Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN BENCANA LANJUT III

EAVKUASI DAN TRASPORTASI KORBAN

BENCANA AIR

DOSEN PEMBIMBING : VICE ELESE

DI SUSUN OLEH :

AFIFAH JIHAN NABILLAH

P05120218001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

DIII KEPETAWATAN

TAHUN 2020
Evakuasi

1. Pengertian evakuasi

Evakuasi adalah suatu tindakan memindahkan manusia secara langsung dan


cepat dari satu lokasi ke lokasi yang aman agar menjauh dari ancaman atau kejadian
yang dianggap berbahaya atau berpotensi mengancam nyawa manusia atau mahluk
hidup lainnya.Ada banyak kondisi ekstrim yang berpotensi mengancam keselamatan
manusia sehingga perlu dilakukan evakuasi. Misalnya wabah penyakit, bencana alam
(badai, banjir, tanah longsor, gunung meletus, tsunami, dan lain-lain), kebakaran,
perang, kontaminasi nuklir, dan sebagainya.

2. Tujuan evakuasi

Mengacu pada pengertian evakuasi di atas, tujuan utama evakuasi adalah


untuk memindahkan manusia dari area berbahaya ke zona aman. Beberapa tujuan
evakuasi lainnya yaitu:

1. Untuk mencegah jatuhnya korban jiwa sehingga manusia dipindahkan ke lokasi


yang dianggap aman.
2. Untuk menyelamatkan korban yang jatuh pasca kejadian yaitu dengan melakukan
pencarian dan pemindahan ke zona aman.
3. Untuk mempertemukan korban bencana dengan keluarganya yang sempat terpisah
akibat kejadian.Untuk mengetahui jumlah korban yang meninggal dunia akibat
bencana sehingga dapat diproses lebih lanjut.

3. Urutan evakuasi

Seperti yang disebutkan sebelumnya, proses evakuasi tersebut dilakukan sebelum,


selama, dan setelah bencana. Berikut ini adalah urutan evakuasi pada umumnya:

1. Deteksi, yaitu proses menemukan dan menentukan keberadaan potensi ancaman


2. Keputusan, yaitu penentuan tindakan yang akan diambil setelah menemukan
potensi bahaya
3. Alarm, yaitu peringatan atau pemberitahuan akan adanya ancaman
4. Reaksi, yaitu tindakan atau aksi yang dilakukan setelah mengambil keputusan dan
mengeluarkan peringatan bahaya
5. Perpindahan ke Area Aman, yaitu proses memindahkan manusia dan benda dari
area berbahaya ke zona aman
6. Transportasi, perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan menggunakan mesin atau tenaga manusia
Penting untuk dicatat bahwa tahapan evakuasi yang disebutkan di atas bisa saja
berbeda dengan tahapan evakuasi di lapangan. Perbedaan bencana atau peristiwa
tentunya penanganannya akan berbeda juga.

4. Jalur evakuasi

Jalur evakuasi adalah lintasan yang digunakan sebagai pemindahan langsung dan
cepat dari orang-orang yang menjauh dari ancaman atau kejadian yang dapat
menimbulkan bahaya (Abrahams, 1994). Ada dua jenis evakuasi yang dapat
dibedakan yaitu evakuasi skala kecil dan evakuasi skala besar.Contoh dari evakuasi
skala kecil yaitu penyelematan yang dilakukan dari sebuah bangunan yang disebabkan
karena ancaman bom atau kebakaran.Contoh dari evakuasi skala besar yaitu
penyelematan dari sebuah daerah karena banjir, badai .Dalam situasi yang melibatkan
manusia secara langsung atau pengungsi didekontaminasi sebelum diangkut keluar
dari daerah yang terkontaminasi.

Dalam modul Siap Siaga Bencana Alam (2009: 36) dikemukakan syarat-syarat jalur
evakuasi yang layak dan sudah memadai tersebut adalah:

a. Keamanan Jalur
letusan gunung berapi atau Jalur evakuasi yang akan digunakan untuk
evakuasi haruslah benar-benar aman dari benda-benda yang berbahaya yang
dapat menimpa diri.
b. Jarak Tempuh Jalur
Jarak jalur evakuasi yang akan dipakai untuk evakuasi dari tempat tinggal
semula ketempat yang lebih aman haruslah jarak yang akan memungkinkan
cepat sampai pada tempat yang aman.
c. Kelayakan Jalur
Jalur yang dipilih juga harus layak digunakan pada saat evakuasi sehingga
tidak menghambat proses evakuasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemindahan korban.

a. Korban tidak sadar

Memindahkan korban dalam keadaan tidak sadar sebaiknya berhati-hati


karena terdapat kemungkinan adanya gangguan/cedera pada kepala penderita
sehingga menyebabkan penderita tidak sadar. Seadainya tidak ada hal yang
membahayakan maka sebaiknya penderita tidak dipindahkan sebelum penderita
disadarkan, tetapi penderita boleh dipindahkan apabila ada ancaman bahaya terhadap
korban atau penolong yang akan melakukan pertolongan. Perhatikan kondisi penderita
apakah ada luka didaerah bahu keatas, bila terdapat luka maka jangan memindahkan
penderita dengan mengangkat kepalanya. Cara yang paling baik untuk memindahkan
penderita ini adalah dengan peralatan khusus untuk menfiksasi leher penderita
kemudian korban dipindahkan dengan

aman.

b. Korban dapat berjalan atau tidak

Memindahkan korban dengan kondisi korban dapat berjalan jauh lebih mudah dari
pada memindahkan korban dalam keadaan tidak dapat jalan. Korban yang tidak dapat
berjalan kemungkinan terjadi gangguan atau cedera pada tungkai yaitu otot atau
tulang, cedera pada tulang belakang atau pada otak korban. Memindahkan korban
dengan cedera otak atau kepala diperlukan perencanaan yang benar. Bila korban dapat
berjalan, maka harus dipastikan bahwa tidak ada jejas dan rasa sakit di bagian leher,
punggung dan pinggang sehingga korban dapat bergerak tanpa rasa khawatir terjadi
kelumpuhan akibat cedera tulang belakangnya. Penderita yang tidak dapat berjalan
maka pastikan terlebih dahulu penyebabnya. Bila korban tidak dapat berjalan karena
cedera otot maka penderita dapat dipindahkan dengan cara menggendong korban baik
di depan ataupun di belakang. Bila keadaan korban tidak dapat bergerak karena
terdapat gangguan patah tulang maka korban dipindahkan dengan mengunakan
bantuan alat untuk memfiksasi tulang yang patah, kecuali dalam keadaan bahaya,
maka tindakan yang paling memungkinkan adalah menarik penderita pada bahunya
dan usahakan posisi penderita sejajar dengan permukaan tanah. Untuk memindahkan
korban dengan patah tulang, maka tulang yang patah harus difiksasi dengan alat,
dengan kayu bidai atau mengikat kaki yang menderita patah denga kaki yang
sebelahnya agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah pada kaki penderita.

c. Jumlah penolong

Jumlah penolong akan sangat berpengaruh terhadap cara memindahkan korban,


jumlah penolong yang lebih banyak akan memudahkan pemindahan korban dibanding
sendiri, namun pada beberapa kondisi
korbanmengangkatkorbansendirikemungkinanlebih menguntungkan. Memindahkan
korban dengan penolong lebih dari satu orang diperlukan koordinasi yang baik antara
anggota penolong.

d. Jalan yang akan dilalui

Penting untuk Anda ingat bahwa memindahkan korban dari lorong yang
sempitmemerlukan perencaan yang matang, demikian juga apabila memindahkan
penderita dari bangunan bertingkat yang mempunyai lift sempit. Mengendong di
depan ataupun di belakang akan memiliki resiko yang berbeda dan sangat bervariasi
bagi setiap individu korban. Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari
keadaannya.

1. Korban dengan syok : tungkai ditinggikan

2. Korban dengan gangguan pernapasan : biasanya posisi setengah duduk

3. Korban dengan nyeri perut : biasanya posisi meringkuk seperti bayi

4. Posisi pemulihan: untuk korban yang tidak sadar atau muntah


5. Transportasi untu penyelamatan korban bencana air
a. Tube rescue
Tube rescue adalah alat pelampung yang terbuat dari bahan yang elastis
dengan kedua ujungnya memiliki kaitan untuk mengunci saat membawa korban Alat
ini digunakan melingkari badan korban Kait pada tube diletakkan pada punggung
sehingga posisi korban dalam keadaan telentang penolong berenang ke tepi dengan
menggunakan gaya crawl ! Apabila korban dalam keadaan panik, korban didekati
dengan memberikan tube pada korban dan telentangkan korban dan segara memberi
napas buatan sebisamungkin untuk membuka jalan pernapasan setelah itu bawa
korban ke tepi.
b. Board rescue
Board rescue adalah alat yang menyerupai papan selancar Papanini digunakan
untuk mengangkut korban baik yang kelelahan maupun yang dalam keadaan tidak
sadar cara mengendarai boardrescue dengan posisi bersimpuh pada atas papan dan
mengayuh dengan dua tangan secara bersama-sama, untuk melakukan pengereman
dengan cara menurunkan kaki secara bersama-sama dan mengambil posisi duduk
dengan kedua kaki berada pada sisiyang berlainan arah yang kedua dengan posisi
telungkup diataspapan dan mengayuh dengan satu tangan bergantian sepertigerakan
tangan gaya crawl , untuk menghentikannya dengan mengayuh tangan ke arah depan
secara bersama-sama,Setelah sampai di tempat korban yang dilakukan adalah
mengangkat korban ke atas papan cara mengangkat korban sadar, menghentikan
papan dengan posisi korban berada disebelah kanan papan.Kemudian, korban
berusaha sendiri untuk naik ke atas papan dan penolong membantu serta
mengimbangi agar papan tidak terbalik Setelah berada di atas papan posisi korban
terlungkup dan penolong juga dalam posisi yang sama kemudian bersama-sama
mengayuh board rescue
Apabila korban dalam kedaan tidak sadar, penolong menghentikanpapan
dengan bagian kiri papan yang mendekat dengan korban raih tangan kiri korban dan
letakkan pada tepi papan kemudian papan di putar sebanyak dua kali sehingga korban
berada diatas papan dan benahi posisi korban untuk membawa korban ke atas papan
dengan meletakkan kepala korban pada tepi papan dan kaki penolong turun dari sisi
yang berbeda, setelah jalan pernapasan terbuka kemudian korban dinaikkan ke papan
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, BNPB, Manajemen Logistik


Penanggulangan Bencana, 2018.

Sideney A. Schreiner, Jr., Urban Transport and Logistics in Cases of Natural Disasters, CRC
Press Taylor & Francis Group, 2014

Anda mungkin juga menyukai