Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dinas jaga laut dilaksanakan pada saat kapal sedang berlayar diperlukan

konsentrasi, ketelitian, tanggung jawab yang tinggi dalam membawa kapal serta

kecakapan sebagai pelaut yang baik dalam pengambilan keputusan dalam pengelolaan

kapal, dan keterampilan pengambilan keputusan yang baik dari para pelaut. Sebagai

Perwira Jaga yang bertindak atas nama Nakhoda, ia menjalankan tugasnya dan

bertanggung jawab penuh atas keselamatan kapal setiap saat, dengan mematuhi

Collision Regulation 1972 dan Regulation II/1 dari STCW 1978 as amended in 2010.

Sebagai mualim yang professional dalam menjalankan tugasnya, perlu

didukung oleh data navigasi dan data tersebut dapat diperoleh dari

pemerintah/lembaga atau pihak lain. Hal ini menuntut mualim untuk ikut mengolah

informasi yang ada seperti hambatan kapal, gangguan magnetik, dan pencemaran laut

agar dapat menjalankan tugas jaga secara efektif dan efisien.

Untuk melakukan tugas jaga yang efisien, mualim harus mendapatkan semua

peringatan dini secara visual dalam situasi saat ini, termasuk keberadaan kapal dan

suar di darat, pengamatan terus menerus dan arah kapal yang mendekat, pengamatan

radar dan kedalaman disediakan echo sounder digunakan secara teratur.

Penulis menyadari bahwa mualim jaga memegang peranan penting dalam

mengendalikan pergerakan kapal agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan

pada saat bernavigasi, terutama resiko terjadinya tubrukan. Akhir-akhir ini banyak

kita dengar dari kasus-kasus yang terjadi di komunitas maritim, khususnya yang

berkaitan dengan tubrukan kapal. Seperti yang penulis ketahui pada tahun 2013

hingga 2021 banyak terjadi accident kapal di daerah Tanjung Perak yang yang paling
sering terjadi adalah tubrukan. Dalam hal ini penulis terinspirasi untuk untuk

menuangkan dalam bentuk karya ilmiah terapan ini dengan “OPTIMALISASI

PELAKSANAAN DINAS JAGA DI KAPAL SESUAI STCW 1978 UNTUK

MENCEGAH TERJADINYA BAHAYA TUBRUKAN”

Anda mungkin juga menyukai