KEPERAWATAN BENCANA
“WATER RESCUE”
Disusun Oleh :
Rohimiah
(NIM : 1130117001)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
WATER RESCUE
PRINSIP
1. Tidak menambah korban
Respon atau penanganan yang sesegera mungkin dan penolong tidak melupakan factor
keselamatan diri sendiri (safety self) dapat meminimalisir jumlah korban, dalam artian
tidak menambah jumlah korban, baik korban dari penolong ataupun orang-orang yang
berada di daerah penyelamatan. Perlu diperhatikan bahwa dalam setiap tindakan
penyelamatan, keselamatan penolong lebih diprioritaskan daripada keselamatan orang
lain.
2. Tidak menambah cedera korban
3. Efektif dan efisien
Setiap teknik pertolongan apapun hendaknya dilakukan dengan metode-metode yang
efektif sehingga tujuan rescue dapat terpenuhi dan efisien sehingga factor resiko akibat
tindakan rescue dapat diminimalisir serta dapat memudahkan penolong dalam melakukan
tidakan penyelamatan.
SYARAT
1. Penolong memiliki pengalaman atau menguasai teknik water rescue
Seorang rescuer harus memiliki kemampuan dan keterampilan dasar pertolongan di air
(water rescue), dan lebih diutamakan bagi yang sudah memiliki pengalaman.
2. Situasi dan lingkungan memungkinkan untuk dilakukan tindakan penyelamatan
Situasi dan lingkungan yang membahayakan penolong seperti badai dan gelombang arus
laut yang terlalu besar yang dapat mebahayakan penolong harus dipertimbangkan apakah
dilakukan tindakan rescue pada korban atau tidak. Hal ini terkain prinsip rescue yang
tidak menambah cedera korban
3. Kemampuan renang
Kemampuan renang merupakan modal utama bagi penolong, tetapi tidak semua metode
penyelamatan mengharuskan penolong berada di dalam air.
Ring Buoy
TAHAPAN PENYELAMATAN
1. Berteriak sekuat mungkin untuk menarik perhatian orang lain. Hal ini dilakukan untuk
menambah bantuan ataupun sebagai saksi.
2. Hubungi nomor telepon gawat darurat sesegera mungkin
3. Lakukan pertolongan seaman mungkin JANGAN LAKUKAN masuk kelokasi tersebut tanpa
pengaman, kecuali anda mengenal lokasi. Bila tidak yakin dengan kemampuan diri sendiri
sebaiknya carilah bantuan." Lebih baik kehilangan satu orang daripada kehilangan dua orang",
maksudnya " Jangan menambah korban lebih banyak".
4. Kemudian lakukan metode penyelamatan (R-T-R-G-T)
Reach
Metode Reach dilakukan jika korban berada dalam jangkauan penolong, berada dekat dengan darat
atau pinggir perairan atau tempat dangkal. Variasi tekni Reach adalah
Pada teknik ini, penolong berada di darat atau pinggir air karena posisi korban berada di pinggir
air. Pernolong dapat menolong korban dengan menjulurkan bantun dengan menggunakan alat
berupa benda apung (mis: Dayung, galah, bamboo) atau Benda non apung (mis: handuk,
pakaian, juluran tangan) kepada korban, sehingga korban dapat meraihnya dan dapat ditarik ke
darat.
Pada teknik ini penolong berada di perairan yang dangkal karena korban posisinya tidak cukup
dekat dengan darat atau pinggir air, tetapi dekat dengan daerah dangkal, sedangkan teknik
pertolongan dan alat yang digunakan hamper sama dengan teknik pertama atau dengan
menggunakan rantai manusia.
Throw
Metode ini adalah lanjutan dari Reach dimana posisi korban tidak berada dalam area jangkauan.
Metode pertolongan ini dilakukan dengan melempar alat apung yang terikat dengan tali atau
tidak kepada korban sehingga korban dapat ditarik ke darat atau korban dapat menggunakan alat
apung untuk berenang sendiri menuju ke darat. Syarat metode ini adalah korban harus cukup
kooperatif.
Row
Row adalah metode pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat
dilakukan yang disebabkan karena posisi korban yang berada diluar daerah jangkauan dan
lemparan benda apung atau karena korban kurang kooperatif. Pada metode ini penolong/Rescuer
harus mendekat kearah korban dengan menggunakan perahu kecil untuk mendekati korban,
setelah dekat dengan korban, maka penolong kembali menggunakan metode Reach dan Trhow
Go
Metode ini dilakukan jika tidak tersedianya alat yang dipergunakan untuk mendekati korban
seperti perahu kecil atau korban berada di tempat yang tidak memungkinkan menggunakan
perahu. Pada metode ini seorang penolong haru bereneng menuju korban dengan membawa alat
apung untuk memberikan pertolongan, setelah berhasil memberikan alat apung ke korban,
penolong dapat kembali ke tempat yang aman bersama korban. Syarat metode ini, penolong
harus memiliki kemampuan berenang dan korban cukup kooperatif.
Tow / Carry
Metode ini adalah metode pilihan terakhir yang paling beresikotinggi bagi penolong, karena
penolong harus kontak langsung dengan korban. Pada metode ini penolong berenang dan
menarik korban langsung ke darat atau ke tempat yang lebih aman seperti ke atas perahu. Syarat
metode ini adalah
Penolong memiliki pengetahuan dan keterampilan berenang yang cukup baik, teknik
bertahan di air, teknik merangkul korban, melepaskan pelukan korban dan membawa
korban ke darat
Korban tidak cukup kooperatif, mungkin disebabkan karena korban letih, cidera atau
tidak sadar
Jarak jauh, sehingga metode Reach dan Throw tidak efektif
Tidak tersedia alat apung atau kapal kecil atau korban berada di tempat yang tidak bisa
dilalui oleh perahu sehingga metode Row dan Go tidak dapat dilakukan
Tidak dapat mengemudikan kapal kecil
5. Dekati korban untuk memperkirakan bagaimana kondisi korban, lakukan komunikasi dengan
korban, dan sebutkan identitas penolong. untuk kasus korban yang masih sadar, berikut ini
adalah kutipan percakapan penolong dengan korban :
" Tenang, saya akan menolong anda, Nama saya Arizal Maulana, saya anggota Ganespa Tangerang
Selatan. Saya akan menolong anda, tolong ikuti perintah saya dan jangan meronta".
6. Jika penolong harus mendekati korban dengan cara berenang, penolong harus mengambil
posisi sekitar dua meter dari korban, minimal diluar jangkauan korban. Apabila korban meronta
dan berusaha merangkul penolong, maka penolong harus berusaha menjauhi korban, karena
dalam kasus ini cukup sering ditemukan si penolong ikut tenggelam juga akibat si korban panik
dan meronta ketika berusaha ditolong, baik tenggelam dalam air tawar maupun air laut.
7. Hindari kontak langsung bila korban panik dan lakukan teknik defends and release sampai si
korban terlihat kelelahan, baru kemudian lakukan teknik penyelamatan. Teknik ini digunakan
bila tindakan korban dapat mengancam nyawa penolong dan dikhawatirkan dapat menambah
korban baru.
8. Jika tidak memungkin, dekati korban dari arah belakang sehingga korban tidak bias merangkul
penolng
9. Saat menarik korban untuk korban yang tidak bernafas, diberi bantuan nafas mulut ke hidung
sebanyak 1 kali dengan hitungan pemberian nafas dengan jeda hitungan ke - hitungan (Ref :
ADS International)
11. Mengecek kesadaran korban dengan rangsangan suara, bau-bauan atau rangsangan nyeri
Jika Korban tetap tidak sadarkan diri lakukan pertolongan Resusitasi Jantung Paru (RJP) dengan
rumus C-A-B
12. Selanjutnya korban dibawah ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pertolongan yang intensif.
Untuk kasus korban yang sadar tapi mengalami kesulitan bernafas maka dilakukan langkah -
langkah sebagai berikut :
Untuk korban yang tidak sadar, mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum bernafas, langkah -
langkahnya sebagai berikut :
Pada posisi normal dengan dagu terangkat sambil mengecek nadi di leher
Jika tidak ada nadi maka dilakukan pertolongan ABC
Jika nadinya kecil maka lakukan pertolongan AB + Supportive C, gunakan Algoritma syok
Jika nadinya cukup maka lakukan pertolongan A dengan / tanpa B Untuk korban yang tidak sadar,
mempunyai nafas yang tidak kuat atau belum
Teknik defends
1. Menghalangi dengan kaki (leg block)
2. Menghalangi dengan tangan (arm block)
3. Elbow lift ( mengangkat siku)
4. Duck away
Untuk korban yang mematuhi perintah, lakukan tehnik penyelamatan dengan cara :
Kalau korban sudah tenggelam, pertolongan harus dilakukan dengan menggunakan alat
pertolongan selam.