Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea
untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi
diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea
serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta
pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi.
Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan
akhir trakeostomi. Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge.
(Somantri,2009)
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi,
pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high
volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut.
Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan
mengetahui komplikasi trakeostomi yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun
akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu, pasien
juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti kanul trakheostomi,
agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang
dengan kanul trakhea masih terpasang. Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai
educator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu,
pada makalah ini akan dijelaskan berbagai macam hal mengenai trakheostomi.

B. Tujuan
Tujuan disusunya makalah ini adalah untuk:

1. Mengetahui definisi trakeostomi

2. Mengetahui fungsi dari trakeostomi

3. Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakeostomi

4. Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakeostomi

5. Mengetahui klasifikasi dan jenis trakeostomi

1
6. Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakeostomi

7. Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakeostomi

8. Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi

C. Manfaat

Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan


keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk
ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997). Trakeostomi
merupakan tindakan operatif yang memiliki tujuan membuat jalan nafas baru pada trakea
dengan mebuat sayatan atau insisi pada cincin trakea ke 2,3,4.
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
Trakestomi adalah tindakan mebuat lubang pada dinding depan/anterior trakea
untuk bernapas. ( Fahrun Nur Rosyid )
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat
suatu jalan nafas didalam trakea servikal. Perbedaan kata kata yang dipergunakan dalam
membedakan ostomy dan otomy tidak begitu jelas dalam masalah ini, sebab lubang
yang diciptakan cukup bervariasi dalam ketetapan permanen atau tidaknya. Apabila kanula
telah ditempatkan, bukaan hasil pembedahan yang tidak dijahit dapat sembuh dalam waktu
satu minggu. Jika dilakukan dekanulasi (misalnya kanula trakeostomi dilepaskan), lubang
akan menutup dalam waktu yang kurang lebih sama. Sudut luka dari trakea yang dibuka
dapat dijahit pada kulit dengan beberapa jahitan yang dapat diabsorbsi demi memfasilitasi
kanulasi dan, jika diperlukan, pada rekanulasi; alternatifnya stoma yang permanen dapat
dibuat dengan jahitan melingkar (circumferential). Kata trakeostomi dipergunakan, dengan
kesepakatan, untuk semua jenis prosedur pembedahan ini. Perkataan tersebut dianggap
sebagai sinonim dari trakeotomi.

B. Fungsi trakeostomi
a. Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi
kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan

3
peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal
lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
b. Proteksi terhadap aspirasi
c. Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada
pasien dengan gangguan pernafasan.
d. Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
e. Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
f. Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer
oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang
normal.

C. Indikasi

Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring

b. Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya
pada pasien dalam keadaan koma.

c. Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).

d. Apabila terdapat benda asing di subglotis

e. Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig),


epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui
mekanisme serupa

f. Obstruksi laring

g. Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan


interna, infeksi, tumor.

h. Cedera parah pada wajah dan leher

i. Setelah pembedahan wajah dan leher

j. Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga


mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi

D. Klasifikasi
a. Trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dengan persiapan sarana
sangat kurang dan

4
b. Trakeostomi elektif (persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik
(Soetjipto, Mangunkusomu, 2001).

E. Penatalaksanaan
E.1 Jenis tindakan
a. Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen dan
dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan
ketiga sepanjang 4-5 cm.
b. Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara dan
dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing
trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka
penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu,
kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
c. Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan
membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan
dilator (Bradley, 1997).

E.2 Alat-alat
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah
a. Semprit yang berisi obat analgesia,
b. Pisau,
c. Pinset anatomi,
d. Gunting panjang tumpul,
e. Sepasang pengait tumpul,
f. Klem arteri,
g. Gunting kecil yang tajam
h. Kanul trakea dengan ukuran sesuai

E.3 Jenis pipa


a. Cuffed Tubes;
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil
risiko timbulnya aspirasi.
b. Uncuffed Tubes;

5
Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak
mempunyai risiko aspirasi.
c. Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam);
Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga
kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi.
d. Silver Negus Tubes;
Terdiri dari dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka
panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat
sendiri.
e. Fenestrated Tubes;
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya,
sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain
itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara
(Kenneth, 2004).

E.4 Tehnik trakeostomi


Sebelum dilakukan pembedahan, maka alat-alat yang perlu dipersiapkan adalah
semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul,
sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan
ukuran yang sesuai untuk pasien. Pasien atau keluarganya yang akan dilakukan tindakan
trakeostomi harus dijelaskan segala resiko tindakan trakeostomi termasuk kematian selama
prosedur tindakan.
Posisi pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30 untuk
menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher. Bahu diganjal dengan
bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian
atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak
di garis median dekat permukaan leher.
Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup
dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa
suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari
bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan
pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua
jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima
sentimeter. Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya

6
dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak
trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila
lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah
ditemukan. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral. Ismuth
tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak
mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem
ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan
dihentikan dan jika perlu diikat.
Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin
trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea
ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang
sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu
pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit
(Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).

F. Komplikasi

1. Waktu tindakan operasi

A. Perdarahan

B. Cardiac arrest

C. Perforasi

D. Emboli udara

E. Ruptur pleura servikalis

F. Apneu

G. Sumbatan darah / sekret

2. Setelah operasi

a. Infeksi

b. Perdarahan

c. Sumbatan kanul

7
d. Pergeseran stenosis

e. Pembentukan jar. granulasi

f. Aspirasi, atelektasis

g. Pneumotoraks

h. Pipa trakeostomi tercabut

i. Emfisema subkutis

3. Komplikasi Jangka panjang

a. Obstruksi jalan nafas atas

b. Infeksi

c. Fistula trakeoesofagus

d. Stenosis trakea

e. Iskemia atau nekrosis trakea

G. Pengkajian
1. Anamnesa
- Identitas pasien
- Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit Sekarng
- Riwayat penyakit keluarga
- Riwayat penyakit masa lalu

2. Pemeriksaan Fisik:

1. B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma
dada

2. B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi

3. B3 (Brain) : dizziness, cemas

8
4. B4 (Bladder) : -

5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah

6. B6 (Bone): malaise

Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :

1. Tanda-tanda vital

2. Bukti adanya hipoksia

3. Frekuensi dan pola pernafasan

4. Bunyi nafas

5. Status neurologis

6. Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat

7. Kebutuhan pengisapan

8. Upaya ventilasi spontan klien

9. Status nutrisi

10. Status psikologis

Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :

1. Pemeriksaan fungsi paru

2. Analisa gas darah arteri

3. Kapasitas vital paru

4. Kapasitas vital kuat

5. Volume tidal

6. Inspirasi negative kuat

7. Ventilasi semenit

8. Tekanan inspirasi

9. Volume ekspirasi kuat

10. Aliran-volume

9
11. Sinar X dada

12. Status nutrisi / elektrolit.

H. Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme
pertahanan respirasi

3. Ketidakseimbagan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


perubahan dalam pengecapan

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam bentuk anatomik tubuh.

I. Rencana Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


keperawtan
- Respiratory status : - Pastikan kebutuhan oral /
Bersihan jalan Ventilation tracheal suctioning.
nafas tidak efektif - Respiratory status : Airway - Anjurkan pasien untuk
berhubungan patency istirahat dan napas dalam
dengan akumulasi - Aspiration Control Setelah - Posisikan pasien untuk
sekret dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
keperawatan selama 3x24 - auskultasi suara nafas,
jam pasienmmenunjukkan catat adanya suara
keefektifanmjalan nafas tambahan
dibuktikan dengan kriteria - Monitor respirasi dan
hasil : status O2
a. mendemonstrasikan batuk - Pertahankan hidrasi yang
efektif dan suara nafas yang adekuat untuk
bersih, tidak ada sianosis mengencerkan secret
dan dyspneu (mampu - Jelaskan pada pasien dan
mengeluarkan sputum, keluarga tentang
bernafas denga mudah, tidak penggunaan peralatan :
ada pursed lips) O2, Suction, Inhalasi
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)

10
c. Saturasi O2 dalam batas
normal
d. Foto thorak dalam batas
normal

- Immune Status - Pertahankan teknik


Resiko infeksi - Knowledge : Infection control aseptif
berhubungan - Risk control - Batasi pengunjung
dengan pembuatan Setelah dilakukan tindakan bila perlu
saluran nafas baru keperawatan selama 3x24 jam - Cuci tangan setiap
dari mekanisme pasien tidak mengalami sebelum dan sesudah
pertahanan infeksi dengan criteria hasil: tindakan keperawatan
respirasi 1. Klien bebas dari tanda dan - Gunakan baju, sarung
gejala infeksi tangan sebagai alat
2. Jumlah leukosit dalam batas pelindung
normal - Ganti letak IV perifer
3. Menunjukkan perilaku dan dressing sesuai
hidup sehat dengan petunjuk
umum
- Tingkatkan intake
nutrisi
- Berikan terapi
Antibiotic.
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan local
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Monitor adanya luka

- Nutritional status: Adequacy of - Kaji adanya alergi


Ketidakseimbanga nutrient makanan
n nutrisi: kurang - Nutritional Status : food and - Kolaborasi dengan
dari kebutuhan Fluid Intake ahli gizi untuk
tubuh b.d - Weight Control menentukan jumlah
perubahan dalam Setelah dilakukan tindakan kalori dan nutrisi yang
pengecapan Keperawatan selama 3x24 jam dibutuhkan pasien
nutrisi kurang teratasi dengan - Yakinkan diet yang
indikator: dimakan mengandung

11
1. mengkaji adanya alergi tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
makanan
- Monitor adanya
2. mengkolaborasi dengan ahli
penurunan BB dan
gizi untuk menentukan gula darah
- Monitor lingkungan
jumlah kalori dan nutrisi yang
selama makan
dibutuhkan pasien - Jadwalkan pengobatan
3. meyakinkan diet yang dan tindakan tidak
selama jam makan
dimakan mengandung tinggi
- Monitor turgor kulit
serat untuk mencegah - Monitor mual dan
muntah
konstipasi
- Monitor pucat,
4. memonitor adanya penurunan
kemerahan, dan
BB dan gula darah kekeringan jaringan
5. memonitor mual dan muntah konjungtiva
6. memonitor intake nutrisi - Monitor intake
7. menginformasikan pada klien nuntrisi
- Informasikan pada
dan keluarga tentang manfaat
klien dan keluarga
nutrisi tentang manfaat
8. menciptakan suasana makan nutrisi
- Atur posisi semi
yang menyenangkan
fowler atau fowler
9. mengkolaborasi dengan
tinggi selama makan
dokter tentang kebutuhan - Kelola pemberan anti
emetik:.....
suplemen makanan
- Anjurkan banyak
10. mengkolaborasi dengan
minum
dokter pemberian antipiretik - Pertahankan terapi IV
line

- Body image Body image enhancement


Gangguan citra - Self esteem - Kaji secara verbal dan
tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan nonverbal respon klien
dengan perubahan keperawatan selama3x24jam terhadap tubuhnya
dalam bentuk gangguan body image pasien - Monitor frekuensi
anatomik tubuh teratasi dengan kriteria hasil: mengkritik dirinya
a. Body image positif - Jelaskan tentang
b. Mampu mengidentifikasi pengobatan,
kekuatan personal perawatan, kemajuan
c. Mendiskripsikan secara factual dan prognosis penyakit
perubahan fungsi - Dorong klien
tubuh mengungkapkan
d. Mempertahankan perasaannya
interaksi sosial - Identifikasi arti
mengidentifikasi pengurangan melalui

12
kekuatan personal pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.

Price, S.A., dan Wilson, L.M.2006. Patofisiologi:Konsep Klinik Proses-proses Penyakit.


Edisi 6.Jakarta:EGC

Herdman T.Heather, Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi,


Penerbit buku EGC Tahun 2013-2014 : Jakarta

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2012.

Docterman dan Bullechek.2012 Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United


States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press

13

Anda mungkin juga menyukai