Anda di halaman 1dari 9

PERAN PERAWAT DALAM

MENGHADAPI SAKARATUL MAUT


PASIEN
KELOMPOK 2

Mahesa Subekti KHGA20048 M. Sany Alfaridzi KHGA20066


Fahri Nurhakim KHGA20056 Novia Rahmawati KHGA20071
Dik Dik Purnama KHGA20058 Salwa Aulia Rahma KHGA20073
Lafifah Nurhamidah KHGA20060 Teja Setia Trenggana KHGA20077
Nurul Tri Lestari KHGA20061 Valen Maulani KHGA20078
Prayudha Aditya N KHGA20062 Nina Febrianti KHGA20085
Lutfi Hasanudin KHGA20064 Putri Aprilia KHGA20086
A. Peran Perawat dalam Membimbing Pasien Sakaratul Maut

● Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi kebutuhan
biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.

● Menurut Dadang Hawari (1977,53) “ orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat
klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.

● Pasien terminal biasanya dihinggapi rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat ketidakberdayaan dan
keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien tersebut selalu berada di samping perawat. Oleh karena
itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan
sembuhnya tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi alam yang kekal.

● Menurut konsep Islam, fase akhir tersebut sangat menentukan baik atau tidaknya kematian seseorang dalam
menuju kehidupan alam kekal dan perawat sendiri kelak akan diminta pertanggungjawaban oleh ALLAH SWT
karena upaya pemenuhan kebutuhan pasien di rumah sakit mutlak diperlukan.
B. Cara malaikat Izrail mencabut nyawa

Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat berat dan
menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase sakaratul maut.
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan bila
orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada ALLAH maka malaikat Izrail mencanut nyawanya
dengan kasar. Sebaliknya bila terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan
dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan.
“ Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya).
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya –upaya sebagai berikut:
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah.
3. Berbicara yang Baik dan Do´a untuk jenazah ketika menutupkan matanya
C. Panduan bagi pasien sakaratul maut
● Bimbingan rohani pasien merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan bio-Psyco-Socio- Spritual ( APA, 1992 ) yang komprehensif, karena pada dasarnya
setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
● Perawat memiliki peran untuk memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien.
Makanya peran perawat sangat dibutuhkan untuk mendampingi pasien yang dapat meningkatkan semangat
hidup klien meskipun harapannya sangat tipis dan dapat mempersiapkan diri pasien untuk menghadapi
kehidupan yang kekal.
● Biasanya pasien yang sangat membutuhkan bimbingan oleh perawat adalah pasien terminal karena pasien
terminal, pasien yang didiagnosis dengan penyakit berat dan tidak dapat disembuhkan lagi dimana berakhir
dengan kematian.
● Dalam konsep islam, fase sakaratul maut sangat menentukan baik atau tidaknya seseorang terhadap
kematiannya untuk menemui Allah dan bagi perawat pun akan dimintai pertanggungjawabannya nanti
untuk tugasnya dalam merawat pasien di rumah sakit. Dan fase sakaratul maut adalah fase yang sangat
berat dan menyakitkan seperti yang disebutkan Rasulullah tetapi akan sangat berbeda bagi orang yang
mengerjakan amal sholeh yang bisa menghadapinya dengan tenang dan senang hati
Perawat harus membimbing pasien dengan cara-cara,seperti ini:
1. Menalqin(menuntun), dengan syahadat. Sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam,“Talqinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Apabila
telah membimbing orang yang akan meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan
diulangi lagi. Kecuali apabila ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain.
Setelah itu barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir
ketika menghadapi kematian.
● Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir
1) Penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai
pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung
hidung yang terasa dingin dan lembab.
2) Kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3) Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4) Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
5) Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang.
2. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik. Perawat
harus berupaya memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha Pengasih dan selalu
memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan menutupkan kedua matanya yang terbuka saat
roh terlepas dari jasadnya.
3. Berbaik Sangka kepada Allah. Perawat membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT, seperti di
dalam hadits Bukhari“ Tidak akan mati masing-masing kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah
SWT.” Hal ini menunjukkan apa yang kita pikirkan seringkali seperti apa yang terjadi pada kita karena Allah
mengikuti perasangka umatNya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut. Disunnahkan bagi orang-orang yang hadir
untuk membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman.
Kemudian disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air.
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat. Kemudian disunnahkan untuk menghadapkan
orang yang tengah sakaratul maut kearah kiblat
Para Ulama sendiri telah menyebutkan dua cara bagaimana menghadap kiblat :
1) Berbaring terlentang diatas punggungnya, sedangkan kedua telapak kakinya dihadapkan kearah kiblat.
2) Mengarahkan bagian kanan tubuh orang yang tengah sakaratul maut menghadap ke kiblat
D.Tuntunan dalam Mengurus Jenazah bagi Wanita

Pengurusan jenazah bagi wanita, diantaranya :


1. Para wanita wajib menguasai tata cara memandikan mayat perempuan dan tidak diperbolehkan bagi laki-
laki untuk memandikannya, kecuali suami karena ia berkewajiban memandikan istrinya.
2. Disunnahkan mengkafani mayat perempuan dengan 5 lembar kain putih yang terdiri dari sarung,
kerudung kepalanya, baju yang dipakainya, dan 2 kain lipatan yang melilit seluruh kain- kain sebelumnya
3. Yang diperbuat dengan rambut kepala mayat wanita adalah menjadikannya 3 pintalan dan
mempertemukannya di bagian belakang.
4. Dilarang mengiringi jenazah namun tidak ditekankan (larangan tsb)
5. Wanita dilarang menziarahi kubur
6. Haram meratapi mayat, yaitu mengangkat suara dengan menangis, meratap dan merobek-robek baju,
menampar- nampar pipi, mengacak-acak rambut, menghitamkan wajah dan melukainya sbg ungkapan
keluh kesah atas si mayat, memanggil-manggil dengan perkataan celaka (kasar) dan selainnya.
E. Kewajiban Mengurus Jenazah
Kewajiban muslim dalam mengurus jenazah adalah fardhu kifayah, dimana ketika ada jenazah dan
sudah ada satu orang yang menghandle mengurus jenazah mulai memandikan hingga menguburkan,
maka muslim tidak perlu harus menghandlenya. kemudian pengurus jenazah tidak boleh jijik akan
kondisi mayat, karena dalam kondisi di lapangan mayat itu kondisinya bermacam-macam. Bisa jadi
kondisi mayat penuh luka, atau bau dan lain- lain. Jadi harus siap menghadapi ini.
Diperlukan ketelatenan juga bagi seseorang untuk mengurusi mayat, dimana kita harus mampu
memperlakukan mayat dengan baik tidak boleh kasar dan harus selembut mungkin, dan didalan
kondisi di lapangan mayat bermacam-macam seperti kaku, melotot dan lain-lain. Selain itu diperlukan
ketelatenan pula mulai dari menyiapkan hal-hal yang diperlukan untuk proses mengurus jenazah,
memandikan, menkafani hingga menguburkan.
TERIMA KASIH
Apakah ada pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai