Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan
Sebagian besar wilayahnya merupakan perairan yang menyimpan kekayaan alam yang
sangat besar. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia merupakan pusat lalulintas
pelayaran Internasional mulai dari belahan bumi bagian utara hingga menuju bumi
bagian Selatan dan dari belahan bumi bagian timur hingga menuju belahan bumi bagian
barat. Hal ini dinbuktikan dengan ditunjuknya Indonesia oleh International Maritime
Organization (IMO) untuk menyelenggarakan Alur Lalulintas Kepulauan Indonesia
(Sea Line) sebagai jalur lalulintas pelayaran internasional padbulan juni 1998.
Tingginya lalu lintas kapal di perairan Indonesia menimbulkan risiko keamanan
dan keselamatan yang tinggi. Kemungkinan tabrakan, kecelakaan, dan pencurian kapal
menjadi ancaman serius. Untuk itu Crew kapal, dari mulai Nakhoda, Perwira Deck dan
Mesin hingga Juru Mudi yang terlibat ketika kapal memasuki alur dituntut ekstra siaga
dalam menjalankan dinas jaganya. Komunikasi sudah pasti menjadi perihal penting
yang sangat dibutuhkan kapal dalam situasi tersebut, baik yang bersifat intership
maupun informasi alur dari pemangku jabatan setempat yang lebih familiar terhadap
situasi setempat
Sebagai negara maritim,Indonesia perlahan melakukan penerapan hukum yang
berlaku secara internasional. International Maritime Organization (IMO) sebagai induk
organisasi negara-negara maritim seluruh dunia dalam menjawab permasalahan tersebut
akhirnya menerbitkan resolusi A.578 (14) ”Guidelines for Vessel Traffic Services”,
setelah sebelumnya pada 1968 IMO membuat resolusi A.158 (ES.IV) soal “Vessel
Traffic Service” (VTS). Kemudian mengadopsinya ke dalam Safety of Life at Sea
(SOLAS) 1974/1978 dalam Bab V (Keselamatan Navigasi) pada Peraturan 12 tentang
VTS.
Tujuan utama dari VTS adalah untuk menjaga keselamatan pelayaran,
mengoptimalkan efisiensi lalu lintas kapal, dan melindungi lingkungan maritim.
Dengan memantau dan mengatur lalu lintas kapal, VTS membantu mengurangi risiko
kecelakaan, meningkatkan navigasi kapal, dan memfasilitasi kelancaran operasi
pelabuhan atau perairan yang sibuk. Salah satunya adalah Teluk Jakarta yang memiliki
lalu lintas kapal yang padat dan kompleks. Kapal-kapal yang beroperasi di wilayah ini
meliputi kapal-kapal kargo, tanker, kapal penumpang, dan kapal-kapal kecil.
Keberadaan pulau-pulau kecil, tambang pasir, dan aktivitas rekreasi juga menambah
kompleksitas lalu lintas kapal di Teluk Jakarta.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan pengamatan
dengan judul: “Implementasi Vessel Traffic Service (VTS) Di Perairan Teluk
Jakarta Untuk Pengendalian Lalulintas Kapal Yang Aman Dan Efisien.” Penulis
melakukan pengamatan secara langsung pada saat melakukan Praktik Darat (Prada)
di kantor Distrik Navigasi Tipe-B Tanjung Priok Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai