Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pleura merupakan lapisan tisu tipis yang menutupi paru-paru dan melapisi dinding
bagian dalam rongga dada untuk melindungi dan membantali paru-paru. Jaringan ini
mengeluarkan sejumlah kecil cairan yang bertindak sebagai pelumas, yang memungkinkan
paru-paru untuk bergerak dengan lancar di rongga dada saat bernapas. Pleura terdiri dari
dua lapisan yaitu lapisan viseralis yang melekat pada paru dan lapisan parietalis yang
membatasi aspek terdalam dinding dada, diafragma, serta sisi perikardium dan
mediastinum.
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
( terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura ). (Irman Somantri 2009)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara
permukaan viseral dan parietal. Proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain.(Brunner and Suddart,2001).

B. Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan
keperawatan untuk pasien dengan diagnosa medis efusi pleura.

C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologis efusi pleura.

BAB 2

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang
berlebihan di dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran cairan pleura. Normalnya jumlah cairan dalam rongga
pleura sekitar 10-200 ml.
Efusi pleura adalah suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh cairan
( terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleura ). (Irman Somantri 2009)
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara
permukaan viseral dan parietal. Proses penyakit primer yang jarang terjadi tetapi
merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. (Brunner and Suddart,2001).

B. Etiologi
Empat mekanisme dasar penyebab efusi pleura
Peningkatan tekanan kapiler (radang) sub pleural limfatik
Penurunan tekanan osmotik koloid darah
Peningktan tekanan negatif intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik pleural
Penyebab efusi pleura :
Virus dan mikolpasma
Bakteri piogenik (berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen)
TB
Fungi
Parasit
Kelainan intra abdominal
Penyakit kolagen
Gangguan sirkulasi
Neoplasma (keganasan)

C. Manifestasi klinis

2
Gejala pleura : batuk, cegukan, pernafasan yang cepat,dan nyeri perut. Adanya
timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas. Adanya gejala-
gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia),
panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan. Sekitar 25% penderita efusi pleura
keganasan tidak mengalami keluhan apapun pada saat diagnosis ditegakkan.
Tergantung pada penyakit dasarnya :
Sesak nafas
Rasa berat pada dada
Bising jantung
Lemas yang progresif
Berat badan menurun (neoplasma)
Batuk yang kadang-kadang berdarah pada perokok (Ca bronkus)
Demam sub febril ( TB)
Demam mengigil (empiema)
Asites (sirosis hati)
Asites dengan tumor dipelvis ( sindrom meig)
Deviasi trakea
Penonjolan efusi pleura

D. Patofisiologi
Patofisiologis terjadinya efusi pleura bergantung pada keseimbangan antara cairan
dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secaraa
lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini tejadi karena perbedaan
tekanan osmotik plasma dan jaringan interstitial submesotelial, kemudian melalui sel
mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh
limfe sekitar pleuta.
Pada umumnya, efusi karena penyakit pleura hampir mirip plasma (eksudat),
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultra filtrat plasma (transudat).

3
Efusi yang berhubungan dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
pleura parietalis sekunder (akibat samping) terhadap peradangan atau adanya neoplasma.
Klien dengan pleura normal pun dapat terjadi efusi pleura ketika terjadi
payah/gagal jantung kongestif. Saat jantung tidak dapat memompakan darahnya secara
maksimal ke seluruh tubuh maka akan terjadi peningkaatan tekanan hidrostatik pada
kapiler yang selanjutnya timbul hipertensi kapiler sistemik dan cairan yang berada dalam
pembuluh darah pada area tersebut menjadi bocor dan masuk kedalam pleura, ditambah
dengan adanya penurunan reabsorbsi cairan tadi oleh kelenjar limfe di pleura
mengakibatkan pengumpulan cairan yang abnormal/ berlebihan. Hipoalbuminemia ( misal
pada klien nefrotik sindrom, malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites dan edema
anasarka) akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan pleura dan
reabsorbsi yang berkurang. Hal tersebut dikarenakan adanya penurunan pada tekanan
onkotik intravaskuler yang mengakibatkan cairan akan lebih mudah masuk ke dalam
rongga pleura.
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru, sebagian akan bergantung pada
kekakuan relatif paru dan dinding dada. Pada volume peru dalam batas pernafasan normal,
dinding dada cinderung rekoil ke luar sementara paru-paru cenderung untuk rekoil ke
dalam

E. Pathway

INFEKSI PENGHAMBAT TEKANAN OSMOTIK

DRAINASE LIMFATIK KOLOID PLASMA

Peradangan Tekanan kapiler Transudasi


Febris
permukaan paru cairan
pleura meningkat intravaskula
HIPERTERMI
Permiabilitas Tekanan Edema
vaskuler hidrostatik

Cavum pleura
Transudasi

EFUSI PLEURA

Colap Pengumpulan cairan dalam


rongga
4 pleura
PENURUNAN SUPLAI Ekspansi paru
O2 menurun
Nafsu makan
Sesak nafas
menurun
POLA NAFAS
TIDAK NYERI

EFEKTIF GANGGUAN PEMENUHAN

GANGGUAN POLA KEBUTUHAN NUTRISI

Batuk TIDUR

F. Pemeriksaan penunjang
1. Rontgen dada : langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura,
yang hasilnya menunjukkan adanya cairan. Terlihat hilangnya sudut kostofrenikus
dan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah ciran efusi lebih dari 300
ml, pergeseran mediastinum kadang ditemukan.
2. CT scan dada : menggambarkan paru-paru dan cairan yang menunjukkan adanya
pneumonia, abses paru atau tumor.
3. USG dada : USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan
yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
4. Torakosentesis : Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui
torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan
diantara sela iga ke dalam rongga dada dibawah pengaruh pembiusan lokal).
5. Biopsi pleura: Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,
maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk
dianalisa.
6. Analisa cairan pleura : diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
dan di konfirmasi dengan foto thoraks.
7. Bronkoskopi : dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang
terkumpul.
8. Ultra sonografi : menentukan adanya cairan rongga pleura.

5
G. Prognosis
Prognosis sangat bervariasi dan tergantung pada factor penyebab serta ciri efusi
pleura. Pasien yang mencari pertolongan medis lebih dini karena penyakitnya dan dengan
diagnosis yang tepat serta penatalaksanaan yang tepat pula memiliki angka komplikasi
yang lebih rendah.
Pada prognosis terjadi progresi menetap disertai perburukan gejala. Media
ketahanan hidup pasien adalah 12-18 bulan. Plak pleura biasanya ditemukan secara tidak
sengaja pada fotothorak. Plak pleura merupakan masalah ringan tanpa akibat klinis. Plak
ditemukan pada 50% orang yang terpapar asbestos. Penebalan pleura terjadi pada 5%
yang terpapar asbes dosis tinggi dan bisa timbul gejala akibat restriksi gerakan dinding
dada. Efusi pleura terjadi baik saat kadar paparan tinggi atau segera setelah paparan yang
khas adalah efusi eksudatif dengan noda darah. Umumnya pulih namun pada sebagian
pasien penebalan pleura tetap ada.

H. Pengkajian
1. Biodata
Sesuai dengan etiolagi penyebabnya, efusi pleura dapat timbul pada seluruh usia.
Status ekonomi ( tempat tinggal) sangat berperan terhadap timbulnya penyakit ini
terutama yang didahului oleh tuberkulosis paru. Klien dengan tuberkulosis paru
sering ditemukan di daerah padat penduduk dengan kondisi sanitasi kurang.
2. Riwayat kesehatan
- Keluahan utama
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimptomatik, gejala yang timbul sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritik, ketika efusi sudah membesar dan
menyebar kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar
akan mengakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi
pernafasan pada sisi yang terkena.
- Riwayat kesehatan dahulu
Klien dengan efusi pleura terutama akibat adanya infeksi nonpleura biasanya
mempunyai riwayat penyakit tuberkulosis paru.
- Riwayat kesehatan keluarga

6
Tidak ditemukan data penyakit yang sama ataupun diturunakan dari anggota
keluarganya yang lain, terkecuali penularan infeksi tuberkulosis yang menjadi
faktor penyebab timbulnya efusi pleura.
3. Pemeriksaan fisik
- RR cenderung meningkat dan klien biasanya dispneu.
- Vokal premitus menurun terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya
>250 cc. Pada saat di palpasi ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
- Suara perkusi redup sampai pekak bergantung pada jumlah cairannya.
- Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang, egofoni.
4. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan klien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang
mendasarinya, mencegah re- accumulation cairan dan mengurangi
ketidaknyamanan dan dispnea.

I. Diagnosa Keperawatan yang muncul


A. Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru menurun
B. Hipertermi b.d infeksi
C. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d nafsu makan menurun
D. Nyeri akut b.d terangsangnya saraf intrathorak sekunder terhadap iritasi pleura.
E. Gangguan pola tidur b.d batuk dan sesak nafas

F. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC


Pola nafas tidak efektifSetelah dilakukan tindakan Identifikasi factor
b.d ekspansi paru keperawatan selama 3x24 jam penyebab
menurun diharapkan klien mampu Kaji kualitas, frekuensi

mempertahankan fungsi paru dan kedalaman pernapasan


secara normal dengan kriteria serta melaporkan setiap
hasil : perubahan yang terjadi.
Baringkan klien dalam
- Irama, frekuensi dan
posisi yang nyaman, dalam
kedalaman pernapasan
posisi duduk, dengan
berada dalam batas normal.
- Pada pemeriksaan rontgen kepala tempat tidur

7
thoraks tidak ditemukan ditinggikan 60-900 atau
adanya akumulasi cairan dan miringkan kea rah sisi
bunyi napas terdengar jelas. yang sakit.
Observasi TTV (nadi dan
RR)
Lakukan auskultasi suara
napas tiap 2-4 jam.
Bantu dan ajarkan klien
untuk batuk dan napas
dalam yang efektif.

a. Hipertermi b.d infeksi Thermoregulation Vital sign Monitoring


Setelah dilakukan tindakan Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
keperawatan selama 3x24 jam Catat adanya fluktuasi
diharapkan keadaan klien tekanan darah
Monitor VS saat pasien
membaik dengan kriteria hasil : berbaring, duduk, atau
- suhu tubuh dalam rentang berdiri
Auskultasi TD pada kedua
normal
lengan dan bandingkan
- nadi dan RR dalam rentang
Monitor TD, nadi, RR,
normal sebelum, selama, dan
- tidak ada perubahan warna setelah aktivitas
kulit dan tidak terasa pusing, Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan
merasa nyaman. irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

8
Gangguan pemenuhaanSetelah tindakan
dilakukan Monitor TTV
kebutuhan nutrisi b.d keperawatan selama 3x24 jam Lakukan pengkajian

nafsu makan menurun. gangguan pemenuhan kebutuhan pemenuhan nutrisi


nutrisi dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
- TTV dalam batas normal
- Pemenuhan nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tubuh

Nyeri akut b.dSetelah dilakukan tindakan Lakukan pengkajian nyeri


terangsangnya saraf keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif
intrathorak sekunder masalah berkurang dengan Kontrol lingkungan yang

terhadap iritasi pleura. kriteria hasil : dapat mempengaruhi nyeri


Berikan analgetik untuk
- Mampu mengontrol nyeri
- Nyeri yang dirasakan mengurangi nyeri
Monitor TTV
berkurang
- TTV dalam batas normal Berikan informasi tentang
nyeri
Gangguan pola tidurSetelah dilakukan tindakan Jelaskan efek-efek
b.d batuk dan sesak keperawatan selama 3x24 jam medikasi terhadap pola
nafas pasien dapat beristirahat (tidur) tidur
dengan kriteria hasil : Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
- Jumlah jam tidur dalam batas
normal Fasilitasi pasien untuk
- Pola tidur, kualitas dbn mempertahankan aktivitas
- Perasaan setelah tidur atau
sebelum tidur (membaca)
istirahat fresh Ciptakan lingkungan yang
- Mampu mengidentifikasikan
nyaman
hal-hal yang dapat
Kolaborasi dengan dokter
meningkatkan tidur seperti
untuk pemberian obat
kenyamanan
tidur.

9
DAFTAR PUSATAKA

Faiz,Omar & David Moffat.2003.At a Glance Anatomi:Erlangga

Wijaya S.A. & Putri M.Y.2013,Keperawatan Medikal Bedah 1.Nuha Medika:Yogyakarta

Pearce, Evelyn C.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Para Medis.Jakarta:Gramedia Pustaka


Utama

10
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Pernapasan. Jakarta. salemba medika.

Somantri, Irman.2009.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system pernapasan


edisi 2. Jakarta . salemba medika

Asih, Niluh Gede Yasmin.2002. Medical Bedah Klien dengan Gangguan System
Pernapasan. Jakarta. Buku kedokteran EGC.

Herdman T.Heather, Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi,


Penerbit buku EGC Tahun 2013-2014 : Jakarta

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2012.

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2012

11

Anda mungkin juga menyukai