Anda di halaman 1dari 6

KEPERAWATAN DAN TINJAUAN FIKIH ISLAM

Masalah masalah keperawatan dan hukum hukum syar’i nya dianggap sebagai salah satu isu
kontemporer paling penting yang perlu diketahui oleh manusia, dan penjelasan hukum allah dan
sunnah rasulNya

Banyak dari kalangan Ulama fikih yang sangat besar perhatian mereka kepada ilmu ini, dan
menjelaskan banyak dari hukum hukum dan permaslahan dalam ilmu kedokteran secara umum,
keperawatan dan obat obatan secara khusus, akan tetapi itu semua tercermin dalam buku buku mereka
yang tersebar dalam beberapa karya yang berbeda beda.

Selain itu hukum hukum dalam permasalahan permasalahan keperawatan mungkin tidak eksplisit
dalam menjelaskan masalah masalah tersebut, oleh karna itu kita dapat menarik kesimpulan dari
maslah masalah keperawatan tersebut dari kaidah syar’i dan prinsip prinsip yang ditetapkan oleh para
ulama fiqh.

maka dari itu, ada beberapa kesimpulan dalam kajian kajian seputar keperawatan ditinjau dari
perspektif islam.

1. Bahwa awal dari munculnya keperawatan tidak lain hanyalah perpanjangan dari kehidupan
manusia, dan keberadaannya di dunia, adapun kemunculannya sebagai profesi, pekerjaan dan
sistem maka tidak diketahui tentang ilmu itu kecuali sedikit saja, kecuali di tahun tahun
terakhir ini.
2. Sejarah keperawatan diawal islam kembali kepada saat peperangan yang dikomandoi oleh
rasulullah saw dan apa yang dilakukan oleh para shahabiyyat ra, yang dimana mereka
menemani para mujahidin dimedan peperangan dan merawat dan mengobati mereka jika ada
yang terluka, dengan tetap berpegang teguh kepada aturan aturan islam.
3. Hukum mempelajari ilmu keperawata adalah fardu kifayah, yang artinya jika sebagian orang
melaksanakan ini maka gugur kewajiban bagi sebagian yang lain, maka sebagian orang yang
mengambil dan mempelajari ilmu ini telah menyelamatkan saudaranya dari dosa.
Setiap orang yang hidup didunia ini tak lepas dalam dua kondisi, sehat atau sakit, ketika
seorang sakit maka ada perintah untuk berusaha berobat kepada seorang dokter, jika yang
sakit adalah seorang lelaki maka dalam islam tidaklah dia diobati melainkan oleh seorang
dokter lelaki begitu pula jika yang sakit adalah seorang wanita maka dirawat dan diobati oleh
seorang wanita pula, namun jika tidak ada dokter wanita maka kondisi ini akan menyulitkan
kaum muslimat dalm berobat, sehingga sangat diperlukan adanya keseimbangan dalam
mempelajari bidang ilmu tertentu.
4. Dalam islam ada sebuah kaidah yang berbunyi
‫وم‬ ِ ‫ف ال ِع ْل ِم ِبش ََر‬
ِ ُ‫ف ال َم ْعل‬ ُ ‫ش ََر‬
"Kemuliaan ilmu dilihat dari kemuliaan yang dipelajari”
Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling agung dan mulia karna yang dipelajari adalah tentang
Sang Pencipta yang Maha Pemurah, Maha Pengampun dll sehingga ilmu tauhid adalah ilmu
yang paling mulia, nah sekarang ilmu keperawatan, karna ilmu keperawatan adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara merawat orang sakit, atau mungkin mengobati orang yg terluka, dan
ini adalah tujuan yang mulia, membantu orang lain yang sedang membutuhkan, maka ilmu
keperawatan adalah ilmu yang mulia untuk dipelajari, karna sejalan dengan prinsip dalam
islam yang disebutkan oleh Nabi Muhammad saw dalam haditsnya
“sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”
5. Bagi Seorang perawat ada kewajiban – kewajiban dan syarat – syarat yang harus dilakukan
sebelum menangani pasien diantaranya adalah :
a. seorang perawat harus memiliki ilmu tentang pekerjaan itu.
Seorang perawat yang memiliki ilmu yang berkaitan dengan profesinya maka dia akan
profesional dalam melaksanakan tugas tugasnya, meminimalisir akan adanya malpraktek
dalam penanganan pasien, terlebih pasien dalm keadaan kritis, karna ini menyangkut
keselamatan hidup seseorang. Karna setiap orang akan melakukan sesuatu atas ilmu yang
diketahuinya.
Karna pekerjaan adalah suatu amanah maka amanah tersebut harus ditunaikan dengan
sebaik baiknya, amanah akan bisa ditunaikan ketika diserahkan kepada ahlinya namun
jika sebaliknya maka akan terjadi malpraktek, kekacauan dll, Nabi SAW bersabda :
ُ ‫ِإذَا ُو ِسدَ ال ُ ُم‬
‫ور ِإلَى َغ ْي ِر أ َ ْه ِل ِه فَا ْنت َ ِظ ِر السا َعة‬
"jika sebuah urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah
kebinasaan “
b. ikhlas dalam berbuat
dalam bekerja menolong orang sakit harus ditanamkan perasaan tulus ikhlas karna Allah
SWT, bukan karna ingin dapat pujian dari siapapun.
Allah berfirman dalm alquran surat al bayyinah ayat 5
“mereka hanya diperintahkan hanya mengabdikan diri kepada Allah dengan ikhlas dan
lurus mengerjakan agama karna Dia”
c. Penyantun
Orang yang halus perasaan, yang cepat merasakan kesusahan dan penderitaan orang lain,
turut berduka cita dengan orang yang kesusahan dan suka menolong orang lain dengan
sekuat tenaga. Karna Allah senantiasa bersama orang orang yang selalu menolong
saudaranya nabi muhammad saw bersabda dalam haditsnya :
‫إِن للاَ فِي َع ْو ِن العَ ْب ِد َما َكانَ العَ ْبد ُ فِي َع ْو ِن أ َ ِخي ِه‬
“Sesungguhnya Allah senantiasa menolong hambanya selama hamba tersebut menolong
saudaranya”

d. Sabar
Seorang perawat harus memiiki sifat penyabar, sebagai orang yang bekerja dalam
melayani publik, terkadang pasien meminta ini dan itu, atau terkadang dari keluarga
pasien yang banyak meminta bantuan, sehingga seorang perawat dituntut harus memiliki
sifat penyabar. Dan arti sabar disini juga bisa berarti tidak lekas marah ketika banyak
dimintai pertolongan oleh pasien bahkan sebaliknya membantu memenuhi kebutuhan
selama dibawah perawatannya, memberikannya makanan jika memang dia tidak memiliki
makanan
Allah SWT berfirman
))‫((وللاُ يُحِ ب الصابِ ِرين‬
َ
“Dan Allah mencintai orang orang yang sabar”
Rasulullah saw bersabda :
"‫ضيَاء‬
ِ ‫"الص ْب ُر‬
“Sabar itu cahaya “
e. Ramah
Bergaul dengan orang lain dengan ramah termasuk dengan pasien ataupun dengan
keluarga pasien. Tidak kasar dan bermuka masam ketika berbicara dengan orang lain,
melunakkan suara, menunjukan keramahan terhadapnya, dan tidak ada salahnya seorang
perawat mengucapkan kepadanya : “semoga lekas sembuh “ melainkan dengan sopan
santun, sapaan dan senyuman selalu menghiasi kehidupannya.
Rasulullah saw bersabda :
“janganlah engkau meremehkan kebaikan walaupun sekedar memperlihatkan wajah
berseri atau gembira ketika bertemu saudaramu”
Di hadits yang lain :
“senyummu diwajah saudaramu sedekah”
f. Tegas / Tidak ragu
Seorang perawat harus memiliki sifat tegas tidk boleh ragu ragu dalam menangani fasien
karna akan berakibat fatal. Oleh karna itu juga seorang perawat harus memiliki sifat teliti
Contoh : seorang perawat ragu dalam memberikan obat.
Rasulullah saw bersabda :
“Tinggalkan yang ragu ragu kepada yang yakin”
g. Bersih dan suci
Seorang perawat harus memiliki penampilan yang bersih dari sisi dzahirnya dan memiliki
hati yang suci dari sisi batinnya. Atau bisa pula diartikan selalu suci dari hadats kecil
maupun besar.
Allah mengatakan dalam alquran sudar attaubah ayat 108
“Allah menyukai orang orang yang bersuci”
Allah jug aberfirman dlam surat al muddatsir :
“Dan pakaianmu bersihkanlah”
h. Menjaga rahasia
Sifat ini sangatlah penting dimiliki oleh seorang perawat, karna kondisi dimana dia
bekerja mengharuskan itu, karna jika tidak maka akan banyak aib aib orang lain yang
tersebar karna seorang perawat tidak pandai menjaga rahasia yang dimiliki seorang
pasien, misalnya : seorang perawat merawat seorang yang memiliki penyakit yang tidak
ingin orang lain mengetahuinya, lalu ketika orang sakit ini berobat ke rumah sakit dan
dirawat oleh seorang perawat, tentu perawat tersebut mengetahui penyakit yang diderita
pasien tersebut, dan wajib bagi perawat tersebut untuk menjaga aib saudaranya tersebut
dan tidak menyebarkannya kepada orang lain. Sebagaimana seorang perawat tidak ingin
orang lain menyebarkan rahasia atau aib yang dia miliki.
Ketika seseorang menyimpan aib saudaranya dan tidak menyebarkannya kepada orang
lain maka Allah SWT pun akan menutup aib aibnya di akhirat kelak, Nabi SAW
bersabda:
‫ست َ َرهُ للاُ لَهُ يَ ْو َم ال ِقيَا َمة‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫ست َ َر ُم ْس ِلما‬
“Barang siapa yang menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutup aib
aibnya di akhirat kelak”
menepati setiap janji – janji, bersungguh sung dalam memberikan nasihat, dakwah
kejalan allah, dan menjaga setiap rahasia.
6. Bolehnya bagi seorang perawat muslim untuk meninggalkan shalat jumat dan shalat jamaah
dikondisi – kondisi yang memiliki alasan syar’i.
Ada beberapa sebab yang membolehkan seseorang meninggalkan shalat jumat, dalam kitab
alasybah wa an-Nadzair yang ditulis oleh al imam assuyuty menyebutkan beberapa uzur yang
membolehkan seseorang tidak shalat jamaah dan tidak jumatan. Diantara uzur yang
membolehkan seseorang tidak shalat jamaah dan tidak jumatan. Diantara uzur yang beliau
sebutkan adalah menangani orang sakit.
Keterangan yang lain disampaikan ibnu abidin bekiau menyebutkan beberapa uzur untuk
meninggalkan shalat jamaah dan jumatan,
ُ ‫شة‬ َ ‫شقةُ َو‬
َ ْ‫الوح‬ َ ‫صل لَهُ بِغَ ْيبَتِ ِه ال َم‬ ْ َ ‫َوقِيَا ُمهُ بِ َم ِريض أ‬
َ ْ‫ي يح‬
“atau menangani orang sakit, maksudnya ketika si sakit bisa mendapatkan kesulitan dan
merasa kesepian ketika yang menunggu tidak ada”
Ini berlaku, jika tidak ada orang lain yang bisa menggantikan.
Al imam annawawi mengatakan,
ُ ‫ضيَا َعه‬ ُ ‫ أ َ ْن يَ ُكونَ ُم َم ِرضا ِل َم ِريض يَ َخ‬: ‫ ِمنَ ال َ ْعذَا ِر فِي ت َ ْر ِك ال َج َما َع ِة‬: ‫ص َحابُنَا‬
ِ ‫اف‬ ْ َ ‫قَا َل أ‬
“Ulama kami syafiiyah mengatakan bahwa termasuk uzur menginggalkan shalat
jamaah adalah posisi dia sebagai perawat orang sakit, yang mengkhawatirkan akan
membahayakan pasiennya. (almajmu, 4/100)
Disini mereka berbicara tentang udzur meninggalkan shalat jamaah, namun aturan ini
berlaku untuk shalat jumat.
Dalam kitab hasyiyah ibnu Abidin dinyatakan :
“Al hasan mengatakan riwayat ini menunjukan bahwa udzur jumatan maupun shalat
jamaah itu sama ( Hasyiyah Ibnu Abidin 1/555)
7. Bolehnya bagi perawat muslim untuk menangani pasien non muslim dan begitupula
sebaliknya dengan ketentuan ketentuan yang disebutkan oleh para ulama.
Allah tidak melarang seorang muslim untuk berbuat baik dan berlaku Adil terhadap non
Muslim yang tidak memerangi kaum muslimin berdasarkan firman Allah taala :
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang
orang yang tiada memerangimu karna agama dan tidak pula mengusir kamu dari negrimu,
sesungguhnya allah menyukai orang orang yang berlaku adil.” (QS.Al Mumtahanah :8)
Imam Al Qurtubi mengatakan bahwa ayat ini adalah keringanan dari Allah didalam
berhubungan dengan orang orang yang tidak memusuhi orang orang beriman serta tidak
memeranginya.
Dengan begitu hendaknya seorang perawat muslim memberikan perhatian terhadap
perkembangan kesehatannya. Merawatnya secara baik, bersikap lembut kepadanya.
Sebagaimana disebutkan dalam kisah sahabat nabi -shallahu alaihi wasallam – yang
merukyah seorang kepala kampung, ada kemungkinan kampung kafir atau kampung orang
orang bakhil.begitu pula perawat non muslim diperbolehkan merawat pasien muslim dalam
keadaan normal terlebih dalam keadaan Darurat
8. Boleh bagi seorang perawat laki – laki menangani pasien perempuan dalam kondisi darurat
dengan mengikuti syarat syarat yang ditentukan dalam kasus ini.
Dasar hukum muamalah laki laki dan wanita adalah boleh selama tidak bersentuhan kulit, dan
karna pekerjaan perawat tidak memungkinkannya untuk tidak bersentuhan maka ada hukum
hukum khusus dalam permasalahan ini.
Sentuhan laki laki secara langsung antara laki laki dan wanita yang bukan mahram atau bukan
suaminya sendiri, hukumnya haram. Baik bersentuhan yang diiringi dengan nafsu ataupun
tidak dengan nafsu, sebab yang menjadi ukuran bukan adanya nafsu atau tidak, melainkan
sentuhannya itu sendiri, ada banyak dalil dalam sabda Rasulullah saw tentang haramnya
sentuhan antara lain :
“Dari Ma’qil bin Yasar dari Nabi saw, beliau bersabda : “sesungguhnya ditusuknya kepala
salah seorang diantara kamu dengan jarum besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita
yang tidak halal baginya “ (HR : Thabrani dan Baihaqi)
Hal ini dikuatkan lagi dari tindakan Rasulullah saw yang tidak menjabat tangan perempuan
ketika melakukan bai’at dengan para wanita, padahal biasanya bai’at itu ditandai dengan jabat
tangan.
Dari Asy-sya’bi bahwa Nabi saw membai’at kaum wanita bekiau membawa kain selimut
bergaris lalu beliau meletakkannya diatas tangan beliau seraya berkata “aku tidak berjabat
tangan dengan wanita”
Sedangkan dalil terkuat dalam pengharaman sentuhan kulit antara laki – laki dengan wanita
yang bukan mahram adalah menutup pintu fitnah (saddudz dzari’ah) . dan alasan ini dapat
diterima tanpa ragu ragu lagi ketika syahat tergerak, atau karna takut fitnah bila telah tampak
tanda tandanya.
Namun begitu ada pengecualian bila ada hal hal mendesak yang tidak mungkin dihindari serta
tidak ditemukannya alternatif lain, untuk sementara hal hal yang hukumnya haram bisa
berubah sesaat. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyyah , Adh Dharurat Tubihul Mahdzurat.
Sesuatu yang daruart itu bisa membolehkan larangan.
Namun sifatnya lokal, sementara, parsial dan seperlunya saja. Begitu kadar kedaruratannya
hilang, maka hukum keharamannya kembali lagi , sesuai dengan kaidah , Adh Dharuratu
Tuqoddar bi Qadriha, sesuatu yang darurat diukur sesuai kadarnya.
Sesuai dengan kaidah kaidah ini, kita pun bisa menyaksikan prakteknya dimasa lalu. Dimasa
Rasulullah sw, para wanita diperlukan peran sertanya dalam peperangan. Karena peperangan
masuk dalam kategori darurat. Para wanita ditempatkan dibagian logistik dan juga perawatan
korban perang, para wanita shababiyyah berjibaku dengan para lelaki dalam perng, terutama
untuk mengobati orang orang yang luka. Mereka merawat, mengobati serta menyembuhkan
korban perang.
Dalm upaya mereka pastilah terjadi sentuhan kulit, namun hal ini menjadi bolehuntuk
sementara waktu, karena sifatnya yang darurat.
9. Menutup aurat itu wajib, dan islam membolehkan seseorang untuk membuka auratnya
didepan orang lain dalam kondisi darurat

Anda mungkin juga menyukai