Anda di halaman 1dari 29

MATERI SAR CBP - KPP

Navrad dan GPS

Search and Rescue (SAR) adalah kegiatan pencarian dan penyelamatan yang
bertujuan untuk menemukan dan menyelamatkan orang yang hilang atau terluka. Navigasi
darat dan penggunaan GPS (Global Positioning System) merupakan dua aspek kunci dalam
pelaksanaan operasi SAR.

Navigasi Darat:
1. Peta Topografi :
- Penggunaan peta topografi menjadi dasar navigasi darat.
- Menyediakan informasi detail mengenai kontur tanah, sungai, dan elemen penting
lainnya.

2. Bantuan Navigasi :
- Kompas: Penting untuk menentukan arah dan menjaga orientasi.
- Alat pengukur jarak seperti odometer dan pengukur langkah dapat membantu
dalam pergerakan.

3. Pengenalan Tanda Alam :


Mengetahui tanda-tanda alam seperti formasi gunung, sungai, atau jejak hewan
dapat membimbing tim SAR.

4. Komunikasi :
Memiliki sistem komunikasi yang efektif antara anggota tim SAR sangat penting.

GPS (Global Positioning System) :


1. Prinsip GPS :
 GPS menggunakan sinyal dari satelit untuk menentukan posisi akurat di permukaan
bumi.

2. Peralatan GPS :
- Penerima GPS portabel atau perangkat yang terintegrasi dalam peralatan komunikasi
modern.
- Pemantauan posisi real-time membantu tim SAR untuk melacak pergerakan dan
memperkirakan lokasi korban.

3. Koordinat dan Waypoint:


- GPS memberikan koordinat yang akurat (Latitude, Longitude) yang mempermudah
navigasi.
- Pemberian waypoint memungkinkan tim untuk membuat rute dan mengikuti jalur yang
telah direncanakan sebelumnya.
4. Penggunaan Aplikasi GPS:
- Aplikasi GPS pada perangkat pintar dapat memberikan peta interaktif dan petunjuk arah
yang membantu navigasi.

Integrasi Navigasi Darat dan GPS dalam SAR :


1. Perencanaan Rute:
- Kombinasi peta topografi dengan informasi GPS membantu perencanaan rute yang
efektif.

2. Pelacakan dan Pemantauan :


- GPS memungkinkan tim SAR untuk melacak pergerakan mereka dan memonitor posisi
korban secara real-time.

3. Keselamatan dan Efisiensi :


- Integrasi navigasi darat dan GPS meningkatkan efisiensi pencarian dan keselamatan tim
SAR serta korban.

4. Pelatihan:
- Pelatihan dalam penggunaan GPS dan navigasi darat sangat penting bagi anggota tim
SAR untuk meningkatkan keterampilan mereka.

Dengan menggabungkan keterampilan navigasi darat tradisional dan teknologi GPS


modern, tim SAR dapat secara efektif menanggapi situasi darurat dan memberikan bantuan
kepada mereka yang membutuhkan.

Vertical Rescue: Penyelamatan di Ketinggian

1. Pengertian Vertical Rescue:


Definisi Vertical Rescue :
Vertical rescue adalah proses penyelamatan individu yang terjebak atau terluka di
ketinggian, seperti bangunan tinggi, tebing, atau struktur vertikal lainnya.

2. Syarat Menjadi Penolong di Vertical Rescue :


a. Keterampilan Teknis :
Menguasai keterampilan dasar seperti simpul, penggunaan tali, dan alat bantu
teknis.
b. Pelatihan Khusus:
Menjalani pelatihan khusus vertical rescue dan sertifikasi yang relevan.
c. Fisik dan Mental yang Baik:
Kondisi fisik yang baik dan kesiapan mental untuk menghadapi situasi
darurat dan tekanan tinggi.
3. Hal yang Harus Dilakukan Sebelum Menolong
Korban : Evaluasi Keadaan :
Memeriksa kondisi korban dan faktor lingkungan
sekitar. Penilaian Risiko :
Mengidentifikasi potensi risiko dan bahaya sebelum memulai penyelamatan.
Komunikasi dengan Korban :
Berkomunikasi dengan korban untuk memberikan asa dan memahami kondisinya.

4. Teknik Menolong Korban di Ketinggian


: Penggunaan Knot dan Tali:
Menguasai simpul-simpul yang diperlukan untuk mengamankan diri dan korban.
Ascender dan Descender:
Teknik menggunakan perangkat ascender dan descender untuk pergerakan
vertikal. Sistem Pulley dan Rigging:
Menerapkan sistem pulley dan rigging untuk menangani pergerakan dan
evakuasi korban.

5. Perlengkapan yang Dibutuhkan Saat


Evakuasi :
Harness dan Helm :
Penggunaan harness dan helm untuk keselamatan pribadi.
Safety Lanyard :
Penggunaan safety lanyard sebagai pengaman tambahan.
Alat Bantu Teknis :
Membawa alat bantu teknis seperti karabiner, ascender, descender, dan pulley.
Peralatan Medis Darurat :
Membawa peralatan medis darurat untuk penanganan pertolongan pertama.

6. Tahapan Evakuasi:
Penyelamatan Pertama (First Responder) :
- Melakukan langkah-langkah awal penyelamatan dan pertolongan pertama.
- Penyelamatan Secara Bertahap :
- Melakukan evakuasi secara bertahap dengan memperhatikan keselamatan korban
dan penolong.

7. Komunikasi Selama Penyelamatan:


- Komunikasi Tim :
- Penggunaan sistem komunikasi yang efektif antar anggota tim.
- Komunikasi dengan Korban:
- Mempertahankan komunikasi yang jelas dan mendukung dengan korban.

8.Pencegahan dan Tanggapan Terhadap Kegagalan Peralatan


: Pelatihan Tanggapan Terhadap Kegagalan:
Melatih tim untuk merespons jika terjadi kegagalan peralatan selama penyelamatan.
Pengecekan Rutin Peralatan :

WATER RESCUE

Pengertian

Water Rescue adalah kegiatan pertolongan atau penyelamatan serta cara


pemindahan korban dari perairan seperti kolam, sungai, dan laut

Water Rescue merupakan tindakan penyelamatan kepada korban yang berada di


medan berair khususnya di sungai, rawa dan danau. Keahlian khusus yang dbutuhkan oleh
rescuer di medan ini adalah kemampuan berenang dan menyelam.

PENYEBAB ORANG TENGGELAM

– Tidak bisa berenang

– Kram/kejang otot

– Panik

– Faktor kesehatan

– Air yang terlalu dalam

– Bunuh diri

3. SYARAT UNTUK MENJADI PENOLONG

 Berani
 Punya niat
 Sehat jasmani dan rohani
 Bisa berenang
 Punya kemampuan untuk menolong (berpengetahuan)
 Fisik yang sehat
 Percaya diri
 Keahlian

Hal Yang Harus Dilakukan Sebelum Menolong Korban

A) Pengamatan

 · Pengamatan terhadap kondisi air


 . Kenali tepi/pinggiran air
 · Ketahui kedalaman air
B) Perhatikan kuatnya arus

Jika ingin memotong atau menyeberang air jangan 90 derajat tetapi ikuti arus.

a) Raih

Raih korban dengan tangan/alat tertentu jika korban belum terlalu jauh dengan
kita. Usahakan memakai alat yang bisa terapung.

b) Lempar

Lempari korban dengan benda yang bisa terapung dan tarik korban pelan-pelan.
Lalu angkat korban keluar dari air.

c) Dayung

Dekati korban dengan perahu lalu angkat korban dari dalam air ke atas perahu.

d) Renang

Dekati korban dengan berenang. Tarik korban dari belakang dan tenangkan.
Bawa korban keluar dari air.

Teknik menolong orang yang tenggelam

1. Reach (Pertolongan yang dilakukan dari / pinggir kolam / dermaga dengan cara
meraih korban karena posisinya di pinggir atau dengan menggunakan alat sepeti
galah, kayu, dan lain-lain).

2. Throw (Lanjutan dari metode reach dimana pertolongan dengan cara melempar
alat apung dan penolong berada pada daerah aman).

3. Row (Pertolongan yang dilakukan jika kedua langkah diatas sudah tidak dapat
dilakukan, maka penolong harus mendekat kearah korban dengan menggunakan
kapal kecil untuk mendekat ke korban lalu melakukan reach / throw).

4. Go (Pilihan terakhir yang harus dilakukan karena tidak tersedianya peralatan


yang digunakan untuk mendekat dan posisi korban jauh atau tempat yang tidak
memungkinkan untuk menggunakan perahu).

5. Tow / Carry (Paling beresiko tinggi bagi penolong, karena harus langsung
kontak dengan korban).

Peralatan yang dibutuhkan saat evakuasi

– Galah – Pelampung

– Rescue tube – Rescue bag

– Tabung plastik – Torpedo buoy

– Ring buoy – Spinal board


PENGERTIAN BASIC FIRE FIGHTING

sebuah sistem proteksi gedung terhdapat bahaya bencana kebakaran dengan menggunakan
banyak jenis media. Dalam beberapa sistem proteksinya, beberapa media yang digunakan untuk
fire fighting adalah sistem fire hydrant, fire sprinkler, dan fire alarm sistem.

APAR (Alat Pemadam Api Ringan)

APAR foam, berfungsi untuk memadamkan api pada kelas tipe A, B, dan D

APAR Dry Chemical Powder, berfungsi untuk memadamkan api pada kelas tipe
A, B, C, dan E

APAR CO2, berfungsi untuk memadamkan api pada kelas tipe B, C, D, dan E

2. Pemadam portable

Sama halnya dengan APAR. Pemadam portable ini juga mudah dibawa kemana-mana dan
dioperasikan oleh satu orang saja. Umumnya, pemadam portable ini berukuran satu hingga dua
kilogram saja, maka tak heran jika ini digunakan sekali saja untuk memadamkan api berukuran
kecil. Setelah dipakai, biasanya ini perlu untuk diisi ulang lagi.

3. Alat pemadam api thermatic

Yaitu tipe alat pemadam yang dapat digunakan secara otomatis. Biasanya ini dipasang di
plafon. Alat ini akan berfungsi jika terdapat asap atau api yang terdeteksi oleh sensor

4. Alat pemadam api berat (APAB)

Alat pemadam ini biasanya ditempatkan di area pengisian bahan bakar. Beratnya mencapai 20-
80 kg, sehingga membutuhkan lebih dari dua orang untuk mengoperasikannya.

5. Hydrant

Alat pemadam ini berfungsi sebagai sumber air saat terjadi kebakaran. Biasanya ini
ditempatkan di area tertentu di trotoar.

Itulah lima tipe alat pemadam yang umum digunakan untuk menangani musibah kebakaran.
Mencegah kebakaran akan jauh lebih baik daripada memadamkannya.

Tugas pemadam kebakaran

Pencegahan, pengendalian, pemadaman, penyelamatan dan penanganan bahan


berbahaya dan beracun kebakaran dalam daerah kabupaten/kota.

Inspeksi peralatan proteksi kebakaran.


Investigasi kejadian kebakaran.

Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan kebakaran.

ANALISA RESIKO KEBAKARAN

Analisis kebakaran adalah proses evaluasi dan pemahaman terhadap peristiwa


kebakaran, yang melibatkan pengumpulan data, identifikasi penyebab, dan penentuan tindakan
pencegahan di masa depan. Berikut adalah materi analisis kebakaran yang dapat membahas
langkah-langkah, metode, dan faktor-faktor terkait:

I. Pengenalan Analisis Kebakaran

A. Definisi Analisis Kebakaran

Pengertian Analisis Kebakaran:

Proses penelitian dan evaluasi kejadian kebakaran untuk menentukan penyebab, dampak, dan
tindakan pencegahan.

Tujuan Analisis Kebakaran:

Identifikasi penyebab dan faktor yang mempengaruhi kebakaran.

Pengembangan rekomendasi untuk mencegah kebakaran di masa depan.

II. Langkah-Langkah Analisis Kebakaran

A. Pengumpulan Data

Identifikasi Sumber Informasi:

Wawancara dengan saksi mata.

Pengumpulan dokumen terkait kebakaran.

Pemetaan Lokasi Kebakaran:

Rekonstruksi lokasi kejadian untuk mendapatkan gambaran yang jelas.


B. Analisis Faktor Kebakaran

Penyebab Kebakaran:

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya api.

1. Perilaku Api:

Cara api menyebar dan berkembang.

Pengaruh Cuaca:

2. Kondisi cuaca yang dapat mempengaruhi kecepatan penyebaran api.

Faktor Manusia:

3.Kesalahan manusia atau perilaku yang dapat menyebabkan kebakaran.

Faktor Struktural:

Kondisi bangunan dan material yang mempengaruhi kebakaran.

C. Rekomendasi dan Pencegahan

Rekomendasi untuk Pemilik dan Pengelola:

Perubahan yang diperlukan pada sistem keamanan.

Pencegahan Kebakaran:

Langkah-langkah untuk mencegah kebakaran di masa depan.

III. Metode Analisis Kebakaran

A. Metode Investigasi

Pendekatan Ilmiah:

Penggunaan metode ilmiah untuk mendekati penyelidikan.


Penggunaan Teknologi:

Pemanfaatan teknologi seperti rekaman CCTV, analisis forensik, dll.

IV. Studi Kasus Analisis Kebakaran

Kasus-Kasus Terkenal:

Tinjauan singkat terhadap beberapa kasus kebakaran terkenal dengan analisis penyebab dan
pelajaran yang diambil.

V. Kesimpulan

Pentingnya Analisis Kebakaran:

Mencegah kebakaran di masa depan dan meningkatkan keselamatan masyarakat.

Peran Profesional Analisis Kebakaran:

Menyediakan informasi kritis untuk tindakan perbaikan dan pencegahan.

Diskusi VI. Pertanyaan

Mendorong diskusi dan pertanyaan tentang langkah-langkah analisis kebakaran serta


bagaimana menerapkan temuan dalam praktik nyata.

Analisis kebakaran menjadi kunci untuk memahami sebab-sebab kejadian tersebut dan
memberikan kontribusi positif terhadap pencegahan kebakaran di masa depan.

TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

Tanggap darurat kebakaran adalah serangkaian tindakan yang harus diambil ketika
terjadi kebakaran untuk meminimalkan risiko, melindungi diri dan orang lain, serta
memberikan bantuan kepada korban. Berikut adalah panduan untuk tanggap darurat kebakaran:

1. Panggil Bantuan Darurat:.

2. Evakuasi Cepat dan Aman:

3. Beri Peringatan kepada Orang Lain:

Pesan dengan jelas dan tenang:

4. Hindari Asap:

5. Cari Tempat Perlindungan:

6. Padamkan Api Kecil (Jika Aman):


7. Periksa Pintu Sebelum Membukanya:

8. Hubungi dan Informasikan Keluarga:

9. Bantu Korban Jika Aman:

10. Ikuti Petunjuk Pihak Berwenang:.

11. Tetap Tenang dan Waspadai Kembali:

12. Pelajari Prosedur Keamanan Kebakaran:

13. Berpartisipasi dalam Latihan Evakuasi:

MANAJEMEN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

Manajemen penanggulangan kebakaran adalah serangkaian tindakan dan kebijakan


yang dirancang untuk mencegah, mengelola, dan merespons kebakaran dengan tujuan
melindungi nyawa, harta.

benda, dan lingkungan. Berikut adalah beberapa aspek penting dari manajemen
penanggulangan kebakaran:

1. Perencanaan Kebakaran:

- Penyusunan Rencana Darurat:

- Menyusun rencana darurat kebakaran yang mencakup tata cara evakuasi, lokasi peralatan
pemadam kebakaran, dan komunikasi darurat.

2. Peralatan dan Fasilitas Penanggulangan Kebakaran:

-Pemeliharaan Peralatan:

- Memastikan peralatan pemadam kebakaran dalam kondisi baik dan teratur diperiksa.

- Pemasangan Alat Deteksi Kebakaran:

- Pemasangan dan pemeliharaan peralatan deteksi kebakaran seperti alarm asap dan sprinkler.

3. Pelatihan dan Simulasi:

- Pelatihan Reguler:

- Melakukan pelatihan rutin kepada staf mengenai prosedur evakuasi, penggunaan pemadam
kebakaran, dan pertolongan pertama.

-Simulasi Evakuasi:

- Melakukan simulasi evakuasi secara berkala untuk memastikan kesiapan dan keefektifan
rencana darurat.

4. Audit Keselamatan Kebakaran:

- Pemeriksaan Rutin:

- Melakukan pemeriksaan rutin terhadap bangunan, instalasi listrik, dan sistem penanggulangan
kebakaran.

- Audit Keselamatan:

- Melakukan audit keselamatan kebakaran secara berkala oleh pihak yang kompeten.

5. Pengelolaan Risiko:

- Identifikasi Risiko Kebakaran:

- Menganalisis potensi risiko kebakaran di lokasi kerja atau tempat tinggal.

- Implementasi Langkah Pengendalian Risiko:

- Menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko kebakaran seperti penggunaan bahan


tahan api dan pemisahan sumber api.

6. Komunikasi Darurat:

- Sistem Pemberitahuan Darurat:

- Membangun sistem komunikasi darurat yang efektif dan memastikan semua orang dapat
menerima informasi penting.

- Koordinasi dengan Pihak Eksternal:

- Mengkoordinasikan upaya dengan petugas pemadam kebakaran dan pihak berwenang


setempat.

7. Penyelidikan dan Evaluasi Kebakaran:

- Tim Investigasi:

- Membentuk tim penyelidikan kebakaran untuk menentukan penyebab kebakaran dan


mengambil langkah-langkah pencegahan.
- Evaluasi Pasca-Kebakaran:

- Melakukan evaluasi menyeluruh pasca-kebakaran untuk memahami kinerja dan mengevaluasi


efektivitas rencana darurat.

8. Peran dan Tanggung Jawab:

- Penetapan Peran:

- Menetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas untuk anggota staf terkait dengan
penanggulangan kebakaran.

- Pelibatan Seluruh Pihak:

- Mendorong partisipasi seluruh pihak dalam upaya penanggulangan kebakaran.

9. Kesadaran Masyarakat:

- Pendidikan Masyarakat:

- Menyelenggarakan program edukasi masyarakat tentang pencegahan kebakaran dan tindakan


tanggap darurat.
Melakukan pemeriksaan rutin untuk memastikan peralatan dalam kondisi baik.

9. Evaluasi Pasca-Rescue :
- Analisis Keberhasilan dan Pembelajaran :
- Mengevaluasi proses penyelamatan secara menyeluruh dan mengidentifikasi
area untuk perbaikan.
- Peningkatan Keterampilan:
- Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan keterampilan dan respons tim
di masa mendatang.
Vertical rescue memerlukan penolong yang terlatih dan peralatan yang memadai.
Dengan pendekatan yang hati-hati, komunikasi yang efektif, dan pemahaman mendalam
terhadap teknik dan peralatan, penyelamatan di ketinggian dapat dilaksanakan dengan efisien
dan aman.

VERTIKAL RESCUE

Vertikal rescue merupakan salah satu teknik dalam operasi SAR yang difokuskan
pada penyelamatan di daerah yang sulit dijangkau secara horizontal, seperti tebing, jurang,
atau bangunan tinggi. Teknik ini memerlukan keahlian khusus dan peralatan yang dirancang
untuk mengatasi tantangan vertikal. Dalam materi ini, kita akan membahas prinsip-prinsip
dasar, peralatan, dan prosedur yang terlibat dalam vertikal rescue.

Definisi Vertikal Rescue:

Vertikal rescue adalah teknik penyelamatan yang dilakukan di area dengan


kecenderungan vertikal, di mana pendekatan horizontal menjadi sulit atau tidak mungkin.
Teknik ini mencakup penyelamatan di tebing, jurang, atau ketinggian tinggi seperti bangunan
atau menara.

1. Peralatan Utama :

a. Harness (Alat Pengaman):


Penggunaan harness atau sabuk pengaman adalah kunci dalam vertikal rescue.
Ini memberikan titik penahan untuk peralatan dan memastikan keselamatan
rescuer.

b. Helmet (Helm) :
Helm diperlukan untuk melindungi kepala dari potensi bahaya jatuh benda atau
batuan kecil selama penyelamatan.

c. Rope Systems (Sistem Tali) :


Sistem tali termasuk tali statis atau tali dinamis yang digunakan untuk
menurunkan dan mengangkat rescuer atau korban. Penggunaan tali memerlukan
pengetahuan mendalam tentang teknik nodus dan pengikatan.
d. Ascenders dan Descenders :
Alat ini membantu rescuer untuk naik (ascenders) dan turun (descenders) di
tali dengan aman.

e. Carabiners dan Pulleys :


Digunakan untuk menghubungkan berbagai bagian tali dan menciptakan sistem
tali yang efisien.

f. Anchors (Angkur) :
Poin penahan atau angkur yang kuat diperlukan untuk memastikan stabilitas
selama penyelamatan vertikal

3. Prinsip-Prinsip Penting:

a. Komunikasi:
Komunikasi yang efektif antara rescuer dan tim sangat penting. Pemahaman
perintah dan sinyal komunikasi standar sangat diperlukan.

b. Evaluasi Risiko :
Evaluasi risiko harus dilakukan sebelum memulai penyelamatan. Identifikasi
potensi bahaya dan membuat perencanaan yang meminimalkan risiko.

c. Pelatihan:
Rescuer harus menjalani pelatihan khusus dalam vertikal rescue, termasuk
teknik mengamankan tali, penggunaan alat pengaman, dan pengetahuan tentang
medan vertikal.

4. Proses Vertikal Rescue :

a. Pencarian dan Identifikasi Korban:


Identifikasi posisi dan kondisi korban adalah langkah pertama dalam
vertikal rescue.

b. Penentuan Metode Rescue :


Pilih metode rescue yang sesuai dengan situasi, apakah itu menurunkan rescuer
dari atas atau mendaki dari bawah.

c. Penyelamatan dan Evakuasi :


Gunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk mengevakuasi korban dengan aman.
5. Studi Kasus :
Melibatkan peserta untuk memahami penerapan teknik vertikal rescue dalam
situasi nyata. Diskusikan bagaimana pendekatan dan keputusan diambil untuk
menyelesaikan penyelamatan dengan sukses.

Kesimpulan

Vertikal rescue membutuhkan pemahaman mendalam tentang teknik, peralatan, dan


prosedur yang terlibat. Pelatihan dan persiapan yang baik adalah kunci untuk menjalankan
operasi vertikal rescue dengan efisien dan aman.
SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014

TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk
memberikan perlindungan terhadap hidup dan kehidupannya termasuk perlindungan dari kecelakaan,
bencana, dan kondisi membahayakan manusia berlandaskan pada Pancasila, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

bahwa tanggung jawab negara untuk melindungi segenap


bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dari
kecelakaan, bencana, dan kondisi membahayakan manusia
dilakukan melalui pencarian dan pertolongan secara cepat,
tepat, aman, terpadu, dan terkoordinasi oleh semua komponen
bangsa;

bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai


pencarian dan pertolongan yang telah ada belum dapat
dijadikan landasan hukum yang kuat dan menyeluruh serta
belum sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat;

d. bahwa . . .

-2-

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-
Undang tentang Pencarian dan Pertolongan;

Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A, dan Pasal 28I ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PENCARIAN DAN


PERTOLONGAN.

BAB I
KETENTUAN
UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dan kegiatan


mencari, menolong, menyelamatkan, dan mengevakuasi
manusia yang menghadapi keadaan darurat dan/atau bahaya
dalam kecelakaan, bencana, atau kondisi membahayakan
manusia.

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah


serangkaian kegiatan Pencarian dan Pertolongan meliputi
Siaga Pencarian dan Pertolongan, dan Operasi Pencarian dan
Pertolongan.

3. Siaga . . .
-3-

Siaga Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan untuk memonitor, mengawasi,
mengantisipasi, dan mengoordinasikan kegiatan Pencarian
dan Pertolongan.

Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah serangkaian


kegiatan meliputi Pelaksanaan Operasi Pencarian dan
Pertolongan dan penghentian Pelaksanaan Operasi Pencarian
dan Pertolongan.

Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan adalah


upaya untuk mencari, menolong, menyelamatkan, dan
mengevakuasi Korban sampai dengan penanganan
berikutnya.

Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah sumber daya


manusia, sarana dan prasarana, informasi dan teknologi, serta
hewan, selain Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan adalah lembaga


pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Pencarian dan Pertolongan.

Kecelakaan adalah peristiwa yang menimpa pesawat udara,


kapal, kereta api, kendaraan bermotor, dan alat transportasi
lainnya yang dapat membahayakan dan/atau mengancam
keselamatan manusia.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

10. Kondisi . . .
-4-

Kondisi Membahayakan Manusia adalah peristiwa yang


menimpa, membahayakan, dan/atau mengancam
keselamatan manusia, selain Kecelakaan dan Bencana.

Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas


pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan
keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan
fasilitas umum lainnya.

Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas


angkutan di perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan
keamanan, serta pelindungan lingkungan maritim.

Pesawat Udara adalah setiap mesin atau alat yang dapat


terbang di atmosfer karena gaya angkat dari reaksi udara,
tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan bumi
yang digunakan untuk Penerbangan.

Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk dan jenis tertentu,


yang digerakkan dengan tenaga angin, tenaga mekanik,
energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang
tidak berpindah-pindah.

Korban adalah orang yang mengalami penderitaan,


meninggal dunia, atau hilang akibat Kecelakaan, Bencana,
dan/atau Kondisi Membahayakan Manusia.

Evakuasi adalah kegiatan memindahkan Korban dari lokasi


kejadian ke tempat yang aman sampai mendapat penanganan
medis lanjutan yang memadai.

17. Petugas . . .
-5-

Petugas Pencarian dan Pertolongan adalah orang


perseorangan yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi
Pencarian dan Pertolongan.

Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/atau badan,


baik yang berbentuk badan hukum maupun yang tidak
berbentuk badan hukum.

Pasal 2

Pencarian dan Pertolongan diselenggarakan dengan tidak


berdasarkan batas wilayah administratif pemerintahan.

Operasi Pencarian dan Pertolongan diselenggarakan


berdasarkan prinsip tanpa batas wilayah negara.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan berdasarkan asas:

kemanusiaan;

kebersamaan;

kepentingan umum;

keterpaduan;

efektivitas;

efisiensi berkeadilan;

kedaulatan; dan

nondiskriminatif.

Pasal 4
Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan bertujuan:

melakukan pencarian serta memberikan pertolongan,


penyelamatan, dan Evakuasi Korban secara cepat, tepat, aman,
terpadu, dan terkoordinasi;

b. mencegah . . .

-6-

mencegah dan mengurangi kefatalan dalam Kecelakaan;

menjamin penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan yang


terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;

mewujudkan sumber daya manusia Pencarian dan Pertolongan


yang memiliki kompetensi dan profesional;

memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan


Pencarian dan Pertolongan; dan

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya


Pencarian dan Pertolongan.

BAB III

PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Pasal 5

Negara bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan


Pencarian dan Pertolongan.

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah.

Pasal 6
Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan meliputi:

rencana induk Pencarian dan Pertolongan;

Potensi Pencarian dan Pertolongan;

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan;

sumber daya manusia;

kelembagaan;

sarana dan prasarana;

sistem informasi dan komunikasi;

pendanaan;

kerja sama internasional;

peran serta masyarakat; dan

ketentuan pidana.

Pasal 7 . . .

-7-

Pasal 7

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan


dilakukan terhadap:

Kecelakaan;

Bencana; dan/atau

Kondisi Membahayakan Manusia.

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang- undangan
BAB IV

POTENSI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Pasal 8

Pemerintah bertanggung jawab melakukan pembinaan Potensi


Pencarian dan Pertolongan.

Pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan.

Pasal 9

Pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) meliputi:

pengaturan;

pengendalian; dan

pengawasan.

Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


dilakukan dengan:

membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria


penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; dan

membuat kebijakan dalam penyelenggaraan


Pencarian dan Pertolongan.

Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


dilakukan dengan:

memberi . .
.
-8-

memberi arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan norma,


standar, prosedur, kriteria, dan kebijakan yang telah
ditetapkan; dan

memberi bimbingan dan penyuluhan mengenai hak dan


kewajiban kepada masyarakat dalam penyelenggaraan
Pencarian dan Pertolongan.

Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


dilakukan dengan:

pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan


dan penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan; dan

penyempurnaan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah


ditetapkan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan Potensi Pencarian


dan Pertolongan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB V

RENCANA INDUK PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Pasal 10

Penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan


berdasarkan perencanaan Pencarian dan Pertolongan dalam
satu kesatuan sistem yang efektif, efisien, dan andal.

Perencanaan Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) disusun dalam rencana pembangunan
Pencarian dan Pertolongan.

Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memperhatikan:

rencana pembangunan nasional;

rencana pembangunan daerah;


kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis;
dan

perkembangan . . .

-9-

d. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pasal 11

Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan merupakan


bagian integral dari perencanaan pembangunan nasional.

Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh Pemerintah
dengan melibatkan masyarakat.

Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan ditetapkan


dalam rencana pembangunan jangka panjang, rencana
pembangunan jangka menengah, dan rencana pembangunan
tahunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 12

Rencana pembangunan Pencarian dan Pertolongan disusun


dalam bentuk rencana induk Pencarian dan Pertolongan
nasional.

Rencana induk Pencarian dan Pertolongan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.
Pasal 13

Rencana induk Pencarian dan Pertolongan nasional disusun


untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

Rencana induk Pencarian dan Pertolongan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali 1
(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

BAB IV . . .

- 10 - BAB VI

PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 14

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan


dilakukan terhadap:

Kecelakaan kapal dan pesawat udara;

Kecelakaan dengan penanganan khusus;

Bencana pada tahap tanggap darurat; dan/atau

Kondisi Membahayakan Manusia.

Pasal 15

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui:

Siaga Pencarian dan Pertolongan;


Operasi Pencarian dan Pertolongan; dan

pelibatan Potensi Pencarian dan Pertolongan.

Pasal 16

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 menjadi tugas dan tanggung jawab Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Pasal 17

Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 18 . . .

- 11 -

Pasal 18

Dalam hal Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14


huruf b yang tidak membutuhkan penanganan khusus,
penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan
dilakukan oleh aparat yang berwajib dan/atau masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai