PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasien yang sakit memerlukan bantuan dorongan mental. Hal ini adalah sisi
kebutuhan lain yang tidak boleh diabaikan (Isep Zaenal Arifin, 2009: 65). Pasien yang
sakit selalu dihadapkan pada perasaan, yaitu timbulnya guncangan mental dan jiwa
mengenai penyakit yang dideritanya. Orang sakit tidak hanya memerlukan bantuan fisik
saja tetapi juga bantuan non fisik berupa bimbingan Islami atau bimbingan rohani Islam.
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling sering dan paling lama
berinteraksi dengan klien. Sehingga perawat adalah pihak yang paling mengetahui
perkembangan kondisi kesehatan klien secara menyeluruh dan bertanggung jawab atas
klien. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting
guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.
Sebagai perawat muslim yang baik, kita harus bisa mendampingi dan membantu
pasien dalam kegiatannya. Contohnya ketika makan, minum obat, membersihkan diri,
sampai beribadah. Perawat harus tau kebutuhan beribadah pasiennya sesuai dengan
agama yang dianut pasiennya. Seorang muslim diwajibkan untuk menjalankan shalat 5
waktu, bagaimanapun keadaannya. Termasuk ketika sakit. Bagi mereka yang sakit
melakukan ibadah sangat sulit. Dalam hal ini yang membantu pasien adalah seorang
perawat sebagaimana ketahui bahwa perawat sebagai pendamping pasien, perawat
1
sebagai penolong pasien, dan perawat sebagai partner pasien. Pendek kata, perawat
berperan sebagai motivator dan edukator bagi pasien yang ditanganinya.
B. Tujuan Penulisan
2
BAB II
Perawat adalah salah satu tenaga medis yang paling banyak berinteraksi dengan
pasien secara langsung walaupun secara tidak langsung hingga saat ini masih banyak
pasien atau bahkan keluarga pasien yang mengesampingkan atau bahkan memandang
rendah profesi perawat ini. Padahal sebagai profesi yang paling banyak berhubungan
dengan pasien, perawat memegang kunci penting dalam memberikan informasi mengenai
kondisi kesehatan pasien kepada dokter untuk diambil langkah penanganan yang lebih
lanjut. Perawat merupakan penolong utama klien dalam melaksanakan aktivitas penting
guna memelihara dan memulihkan kesehatan klien atau mencapai kematian yang damai.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus
asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup
lagi. “Pernyataan tidak memiliki harapan hidup lagi” untuk seorang muslim tidak dapat
dibenarkan. Meski secara medis tidak bisa lagi ditangani, tapi Allah bisa saja
memberikan mukjizat kepada pasien tersebut dengan menyembuhkannya. Perawat harus
memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya
semakin saleh yang bisa mendatangkan “manjurnya” doa.
3
Allah berfirman :
“Dan orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah)
menjadi penolong bagi sebgaian yang lain. Mereka menyeruruh (mengerjakan) yang
ma’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat dan mereka
taat kepada Allah dan RasulNya”. (Q.S. At-Taubah :71)
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada
hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR.
Muslim).
Cara dan Peran Perawat dalam Membimbing Ibadah Pasien adalah sebagai
berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah muka kalian dan tangan kalian sampai dengan siku, dan sapulah kepala kalian,
dan (basuh) kaki kalian sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah:6)
4
2. Mengingatkan dan Membimbing Pasien Sholat Apabila Telah Tiba Waktunya
Dalam keadaan sakit, kaum muslimin dibagi menjadi dua golongan yang
berkenaan tentang kewajiban shalat yang harus dilakukannya sebagai seorang muslim,
pertama enggan melaksanakan shalat karena alasan sakitnya dan kedua memaksakan diri
shalat layaknya ketika masih sehat sehingga sakitnya tambah parah atau tidak kunjung
sembuh.
Syari’at Islam dibangun di atas dasar ilmu dan kemampuan orang yang dibebani.
Tak ada satupun beban syari’at yang diwajibkan kepada seseorang di luar
kemampuannya. Allah azza wa jalla sendiri menjelaskan hal ini dalam firman-Nya:
5
Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk, cara
melakukannya adalah dengan cara berbaring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri,
dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Ini berdasarkan sabda Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits ’Imran bin al-Husain radliyallahu’anhu:
”Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu
juga maka berbaringlah.” (HR. Al-Bukhori no.1117)
Dalam hal ini perawat harus mampu membimbing praktek sholat bagi pasien yang
sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien. Orang yang sakit tidak boleh
meninggalkan sholat wajib dalam segala kondisi apapun selama akalnya masih baik.
Allah SWT yang menguasai tubuh kita memberikan karunia kesehatan lahir dan
bathin. Bersabar ketika diuji sakit dan bersyukur ketika dikaruniai sehat. Karena ada
kalanya seseorang yang diuji sakit terhina karena ketidaksabarannya dan dikala sehat
terhina karena ketidaksyukurannya. Sabar adalah kegigihan kita untuk selalu berada di
jalan yang Allah sukai.
Oleh karena itu, sebagai perawat kita sebaiknya memberi pengertian kepada
pasien bahwa sakit adalah ujian dari Allah SWT. Dan Allah tidak pernah memberikan
ujian kepada umatnya diluar batas kemampuan umatnya. Sebagai perawat kita harus
memotivasi pasien untuk lebih sabar dalam menghadapi cobaan yang Allah SWT
berikan.
6
“Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu”. Hal itu tercantum dalam (Q.S
Al-Baqarah 153) yang artinya “Wahai orang – orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat, sesungguhnya Allah beserta orang
– orang yang sabar”.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji
dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
(QS. Al ‘Ankabuut, 29 : 45)
Menurut penelitian, membaca al-quran akan membuat hati menjadi tenang dan
tentram serta dapat dihindarkan dari gangguan penyakit jiwa. Sebaiknya kita
membimbing pasien untuk membaca al-quran secara bersama-sama. Dan sebaiknya juga
kita menjelaskan ayat-ayat al-quran tentang kesembuhan.
7
5. Membimbing Pasien untuk Berpuasa
Namun penderita penyakit menahun atau penyakit ganas seperti kanker atau
penyakit hati yang berat, tidak dianjurkan untuk berpuasa, karena berisiko terjadi
penurunan gula darah (hipoglikemia), akibat cadangan glikogen hati sangat berkurang.
Pada orang normal tidak akan menjadi masalah jika kadar gula sangat turun.
Keadaan batin pasien yang tidak stabil, selalu berprasangka buruk dengan apa
yang Allah ujikan kepadanya. Sebagai perawat profesional kita harus mampu
membimbing pasien agar selalu mengingat Allah agar batin menjadi lebih tenang dan
tidak berprasangka buruk terhadap apa yang pasien hadapi.
8
Allah berfirman :
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram.”(Ar-Ra’d:28)
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (Al-Quran Surah. Sod: 44)
Setelah Nabi Ayub AS menderita penyakit kronik dalam jangka masa yang cukup
lama, dimana sahabat dan familinya (keluarganya) telah melupakannya, maka baginda
telah menyeru kepada Rabbnya, “(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit
dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Surah Al-
Anbiya’: 83). Dikatakan kepadanya, “Hentakkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk
mandi dan minum.” (Surah Sod: 42). Nabi Ayub AS telah menghentakkan kakinya,
maka memancarlah mata air yang dingin kerana hentakan kakinya tersebut. Dikatakan
kepadanya, “Minumlah darinya serta mandilah.” Nabi Ayub AS melakukannya, maka
Allah Ta’ala menghilangkan penyakit yang menimpa batinnya dan lahirnya.
9
penghibur bagi orang-orang yang mendapat ujian atau ditimpa musibah serta pelajaran
berharga bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus
asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup
lagi. “Pernyataan tidak memiliki harapan hidup lagi” untuk seorang muslim tidak dapat
dibenarkan. Meski secara medis tidak bisa lagi ditangani, tapi Allah bisa saja
memberikan mukjizat kepada pasien tersebut dengan menyembuhkannya. Perawat harus
memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya
semakin saleh yang bisa mendatangkan “manjurnya” doa.
Tidak hanya sebatas memberikan pengobatan secara fisik melainkan juga
pengobatan psikis (kejiwaan) pasien. Menurut Dra. Suharyati Samba, perawat memiliki
kedudukan yang amat penting karena satu-satunya tenaga kesehatan yang secara 24 jam
dituntut untuk selalu di samping pasien. Kebutuhan dasar manusia dalam pandangan
keperawatan meliputi biologi, psikis, sosial, dan spiritual hingga fungsi perawat untuk
membantu pasien.
B. Saran
Diharapkan kepada rekan-rekan perawat agar memandu pasiennya untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan
“manjurnya” doa.
11
DAFTAR PUSAKA
Al-Qur’an
Hadist
Hidayat A. Aziz Alimul (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba
Medika: Jakarta
http://www.rsunurhidayah.com/berita-197-bimbingan-agama-untuk-kesembuhan.html
Potter & Perry. 2002. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
12