mengamati variasi pergerakan jarum. Girokompas digunakan untuk menentukan utara sejati.

Lokasi magnet di Kutub Utara selalu bergeser dari masa ke masa. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh The
Geological Survey of Canada melaporkan bahwa posisi magnet ini bergerak kira-kira 40 km per tahun ke arah
barat laut.

Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.

Utara (disingkat U atau N)

Barat (disingkat B atau W)

Timur (disingkat T atau E)

Selatan (disingkat S)

Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)

Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)

Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)

Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)


3. GPS Salah satu perlengkapan modern untuk navigasi adalah Global Positioning Satelite/GPS adalah perangkat
yang dapat mengetahui posisi koordinat bumi secara tepat yang dapat secara langsung menerima sinyal dari
satelit. Perangkat GPS modern menggunakan peta sehingga merupakan perangkat modern dalam navigasi di
darat, kapal di laut, sungai dan danau serta pesawat udara

Global Positioning System (GPS) adalah satu-satunya sistem navigasi satelit yang berfungsi dengan baik. Sistem
ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat
penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan posisi, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa
dengan GPS anatara lain GLONASS Rusia, Galileo Uni Eropa, IRNSS India.

Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah
NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR
adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS).[1]
Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Udara Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini
sekitar US$750 juta per tahun,[2] termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.

4. Radar sangat bermanfaat dalam navigasiKapal laut dan kapal terbang modern sekarang dilengkapi dengan
radar untuk mendeteksi kapal/pesawat lain, cuaca/ awan yang dihadapi di depan sehingga bisa menghindar dari
bahaya yang ada di depan pesawat/kapal.

Radar (dalam bahasa Inggris merupakan singkatan dari radio detection and ranging,
yang berarti deteksi dan penjarakan radio) adalah sistem yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur jarak dan
membuat map benda-benda seperti pesawat dan hujan. Istilah radar pertama kali digunakan pada tahun 1941,
menggantikan istilah dari singkatan Inggris RDF (Radio Directon Finding). Gelombang radio kuat dikirim dan
sebuah penerima mendengar gema yang kembali. Dengan menganalisa sinyal yang dipantulkan, pemantul gema
dapat ditentukan lokasinya dan kadang-kadang ditentukan jenisnya. Walaupun sinyal yang diterima kecil, tapi
radio sinyal dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat.

Gelombang radio radar dapat diproduksi dengan kekuatan yang diinginkan, dan mendeteksi gelombang yang
lemah, dan kemudian diamplifikasi( diperkuat ) beberapa kali. Oleh karena itu radar digunakan untuk mendeteksi
objek jarak jauh yang tidak dapat dideteksi oleh suara atau cahaya. Penggunaan radar sangat luas, alat ini bisa
digunakan di bidang meteorologi, pengaturan lalu lintas udara, deteksi kecepatan oleh polisi, dan terutama oleh
militer.

A maritime radar with Automatic Radar Plotting Aid (ARPA) capability can create tracks using radar contacts.
The system can calculate the tracked object's course, speed and closest point of approach (CPA), thereby
knowing if there is a danger of collision with the other ship or landmass.

A typical ARPA gives a presentation of the current situation and uses computer technology to predict future
situations. An ARPA assesses the risk of collision, and enables operator to see proposed maneuvers by own
ship.While many different models of ARPAs are available on the market, the following functions are usually
provided:

a. True or relative motion radar presentation.

b. Automatic acquisition of targets plus manual acquisition. Digital read-out of acquired targets which provides
course, speed, range, bearing, closest point of approach (CPA, and time to CPA (TCPA).

c. The ability to display collision assessment information directly on the PPI, using vectors (true or relative) or
a graphical Predicted Area of Danger (PAD) display.
d. The ability to perform trial maneuvers, including course changes, speed changes, and combined course/speed
changes. Automatic ground stabilization for navigation purposes.
e. ARPA processes radar information much more rapidly than conventional radar but is still subject to the same
limitations.

f. ARPA data is only as accurate as the data that comes from inputs such as the gyro and speed log.
5. Telegraf merupakan sebuah mesin untuk mengirim dan menerima pesan pada jarak jauh.mengunahkan Kode
Morse dengan frekwensi gelobang radio, kode morse adalah metode dalam pengiriman informasi, dengan
menggunakan standard data pengiriman nada atau suara,cahaya dengan membedakan ketukan dash dan dot dari
pesan kalimat, kata,huruf, angka dan tanda baca. Kode morse dapat dikirimkan melalui peluit,bendera, cahaya,
dan ketukan morse.

6. Sonar (Singkatan dari bahasa Inggris: sound navigation and ranging),merupakan istilah Amerika yang pertama
kali digunakan semasa Perang Dunia, yang berarti penjarakan dan navigasi suara, adalah sebuah teknik yang
menggunakan penjalaran suara dalam air untuk navigasi atau mendeteksi kendaraan air lainnya. Sementara itu,
Inggris punya sebutan lain untuk sonar, yakni ASDIC (Anti-Submarine Detection Investigation Committee.
Sonar merupakan sistem yang menggunakan gelombang suara bawah air yang dipancarkan dan dipantulkan untuk
mendeteksi dan menetapkan lokasi obyek di bawah laut atau untuk mengukur jarak bawah laut. Sejauh ini sonar
telah luas digunakan untuk mendeteksi kapal selam dan ranjau, mendeteksi kedalaman, penangkapan ikan
komersial, keselamatan penyelaman, dan komunikasi di laut.

Cara kerja perlengkapan sonar adalah dengan mengirim gelombang suara bawah permukaan dan kemudian
menunggu untuk gelombang pantulan (echo). Data suara dipancar ulang ke operator melalui pengeras suara atau
ditayangkan pada monitor.
7. EPIRB cara kerja melalui Cospas-Sarsat merupakan sistem search and Rescue (SAR) berbasis satelit
internasional yang pertama kali digagas oleh empat negara yaitu Perancis, Kanada, Amerika Serikat dan Rusia
(dahulu Uni Soviet) pada tahun 1979. Misi program Cospas-Sarsat adalah untuk memberikan bantuan
pelaksanaan SAR dengan menyediakan distress alert dan data lokasi secara akurat, terukur serta dapat
dipercaya kepada seluruh komonitas internasional. Tujuannya agar dikuranginya sebanyak mungkin
keterlambatan dalam melokasi suatu distress alert sehingga operasi akan berdampak besar dalam
peningkangkatan probabilitas keselamatan korban. Keempat negara tersebut mengemabangkan suatu sistem
satelit yang mampu mendeteksi beacon pada frekuensi 121,5/243 MHz dan 406 MHz. Emergency Position-
Indicating Radio Beacon (EPIRB)adalah beacon 406 Mhz untuk pelayaran merupakan elemen dari Global
Maritime Distress Safety System (GMDSS) yang didesain beroperasi dengan sistem the Cospas-Sarsat. EPIRB
sekerang menjadi persyaratan dalam konvensi internasioal bagi kapal Safety of Life at Sea (SOLAS). Mulai 1
Februari 2009, sistem Cospas-Sarsat hanya akan memproses beacon pada frekuensi 406 MHz. Cospas
merupakan akronim dari Cosmicheskaya Sistyema Poiska Avariynich Sudov sedangkan Sarsat merupakan akronim
dari Search And Rescue Satellite-Aided Tracking

Prinsip Kerja

Ketika beacon aktif, sinyal akan diterima oleh satelit selanjutnya diteruskan ke Local User Terminal (LUT)
untuk diproses seperti penentuan posisi, encoded data dan lain-lainnya. Selanjutnya data ini diteruskan ke
Mission Control Cetre (MCC) di manage. Bila posisi tersebut diluar wilayahnya akan dikirim ke MCC yang
bersangkutan, bila di dalam wilayahnya makan akan diteruskan ke instansi yang bertanggung jawab.

8. Navtex is an international, automated system for instantly distributing maritime navigational warnings,
weather forecasts and warnings, search and rescue notices and similar information to ships. A small, low-cost
and self-contained "smart" printing radio receiver installed on the bridge, or the place from where the ship is
navigated, and checks each incoming message to see if it has been received during an earlier transmission, or if
it is of a category of no interest to the ship's master. The frequency of transmission of these messages is 518
kHz in English, while 490 kHz is used to broadcast in local language.
The messages are coded with a header code identified by the using alphabets to represent broadcasting
stations, type of messages, and followed by two figures indicating the serial number of the message.

9. Search and Rescue Transponder (SART) devices which are used to locate survival craft or distressed
vessels by creating a series of dots on a rescuing ship's 3 cm radar display. The detection range between these
devices and ships, dependent upon the height of the ship's radar mast and the height of the SART, is normally
about 15 km (8 nautical miles). Note that a marine radar may not detect a SART even within this distance, if
the radar settings are not optimized for SART detection.
Once detected by radar, the SART will produce a visual and aural indication.

10. Radio GMDSS Digital Selective Calling (DSC) on MF, HF and VHF maritime radios as part of the GMDSS
system. DSC is primarily intended to initiate ship-to-ship, ship-to-shore and shore-to-ship radiotelephone and
MF/HF radiotelex calls. DSC calls can also be made to individual stations, groups of stations, or "all stations" in
one's reach. Each DSC-equipped ship, shore station and group is assigned a unique 9-digit Maritime Mobile
Service Identity.

DSC distress alerts, which consist of a preformatted distress message, are used to initiate emergency
communications with ships and rescue coordination centers. DSC was intended to eliminate the need for
persons on a ship's bridge or on shore to continuously guard radio receivers on voice radio channels, including
VHF channel 16 (156.8 MHz) and 2182 kHz now used for distress, safety and calling. A listening watch aboard
GMDSS-equipped ships on 2182 kHz
11. Sextans is a minor equatorial constellation which was introduced in the 17th century by Johannes Hevelius.
Its name is Latin for the astronomical sextant, an instrument that Hevelius made frequent use of in his
observations dalam dunia pelayaran di gunakan untuk menentukan posisi kapal dengan menghitung ketingaian
benda angkasa dan azimutnya.

12. LORAN (LOng RAnge Navigation[1]) is a terrestrial radio navigation system using low frequency radio
transmitters that uses multiple transmitters (multilateration) to determine location and/or speed of the
receiver. The current version of LORAN in common use is LORAN-C, which operates in the low frequency
portion of the EM spectrum from 90 to 110 kHz. , mainly to serve as a backup to GPS and other GNSS
systemsThe navigational method provided by LORAN is based on the principle of the time difference between
the receipt of signals from a pair of radio transmitters.[3] A given constant time difference between the
signals from the two stations can be represented by a hyperbolic line of position (LOP). If the positions of the
two synchronized stations are known, then the position of the receiver can be determined as being somewhere
on a particular hyperbolic curve where the time difference between the received signals is constant. In ideal
conditions, this is proportionally equivalent to the difference of the distances from the receiver to each of
the two stations.

By itself, with only two stations, the 2-dimensional position of the receiver cannot be fixed. A second
application of the same principle must be used, based on the time difference of a different pair of stations. In
practice, one of the stations in the second pair may also be—and frequently is—in the first pair. By
determining the intersection of the two hyperbolic curves identified by the application of this method, a
geographic fix can be determined.
13. Nautical publications is a technical term used in maritime circles describing a set of publications, generally
published by national governments, for use in safe navigation of ships, boats, and similar vessels.

semua buku buku navigasi yg berhubungan dengan daerah yg akan di layari harus ada di atas kapal sebagai
panduan bagi para navigator. agar terciptanya pelayaran yg aman/safe navigation

14. Marine VHF radio is installed on all large ships and most motorized small craft. It is used for a wide variety
of purposes, including summoning rescue services and communicating with harbours, locks, bridges and marinas,
and operates in the VHF frequency range, between 156 to 174 MHz. Although it is widely used for collision
avoidance, its use for this purpose is contentious and is strongly discouraged by some countries, A marine VHF
set is a combined transmitter and receiver and only operates on standard, international frequencies known as
channels. Channel 16 (156.8 MHz) is the international calling and distress Marine VHF mostly uses "simplex"
transmission, where communication can only take place in one direction at a time. A transmit button on the set
or microphone determines whether it is operating as a transmitter or a receiver. The majority of channels,
however, are set aside for "duplex" transmissions channels where communication can take place in both
directions simultaneously [3]. Each duplex channel has two frequency assignments. This is mainly because, in
the days before mobile phones and satcomms became widespread, the duplex channels could be used to place
calls on the public telephone system for a fee via a marine operator. This facility is still available in some areas,
though its use has largely died out. In US waters, Marine VHF radios can also receive weather radio
broadcasts, where they are available, on receive-only channels wx1, wx2, etc

13.Inmarsat-C is a two-way, packet data service operated by the telecommunications company Inmarsat. The
service is approved for use under the Global Maritime Distress and Safety System (GMDSS), meets the
requirements for Ship Security Alert Systems (SSAS) defined by the International Marine Organization
(IMO) and is the most widely used service in fishing Vessel Monitoring Systems (VMS).

The service offers data transfer; e-mail; SMS, crew calling; telex; remote monitoring; tracking (position
reporting); chart and weather updates; maritime safety information (MSI); maritime security; GMDSS; and
SafetyNET and FleetNET services.
The service is operated via an Inmarsat-C Transceiver or a lower-power mini-C Transceiver. Both offering and
approved for the same service.The service is available for maritime, land mobile and aeronautical use.

14. The Automatic Identification System (AIS) is a short range coastal tracking system used on ships and by
Vessel Traffic Services (VTS) for identifying and locating vessels by electronically exchanging data with other
nearby ships and VTS stations. Information such as unique identification, position, course, and speed can be
displayed on a screen or an ECDIS. AIS is intended to assist the vessel's watchstanding officers and allow
maritime authorities to track and monitor vessel movements, and integrates a standardized VHF transceiver
system such as a LORAN-C or Global Positioning System receiver, with other electronic navigation sensors,
such as a gyrocompass or rate of turn indicator.

The International Maritime Organization's (IMO) International Convention for the Safety of Life at Sea
(SOLAS) requires AIS to be fitted aboard international voyaging ships with gross tonnage (GT) of 300 or more
tons, and all passenger ships regardless of size. It is estimated that more than 40,000 ships currently carry
AIS class A equipment.[citation needed]

Ships outside AIS radio range can be tracked with the Long Range Identification and Tracking system with
less frequent transmission

15. Binoarculs, field glasses or binocular telescopes are a pair of identical or mirror-symmetrical telescopes
mounted side-by-side and aligned to point accurately in the same direction, allowing the viewer to use both
eyes with binocular vision when viewing distant objects. Most are sized to be held using both hands, although
there are much larger types. Small, low-power binoculars for use at performance events are known as opera
glasses (see below). Many different abbreviations are used for binoculars, including glasses and bins

Unlike a monocular telescope, binoculars give users a three-dimensional image: the two views, presented from
slightly different viewpoints to each of the viewer's eyes, produce a merged view with depth perception. There
is no need to close or obstruct one eye to avoid confusion, as is usual with monocular telescopes. The use of
both eyes also significantly increases the perceived visual acuity, even at distances where depth perception is
not apparent (such as when looking at astronomical objects).

16. Echo sounder is the technique of using sound pulses directed from the surface or from a submarine
vertically down to measure the distance to the bottom by means of sound waves. Echo sounding can also refer
to hydroacoustic "echo sounders" defined as active sound in water (sonar) ,Distance is measured by multiplying
half the time from the signal's outgoing pulse to its return by the speed of sound in the water, which is
approximately 1.5 kilometres per second. Echo sounding is effectively a special purpose application of sonar
used to locate the bottom.As well as an aid to navigation (most larger vessels will have at least a simple depth
sounder), echo sounding is commonly used for fishing. Variations in elevation often represent places where fish
congregate. Schools of fish will also register. Most charted ocean depths use an average or standard sound
speed. Where greater accuracy is required average and even seasonal standards may be applied to ocean
regions. For high accuracy depths, usually restricted to special purpose or scientific surveys, a sensor may be
lowered to observe the factors (temperature, pressure and salinity) used to calculate sound speed and thus
determine the actual sound speed in the local water column

Dari rangkuman di atas seperti telegraf saat ini sudah tidak di gunakan lagi. dan mengenai inmarsat masi ada
inmarsat A dan M yg biasa di gunakan. biasanya di kapal mengunakan 2 system inmarsat A dan C karena biaya
dan cost serta system lebih mudah. dalam pengiriman fax, email dan call. perangkat navigasi yg traditional pun
masi banyak yg belum termasuk, seperti topdal merka, dan ssebagainya.ini hanya sebagian semoga bermanfaat
buat calon pelaut atau pelautnya sendiri yg ingin mengingat lagi alat alat navigasi di atas kapal.

Anda mungkin juga menyukai