Anda di halaman 1dari 11

Peran Perawat Muslim Dalam Sakaratul

Maut Klien
Posted on December 12, 2010 by azmipriyanda

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit
kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat
klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut
selalu berada di samping perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.
Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya
kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan
diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya pemenuhan kebutuhan
pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase
akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut
seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan
sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “
Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang
membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah
dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-
tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil
berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang
tidak benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS.
Al An’am :93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh
cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian
peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul
maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya
sebagai berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut
perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi,
Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata, Apabila kamu melihat seseorang
menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan
selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai
dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada
ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan
kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.

Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung
kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada
kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai
tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes.
Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan
bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya
kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya
juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal
dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan
(membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah
mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim,
Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah
karena sesungguhnya seseoranng yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya
maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu
ketika matinya maka itulah bekalnya menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab
berkata Hindarilah orang yang mati diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan
ucapan Laailahaillahllah, maka sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat
apa yang tidak bisa, kamu lihat .
3. berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi
terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila
kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang
baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri
orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena
sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang
baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Berdasarkan hal diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien
merasa yakin bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya,
mendo’akan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari
jasadnya.

Panduan bagi pasien sakaratul maut

Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio-Spritual ( APA, 1992 ) yang
komprehensif, karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama ( spiritual ) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter,
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien.

Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan
spiritual klien. Akan tetapi, kebutuhan spiritual seringkali dianggap tidak penting oleh
perawat. Padahal aspek spiritual sangat penting terutama untuk pasien yang didiagnosa
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut dan seharusnya perawat
bisa menjadi seperti apa yang dikemukakan oleh Henderson, “The unique function of
the nurse is to assist the individual, sick or well in the performance of those activities
contributing to health or its recovery (or to a peaceful death) that he would perform
unaided if he had the necessary strength will or knowledge”,maksudnya perawat akan
membimbing pasien saat sakaratul maut hingga meninggal dengan damai.

Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien
terminal karena pasien terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak
dapat disembuhkan lagi dimana berakhir dengan kematian, seperti yang dikatakan
Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis
kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”. Sehingga, pasien terminal biasanya bereaksi menolak,
depresi berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh sebab itu,
peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan
semangat hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi kehidupan yang kekal.

Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya
seseorang terhadap kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan
dimintai pertanggungjawabannya nanti untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah
sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat berat dan menyakitkan seperti
yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang mengerjakan
amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati.
Ini adalah petikan Al-Quran tentang sakaratul maut,,
” Datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya.”(QS.50:19).
“ Alangkah dahsyatnya ketika orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan
sakaratul maut.” (QS. 6:93)
Dalam Al-hadits tentang sakaratul maut..
Al-Hasan berkata bahwa Rasulullah SAW pernah mengingatkan mengenai rasa sakit dan
duka akibat kematian. Beliau bertutur, “Rasanya sebanding dengan tiga ratus kali
tebasan pedang.” (HR.Ibn Abi ad-Dunya)

Begitu sakitnya menghadapi sakaratul maut sehingga perawat harus membimbing pasien
dengan cara-cara,seperti ini:

1. Menalqin(menuntun) dengan syahadat

Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”.
Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’,
maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu
musibah yang akan menimpanya.” Perawat muslim dalam mentalkinkan kalimah
laaillallah dapat dilakukan pada pasien muslim menjelang ajalnya terutama saat pasien
akan melepaskan nafasnya yang terakhir sehingga diupayakan pasien meninggal dalam
keadaan husnul khatimah.

Para ulama berpendapat,” Apabila telah membimbing orang yang akan meninggal
dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara
dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu barulah diulang
kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir ketika menghadapi
kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya menjenguk orang sakaratul maut,
untuk mengingatkan, mengasihi, menutup kedua matanya dan memberikan hak-haknya.”
(Syarhu An-nawawi Ala Shahih Muslim : 6/458)

Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu :

1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai pada


anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung hidung yang terasa
dingin dan lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur
disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa nyeri
bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan bervariasi tiap
individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya kelihatan cemas
nampak lebih pasrah menerima.

Meninggal dengan membaca syahadat


2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik

Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda.

Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir
mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya
memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan
selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua
matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.

3. Berbaik Sangka kepada Allah

Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di dalam
hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka
kepada Allah SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa
yang terjadi pada kita karena Allah mengikuti perasangka umatNya

4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut

Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian disunnahkan juga
untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa saja
kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk
berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam
rasa sakit yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat
mempermudah dirinya dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450
milik Ibnu Qudamah)

5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan orang yang tengah sakaratul maut kearah
kiblat. Sebenarnya ketentuan ini tidak mendapatkan penegasan dari hadits Rasulullah
Saw., hanya saja dalam beberapa atsar yang shahih disebutkan bahwa para salafus shalih
melakukan hal tersebut. Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana
menghadap kiblat :

1. Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya


dihadapkan kearah kiblat. Setelah itu, kepala orang tersebut diangkat sedikit agar ia
menghadap kearah kiblat.
2. Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke
kiblat. Dan Imam Syaukai menganggap bentuk seperti ini sebagai tata cara yang paling
benar. Seandainya posisi ini menimbulkan sakit atau sesak, maka biarkanlah orang
tersebut berbaring kearah manapun yang membuatnya selesai.
WARNING ALERT

Sebagian orang terbiasa membaca Al-Qur’an didekat orang yang sedang menghadapi
sakaratul maut dengan berdasarkan pada hadits :

“bacalah surat Yaasiin untuk orang-orang yang meninggal dunia”

Dan hadits :

“tidak ada seorang manusia yang mati, kemudian dibacakan surat yaasiin untuknya,
kecuali Allah mempermudah segala urusannya”

Padahal kedua hadits tersebut dianggap sebagai hadits dha’if, tidak boleh
memasukkannya kedalam kitab Hadits.

Bahkan, Imam Malik telah mengatakan bahwa hokum membaca Al-Qur’an disisi mayat
adalah makruh. Dalam Kitabnya ‘Syarhu As-Syaghiir’(1/220):,”Dimakruhkan membaca
salah satu ayat dalam al-qur’an ketika datang kematian. Karena, tindakan tersebut tidak
pernah dilakukan oleh para salafus shalih. Sekalipun, semua itu diniatkan sebagai do’a,
memohon ampun, kasih sayang dan mengambil pelajaran,”.

Tuntunan dalam Mengurus Jenazah bagi Wanita

Alloh ‘azza wa jalla telah menuliskan kematian atas setiap jiwa. Sedangkan kekekalan
hanyalah khusus bagi Alloh. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam firman-Nya,
“Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang
mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” QS. Ar-Rahman ; 26-27
Bagi jenazah anak cucu Adam terdapat hukum-hukum khusus yang wajib dipenuhi dan
dilaksanakan oleh orang-orang yang masih hidup. Kami sebutkan didalam bab ini tentang
hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan jenazah bagi wanita, diantaranya :

1. Para wanita wajib menguasai tata cara memandikan mayat perempuan dan tidak
diperbolehkan bagi laki-laki untuk memandikannya, kecuali suami karena ia
berkewajiban memandikan istrinya. Sebab Ali radhiyallohu ‘anhu memandikan istrinya,
Fathimah bintu Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam. Dan diperbolehkan bagi wanita
memandikan mayit suaminya, sebab Asma’ bintu Umais radhiyallohu ‘anha memandikan
suaminya, Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallohu ‘anhu.

2. Disunnahkan mengkafani mayat perempuan dengan 5 lembar kain putih yang terdiri
dari sarung, kerudung kepalanya, baju yang dipakainya, dan 2 kain lipatan yang melilit
seluruh kain-kain sebelumnya. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Laila ats-
Tsaqafiyah, beliau berkata :
“Saya berada bersama para wanita yang memandikan Ummu Kultsum bintu Rosulullah
ketika wafatnya, dan pertama-tama yang Rosulullah berikan adalah sarung kemudian
baju besi (jubah muslimah atau sejenisnya), selanjutnya penutup kepala (kerudung/jilbab)
kemudian selimut kemudian dilipatkan setelah itu didalam pakaian yang lain.” HR. Imam
Ahmad dan Abu Dawud

3. Yang diperbuat dengan rambut kepala mayat wanita adalah menjadikannya 3 pintalan
dan mempertemukannya di bagian belakang, seperti hadits Ummu Athiyah tentang cara
memandikan putri Nabi sholallohu ‘alahi wasallam :“Maka kami pintal rambutnya
menjadi 3 cabang dan kami pertemukan dibelakangnya.” HR. Bukhari-Muslim.Hukum
wanita mengiring jenazah.

4. Dari Ummu Athiyah radhiyallohu ‘anha berkata : “Kami dilarang (oleh Rosulullah
sholallohu ‘alaihi wasallam) mengiringi jenazah namun tidak ditekankan (larangan tsb)
kepada kami.” HR. Bukhari – Muslim

5. Wanita dilarang menziarahi kubur.


Dari Abu Hurairah radhiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Rosulullah sholallohu ‘alaihi
wasallam melaknat wanita-wanita peziarah kubur.” HR. Imam Ahmad, Ibnu Majah,
Tirmidzi, dan dishohihkan olehnya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata :
“Telah diketahui bahwa perempuan apabila berziarah kubur, maka dia akan berkeluh
kesah, menangisi dan meratapi (mayat). Padahal kesemuanya itu menyiratkan kelemahan
dan sedikitnya kesabaran. Dengan menangisi (si mayat) hal ini dapat juga menyebabkan
tersiksanya si mayat. Bahkan dengan suara (tangisannya) dan pola tingkahnya tsb akan
dapat menimbulkan daya tarik bagi laki-laki (di sekitarnya). Sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits :
“Maka kalian (para wanita) telah menjadi penyebab timbulnya fitnah bagi yang hidup dan
menjadikan tersiksa bagi yang mati.”
Kemudian diharamkannya permasalahan ini (wanita berziarah kubur) adalah untuk
membatasi (menutupi) jalan fitnah, sebagaimana diharamkan memandang perhiasan yang
terselip karena akan menimbulkan fitnah. Hal itu -yakni wanita berziarah kubur-
bukanlah suatu maslahah (yang mendatangkan kebaikan), kecuali wanita tsb mendoakan
bagi si mayat, dan ini memungkinkan bila dilakukan didalam rumahnya.” [Majmu'
Fatawa ; 24/335-336]

6. Haram meratapi mayat, yaitu mengangkat suara dengan menangis, meratap dan
merobek-robek baju, menampar-nampar pipi, mengacak-acak rambut, menghitamkan
wajah dan melukainya sbg ungkapan keluh kesah atas si mayat, memanggil-manggil
dengan perkataan celaka (kasar) dan selainnya. Semua itu menunjukkan atas keluh kesah
dari ketentuan Alloh dan kekuasaan-Nya, serta tidak ada kesabaran pada dirinya. Maka
hal tsb adalah haram dan dosa besar sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahihain.
Rosulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukan dari golongan kami orang yang
menampar-nampar pipi, merobek-robek baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah dan
selainnya.”
“Sesungguhnya beliau sholallohu ‘alaihi wasallam berlepas (diri) dari shaliqah, haliqah,
dan syaaqah.”
Shaliqah : wanita yang mengangkat suaranya (berteriak) ketika tertimpa musibah.
Haliqah : Wanita mencukur rambutnya ketika mendapatkan musibah.
Syaaqah : Wanita yang merobek-robek pakaiannya ketika mendapatkan musibah.

Maka sebuah kewajiban atasmu, wahai muslimah, untuk menjauhkan perbuatan-


perbuatan haram ini ketika mendapatkan musibah dan kewajibanmu adalah (tetap dalam)
kesabaran dan introspeksi diri. Sehingga musibah ini menjadi renungan atas dosa-dosa
dari keburukan-keburukan yang telah dilakukan dan pahala-pahala dari kebaikan-
kebaikan yang telah kamu kerjakan.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira
kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan ‘innaa lillahi wa inna ilaihi raaji’uun’ mereka itulah yang
mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” QS. Al-Baqarah ; 155-157
Dalam perkara ini diperbolehkan menangis yang tidak disertai ratapan dan perbuatan-
perbuatan yang diharamkan serta tidak marah terhadap ketentuan dan kekuasaan Alloh.

-diringkas dari kitab “Tanbihaat ‘ala Ahkam Takhtashu bil Mu’minaat” karya Syaikh
Sholih Al Fauzan-

Kewajiban Mengurus Jenazah

Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, dimana ketika ada
jenazah dan sudah ada satu orang yang menghandle mengurus jenazah mulai
memandikan hingga menguburkan, maka muslim tidak perlu harus menghandle

nya. Melihat hukumnya ini maka sangat jarang pekerjaan pengurus jenazah ditemukan.
Padahal pekerjaan ini sangat mulia kenapa tidak jadi rebutan orang untuk berlomba-
lomba melakukannya, padahal jika kita dapat mengurus jenazah orang2 sholeh dan
orang-orang yang berjihad di jalan Allah sungguh menyenangkan, yang semoga banyak
keutamaan dan pelajaran darinya agar kitapun berharap mampu seperti mereka.
Beranikah kita menghadapi jenazah? Kalau takut jangan deh nanti malah kebawa mimpi.
kemudian pengurus jenazah tidak boleh jijik akan kondisi mayat, karena dalam kondisi di
lapangan mayat itu kondisinya bermacam-macam. Bisa jadi kondisi mayat penuh luka,
atau bau dan lain-lain. Jadi harus siap menghadapi ini. Seperti halnya dokter atau perawat
yang tidak jijik terhadap kondisi pasien dan tukang sampah yang tidak geli terhadap
sampah.Diperlukan ketelatenan juga bagi seseorang untuk mengurusi mayat, dimana kita
harus mampu memperlakukan mayat dengan baik tidak boleh kasar dan harus selembut
mungkin, dan didalan kondisi di lapangan mayat bermacam-macam seperti k

aku, melotot dan lain-lain. Selain itu diperlukan ketelatenan pula mulai dari menyiapkan
hal-hal yang diperl
ukan untuk proses mengurus jenazah, memandikan, menkafani hingga menguburkan.
Sehingga diperlukan pengetahuan yang benar sesuai dengan syariat yang dicontohkan
rasul agar tidak mengandung bid’ah. Dan semuanya ini dilakukan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan.

LANTAS APA PERAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH MUSLIM????

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah
memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran
spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut. Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami p

enyakit kejiwaan, krisis spiritual,dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian


saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupa

nnya ini, pasien tersebut selalu berada di samping

perawat. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat
hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri
pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik

atau tidaknya kematian seseorang dalam menuju kehidupan alam kekal dan perawat
sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT karena upaya
pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.

Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam menjalani fase
akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut. Fase sakaratul maut
seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan menyakitkan
sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan hadis. “
Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-orang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan olehmu siksa neraka yang
membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri) (QS Al Anfal: 50). Alangkah
dasyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim (berada) dalam tekanan-
tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya (sambil
berkata) “keluakanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH perkataan yang
tidak b

enar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya” (QS. Al


An’am :93)
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka
malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh
cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa
terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan. “ Sakitnya sakaratul maut itu,
kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)

Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya
sebagai berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul maut
perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah sebagaimana Hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Muslem. Jangan sampai seorang dari kamu mati kecuali dalam
keadaan berbaik sangka kepada Allah, selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi,
Aku ada pada sangka-sangka hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan
sangkaaan yang baik . Selanjutnya Ibnu Abas berkata. Apabila kamu melihat seseorang
menghadapi maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu. Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata : Demi Allah yang tak ada Tuhan
selain Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai
dengan persangkaannya itu. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua berada
ditangannya.

2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam mentalkinkan


kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal menjelang ajalnya terutama saat
pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir.
Wotf, Weitzel, Fruerst memberikan gambaran ciri-ciri pokok klien terminal yang akan
melepaskan nafasnya yang terakhir, yaitu penginderaan dan gerakan menghilang secara
berangsur-angsur yang dimulai pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung
kaki. Meskipun suhu tubuh pasien biasanya tinggi ia terasa dingin dan lembab mulai pada
kaki tangan dan ujung hidung, kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat. Nadi mulai
tak teratur, lemah dan pucat. Terdengar suara ngorok disertai gejala nafas cyene stokes.
Dengan menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan
bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang tadinya
kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.
Dalam keadaan yang seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya
juga harus memenuhi kebutuhan spiritual pasien muslim agar diupayakan meninggal
dalam keadaan Husnul Khatimah. Perawat membimbing pasien dengan mentalkinkan
(membimbing dengan melafalkan secara berulang-ulang), sebagaimana Rasulullah
mengajarkan dalam Hadist Riwayat Muslim,Talkinkanlah olehmu orang yang mati
diantara kami dengan kalimat Laailahaillallah karena sesungguhnya seseoranng yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya
seseorang yang mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya
menuju surga . Selanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati
diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu lihat .

3. berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya. Di samping
berusaha memberikan sentuhan (Touching) perawat muslim perlu berkomunikasi
terapeutik, antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim Rasulullah SAW bersabda: Bila
kamu datang mengunjungi orang sakit atau orang mati, hendaklah kami berbicara yang
baik karena sesungguhnya malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.
Selanjutnya diriwayatkan oleh Ibnu Majah Rasulullah bersabda apabila kamu menghadiri
orang yang meninggal dunia di antara kamu, maka tutuplah matanya karena
sesungguhnya mata itu mengikuti ruh yang keluar dan berkatalah dengan kata-kata yang
baik karena malaikat mengaminkan terhadap apa yang kamu ucapkan.Berdasarkan hal
diatas perawat harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin
bahwa Allah Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan
dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas, dari jasadnya.

Anda mungkin juga menyukai