BENCANA AIR
DI SUSUN OLEH :
P05120218001
JURUSAN KEPERAWATAN
DIII KEPETAWATAN
TAHUN 2020
Evakuasi
1. Pengertian evakuasi
2. Tujuan evakuasi
3. Urutan evakuasi
4. Jalur evakuasi
Jalur evakuasi adalah lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung dan
cepat dari orang-orang yang menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
menimbulkan bahaya (Abrahams, 1994). Ada dua jenis evakuasi yang dapat
dibedakan yaitu evakuasi skala kecil dan evakuasi skala besar.Contoh dari evakuasi
skala kecil yaitu penyelematan yang dilakukan dari sebuah bangunan yang disebabkan
karena ancaman bom atau kebakaran.Contoh dari evakuasi skala besar yaitu
penyelematan dari sebuah daerah karena banjir, badai .Dalam situasi yang melibatkan
manusia secara langsung atau pengungsi didekontaminasi sebelum diangkut keluar
dari daerah yang terkontaminasi.
Dalam modul Siap Siaga Bencana Alam (2009: 36) dikemukakan syarat-syarat jalur
evakuasi yang layak dan sudah memadai tersebut adalah:
a. Keamanan Jalur
letusan gunung berapi atau Jalur evakuasi yang akan digunakan untuk
evakuasi haruslah benar-benar aman dari benda-benda yang berbahaya yang
dapat menimpa diri.
b. Jarak Tempuh Jalur
Jarak jalur evakuasi yang akan dipakai untuk evakuasi dari tempat tinggal
semula ketempat yang lebih aman haruslah jarak yang akan memungkinkan
cepat sampai pada tempat yang aman.
c. Kelayakan Jalur
Jalur yang dipilih juga harus layak digunakan pada saat evakuasi sehingga
tidak menghambat proses evakuasi.
aman.
Memindahkan korban dengan kondisi korban dapat berjalan jauh lebih mudah dari
pada memindahkan korban dalam keadaan tidak dapat jalan. Korban yang tidak dapat
berjalan kemungkinan terjadi gangguan atau cedera pada tungkai yaitu otot atau
tulang, cedera pada tulang belakang atau pada otak korban. Memindahkan korban
dengan cedera otak atau kepala diperlukan perencanaan yang benar. Bila korban dapat
berjalan, maka harus dipastikan bahwa tidak ada jejas dan rasa sakit di bagian leher,
punggung dan pinggang sehingga korban dapat bergerak tanpa rasa khawatir terjadi
kelumpuhan akibat cedera tulang belakangnya. Penderita yang tidak dapat berjalan
maka pastikan terlebih dahulu penyebabnya. Bila korban tidak dapat berjalan karena
cedera otot maka penderita dapat dipindahkan dengan cara menggendong korban baik
di depan ataupun di belakang. Bila keadaan korban tidak dapat bergerak karena
terdapat gangguan patah tulang maka korban dipindahkan dengan mengunakan
bantuan alat untuk memfiksasi tulang yang patah, kecuali dalam keadaan bahaya,
maka tindakan yang paling memungkinkan adalah menarik penderita pada bahunya
dan usahakan posisi penderita sejajar dengan permukaan tanah. Untuk memindahkan
korban dengan patah tulang, maka tulang yang patah harus difiksasi dengan alat,
dengan kayu bidai atau mengikat kaki yang menderita patah denga kaki yang
sebelahnya agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah pada kaki penderita.
c. Jumlah penolong
Penting untuk Anda ingat bahwa memindahkan korban dari lorong yang
sempitmemerlukan perencaan yang matang, demikian juga apabila memindahkan
penderita dari bangunan bertingkat yang mempunyai lift sempit. Mengendong di
depan ataupun di belakang akan memiliki resiko yang berbeda dan sangat bervariasi
bagi setiap individu korban. Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari
keadaannya.
Sideney A. Schreiner, Jr., Urban Transport and Logistics in Cases of Natural Disasters, CRC
Press Taylor & Francis Group, 2014