Anda di halaman 1dari 11

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah

memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang
ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian
seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta
pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di
rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali
di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita
diajarkan doa untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. Kalau
sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul
muka dan belakang mereka serta berkata rasakan olehmu siksa neraka yang membakar
(niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya
sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) keluakanlah
nyawamu!) Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena
kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak benar dankarena kamu
selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al Anam :93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara
mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa
terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. Sakitnya sakaratul maut itu, kirakira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya upaya sebagai
berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat
harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangkasangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah

dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
Selanjutnya Ibnu Masud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang
yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal
ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki.
Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki
tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak
teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan
menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam
keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing
dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam
Hadist Riwayat Muslim,
Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena
sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah
bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya
maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang
yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .
3. berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,
antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang
mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.
Panduan bagi pasien sakaratul maut

Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam
upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif,
karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual
needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter, terutama perawat
untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.
Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat bisa
menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, The unique function of the nurse is
to assist the individual, sick or well in the performance of those activities contributing to
health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform unaided if he had the
necessary strength will or knowledge,maksudnya perawat akan membimbing pasien saat
sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.
Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal
karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat
disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan Dadang Hawari
(1977,53) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak, depresi berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu, peran perawat sangat dibutuhkan untuk
mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat hidup klien meskipun harapannya
sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.
Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang
terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase
sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan
Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan amal sholeh yang bisa
menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.(QS.50:19).
Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut. (QS. 6:93)
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan
duka akibat kematian. Beliau bertutur, Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali tebasan
pedang. (HR.Ibn Abi ad-Dunya)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien
dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,
Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, Laa illaaha illallah.
Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, Laa illaaha illallaah, maka ia
akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang
akan menimpanya. Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan
pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam keadaan husnul khatimah.
Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal dengan
satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaanbacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La
Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan
pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup
kedua matanya dan memberikan hak-haknya. (Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim :
6/458)
Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada anggota
gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa dingin dan
lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila
ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
nampak lebih pasrah menerima.
Meninggal dengan membaca syahadat
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata
yang baik
Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam telah bersabda.

Artinya : Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati,
maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat
mengamini apa yang kalian ucapkan. Maka perawat harus berupaya memberikan suport
mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu memberikan yang
terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh
terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah
Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam hadits
Bukhari Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada
Allah SWT. Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi
pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga untuk
membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja kerongkongannya
kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata.
Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang
mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya dalam
mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu Qudamah)
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat
Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah Saw.,
hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :
1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan
kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia menghadap kearah
kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat.
Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling benar.
Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang tersebut
berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
WARNING ALERT
Sebagian orang terbiasa membaca Al-Quran didekat orang yang sedang menghadapi
sakaratul maut dengan berdasarkan pada hadits :

bacalah surat Yaasiin untuk orang-orang yang meninggal dunia


Dan hadits :
tidak ada seorang manusia yang mati, kemudian dibacakan surat yaasiin untuknya, kecuali
Allah mempermudah segala urusannya
Padahal kedua hadits tersebut dianggap sebagai hadits dhaif, tidak boleh memasukkannya
kedalam kitab Hadits.
Bahkan, Imam Malik telah mengatakan bahwa hokum membaca Al-Quran disisi mayat
adalah makruh. Dalam Kitabnya Syarhu As-Syaghiir(1/220):,Dimakruhkan membaca salah
satu ayat dalam al-quran ketika datang kematian. Karena, tindakan tersebut tidak pernah
dilakukan oleh para salafus shalih. Sekalipun, semua itu diniatkan sebagai doa, memohon
ampun, kasih sayang dan mengambil pelajaran,.
Tuntunan dalam Mengurus Jenazah bagi Wanita
Alloh azza wa jalla telah menuliskan kematian atas setiap jiwa. Sedangkan kekekalan
hanyalah khusus bagi Alloh. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya,
Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan. QS. Ar-Rahman ; 26-27
Bagi jenazah anak cucu Adam terdapat hukum-hukum khusus yang wajib dipenuhi dan
dilaksanakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kami sebutkan didalam bab ini tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah bagi wanita, diantaranya :
1. Para wanita wajib menguasai tata cara memandikan mayat perempuan dan tidak
diperbolehkan bagi laki-laki untuk memandikannya, kecuali suami karena ia berkewajiban
memandikan istrinya. Sebab Ali radhiyallohu anhu memandikan istrinya, Fathimah bintu
Rosulullah sholallohu alaihi wasallam. Dan diperbolehkan bagi wanita memandikan mayit
suaminya, sebab Asma bintu Umais radhiyallohu anha memandikan suaminya, Abu Bakar
Ash Shiddiq radhiyallohu anhu.
2. Disunnahkan mengkafani mayat perempuan dengan 5 lembar kain putih yang terdiri dari
sarung, kerudung kepalanya, baju yang dipakainya, dan 2 kain lipatan yang melilit seluruh
kain-kain sebelumnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Laila ats-Tsaqafiyah, beliau
berkata :
Saya berada bersama para wanita yang memandikan Ummu Kultsum bintu Rosulullah
ketika wafatnya, dan pertama-tama yang Rosulullah berikan adalah sarung kemudian baju
besi (jubah muslimah atau sejenisnya), selanjutnya penutup kepala (kerudung/jilbab)
kemudian selimut kemudian dilipatkan setelah itu didalam pakaian yang lain. HR. Imam
Ahmad dan Abu Dawud
3. Yang diperbuat dengan rambut kepala mayat wanita adalah menjadikannya 3 pintalan dan
mempertemukannya di bagian belakang, seperti hadits Ummu Athiyah tentang cara
memandikan putri Nabi sholallohu alahi wasallam :Maka kami pintal rambutnya menjadi 3

cabang dan kami pertemukan dibelakangnya. HR. Bukhari-Muslim.Hukum wanita


mengiring jenazah.
4. Dari Ummu Athiyah radhiyallohu anha berkata : Kami dilarang (oleh Rosulullah
sholallohu alaihi wasallam) mengiringi jenazah namun tidak ditekankan (larangan tsb)
kepada kami. HR. Bukhari Muslim
5. Wanita dilarang menziarahi kubur.
Dari Abu Hurairah radhiyallohu anhu, sesungguhnya Rosulullah sholallohu alaihi wasallam
melaknat wanita-wanita peziarah kubur. HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan
dishohihkan olehnya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
Telah diketahui bahwa perempuan apabila berziarah kubur, maka dia akan berkeluh kesah,
menangisi dan meratapi (mayat). Padahal kesemuanya itu menyiratkan kelemahan dan
sedikitnya kesabaran. Dengan menangisi (si mayat) hal ini dapat juga menyebabkan
tersiksanya si mayat. Bahkan dengan suara (tangisannya) dan pola tingkahnya tsb akan dapat
menimbulkan daya tarik bagi laki-laki (di sekitarnya). Sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits :
Maka kalian (para wanita) telah menjadi penyebab timbulnya fitnah bagi yang hidup dan
menjadikan tersiksa bagi yang mati.
Kemudian diharamkannya permasalahan ini (wanita berziarah kubur) adalah untuk
membatasi (menutupi) jalan fitnah, sebagaimana diharamkan memandang perhiasan yang
terselip karena akan menimbulkan fitnah. Hal itu -yakni wanita berziarah kubur- bukanlah
suatu maslahah (yang mendatangkan kebaikan), kecuali wanita tsb mendoakan bagi si mayat,
dan ini memungkinkan bila dilakukan didalam rumahnya. [Majmu' Fatawa ; 24/335-336]
6. Haram meratapi mayat, yaitu mengangkat suara dengan menangis, meratap dan merobekrobek baju, menampar-nampar pipi, mengacak-acak rambut, menghitamkan wajah dan
melukainya sbg ungkapan keluh kesah atas si mayat, memanggil-manggil dengan perkataan
celaka (kasar) dan selainnya. Semua itu menunjukkan atas keluh kesah dari ketentuan Alloh
dan kekuasaan-Nya, serta tidak ada kesabaran pada dirinya. Maka hal tsb adalah haram dan
dosa besar sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain.
Rosulullah sholallohu alaihi wasallam bersabda, Bukan dari golongan kami orang yang
menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah dan
selainnya.
Sesungguhnya beliau sholallohu alaihi wasallam berlepas (diri) dari shaliqah, haliqah, dan
syaaqah.
Shaliqah : wanita yang mengangkat suaranya (berteriak) ketika tertimpa musibah.
Haliqah : Wanita mencukur rambutnya ketika mendapatkan musibah.
Syaaqah : Wanita yang merobek-robek pakaiannya ketika mendapatkan musibah.
Maka sebuah kewajiban atasmu, wahai muslimah, untuk menjauhkan perbuatan-perbuatan
haram ini ketika mendapatkan musibah dan kewajibanmu adalah (tetap dalam) kesabaran dan
introspeksi diri. Sehingga musibah ini menjadi renungan atas dosa-dosa dari keburukan-

keburukan yang telah dilakukan dan pahala-pahala dari kebaikan-kebaikan yang telah kamu
kerjakan.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan innaa
lillahi wa inna ilaihi raajiuun mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. AlBaqarah ; 155-157
Dalam perkara ini diperbolehkan menangis yang tidak disertai ratapan dan perbuatanperbuatan yang diharamkan serta tidak marah terhadap ketentuan dan kekuasaan Alloh.
-diringkas dari kitab Tanbihaat ala Ahkam Takhtashu bil Muminaat karya Syaikh Sholih
Al FauzanKewajiban Mengurus Jenazah
Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, dimana ketika ada
jenazah dan sudah ada satu orang yang menghandle mengurus jenazah mulai memandikan
hingga menguburkan, maka muslim tidak perlu harus menghandle
nya. Melihat hukumnya ini maka sangat jarang pekerjaan pengurus jenazah ditemukan.
Padahal pekerjaan ini sangat mulia kenapa tidak jadi rebutan orang untuk berlomba-lomba
melakukannya, padahal jika kita dapat mengurus jenazah orang2 sholeh dan orang-orang
yang berjihad di jalan Allah sungguh menyenangkan, yang semoga banyak keutamaan dan
pelajaran darinya agar kitapun berharap mampu seperti mereka.
Beranikah kita menghadapi jenazah? Kalau takut jangan deh nanti malah kebawa mimpi.
kemudian pengurus jenazah tidak boleh jijik akan kondisi mayat, karena dalam kondisi di
lapangan mayat itu kondisinya bermacam-macam. Bisa jadi kondisi mayat penuh luka, atau
bau dan lain-lain. Jadi harus siap menghadapi ini. Seperti halnya dokter atau perawat yang
tidak jijik terhadap kondisi pasien dan tukang sampah yang tidak geli terhadap
sampah.Diperlukan ketelatenan juga bagi seseorang untuk mengurusi mayat, dimana kita
harus mampu memperlakukan mayat dengan baik tidak boleh kasar dan harus selembut
mungkin, dan didalan kondisi di lapangan mayat bermacam-macam seperti k
aku, melotot dan lain-lain. Selain itu diperlukan ketelatenan pula mulai dari menyiapkan halhal yang diperl
ukan untuk proses mengurus jenazah, memandikan, menkafani hingga menguburkan.
Sehingga diperlukan pengetahuan yang benar sesuai dengan syariat yang dicontohkan rasul
agar tidak mengandung bidah. Dan semuanya ini dilakukan dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan.
LANTAS APA PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH MUSLIM????

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami p
enyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat
klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupa
nnya ini, pasien tersebut selalu berada di samping
perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat
hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien
untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik
atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri
kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan
kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase akhir
dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut seringkali
di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan sehingga kita
diajarkan doa untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. Kalau
sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya memukul
muka dan belakang mereka serta berkata rasakan olehmu siksa neraka yang membakar
(niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah dasyatnya
sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul
maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata) keluakanlah
nyawamu!) Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan karena
kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang tidak b
enar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya (QS. Al Anam :
93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara
mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa

terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. Sakitnya sakaratul maut itu, kirakira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya upaya sebagai
berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut perawat
harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang diriwayatkan
oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik
sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangkasangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang baik .
Selanjutnya Ibnu Abas berkata. Apabila kamu melihat seseorang menghadapi maut, hiburlah
dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa dengan Tuhannya itu.
Selanjutnya Ibnu Masud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan selain Dia, seseorang
yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai dengan persangkaannya itu. Hal
ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki.
Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada kaki
tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai tak
teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes. Dengan
menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri bila ada
biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap individu.
Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas nampak lebih
pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga
harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal dalam
keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan (membimbing
dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah mengajarkan dalam
Hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat
Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu
ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin
Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan
ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa
yang tidak bisa, kamu lihat .
3. berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi terapeutik,
antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila kamu datang

mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang baik karena
sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan. Selanjutnya
diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri orang yang
meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena sesungguhnya mata itu
mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang baik karena malaikat
mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.Berdasarkan hal diatas perawat harus
berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan
selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya
yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Anda mungkin juga menyukai